Laporan Pengeringan Kelompok 3
Laporan Pengeringan Kelompok 3
PENGERINGAN
Disusun oleh:
KELOMPOK 3 NON-REGULAR 2016
Pengeringan merupakan proses yang penting dalam penanganan baik bahan baku
maupun produk untuk industri seperti industri kimia, pengolahan makanan, pulp paper, dan
lain-lain. Tujuan dari pengeringan itu sendiri adalah untuk menghemat biaya transportasi,
mempermudah penanganan bahan, dan untuk industry khusus seperti industry kimia
pengeringan bertujuan untuk menjaga kualitas bahan/produk. Prosedur pengeringan yang
dilakukan yaitu dengan mencampurkan air dan pasir sesuai takaran, lalu ± 600 gram
campuran ditaruh di tray dengan luas tray, berat tray kosong, dan ketebalan campuran air
dan pasir yang telah diketahui. Tray lalu dimasukkan ke dalam tray dryer, dan diatur dengan
aliran udara di skala 3 dan divariasikan dengan skala 7, tanpa pengaturan temperatur.
Sampel ditimbang setiap 10 menit sekali, dan parameter laju alir udara diukur dengan
anemometer, dan Tw dan Tg diukur dengan Psykrometer setiap 3 menit sekali. Pengeringan
dilakukan dalam waktu 90 menit di tiap variasi (2 kali). Dari percobaan 1 dengan laju alir
udara skala 3, didapat Tw rata-rata 36.32 oC, Tg rata-rata 37.13 oC dan aliran laju udara
rata-rata 0.63 m/s, dan didapat laju pengeringannya 0.1965 kg/h.m2. sedangkan untuk
percobaan 2, dengan skala laju udara 7 di tray dryer, didapat Tw rata-rata 37.03 oC dan Tg
rata-rata 38.23 oC, laju alir udara rata-ratanya 1.67 m/s, didapat laju pengeringannya
0.2576 kg/h.m2. dari 2 percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan kenaikan laju
udara pengering, dari 0.63 m/s menjadi 1.67 m/s, terjadi kenaikan laju pengeringan dari
0.1965 kg/h.m2 menjadi 0.2576 kg/h.m2, atau meningkat sekitar 1.3 kali.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kurva Hubungan Kadar Air Padatan dengan Laju Pengeringan ........................ 4
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Laju Pengeringan terhadap Kadar Air pada Percobaan 1 .... 12
Gambar 4.2. Profil Suhu Udara Pengering selama Proses Pengeringan pada Percobaan 1 ... 13
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Laju Pengeringan terhadap Kadar Air pada Percobaan 2 .... 13
Gambar 4.4. Profil Suhu Udara Pengering selama Proses Pengeringan pada Percobaan 2 ... 14
Gambar 4.5. Perbandingan Hubungan Laju Pengeringan pada Percobaan 1 dan 2 ............... 15
Gambar 4.6. Laju Alir Udara Pengering pada Percobaan 1 dan 2 ......................................... 16
Gambar A. Alat Pengering Tray Dryer.................................................................................. vii
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kurva Hubungan Kadar Air Padatan dengan Laju Pengeringan ............................ 4
Tabel B.1. Hasil Perhitungan Percobaan 1 ........................................................................... xiii
Tabel B.2. Hasil Perhitungan Percobaan 2 ........................................................................... xiii
Tabel B.3. Profil Parameter Percobaan 1 ................................................................................. x
Tabel B.4. Profil Parameter Percobaan 2 ................................................................................. x
v
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain:
1. Membuat kurva karakteristik pengeringan pada kondisi operasi pengeringan
tertentu.
2. Menentukan periode-periode laju pengeringan.
3. Menentukan titik kritis.
4. Menentukan kadar air kesetimbangan.
5. Menentukan laju pengeringan pada periode laju pengeringan konstan.
1
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengeringan adalah suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang terjadi dalam
pemisahan cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas kandungan air yang
ditentukan dengan menggunakan gas sebagai fluida sumber panas dan penerima uap cairan
(Desrosier, 1988).
Definisi lain dari pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan menggunakan energi panas.
Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih tahan lama disimpan dan volume bahan
menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan
pengepakan, di sisi lain, pengeringan menyebabkan sifat asli bahan mengalami perubahan,
penurunan mutu dan memerlukan penanganan tambahan sebelum digunakan, yaitu rehidrasi.
(Muchtadi, 1989)
Yang mana :
𝑡𝑔 = suhu udara (°F)
𝑡𝑤 = suhu bola basah (°F)
𝜆𝑤 = entalpi penguapan air pada 𝑡𝑤
𝑌𝑤′ = kelembaban jenuh udara pada 𝑡𝑤
2
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan
.....................................................................(4)
Yang mana 𝑃𝐻2𝑂 = tekanan uap jenuh air pada suhu 𝑡𝑤 dapat didekati dengan
persamaan Antoine sebagai berikut :
................................................................(5)
3
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan
C B
kg air/am m2
A
D
X*
E X = kg air/kg padatan kering
Gambar 2.1. Kurva Hubungan Kadar Air Padatan dengan Laju Pengeringan
Perhatikan Gambar 2.1, pada permulaan operasi, biasanya temperatur padatan lebih
rendah dibanding temperatur kesetimbangan, sehingga laju pengeringan akan naik
dengan kenaikan temperatur bahan. Periode ini (AB) disebut periode penyesuaian awal
dan biasanya sangat pendek dibanding keseluruhan operasi.
Setelah temperatur kesetimbangan tercapai, maka periode kecepatan pengeringan
tetap dimulai (BC). Pada peride ini akan terjadi penguapan cairan dari permukaan
padatan, kcepatan penguapan di permukaan tersebut masih bisa oleh difusi maupun
efek kapiler air dari dalam padatan ke permukaan padatan. Dengan demikian
permukaan padatan akan tetap basah.
Setelah mencapai kadar air kritis Xc, kecepatan difusi air dari dalam padatan tidak
bisa mengimbangi kecepatan penguapan di permukaan padatan. Dengan demikian akan
terjadi tempat-tempat kering (dry spot). Ini akan mengurangi kecepatan menurun yang
pertama(CD).
Pada period DE kecepatan pengeringan ditentukan oleh kecepatan difusi dari
dalam padatan ke permukaan padatan. Ini akan terus berlangsung sampai tercapai kadar
air kesetimbangan X.
4
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan
Yang mana :
𝐵𝑡𝑢
= koefisien transfer panas konveksi (𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2 ∘𝐹)
𝑙𝑏
𝐺′= kecepatan massa udara pengering (𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2 ) untuk kecepatan udara 2-2,5 ft/det
𝐵𝑡𝑢
𝜆𝑤 = panas laten penguapan ( ) pada suhu padatan
𝑙𝑏
𝑇𝑔 = suhu udara pengering (°F)
𝑇𝑠 = suhu padatan (°F) untuk keadaan relatif basah dapat didekati dengan suhu bola
basah udara pengering.
5
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan
2.4.1.4. Tekanan
Karena pengkerutan zat padat selama pengeringan, cairan di dalam
zat padat dapat terperas keluar karena tekanan yang timbul karena
proses pengkerutan.
8
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1. ALAT
a. Anemometer
b. Baskom plastik
c. Cawan pengering/gelas arloji
d. Gelas ukur
e. Neraca digital
f. Oven
g. Penggaris
h. Pipet tetes
i. Psichrometer
j. Stopwatch
k. Tray
l. Tray Dryer
3.2. BAHAN
a. Air
b. Pasir
9
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan
pertama, pengatur laju alir udara pada tray drier diatur pada angka 3, sementara pada
percobaan kedua diatur pada angka 7.
g. Luas penampang tray drier A1 dan A2 diukur. A1 merupakan bagian ujung tray drier
sementara A2 merupakan bagian tengah tray.
h. Sebelum memulai proses pengeringan, tray diukur luasnya dengan mengukur
panjang dan lebar tray. Massa tray ditimbang kemudian dicatat sebagai (WT).
i. Setelah laju alir udara dan suhu udara kering diatur, ditunggu hingga kondisi steady.
j. Selanjutnya, laju alir udara, suhu udara pengering dan suhu bola basah udara
pengering diukur dengan selang waktu 3 menit untuk setiap pengukuran. Setiap kali
mengukur suhu bola basah udara pengering, kain pada psichrometer dibasahi
terlebih dahulu dengan menggunakan pipet tetes.
k. Timbang pasir basah sebanyak 600 gram kemudian dicatat massa-nya sebagai
(Wm).
l. Para tray yang sudah disiapkan, dimasukkan pasir yang telah ditimbang kemudian
diratakan hingga ketebalan pasir (∆x) pada tray seragam.
m. Pasir di tray diukur ketebalannya dengan menggunakan penggaris pada beberapa
titik.
n. Setelah pasir dimasukkan ke dalam tray drier, massa pasir pada tray diukur setiap 10
menit. Pada tahap ini, diusahakan pasir berada di luar tray drier dalam waktu
sesingkat mungkin. Massa pasir dan tray dicatat.
o. Pengukuran massa pasir dan tray dilakukan terus-menerus setiap sepuluh menit
selama sembilan puluh menit.
10
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
0.31
0.29
B
Laju Pengeringan (kg/m2 hour)
0.27
0.25
0.23
0.21
A
0.19
0.17
0.15
0.18 0.19 0.20 0.21 0.22
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Laju Pengeringan terhadap Kadar Air pada Percobaan 1
Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa posisi A dan B mewakili periode dari
pengeringan. Pada percobaan tersebut, pengurangan kadar air terbilang cukup kecil.
Dari empat periode pengeringan, percobaan 1 yang dilakukan hanya mampu melalui
proses awal, yaitu periode di mana panas dari udara pengering akan digunakan untuk
menaikkan suhu dan menguapkan air sehingga laju pengeringan akan naik.
Sementara itu, percobaan tidak dapat melalui tiga periode lainnya, yaitu periode
laju pengeringan konstan, periode laju pengeringan menurun yang pertama, dan periode
laju pengeringan menurun yang kedua dikarenakan faktor kerusakan teknis pada alat
tray dryer. Pengatur suhu pada tray dryer tidak dapat digunakan sehingga suhu udara
pengering hanya berkisar di 37-39°C, sehingga pengeringan hanya bergantung pada
temperatur udara pengering yang tersedia. Berikut profil suhu udara pengering selama
percobaan 1 berlangsung.
11
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan
40
39
38
37
36
Suhu Udara Pengering (°C)
35
34 Tg
33 Tw
32
31
30
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90
Waktu (menit)
Gambar 4.2. Profil Suhu Udara Pengering selama Proses Pengeringan pada Percobaan 1
0.29
0.27
0.25
A
0.23
0.21
0.19
0.17
0.15
0.17 0.18 0.19 0.20 0.21 0.22
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Laju Pengeringan terhadap Kadar Air pada Percobaan 2
12
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan
Berdasarkan hasil perhitungan dari percobaan 2, diperoleh dara-data kadar air dan
laju pengeringan seperti yang ditampilkan pada lampiran B Tabel 2. Data-data tersebut
kemudian diplot menjadi kurva laju pengeringan terhadap kadar air seperti yang dapat
dilihat pada Gambar 4.3. Pada percobaan kedua, laju pengeringan juga hanya sampai
diantara titik B dan C, dan tidak didapat titik kadar air kesetimbangan. Pada saat
percobaan, mesin tray dryer mengalami kerusakan sehingga temperatur tidak dapat
dijaga dalam proses. Hal tersebut mengakibatkan fluktuasi penurunan kadar air dan laju
pengeringan. Dengan alasan yang sama seperti percobaan pertama yaitu pengaturan
temperatur yang tidak berfungsi, profil temperatur dapat dilihat pada Gambar 4.4.
40
39
38
Suhu Udara Pengering (oC)
37
36 Tg
35 Tw
34
33
32
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90
Waktu (menit)
Gambar 4.4. Profil Suhu Udara Pengering selama Proses Pengeringan pada Percobaan 2
Untuk melihat hubungan kenaikan air flow dengan laju pengeringan, dapat dilihat
pada Gambar 4.5.
1.00
0.90
Laju Pengeringan (kg/m2 jam)
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10 A
0.00
0.15 0.16 0.17 0.18 0.19 0.20 0.21 0.22
Kadar Air (kg air/kg padatan)
Percobaan 1 Percobaan 2
13
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan
Gambar 4.5. Perbandingan Hubungan Laju Pengeringan pada Percobaan 1 dan Percobaan 2
Dari gambar tersebut, bisa kita simpulkan pada percobaan 2, nilai laju pengeringan
lebih tinggi daripada laju pengeringan pada percobaan pertama. Hal ini disebabkan oleh
kenaikan laju alir udara pengering pada percobaan 2 dengan rata-rata laju alir 1.669
m/s sementara pada percobaan 1, rata-rata laju alir udara pengering hanya 0.62 m/s.
Data laju alir udara pengering dapat dilihat pada Gambar 4.6.
2.0
1.8
Laju Alir Udara Pengering (m/s)
1.6
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90
Waktu (menit)
Percobaan 1 Percobaan 2
Gambar 3.6. Laju Alir Udara Pengering pada Percobaan 1 dan Percobaan 2
14
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan
BAB V
KESIMPULAN
1. Periode penyesuaian awal terjadi karena perbedaan temperatur antara bahan dengan
udara pengering. Pada periode ini, tidak terjadi difusi air secara sempurna dari bagian
dalam bahan ke permukaan.
2. Pengeringan dengan hanya mengandalkan laju alir udara pengering membutuhkan waktu
lebih lama dalam pengeringan untuk mencapai kadar air kesetimbangan.
3. Dengan mengubah laju alir udara pengering, dapat disimpulkan bahwa laju pengeringan
meningkat seiring dengan peningkatan laju aliran udara.
4. Kurva karakteristik pengeringan pada periode penyesuaian awal yang didapat sesuai
dengan literatur, hanya saja pada beberapa titik terdapat fluktuasi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C.J. 1998. Transport Process and Unit Operation, Third Edition. Prantice Hall.
Hardjono, Ir. 1989. Operasi Teknik Kimia II. Edisi pertama. Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
vi
LAMPIRAN A
GAMBAR ALAT
Neraca Digital
Pengatur
Pemanas Pemanas
Anemometer
Pengatur Tray
Kecepatan Psychometer
Udara
vii
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
B.1. Percobaan 1 (Air Flow 0,62 m/s)
viii
LS = (1-0.2165) x 0.6005 Kg
= 0.4705 Kg
0.6005−0.4705
X1 = = 0.2165 kg air/kg padatan
0.6005
0.59774−0.4705
X2 = = 0.2129 kg air/kg padatan
0.59774
∆X = 0.2129 – 0.2165
= -0.0036 kg air/kg padatan
∆t = 10/60 menit = 0.167 jam
−LsΔx
Laju Pengeringan =
AΔt
−0.4705 x−0.0036
= 0.051708 x 0.167
= 0.1989 Kg/m2.jam
Perhitungan dilakukan berulang sehingga didapat nilai N seperti didalam tabel hasil
percobaan.
Percobaan 2
Panjang Tray = 0.276 m Wm = 0.60002 Kg
Lebar Tray = 0.186 m
Ketebalan Pasir = 0.0048 m
Luas Tray = 0.278 x 0.186 = 0.051336 m2
LS = (1-0.2165) x 0.6005 Kg
= 0.4701 Kg
0.60002−0.4701
X1 = = 0.2165 kg air/kg padatan
0.60002
0.59636−0.4701
X2 = = 0.2117 kg air/kg padatan
0.59636
∆X = 0.2117 – 0.2165
= -0.0049 kg air/kg padatan
∆t = 10/60 menit = 0.167 jam
−LsΔx
Laju Pengeringan =
AΔt
−0.4701 x−0.0049
= 0.051336 x 0.167
= 0.2641 Kg/m2.jam
Perhitungan NC Teoritis
Percobaan 1
v2 = 0.62 m/s
Tg = 37.1290°C
Tw = 36.3226°C
Tf = 𝑇𝑔+𝑇𝑤
2
=
37.129+36.3226
2
= 36.7258°C
3
ρg = 1.1412 kg/m (App. A3-3 Geankoplis)
λw = 2567,681 x 103 J/kg (App. A2-9 Geankoplis)
A = 0.051336 m2
A1 = 0.0488 m2
ix
A2 = 0.07784 m2
µ = 1.8954 x 10-5 kg/ms
Npr = 0.7053
Kp = 2,5 W/moC
NC
= 0.1989 kg/m2.jam
percobaan
𝜌𝑣𝐿 1.1412×0.9889×0.278
𝑁𝑟𝑒 = = = 16552.28896 aliran laminar (NRe > 300000)
𝜇 0.000018954
Karena aliran laminar, maka persamaan yang digunakan adalah
1⁄3
𝑁𝑁𝑢 = 0.664(𝑁𝑅𝑒 )0.5 (𝑁𝑝𝑟 )
= 0.664(16552.28896)0.5 (0.7053)1⁄3
= 76.0428
x
Percobaan 2
v2 = 1.669 m/s
Tg = 40.1613°C
Tw = 37.0323°C
𝑇𝑔+𝑇𝑤 40.1613+37.0323
Tf = 2
= 2
= 38.5968°C
3
ρg = 1.1410 kg/m (App. A3-3 Geankoplis)
λw = 2568.9851 x 103 J/kg (App. A2-9 Geankoplis)
A = 0.051336 m2
A1 = 0.0488 m2
A2 = 0.07784 m2
µ = 1.9037 x 10-5 kg/ms
Npr = 0.02706
Kp = 2,5 W/moC
NC
= 0.2641 kg/m2.jam
percobaan
𝜌𝑣𝐿 1.1410×2.6622×0.276
𝑁𝑟𝑒 = = = 44151.4316 aliran laminar (NRe > 300000)
𝜇 0.000019037
Karena aliran laminar, maka persamaan yang digunakan adalah
1⁄3
𝑁𝑁𝑢 = 0.664(𝑁𝑅𝑒 )0.5 (𝑁𝑝𝑟 )
= 0.664(44151.4316 )0.5 (0.02706)1⁄3
= 41.8874
xii