Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA II

PENGERINGAN

Disusun oleh:
KELOMPOK 3 NON-REGULAR 2016

Dhamala Shobita Chandra 1607166813


Michael Tanuwijaya 1607166814
Mahaputra Hutagalung 1607166816
David Kangnata 1607166819

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
ABSTRAK

Pengeringan merupakan proses yang penting dalam penanganan baik bahan baku
maupun produk untuk industri seperti industri kimia, pengolahan makanan, pulp paper, dan
lain-lain. Tujuan dari pengeringan itu sendiri adalah untuk menghemat biaya transportasi,
mempermudah penanganan bahan, dan untuk industry khusus seperti industry kimia
pengeringan bertujuan untuk menjaga kualitas bahan/produk. Prosedur pengeringan yang
dilakukan yaitu dengan mencampurkan air dan pasir sesuai takaran, lalu ± 600 gram
campuran ditaruh di tray dengan luas tray, berat tray kosong, dan ketebalan campuran air
dan pasir yang telah diketahui. Tray lalu dimasukkan ke dalam tray dryer, dan diatur dengan
aliran udara di skala 3 dan divariasikan dengan skala 7, tanpa pengaturan temperatur.
Sampel ditimbang setiap 10 menit sekali, dan parameter laju alir udara diukur dengan
anemometer, dan Tw dan Tg diukur dengan Psykrometer setiap 3 menit sekali. Pengeringan
dilakukan dalam waktu 90 menit di tiap variasi (2 kali). Dari percobaan 1 dengan laju alir
udara skala 3, didapat Tw rata-rata 36.32 oC, Tg rata-rata 37.13 oC dan aliran laju udara
rata-rata 0.63 m/s, dan didapat laju pengeringannya 0.1965 kg/h.m2. sedangkan untuk
percobaan 2, dengan skala laju udara 7 di tray dryer, didapat Tw rata-rata 37.03 oC dan Tg
rata-rata 38.23 oC, laju alir udara rata-ratanya 1.67 m/s, didapat laju pengeringannya
0.2576 kg/h.m2. dari 2 percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan kenaikan laju
udara pengering, dari 0.63 m/s menjadi 1.67 m/s, terjadi kenaikan laju pengeringan dari
0.1965 kg/h.m2 menjadi 0.2576 kg/h.m2, atau meningkat sekitar 1.3 kali.

ii
DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................................................... i


Daftar Gambar ......................................................................................................................... ii
Daftar Tabel ............................................................................................................................ iii
Bab 1. Pendahuluan ................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2. Tujuan .......................................................................................................................... 1
Bab 2. Tinjauan Pustaka .......................................................................................................... 2
2.1. Kelembaban ................................................................................................................. 2
2.2. Kadar Air Kesetimbangan ............................................................................................ 3
2.3. Kurva Laju Pengeringan .............................................................................................. 3
2.4. Mekanisme Pengeringan .............................................................................................. 5
2.4.1. Gerakan Cairan dalam Zat Padat ............................................................................. 5
2.4.1.1. Difusi Cairan .................................................................................................... 6
2.4.1.2. Gerakan Kapiler ............................................................................................... 7
2.4.1.3. Difusi Uap ........................................................................................................ 8
2.4.1.4. Tekanan ............................................................................................................ 8
2.4.2. Pengaruh Perubahan Kondisi Pengeringan ............................................................. 8
2.4.2.1. Pengaruh Kecepatan Gas .................................................................................. 8
2.4.2.2. Pengaruh Temperatur Gas ................................................................................ 8
2.4.2.3. Pengaruh Kelembaban Gas .............................................................................. 9
2.4.2.4. Pengaruh Tebal Zat Padat yang Dikeringkan ................................................... 9
Bab 3. Metode Percobaan ...................................................................................................... 10
3.1. Alat ............................................................................................................................. 10
3.2. Bahan ......................................................................................................................... 10
3.3. Prosedur Percobaan.................................................................................................... 10
Bab 4. Hasil dan Pembahasan ................................................................................................ 12
4.1. Percobaan 1 ................................................................................................................ 12
4.2. Percobaan 2 ................................................................................................................ 13
Bab 5. Kesimpulan ................................................................................................................. 16
Daftar Pustaka ......................................................................................................................... vi
Lampiran ................................................................................................................................ vii

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kurva Hubungan Kadar Air Padatan dengan Laju Pengeringan ........................ 4
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Laju Pengeringan terhadap Kadar Air pada Percobaan 1 .... 12
Gambar 4.2. Profil Suhu Udara Pengering selama Proses Pengeringan pada Percobaan 1 ... 13
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Laju Pengeringan terhadap Kadar Air pada Percobaan 2 .... 13
Gambar 4.4. Profil Suhu Udara Pengering selama Proses Pengeringan pada Percobaan 2 ... 14
Gambar 4.5. Perbandingan Hubungan Laju Pengeringan pada Percobaan 1 dan 2 ............... 15
Gambar 4.6. Laju Alir Udara Pengering pada Percobaan 1 dan 2 ......................................... 16
Gambar A. Alat Pengering Tray Dryer.................................................................................. vii

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kurva Hubungan Kadar Air Padatan dengan Laju Pengeringan ............................ 4
Tabel B.1. Hasil Perhitungan Percobaan 1 ........................................................................... xiii
Tabel B.2. Hasil Perhitungan Percobaan 2 ........................................................................... xiii
Tabel B.3. Profil Parameter Percobaan 1 ................................................................................. x
Tabel B.4. Profil Parameter Percobaan 2 ................................................................................. x

v
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam beberapa industri seperti industri kimia, pulp paper, dan pengolahan
makanan, kadar air merupakan parameter yang penting. Kadar air yang terlalu tinggi,
terutama di industri pulp dan paper, dapat menyebabkan berat bahan/produk bertambah
sehingga biaya transportasi meningkat. Kadar air yang tinggi juga berpotensi
menyebabkan kerusakan pada bahan/produk. Salah satu cara untuk mengurangi kadar
air adalah dengan pengeringan.
Pengeringan adalah proses pemisahan sejumlah air dari suatu bahan sehingga
mengurangi kandungan sisa zat cair hingga kandungan paling rendah yang dapat
diterima, dengan menggunakan panas. Pada proses pengeringan yang kita gunakan kali
ini adalah dengan menggunakan uap yang dihembuskan ke bahan.
Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan
kandungan uap air diantara udara dengan bahan yang akan dikeringkan. Dalam hal ini,
kandungan uap air dalam udara lebih sedikit atau udara memiliki kelembaban nisbi
yang relatif rendah sehingga terjadi penguapan.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain:
1. Membuat kurva karakteristik pengeringan pada kondisi operasi pengeringan
tertentu.
2. Menentukan periode-periode laju pengeringan.
3. Menentukan titik kritis.
4. Menentukan kadar air kesetimbangan.
5. Menentukan laju pengeringan pada periode laju pengeringan konstan.

1
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengeringan adalah suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang terjadi dalam
pemisahan cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas kandungan air yang
ditentukan dengan menggunakan gas sebagai fluida sumber panas dan penerima uap cairan
(Desrosier, 1988).
Definisi lain dari pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan menggunakan energi panas.
Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih tahan lama disimpan dan volume bahan
menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan
pengepakan, di sisi lain, pengeringan menyebabkan sifat asli bahan mengalami perubahan,
penurunan mutu dan memerlukan penanganan tambahan sebelum digunakan, yaitu rehidrasi.
(Muchtadi, 1989)

2.1. KELEMBABAN UDARA


Pada proses pengeringan biasanya cairan yang diuapkan adalah air dan gas yang
digunakan adalah udara. Kelembaban untuk sistem udara-uap air dibedakan menjadi
dua yaitu:
𝑊𝐴 𝑘𝑔 𝑎𝑖𝑟
a. Kelembaban absolute massa : 𝑌= .............................................(1)
𝑊𝐵 𝑘𝑔 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝑛𝐴 𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟
b. Kelembaban absolute molar : 𝑌= ............................................(2)
𝑛𝐵 𝑚𝑜𝑙 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎

Untuk mengetahui harga kelembaban udara, dapat diukur dengan menggunakan


psikrometer. Dimana akan didapatkan temperatur bola basah (t w) dan temperatur udara
(tg).
𝜆𝑤
𝑡𝑔 − 𝑡𝑤 = (𝑌𝑤′ − 𝑌 ′ ) ............................................(3)
0,236

Yang mana :
𝑡𝑔 = suhu udara (°F)
𝑡𝑤 = suhu bola basah (°F)
𝜆𝑤 = entalpi penguapan air pada 𝑡𝑤
𝑌𝑤′ = kelembaban jenuh udara pada 𝑡𝑤

2
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan

.....................................................................(4)
Yang mana 𝑃𝐻2𝑂 = tekanan uap jenuh air pada suhu 𝑡𝑤 dapat didekati dengan
persamaan Antoine sebagai berikut :
................................................................(5)

𝑃𝐻2𝑂 dalam mmHg dan T dalam Kelvin.

2.2. KADAR AIR KESETIMBANGAN


Zat padat basah jika dikontakkan dengan udara yang mempunyai kelembaban dan
suhu tertentu dengan dalam waktu cukup lama, maka akan dicapai keadaan
kesetimbangan dimana kandungan air pada zat padat tidak berubah. Kandungan air
pada kondisi ini disebut kadar air kesetimbangan.
Pada prinsipnya air dalam bahan padat berada dalam dua keadaan. Sejumlah air
berada dalam pori-pori padatan karena adanya tegangan permukaan yang disebut
unbounded water atau air bebas. Air ini mempunyai tekanan uap dan panas laten
penguapan sama dengan air murni. Sedang air yang berada dalam bahan padatan
mempunyai interaksi dengan bahan padat misalnya, air kristal atau yang ada di
permukaan zat padat misalnya air teradsorpsi disebut air terikat atau bounded water.
Air terikat ini mempunyai tekanan uap yang lebih kecil dari air murni.

2.3. KURVA LAJU PENGERINGAN


Dari data percobaan pengeringan akan dapat dibuat kurva yang menyatakan
hubungan antara kadar air dan waktu pengeringan, seperti dapat dilihat dalam gambar
1. Dari data tersebut dapat diubah ke laju pengeringan , N kg air/jam m2 sebagai fungsi
dari kandungan air (X) seperti gambar 2 dengan menentukan perubahan ∆X dalam
waktu ∆t.
𝐿𝑠 Δ𝑋
Yang mana : 𝑁 = − ............................................................................................(6)
𝐴 Δ𝑡

𝐿𝑠 = berat padatan kering (kg)


A = luas padatan (m)
X = kadar air bahan (kg air/kg padatan kering)
t = waktu (menit)

3
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan

C B
kg air/am m2

A
D

X*
E X = kg air/kg padatan kering

Gambar 2.1. Kurva Hubungan Kadar Air Padatan dengan Laju Pengeringan

Perhatikan Gambar 2.1, pada permulaan operasi, biasanya temperatur padatan lebih
rendah dibanding temperatur kesetimbangan, sehingga laju pengeringan akan naik
dengan kenaikan temperatur bahan. Periode ini (AB) disebut periode penyesuaian awal
dan biasanya sangat pendek dibanding keseluruhan operasi.
Setelah temperatur kesetimbangan tercapai, maka periode kecepatan pengeringan
tetap dimulai (BC). Pada peride ini akan terjadi penguapan cairan dari permukaan
padatan, kcepatan penguapan di permukaan tersebut masih bisa oleh difusi maupun
efek kapiler air dari dalam padatan ke permukaan padatan. Dengan demikian
permukaan padatan akan tetap basah.
Setelah mencapai kadar air kritis Xc, kecepatan difusi air dari dalam padatan tidak
bisa mengimbangi kecepatan penguapan di permukaan padatan. Dengan demikian akan
terjadi tempat-tempat kering (dry spot). Ini akan mengurangi kecepatan menurun yang
pertama(CD).
Pada period DE kecepatan pengeringan ditentukan oleh kecepatan difusi dari
dalam padatan ke permukaan padatan. Ini akan terus berlangsung sampai tercapai kadar
air kesetimbangan X.

4
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan

2.4. MEKANISME PENGERINGAN


Dalam proses pengeringan, proses perpindahan massa dan perpindahan panas
merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Pada permukaan bahan akan
terbentuk lapisan tipis air dan juga lapisan tipis udara,yang sering disebut lapisan fil.
Dengan adanya beda konsentrasi air di permukaan padatan dan di udara pengering
maka air akan menguap dan berpindah dari bahan ke udara pengering.
Persamaan perpindahan massa dari fasa padat ke fasa gas dapat dituliskan sebagai
berikut :
................................................................(7)
Yang mana :
𝐾𝑦 = Koefisien perpindahan massa
𝑌′∗ = Kelembaban udara pada permukaan padatan, pada keadaan relatif basah didekati
dengan 𝑌′𝑠 (kelembaban jenuh pada suhu padatan).
Ditinjau dari perpindahan panasnya maka panas yang diterima padatan akan
digunakan untuk menguapkan air. Untuk kasus pengeringan pada suhu relatif rendah
maka perpindahan panas yang terjadi dianggap hanya melalui mekanisme konveksi.
Sehingga dapat dituliskan persamaan :
.............................................................(8)
.............................................................(9)

Yang mana :
𝐵𝑡𝑢
= koefisien transfer panas konveksi (𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2 ∘𝐹)
𝑙𝑏
𝐺′= kecepatan massa udara pengering (𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2 ) untuk kecepatan udara 2-2,5 ft/det
𝐵𝑡𝑢
𝜆𝑤 = panas laten penguapan ( ) pada suhu padatan
𝑙𝑏
𝑇𝑔 = suhu udara pengering (°F)
𝑇𝑠 = suhu padatan (°F) untuk keadaan relatif basah dapat didekati dengan suhu bola
basah udara pengering.

2.4.1. GERAKAN CAIRAN DALAM ZAT PADAT


Apabila penguapan permukaan terjadi, haruslah ada gerakan cairan dari
dalam zat padat menuju ke permukaan. Sifat gerakan cairan ini akan
mempengaruhi pengeringan selama periode kecepatan menurun. Berikut akan
ditinjau secara singkat beberapa teori yang telah diajukan mengenai gerakan
cairan pada pengeringan sirkulasi melintang dan hubungannya dengan kurva
kecepatan menurun.

5
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan

2.4.1.1. Difusi Cairan


Difusi cairan terjadi karena ada perbedaan konsentrasi cairan
antara di dalam dengan di permukaan zat padat. Perpindahan cairan
dengan jalan difusi ini boleh jadi hanya dapat terjadi dalam zat padat
yang membentuk larutan zat padat fase tunggal dengan cairan misalnya
sabun, lem, dan bahan-bahan lain yang sejenis, atau untuk keadaan
tertentu dimana cairan terikat yang akan dikeringkan, seperti pada
pengeringan air bagian akhir dari lempung, tepung, tekstil, kertas dan
kayu. Ternyata bahwa difusivitas cairan biasanya turun dengan cepat
dengan turunnya kandungan cairan.
Selama periode laju pengeringan konstan, konsentrasi cairan
permukaan berkurang, tetapi konsentrasi cairan di dalam zat padat
masih tinggi. Karena difusivitas cairan dalam zat padat masih tinggi,
maka kecepatan penguapan dari permukaan zat padat masih dapat
diimbangi oleh gerakan cairan dari dalam zat padat ke permukaan.
Apabila tempat-tempat kering mulai tampak pada permukaan zat padat
yang dikeringkan, mulailah terjadi penguapan permukaan yang tidak
jenuh. Laju pengeringan selanjutnya akan ditentukan oleh kecepatan
difusi dalam zat padat. Apabila laju pengeringan konstan awalnya
sangat cepat, periode penguapan permukaan tidak jenuh dapat tidak
terlihat, dan kecepatan menurun dimana difusi memegang peranan
segera akan terjadi setelah periode laju pengeringan konstan berakhir.

2.4.1.2. Gerakan Kapiler


Gerakan cairan melalui kapiler terjadi apabila zat padat yang
dikeringkan berupa butiran-butiran atau berpori, seperti pasir, lempung
dan bahan warna cat. Gerakan cairan ini melibatkan tegangan muka,
seperti gerakan minyak melalui sumbu lampu. Pada zat padat yang
berpori, saluran-saluran kapiler berasal dari reservoir cairan kecil-kecil
di dalam zat padat dan yang berakhir pada permukaan. Pada waktu
pengeringan berlangsung, pertama-tama cairan bergerak karena
peristiwa kapilaritas ke permukaan dengan laju kecepatan yang cukup
untuk mempertahankan permukaan tetap basah sehingga laju
pengeringan konstan. Air akan diganti oleh udara yang masuk ke dalam
6
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan

zat padat melalui beberapa lubang-lubang dan retakan-retakan. Cairan


permukaan akhirnya akan tertarik ke dalam ruangan-ruangan antara
butiran-butiran, permukaan basah pada permukaan akan berkurang,
dan selanjutnya akan terjadi periode pengeringan permukaan yang
tidak jenuh. Reservoir di bawah permukaan akhirnya mengering, dan
cairan akan tinggal di dalam kapiler dan penguapan akan terjadi di
bawah permukaan pada zona atau bidang yang makin lama makin
dalam dan periode laju pengeringan menurun kedua akan terjadi.
Selama periode ini, difusi uap di dalam zat padat akan terjadi dari
bidang dimana penguapan terjadi ke permukaan.

2.4.1.3. Difusi Uap


Difusi uap ini khususnya terjadi pada pengeringan zat padat
dimana panas diberikan pada suatu permukaan, sedangkan pengeringan
berlangsung melalui permukaan yang lain. Dalam hal ini cairan dapat
menguap di bawah permukaan dan mendifusi keluar sebagai uap.

2.4.1.4. Tekanan
Karena pengkerutan zat padat selama pengeringan, cairan di dalam
zat padat dapat terperas keluar karena tekanan yang timbul karena
proses pengkerutan.

2.4.2. PENGARUH PERUBAHAN KONDISI PENGERINGAN


Pengaruh perubahan kondisi pengeringan terhadap kecepatan pengeringan tetap
adalah sebagai berikut :
2.4.2.1. Pengaruh Kecepatan Gas
Apabila radiasi konduksi panas dapat diabaikan, maka Nc akan
sebanding dengan G0.8 untuk aliran gas yang sejajar dengan permukaan,
dan akan sebanding dengan G0.37 untuk aliran gas tegak lurus pada
permukaan. Apabila radiasi dan konduksi panas tidak dapat diabaikan,
maka pengaruh kecepatan gas menjadi kurang penting.
2.4.2.2. Pengaruh Temperatur Gas
Apabila temperatur udara dinaikkan, maka tG-tS akan menjadi lebih
besar, sehingga Nc juga akan bertambah besar. Apabila radiasi panas
7
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan

diabaikan., dan apabila harga λ untuk daerah temperatur yang berlaku


dianggap tetap harganya, maka Nc akan sebanding dengan tG-tS.
2.4.2.3. Pengaruh Kelembaban Gas
Karena Nc sebanding dengan Y’s-Y’, maka kenaikan kelembaban
gas Y’ akan menurunkan kecepatan pengeringan. Biasanya perubahan
Y’ dan tG, juga akan mengubah harga tG dan Y’s, sehingga pengaruhnya
sebaiknya diperkirakan dengan menggunakan persamaan berikut :
q (hc  u k )(t G  t S )  hr (t r  t S )
Nc  
s s ...................................... (10)
Nc  k y ' (Y ' s Y ' )

2.4.2.4. Pengaruh Tebal Zat Padat yang Dikeringkan


Apabila konduksi panas melalui zat padat terjadi, maka
qk  uk (tG  tS )
1
Uk  ..........................................................(11)
1 A zM A zS A
  
hc Au kM Au kS Au
menunjukkan bahwa Nc akan turun dengan kenaikan tebal zat
padat yang dikeringkan. Apabila luas muka bukan pengeringan
diisolasi, atau apabila pengeringan terjadi melalui semua permukaan
zat padat, maka Nc tidak tergantung pada tebal zat padat. Sehingga
waktu pengeringan dalam periode kecepatan tetap antara dua
kandungan cairan tertentu akan sebanding dengan tebal zat padat.

8
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. ALAT
a. Anemometer
b. Baskom plastik
c. Cawan pengering/gelas arloji
d. Gelas ukur
e. Neraca digital
f. Oven
g. Penggaris
h. Pipet tetes
i. Psichrometer
j. Stopwatch
k. Tray
l. Tray Dryer

3.2. BAHAN
a. Air
b. Pasir

3.3. PROSEDUR PERCOBAAN


a. Langkah pertama adalah dengan menyiapkan sampel berupa pasir dan air.
b. Sampel ditimbang sebanyak 1.5 kg dan dicatat beratnya sebelum dicampur dengan
600 ml air sampai rata dalam sebuah baskom plastik kemudian ditutup rapat dengan
plastik.
c. Sampel pasir basah yang sudah tercampur kemudian diambil sebanyak 50 gram
kemudian massa-nya dicatat sebagai (Wb).
d. Sampel dimasukkan ke dalam oven pada suhu 110°C dan massa diukur tiap 10 menit
hingga didapat massa konstan (Wc).
e. Kadar air pada pasir mula-mula dapat dihitung dari data yang didapat.
f. Selanjutnya, tray drier disiapkan dengan menghidupkan MCB, dilanjutkan dengan
menyalakan pengatur laju alir udara dan pengatur suhu udara. Pada percobaan

9
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan

pertama, pengatur laju alir udara pada tray drier diatur pada angka 3, sementara pada
percobaan kedua diatur pada angka 7.
g. Luas penampang tray drier A1 dan A2 diukur. A1 merupakan bagian ujung tray drier
sementara A2 merupakan bagian tengah tray.
h. Sebelum memulai proses pengeringan, tray diukur luasnya dengan mengukur
panjang dan lebar tray. Massa tray ditimbang kemudian dicatat sebagai (WT).
i. Setelah laju alir udara dan suhu udara kering diatur, ditunggu hingga kondisi steady.
j. Selanjutnya, laju alir udara, suhu udara pengering dan suhu bola basah udara
pengering diukur dengan selang waktu 3 menit untuk setiap pengukuran. Setiap kali
mengukur suhu bola basah udara pengering, kain pada psichrometer dibasahi
terlebih dahulu dengan menggunakan pipet tetes.
k. Timbang pasir basah sebanyak 600 gram kemudian dicatat massa-nya sebagai
(Wm).
l. Para tray yang sudah disiapkan, dimasukkan pasir yang telah ditimbang kemudian
diratakan hingga ketebalan pasir (∆x) pada tray seragam.
m. Pasir di tray diukur ketebalannya dengan menggunakan penggaris pada beberapa
titik.
n. Setelah pasir dimasukkan ke dalam tray drier, massa pasir pada tray diukur setiap 10
menit. Pada tahap ini, diusahakan pasir berada di luar tray drier dalam waktu
sesingkat mungkin. Massa pasir dan tray dicatat.
o. Pengukuran massa pasir dan tray dilakukan terus-menerus setiap sepuluh menit
selama sembilan puluh menit.

10
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. PERCOBAAN 1 (SKALA FLOW UDARA 3 / ±0.63 M/S)


Pada percobaan pertama ini, laju pengeringan yang terjadi dapat dilihat pada grafik
dibawah:

0.31
0.29
B
Laju Pengeringan (kg/m2 hour)

0.27
0.25
0.23
0.21
A
0.19
0.17
0.15
0.18 0.19 0.20 0.21 0.22

Kadar Air (kg air/kg padatan)

Gambar 4.1. Grafik Hubungan Laju Pengeringan terhadap Kadar Air pada Percobaan 1

Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa posisi A dan B mewakili periode dari
pengeringan. Pada percobaan tersebut, pengurangan kadar air terbilang cukup kecil.
Dari empat periode pengeringan, percobaan 1 yang dilakukan hanya mampu melalui
proses awal, yaitu periode di mana panas dari udara pengering akan digunakan untuk
menaikkan suhu dan menguapkan air sehingga laju pengeringan akan naik.
Sementara itu, percobaan tidak dapat melalui tiga periode lainnya, yaitu periode
laju pengeringan konstan, periode laju pengeringan menurun yang pertama, dan periode
laju pengeringan menurun yang kedua dikarenakan faktor kerusakan teknis pada alat
tray dryer. Pengatur suhu pada tray dryer tidak dapat digunakan sehingga suhu udara
pengering hanya berkisar di 37-39°C, sehingga pengeringan hanya bergantung pada
temperatur udara pengering yang tersedia. Berikut profil suhu udara pengering selama
percobaan 1 berlangsung.

11
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan

Karena tidak adanya pengaturan temperatur, maka profil temperatur selama


pengeringan cenderung rendah dan fluktuatif. Laju pengeringan yang diharapkan tidak
tercapai, sehingga kita tidak bisa mendapatkan kadar air kesetimbangan. Dari gambar
4.2. bisa kita lihat bahwa laju pengeringan sampai akhir percobaan hanya mencapai
tahap antara B dan C dimana laju pengeringan masih tinggi dan konstan. Artinya untuk
mencapai titik kadar air kesetimbangan, kita butuh waktu yang lebih lama (>90 menit)
atau temperatur yang lebih tinggi agar laju pengeringan semakin tinggi, sehingga
penurunan kadar air pun bisa lebih cepat.

40
39
38
37
36
Suhu Udara Pengering (°C)

35
34 Tg
33 Tw
32
31
30
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90
Waktu (menit)

Gambar 4.2. Profil Suhu Udara Pengering selama Proses Pengeringan pada Percobaan 1

4.2. PERCOBAAN 2 (SKALA FLOW UDARA 7 / ±1.67 M/S)


0.35
0.33
0.31
Laju Pengeringan (kg/m2 hour)

0.29
0.27
0.25
A
0.23
0.21
0.19
0.17
0.15
0.17 0.18 0.19 0.20 0.21 0.22

Kadar Air (kg air/kg padatan)

Gambar 4.3. Grafik Hubungan Laju Pengeringan terhadap Kadar Air pada Percobaan 2

12
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan

Berdasarkan hasil perhitungan dari percobaan 2, diperoleh dara-data kadar air dan
laju pengeringan seperti yang ditampilkan pada lampiran B Tabel 2. Data-data tersebut
kemudian diplot menjadi kurva laju pengeringan terhadap kadar air seperti yang dapat
dilihat pada Gambar 4.3. Pada percobaan kedua, laju pengeringan juga hanya sampai
diantara titik B dan C, dan tidak didapat titik kadar air kesetimbangan. Pada saat
percobaan, mesin tray dryer mengalami kerusakan sehingga temperatur tidak dapat
dijaga dalam proses. Hal tersebut mengakibatkan fluktuasi penurunan kadar air dan laju
pengeringan. Dengan alasan yang sama seperti percobaan pertama yaitu pengaturan
temperatur yang tidak berfungsi, profil temperatur dapat dilihat pada Gambar 4.4.
40
39
38
Suhu Udara Pengering (oC)

37
36 Tg
35 Tw
34
33
32
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90
Waktu (menit)

Gambar 4.4. Profil Suhu Udara Pengering selama Proses Pengeringan pada Percobaan 2

Untuk melihat hubungan kenaikan air flow dengan laju pengeringan, dapat dilihat
pada Gambar 4.5.

1.00
0.90
Laju Pengeringan (kg/m2 jam)

0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10 A
0.00
0.15 0.16 0.17 0.18 0.19 0.20 0.21 0.22
Kadar Air (kg air/kg padatan)

Percobaan 1 Percobaan 2

13
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan

Gambar 4.5. Perbandingan Hubungan Laju Pengeringan pada Percobaan 1 dan Percobaan 2

Dari gambar tersebut, bisa kita simpulkan pada percobaan 2, nilai laju pengeringan
lebih tinggi daripada laju pengeringan pada percobaan pertama. Hal ini disebabkan oleh
kenaikan laju alir udara pengering pada percobaan 2 dengan rata-rata laju alir 1.669
m/s sementara pada percobaan 1, rata-rata laju alir udara pengering hanya 0.62 m/s.
Data laju alir udara pengering dapat dilihat pada Gambar 4.6.

2.0
1.8
Laju Alir Udara Pengering (m/s)

1.6
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90
Waktu (menit)

Percobaan 1 Percobaan 2

Gambar 3.6. Laju Alir Udara Pengering pada Percobaan 1 dan Percobaan 2

Baik pada percobaan 1 ataupun 2, keduanya tidak menyuguhkan nilai yang


merepresentasikan teori mengenai tahap-tahap pengeringan sesuai dengan kurva
karakteristik. Hal ini disebabkan karena pengatur suhu pada tray dryer rusak, sehingga
suhu tidak menjadi variabel dari percobaan. Dengan standard suhu ruang yang
digunakan (kisaran 36-39°C), pengeringan pasir akan berlangsung lebih lama karena
hanya mengandalkan laju alir udara pengering. Selama 90 menit, periode pengeringan
yang dilalui hanya pada periode penyesuaian awal.

14
Laboratorium Teknik Kimia - Pengeringan

BAB V
KESIMPULAN
1. Periode penyesuaian awal terjadi karena perbedaan temperatur antara bahan dengan
udara pengering. Pada periode ini, tidak terjadi difusi air secara sempurna dari bagian
dalam bahan ke permukaan.
2. Pengeringan dengan hanya mengandalkan laju alir udara pengering membutuhkan waktu
lebih lama dalam pengeringan untuk mencapai kadar air kesetimbangan.
3. Dengan mengubah laju alir udara pengering, dapat disimpulkan bahwa laju pengeringan
meningkat seiring dengan peningkatan laju aliran udara.
4. Kurva karakteristik pengeringan pada periode penyesuaian awal yang didapat sesuai
dengan literatur, hanya saja pada beberapa titik terdapat fluktuasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, C.J. 1998. Transport Process and Unit Operation, Third Edition. Prantice Hall.

Treybal, Robert E. 1984. Mass Transfer Operations. Third Edition.

Hardjono, Ir. 1989. Operasi Teknik Kimia II. Edisi pertama. Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

vi
LAMPIRAN A
GAMBAR ALAT

Neraca Digital
Pengatur
Pemanas Pemanas

Anemometer
Pengatur Tray
Kecepatan Psychometer
Udara

Gambar A. Alat Pengering Tray Dryer

vii
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
B.1. Percobaan 1 (Air Flow 0,62 m/s)

Tabel B.1. Hasil Perhitungan Percobaan 1

B.2. Percobaan 1 (Air Flow 1,669 m/s)

Tabel B.2. Hasil Perhitungan Percobaan 1

B.3. Contoh Perhitungan


 Penentuan Laju Pengeringan Berdasarkan Data Percobaan
Percobaan 1
Panjang Tray = 0.278 m Wb = 0.0504 Kg
Lebar Tray = 0.186 m Wc = 0.0395 Kg
Ketebalan Pasir = 0.0056 m Wm = 0.6005 Kg
A = 0.278 x 0.186 = 0.051708 m2
Wb−Wc
Kadar air = 𝑊𝑏
0.0504−0.0395
= 0.0504
= 0.2165 kg air/kg padatan
Luas Tray = 0.278 x 0.186 = 0.051708 m2

viii
LS = (1-0.2165) x 0.6005 Kg
= 0.4705 Kg
0.6005−0.4705
X1 = = 0.2165 kg air/kg padatan
0.6005
0.59774−0.4705
X2 = = 0.2129 kg air/kg padatan
0.59774
∆X = 0.2129 – 0.2165
= -0.0036 kg air/kg padatan
∆t = 10/60 menit = 0.167 jam
−LsΔx
Laju Pengeringan =
AΔt
−0.4705 x−0.0036
= 0.051708 x 0.167
= 0.1989 Kg/m2.jam
Perhitungan dilakukan berulang sehingga didapat nilai N seperti didalam tabel hasil
percobaan.

Percobaan 2
Panjang Tray = 0.276 m Wm = 0.60002 Kg
Lebar Tray = 0.186 m
Ketebalan Pasir = 0.0048 m
Luas Tray = 0.278 x 0.186 = 0.051336 m2
LS = (1-0.2165) x 0.6005 Kg
= 0.4701 Kg
0.60002−0.4701
X1 = = 0.2165 kg air/kg padatan
0.60002
0.59636−0.4701
X2 = = 0.2117 kg air/kg padatan
0.59636
∆X = 0.2117 – 0.2165
= -0.0049 kg air/kg padatan
∆t = 10/60 menit = 0.167 jam
−LsΔx
Laju Pengeringan =
AΔt
−0.4701 x−0.0049
= 0.051336 x 0.167
= 0.2641 Kg/m2.jam

 Perhitungan NC Teoritis
Percobaan 1
v2 = 0.62 m/s
Tg = 37.1290°C
Tw = 36.3226°C
Tf = 𝑇𝑔+𝑇𝑤
2
=
37.129+36.3226
2
= 36.7258°C
3
ρg = 1.1412 kg/m (App. A3-3 Geankoplis)
λw = 2567,681 x 103 J/kg (App. A2-9 Geankoplis)
A = 0.051336 m2
A1 = 0.0488 m2

ix
A2 = 0.07784 m2
µ = 1.8954 x 10-5 kg/ms
Npr = 0.7053
Kp = 2,5 W/moC
NC
= 0.1989 kg/m2.jam
percobaan

Maka, kecepatan udara di dalam dryer (v1) adalah


𝐴1 𝑣1 = 𝐴2 𝑣2
0.0488𝑣1 = 0.07784 × 0.62
𝑣1 = 0.9889 𝑚/𝑠

𝜌𝑣𝐿 1.1412×0.9889×0.278
𝑁𝑟𝑒 = = = 16552.28896  aliran laminar (NRe > 300000)
𝜇 0.000018954
Karena aliran laminar, maka persamaan yang digunakan adalah
1⁄3
𝑁𝑁𝑢 = 0.664(𝑁𝑅𝑒 )0.5 (𝑁𝑝𝑟 )
= 0.664(16552.28896)0.5 (0.7053)1⁄3
= 76.0428

𝑁𝑁𝑢 × 𝑘 76.0428 × 0.0277


ℎ= = = 7.5769 𝑊⁄𝑚°𝐶
𝐿 0.278
𝑞1 = ℎ𝐴∆𝑇
= (7.5769)(0.051708)(0.8064)
= 0.3159 𝑊
1
𝑈=
1 ∆𝑥
+
ℎ 𝑘𝑝
1
=
1 0.0056
+
7.5769 2.5
= 7.4504 𝑊⁄𝑚°𝐶
𝑞2 = 𝑈𝐴∆𝑇
= (7.4504)(0.051708)(0.8064)
= 0.3107 𝑊
𝑞𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑞2 + 𝑞2 = 0.3159 + 0.3107 = 0.6266 𝐽⁄𝑠
𝑞𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑚=
λ𝑤
0.6266
=
2567.281 × 103
= 2.4407 × 10−7 𝑘𝑔 ⁄𝑠
𝑚
𝑁𝐶 = 3600
𝐴
2.4407 × 10−7
= 3600
0.051708
= 𝟎. 𝟎𝟔𝟏𝟗𝟗 𝒌𝒈 𝒂𝒊𝒓⁄𝒎𝟐 𝒋𝒂𝒎

x
Percobaan 2
v2 = 1.669 m/s
Tg = 40.1613°C
Tw = 37.0323°C
𝑇𝑔+𝑇𝑤 40.1613+37.0323
Tf = 2
= 2
= 38.5968°C
3
ρg = 1.1410 kg/m (App. A3-3 Geankoplis)
λw = 2568.9851 x 103 J/kg (App. A2-9 Geankoplis)
A = 0.051336 m2
A1 = 0.0488 m2
A2 = 0.07784 m2
µ = 1.9037 x 10-5 kg/ms
Npr = 0.02706
Kp = 2,5 W/moC
NC
= 0.2641 kg/m2.jam
percobaan

Maka, kecepatan udara di dalam dryer (v1) adalah


𝐴1 𝑣1 = 𝐴2 𝑣2
0.0488𝑣1 = 0.07784 × 1.669
𝑣1 = 2.6622 𝑚/𝑠

𝜌𝑣𝐿 1.1410×2.6622×0.276
𝑁𝑟𝑒 = = = 44151.4316  aliran laminar (NRe > 300000)
𝜇 0.000019037
Karena aliran laminar, maka persamaan yang digunakan adalah
1⁄3
𝑁𝑁𝑢 = 0.664(𝑁𝑅𝑒 )0.5 (𝑁𝑝𝑟 )
= 0.664(44151.4316 )0.5 (0.02706)1⁄3
= 41.8874

𝑁𝑁𝑢 × 𝑘 41.8874 × 0.0277


ℎ= = = 4.2039 𝑊⁄𝑚°𝐶
𝐿 0.276
𝑞1 = ℎ𝐴∆𝑇
= (4.2039)(0.051366)(3.129)
= 0.6757 𝑊
1
𝑈=
1 ∆𝑥
+
ℎ 𝑘𝑝
1
=
1 0.0048
4.2039 + 2.5
= 4.1702 𝑊⁄𝑚°𝐶
𝑞2 = 𝑈𝐴∆𝑇
= (4.1702)(0.051366)(3.129)
= 0.6702 𝑊
𝑞𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑞2 + 𝑞2 = 0.6757 + 0.6702 = 1.3459 𝐽⁄𝑠
𝑞𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑚=
λ𝑤
xi
3.3459
=
2568.9851 x 103
= 1.3024 × 10−6 𝑘𝑔 ⁄𝑠
𝑚
𝑁𝐶 = 3600
𝐴
1.3024 × 10−6
= 3600
0.051366
= 𝟎. 𝟎𝟗𝟏𝟑 𝒌𝒈 𝒂𝒊𝒓⁄𝒎𝟐 𝒋𝒂𝒎

B.4. Data Tambahan

Tabel B.3. Profil Parameter Percobaan 1

Tabel B.4. Profil Parameter Percobaan 2

xii

Anda mungkin juga menyukai