Anda di halaman 1dari 12
Jurnal Medika Planta - Vol. 1 No. 2 Oktober 2010 EFFECT OF JAMU X ON BLOOD GLUCOSE Research Article EFFECT OF JAMU X ON BLOOD GLUCOSE LEVEL IN HEALTHY VOLUNTEER Nicolaski Lumbuun*, Amir Syarif*, Rianto Setiabudy*, Ernie H Purwaningsih** * Department of Pharmacology, University of Indonesia, School of Medicine, Jakarta **Department of Medical Pharmacy, University of Indonesia, School of Medicine, Jakarta ABSTRACT: Introduction : In the line with the government's policy to encourage the safe and effective use of traditional medicines, the development of the traditional medicine is impressive today. After passing phases 1 and 2 clinical trials, a medicinal herb can be formally used in health care services. Jamu X has passed the safety and efficacy on preclinical test. Obviously these data opens possibilty to explore the safety and efficacy ofthe herbs in man. Objective : To find out the pharmacodynamic effect and the effective dose of Jamu X to reduce blood glucose levels following fasting and/or two hours after taking an oral glucose dase of 75 grams in healthy subject. Method This study used a “before and after” design. Each healthy subject was given the product in 2 dosages in 2 separate periods. The first dase was I capsule three times a day for seven days. After a washout period of 2 weeks, the subject ‘was given 1 capsule twice a day for another seven days. The parameters evaluated were the fasting blood glucose and the blood glucose levels at 2 hours after the ingestion of 75 g oral glucose, Results: atadose twice aday over 7 days can significantly reduce the blood glucose levels of healthy subjects. The mean level of fasting glucose reduced 5.2% (p=0.01) and the mean level of 2 hours after taking an oral glucose dose of 75 grams reduced 7.3% (p=0.01). Conclusion : Jamu x reduces blood glucose levels in healthy subject and the reduction in blood glucose levels is dose dependent, Further clinical trials on diabetic patients are required to establish the clinical efficacy and safety of this product as a potential herbal medicine in the management of diabetes mellitus. Keywords: Fasting & 2 hours glucose level before and after given of Jamu X. EFFECT OF JAMU X ON BLOOD GLUCOSE Jurnal Medika Planta - Vol. 1 No. 2 Oktober 2010 EFEK JAMU X TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH SUKARELAWAN SEHAT Nicolaski Lumbuun*, Amir Syarif*, Rianto Setiabudy*, Ernie H Purwaningsih** * Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta **Bagian Farmasi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta ABSTRAK: Pendahuluan : Sejalan dengan dukungan pemerintah dalam meningkatkan mutu serta kualitas jamu melalui perkembangannya dalam pengobatan meninggkat pesat, Jamu dapat digunakan dalam pelayanan kkeschatan formal untuk mengobati suatu penyakit sctelah melalui uj klinik minimal fase 1 dan 2, Jamu X telah ‘melalui uji preklinik, hasilnya menunjukkan keamanan dan efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah hewan coba pada dosis 27 mg/200 gBB sebanding dengan pemberian tolbutamid 9 mg/200 gBB. Tujuan : Untuk rmengetahui efek dan dosis efektif Jamu X menurunkan kadar glukosa darah puasa dan atau 2 jam setelah beban slukosa oral 75 g pada sukarelawan sehat serta identifikasi efek sampingnya. Metode : Desain yang digunakan adalah before and after. Setiap sukarelawan mendapatkan 2 kali periakuan, diberikan obat uji yang sama, narmun dosis berbeda, Pertama sukarelawan mendapat dosis 3X1 kapsul obat ji selama 7 hari, kemudian setelah melewati periode wash out selama 2 minggu sukarelawan mendapat obat uj dosis 2X kapsul selama 7 hari. asi: Jamu X dengan dosis 2X1 selama 7 hari, menurunkan kadar glukosa darah sukarelawan sehat secara bermakna (p=0.01). Penurunan kadar glukosa darah dipengaruhi olch dosis yang diberikan, bertambahnya dosis maka pemurunan kadar slukosa darah juga bertambah. Simpulan : jamu X efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah orang sehat. ‘Masih diperlukan uji klinik pada penderita DM untuk memastikan efektivitasnya, sebelum dapat dipergunakan sebagai fitofarmaka dalam pelayanan kesehatan formal Kata kunci : Kadar glukosa darah puasa, kadar glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa oral 75 g, Jamu X PENDAHULUAN Diabetes melitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan defek sekresi dan/atau kerja insulin, dan dikelompokkan atas DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional.' Prevalensi DM di seluruh dunia meningkat dramatis dalam dua dekade terakhir.” Menurut WHO 1998, diperkirakan jumlah orang dengan diabetes di Indonesia akan meningkat hampir 250% dari 5 juta di tahun 1995 menjadi 12 juta pada tahun 2025.>° Penyakit ini terjadi akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang bersifat kkronis dan progresif seria ditandai adanya hiperglikemia dan glukosuria, sehingga menimbulkan berbagai Komplikasi pada pembuluh darah. Risiko komplikasi meningkat akibat hiperglikemia yang tidak terkontrol. Gejala klinik akibat komplikasi tersebut, biasanya terjadi pada dekade ke 2 setelah adanya hiperglikemia kronik.? Penurunan dan pengendalian kadar glukosa darah pada penderita DM terbukti menurunkan risiko semua komplikasi penyakit ini.'** Pengobatan yang teratur, adekuat dan Jjangka panjang sangat diperlukan untuk mendapatkan kontrol glikemia yang baik serta mencegah komplikasi penyakit ini Penggunaan tanaman obat yang efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah, aman serta diharapkan relatif lebih murah, merupakan alternatif pengobatan DM.’ Beberapa tanaman obat telah banyak digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah seperti bawang putih (Allium sativum L.), abu parang (Cucurbita moschata L.), lidah buaya (Aloe vera L.), sambiloto (Andrographis paniculata Nees), brotowali (Tinaspora crispa L.), buncis (Phaseolus vulgaris L), pare (Momordica charantia L). Banyak yang sudah dijadikan jamu, baik sebagai sediaan ekstrak tunggal maupun campuran beberapa Jurnal Medika Planta - Vol. 1 No. 2 Oktober 2010 _ EFFECT OF JAMU X ON BLOOD GLUCOSE bahan dan digunakan secara luas oleh masyarakat. Satu diantaranya sudah ditingkatkan statusnya di atas jamu menjadi sediaan ekstrak herbal terstandar yaitu Glucogard® (campuran ekstrak buah pare dan daun ‘mengkudu/pace). Jamu X merupakan produk obat tradisional yang baru, isinya terdiri dari ekstrak daun angsana (Pterocarpus indicus Willd) 20%, ekstrak daging buah pare/paria (Momordica charantia L.) 20% dan ekstrak buah buncis (Phaseolus vulgaris L.) 60%. Uji praklinik membuktikan bahwa Jamu ini tidak toksik pada uji toksisitas akut dan subkronik.* Selain itu, pada uji praklinik juga terbuktikan bahwa efek hipoglikemik setelah pemberian peroral dosis 135 mg/kgBB yang setara dengan efek tolbutamid dosis 45, mg/kgBB.* Untuk mengetahui efek farmakodinamik dan dosis yang dapat ditoleransi pada orang sehat, maka dilakukan uj Klinik Jamu X ini. METODE Penelitian dilakukan dengan membandingkan glukosa darah puasa dan 2 jam setelah beban glukosa oral 75 g pada sukarelawan schat sebelum dan sesudah mendapatkan beberapa tingkatan dosis Jamu X yang diberikan selama 7 hari (before and after). Tempat penelitian adalah laboratorium Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUV/RSUPNCM, berlangsung dari bulan November 2005-Maret 2006. Subyek penelitian adalah 13 orang relawan sehat dengan, Kriteria Inklusi: ‘+ Sukarelawan schat pria atau wanita berusia 20-55 tahun dengan indeks massa tubuh (IMT)=BB. (kg)/TB (m)*: 18.5-22.9 + Tidak mengidap penyakit kronis dan tidak ada riwayat penyakit keluarga yaitu diabetes melitus, hipertensi, asma dan lain-lain, pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan fungsi hati (kadar SGOT, SGPT) dan fungsi ginjal (kadar kreatinin) dalam batas normal, * Kadar plasma glukosa puasa <110 mg/dL, 2 jam setelah beban glukosa 75 g <140 mg/dL* + SGOT, SGPT dan kreatinin darah tidak lebih dari 1'/2 nilai batas atas normal. Kriteria Eksklusi: ‘+ Mengkonsumsi obat atau jamu yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah, 2 minggu sebelum dan selama penelitian. ‘+ Hamil atau menyusui, wanita usia subur tanpa kontrasepsi. + Riwayat hipersensitivitas terhadap bahan-bahan yang terdapat dalam Jamu X. Prosedur Penelitian Sukarelawan schat yang memenuhi kriteria akan diperiksa kadar glukosa darah puasa, 2 jam setelah beban glukosa oral 75 g, sebelum pemberian Jamu X (data before). Berdasarkan data uji praklinik yang menyatakan bahwa dosis efektif Jamu X pada hewan coba setara dengan 1500 mg/hari pada manusia', maka pada penelitian ini ditetapkan penggunaan dosis tersebut (3X1 kapsul @ 500 mg perhari) selama 7 hari, kemudian diperiksa kembali kadar glukosa darah puasa, diberi minum larutan glukosa 75 g dalam 200 mL. air ~ Jamu X dan setelah 2 jam diperiksa lagi glukosa darahnya (data after). Semua sukarelawan dihentikan minum Jamu X selama 2 minggu (wash out). Pada akhir minggu para sukarelawan mendapatkan perlakuan yang sama seperti sebelumnya, namun dosis Jamu X yang diberikan adalah 2X1 kapsul perhari selama 7 hari. Jarak waktu pengambilan darah puasa dengan 2 jam setelah minum larutan glukosa ditetapkan dan dicatat dengan menggunakan pengukur waktu (jam dinding), sehingga pengambilan darah tepat pada waktunya. Kepatuhan setiap sukarelawan minum kapsul uji dimonitor setiap pagi saat bertemu di tempat kerja atau melalui telepon pada sore hari jika tidak bertemu pagi harinya, Dua minggu sebelum dan selama penelitian, para sukarelawan tidak diperbolehkan ‘mengkonsumsi obat/jamu yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah; kontrol diet dengan EFFECT OF JAMU X ON BLOOD GLUCOSE Jurnal Medika Planta - Vol. 1 No. 2 Oktober 2010 menginstruksikan agar makan, minum dan melakukan aktivitas fisik seperti biasa yang dilakukan sehari-hari dan tidak makan atau minum yang manis lebih banyak dari biasanya. Penurunan rerata kadar glukosa darah puasa dan atau 2 jam setelah beban ghukosa oral 75 g, sebelum dan setelah pemberian Jamu X sebesar 10%, dinyatakan bermakna secara klinis. Setiap hari ke-4 setelah minum Jamu X, semua sukarelawan diminta datang untuk dilakukan pemeriksaan fisik (keadaan umum, berat badan, tekanan darah, frekuensi nadi), serta ditanyakan apakah ‘timbul gejala hipoglikemi seperti rasa lapar, mual, lesu, lemah, keringat dingin, tangan gemetar (Gianjurkan untuk segera minum segelas air yang dicampur 2 sendok makan gula), dan atau perut kembung, serta terasa tidak nyaman, juga keluan lain yang tidak biasa dirasakan selama minum kapsul yang diberikan. Jika ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik dan atau gejala-gejala seperti diatas, ‘maka akan dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan kadar glukosa sewaktu, SGOT, SGPT dan ‘kreatinin, ‘Alur penelitian dapat dilihat pada gambar 1. dibawah ini Periode run ia 2 minggu os er ree Minum Jamu X Minum Jamu X ‘Thar dosis —Periode wash out 2minggu "7 hart dosis Periode run-in, Pemeriksa Harike-4 — Pemeriksa. Pemeriksa Harike-4 Pemeriksaan Eatovennn, Sore Mette Fone Sack’ "idan "Ua Seete Cuosn qin eae Ged minmabat hla cata, canara Te eT came" s cinerea ine, biasa dilakukan glukosa oral —_ pemeriksa —glukosa glukosa pemeriksaan glukosa oral sehari-hari, tidak = 759 fisik. Bila oral 759 oral 759 fisik. Bila 189 en demeten asaton eee, ae ‘her ‘mansleon” =) ponksalad, =) Y pork ab. Canystan Stice Siesta ne oa Meet” pa. ratmecioea “bole aaa, Rane? eto coer ‘ana lan Scot pats stro sob A acer ah = — Gambar 1 Alur penelitian Jurnal Medika Planta - Vol. 1 No. 2 Oktober 2010 _ EFFECT OF JAMU X ON BLOOD GLUCOSE Bahan Penelitian Darah Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah beban glukosa oral, sebelum dan setelah mendapat Jamu X dilakukan di laboratorium Dept. Farmakologi & Terapeutik FKUI. Darah sukarelawan diambil dari dacrah lipat lengan sebanyak 3 mL dengan menggunakan semprit 3 mL dan segera dipisahkan serumnya setelah diputar dengan sentrifus berkecepatan 8000 rpm selama 3 menit. Kadar glukosa darah langsung diperiksa setelah mendapatkan serum seluruh sukarelawan, Pemeriksaan konsentrasi glukosa darah dilakukan secara fotometrik enzimatik dengan reagen “Glucose GOD FS” (DiaSys), suatu reagen diagnostik untuk menentukan kadar glukosa serum atau plasma (kuantitatif) in vitro melalui sistem fotometrik. Obat Bahan Jamu X, diperoleh langsung dari suatu perusahaan jamu di Semarang. Setiap kapsul berisi campuran ramuan bahan aktif 500 mg (ekstrak daun angsana (Pterocarpus indicus Willd) 20%; ekstrak daging buah pare/paria (Momordica charantia L) 20% dan ekstrak buah buncis (Phaseolus vulgaris L) 60%). Bahan jamu yang dikirimkan disertai keterangan tertulis bahwa dibuat sesuai komposisi dan cara pembuatan terstandarisasi, juga dijamin tidak bercampur obat antidiabetik oral Konvensional. Alat ‘+ Spektrofotometer: Double beam (UV/Vis), Perkin Elmer ~ Lamda 3B, yang terhubung dengan thermostat dan inkubator: Yolabo 6A. ‘+ Mikrosentifus: Sorvall + Kuvet spektrofotometer dengan panjang optik 1 cm + Tabung mikrosentrifus, mikropipet, vortex mixer, tabung reaksi, dan rak tabung reaksi + Reagen “Glucose GOD FS” DiaSys” KIT LOT. 60027160: Standar lot, no, 4492, expired date 2008-04 ~ Reagen lot. no. $216, expired date 2007-06, berisi: + Fosfat buffer pH 7.5 250 mmol/L * Fenol 5S mmol/L + 4-Aminoantipirin 0.5 mmol/L + Glukosa oksidase (GOD) > 10 KU/L + Peroksidase (POD) 2 1kUL Analisis Statistik Data pemeriksaan glukosa darah puasa dan 2 jam setelah beban glukosa oral, sebelum dan sesudah pemberian Jamu X diuji dengan analisis paired t test, perbedaan dikatakan bermakna jika p < 0,05. Bila distribusi data tidak normal, maka dilakukan transformasi logaritmik. Analisis statistik ‘menggunakan program komputer SPSS v.12. EFFECT OF JAMU X ON BLOOD GLUCOSE Jurnal Medika Planta - Vol. 1 No. 2 Oktober 2010 Demografi Sukarelawan Proses perekrutan subyek berhasil mengumpulkan 16 sukarelawan sehat yang memenuhi \citeria penelitian. Sebelum penelitian berlangsung, 2 sukarelawan wanita dan 1 pria yang telah mengikuti pemeriksaan penyaring mengundurkan diri karena seorang pindah tempat bekerja, seorang lainnya perlu mendapatkan obat kortikosteroid saat penelitian, Sukarelawan terdiri dari 9 pria dan 4 ‘wanita, dengan rerata umur 38.6 tahun, rerata tinggi badan 1.6 m dan rerata indeks massa tubuh 21.2. HASIL Pemeriksaan parameter kadar glukosa darah sebelum dan sesudah mendapat Jamu X terhadap 13 sukarelawan schat yang mendapatkan dosis 3X 1 kapsul selama 7 hari dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Pemeriksaan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah mendapat Jamu X terhadap 13 sukarelawan sehat yang mendapatkan dosis 3X1 kapsul selama 7 hari Kadar glukosa darah Kadar glokosa darah 2 jam No. pussa peda Selah Debun glukosa oral Beda Subyek (agit) Beda (00) (agit) (HL) peas sebelum™—setelah (aga) sebetum setelah nea periaauan_periakuan periacuan ——_perlakuan 1763. ~707~=~*«*SCSC~SSSSC ion6—03—«GR 2 ml ABT 58 ms m8 300 M20 4B 83S ne 89 206 4 m4 73 62s 88 3338 S84 3TH 2a 288 6 M2 79° 23s 478 ssl 207 RD 7 BT 6 16867 38 028 7 1011 2 19 w 83S SLD Ma 75 AL 2 78 2 kL 883 mess 116 B Bl m9 kaa 50708 7200-973 BB 68 $85 83 86 w 196059 2 a1 nus Renta 8176S 97 asi ga 32 446 «SS 103 i as_86 Hasil pemeriksaan parameter kadar glukosa darah terhadap 13 sukarelawan, sebelum dan sesudah mendapatkan Jamu X dosis 2X1 kapsul dapat dilihat pada tabel dibawah ini Jurnal Medika Planta - Vol. 1 No. 2 Oktober 2010 _ EFFECT OF JAMU X ON BLOOD GLUCOSE ‘Tabel2 — Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah mendapatkan Jamu X dosis 2X1 kapsul Kadarglukosa No. daran passa Beda ‘telah eban glkosa oral Beda Subj (mga) Beda ede (gfdL) (mA) aoay sebelum=—setelah (gid) sebelum setelah on periakuan_perlakuan perlakuan ——perlakuan 1 ss 7624334 1135 is 20 2 121926 a6 56 28 3 97 0 62S 58 941 86 sd 4 2 M68 892 srl 224 5 4 mz 526 Ba i 03 6 Bl m4 5774 33 ms 2 7 m1 eS 108.1 133181. 8 89237 1022 107 iss wld 58569 852 B20 2a 2 69 ASB 986 3730 3a 3B 9 BL 1923 94.1 m3 17 18 24 85H S88 1056 87874 wm 6 38S 859 75729 Renata 8117694252 952 72 —*76 > 48 31162 92 jos 4349) Awalnya dilakukan analisis terhadap distribusi setiap data dengan uji nonparametrik Kolmogorov-Smimov, untuk memastikan distribusi sctiap data normal. Kemudian dilakukan uji perbandingan mean dengan menggunakan paired t test. Perbedaan dikatakan bermakna jika p < 0,05. Tabel dibawah ini merangkum hasil serta analisis statistik pemeriksaan parameter glukosa darah sebelum-setelah mendapatkan Jamu X selama 7 hari, dosis 3X1 dan 2X1 kapsul Tabel 3 Hasil Analisis Statistik pada Sukareawan Sehat Parameter Sebelum — Sesudah——_—Selsih 35% perlakuan _perlakuan Convidenc Interval __p Jamu X, Doss 3X1 kapsul Kadarghikosudarah 81.7452 736264 81446 53-109 0.007 ‘Puasa (mg/dL) 09455%) Kadarglukosa darah 2jamsetelah beban 974103 &5.141L1 119485 68-17 0.008 lukosa oral 75 ¢ (122 86%) 7) Jamu X Dosis 2X1 kaprul Kadarglukomdarah S11448 769251 42216 32-52 oot poasa (mg/dL) 62421% Kadarglakosa darah ZjamSetelah beban 95.2492 sB2103 72845 45-99 oo slukosa oral 75 ¢ 73449%) (ag/al.) EFFECT OF JAMU X ON BLOOD GLUCOSE Jurnal Medika Planta - Vol. 1 No. 2 Oktober 2010 Dibawah ini adalah diagram penurunan parameter kadar glukosa darah sebelum dan setelah perlakuan, dengan dosis jamu Diabet 3X1 kapsul maupun dosis 2X1 kapsul. Seb porauan| ‘Soman portan Gambar 2 Diagram penurunan parameter kadar glukosa darah sebelum dan setelah perlakuan Keterangan: —— Kadar glukosa puasa sebelum dan setlah mendapat Jamu X dosis 3X1 selama Thari Kadar glukose darah 2 jam beban glukosa oral scbelum dan setelah mendapat Jamu X dosis 3X1 selama Thati oo. Kadar glukosa puasa sebelum dan setelah mendapat Jamu X dosis 2X1 selama Thar sorurs Kadar glukosa darah 2 jam beban glukose oral sebelum dan setelah mendapat Jamu X ddosis 2X1 selama Thati DISKUS Suatu obat herbal (jamu) yang telah digunakan turun temurun dapat menjadi fitofarmaka bila telah melalui uji kinik dan terbukti khasiatnya/efikasinya pada penderita penyakit yang dimaksud serta ditemukannya dosis yang efektif (dose ranging study) Produk jamu yang baru dan belum pernah digunakan masyarakat untuk pengobatan suatu penyakit, selain harus sudah terbukti keamanannya, perlu Giteliti pada sejumlah kecil sukarelawan sehat untuk melihat efek farmakodinamik.” Selanjutnya, baru diteliti pada penderita dengan rancangan acak, berpembanding, dan tersamar ganda. Jamu X mengandung campuran ekstrak daun angsana 20%, buah pare 20% dan buah buncis 60%, yang baru dan akan dipasarkan sebagai fitofarmaka untuk pengobatan DM. Produk ini telah ‘melewati uji toksisitas akut dan kronis serta efek farmakodinamiknya pada hewan. Hasilnya menyatakan aman dan efektif menurunkan kadar glukosa darah pada hewan coba, Pada penelitian ini, Jamu X diujikan secara Klinis untuk pertama kalinya guna membuktikan efek farmakodinamik yang telah diperlihatkan pada uji praklinik, juga menentukan dosis yang m: dapat ditoleransi oleh subyek sehat dan menentukan dosis yang efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah, Efek farmakodinamik pada subyek schat rencananya akan dilihat setelah pemberian Jamu X 3X1 ‘kapsul selama 1 minggu diikuti dengan 3X2 kapsul selama 1 minggu setelah masa washout 1 minggu. Jurnal Medika Planta - Vol. 1 No. 2 Oktober 2010 _ EFFECT OF JAMU X ON BLOOD GLUCOSE Bila efek farmakodinamik belum terlihat, maka penelitian dilanjutkan kembali dengan memberikan dosis 3X3 kapsul selama 1 minggu, juga dengan masa washout | minggu. Namun, ketika berlangsung pemberian dosis 3X1 kapsul didapatkan 2 sukarelawan wanita mengeluh lemas, merasa lapar, sakit kkepala, jantung berdebar, pandangan kabur. Keluhan tersebut timbul 1 — 1% jam setelah minum kapsul uji dan hilang setelah kedua subyek tersebut minum air gula atau makan sesuatu yang manis. Pada 1 orang sukarelawan pria didapatkan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah beban glukosa oral < 65 mg/dL. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka dosis diturunkan menjadi 2X1 kapsul sclama 7 hari Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar glukosa darah (puasa dan 2 jam setelah beban glukosa oral 75 g) sebelum dan sesudah pemberian Jamu X selama 7 hari menurun bermakna secara statistik, baik pada dosis 3X1 kapsu/hari maupun 2X1 kapsul/hari. Secara klinis dosis 2X1 kapsul agaknya tidak memberikan penurunan kadar glukosa darah yang bermakna, yaitu kurang dari 10%, Penurunan kurang dari 10% secara klinis tidak akan memberikan manfuat, karena diperlukan pengendalian kadar glukosa darah yang sangat ketat untuk dapat mencegah komplikasi jangka panjang DM. Oleh karena itu, pada penghitungan besar sampel ditetapkan nilai d sebesar 10% dan didapatkan jumlah sukarelawan yang diperlukan adalah 8 orang. Penetapan nilai d dalam penghitungan besar sampel ditentukan berdasarkan clinical judgment peneliti dan tidak berdasar kepustakaan.’ Dipertimbangkan bahwa nilai d kurang dari 10% akan membuat besar sampel bertambah, namun manfaat Klinik tidak tercapai. Pengendalian kadar slukosa darah yang ketat memerlukan obat yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan HbAle yang cukup besar."° Obat antidiabetes oral konvensional misalnya glibenklamid dan glipizid sebagai ‘monoterapi pada dosis anjuran, menurunkan HbAIc penderita DM tipe 2 sebesar 1 — 2%. Glipi menurunkan kadar glukosa darah puasa penderita DM sebesar antara 57 — 74 mg/dL.'' Metformin pada dosis anjuran sebagai monoterapi penderita DM tipe 2, menurunkan kadar glukosa darah puasa 22~ 26% dan HbAlc 1.4 — 1.8%.'? Monoterapi dengan akarbose yang diberikan dengan dosis optimal pada penderita DM tipe 2, menurunkan kadar glukosa darah postprandial dan puasa rerata sebesar 50 mg/dL dan 21.8 mg/dL, serta HbA Ic berkurang sebesar 0.6 — 0.8%."* Pada beberapa penelitian klinis untuk antidiabetik oral digunakan parameter kadar glukosa darah yang dihitung berdasarkan Iuas daerah di bawah kurva (AUC) kadar ghukosa sampai jam tertentu. ‘Keunggulan menggunakan parameter ini adalah mendapatkan gambaran besarnya efek farmakodinamik dari bahan uiji, serta data penurunan kadar glukosa darah pada waktu-waktu tertentu sehingga pada saat kadar glukosa darah terendah dapat diantisipasi efek samping hipoglikemia yang mungkin timbul. Parameter tersebut tidak digunakannya, karena tujuan penelitian ini hanya untuk melihat ada atau tidaknya efek farmakodinamik dan menimbang bahwa gejala klinis hipoglikemia dapat diamati dengan jjelas. Dengan menggunakan parameter kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah beban glukosa oral, ‘maka biaya dan waktu penelitian dapat lebih efisien tanpa mengurangi esensi penelitian, Hanya ditemukan satu referensi mengenai daun angsana yang digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah. Referensi tersebut mengenai uji praklinik yang memperlihatkan efektivitas infusa daun angsana 10% untuk menurunkan kadar glukosa darah kelinci yang diinduksi hiperglikemia dengan glukosa oral maupun kelinci diabetes yang diinduksi aloksan. Hasil uji menunjukkan bahwa efek infusa daun angsana 10% sebanding dengan efek tolbutamid pada dosis 50 mg/kgBB dalam menurunkan kadar glukosa darah kelinci.'* Daun angsana yang terdapat dalam Jamu X berasal dari ckstraksi etanol, ‘mungkin mengandung jauh lebih banyak kadar sari dibandingkan dengan yang terkandung dalam infusa. Belum ada data mengenai besamnya kadar sari daun angsana yang larut air maupun yang larut dalam etanol, sehingga sulit mengekstrapolasikan dosis antara infusa dan ekstrak etanol. Sebagai gambaran, idapatkan data kadar sari batang (Korteks) angsana yang larut air+ 14%, sedangkan kadar sari yang larut dalam etanol + 18%."° Zat aktif yang terdapat pada daun angsana adalah saponin, polifenol, flavonoid serta tanin."* Tanin mempunyai sifat sebagai astringen yang menyebabkan presipitasi protein selaput lendir usus dan membentuk suatu lapisan yang melindungi usus, schingge menghambat absorbsi glukosa dan laju peningkatan kadar glukosa darah menjadi tidak terlalu tinggi.'” Pada penelitian praklinik diperlihatkan bbahwa efek infusa bahan ini sebanding dengan efek tolbutamid dalam menurunkan kadar glukosa darah, EFFECT OF JAMU X ON BLOOD GLUCOSE Jurnal Medika Planta - Vol. 1 No. 2 Oktober 2010 kemungkinan ada mekanisme kerja lain yang mirip dengan obat golongan sulfonilurea. Namun, bahan aktif maupun mekanismenya belum diketahui serta masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan penelitian-penclitian mengenai efek farmakodinamik, bahan aktif serta kemungkinan mekanisme kerja tiap komponen dalam Jamu X memberi harapan digunakan pada penderita DM tipe 2 sebagai obat tunggal atau tambahan obat oral antidiabetik konvensional. Jamu X dapat diberikan sebagai obat tunggal jika kadar glukosa darah dapat terkendali dengan baik pada dosis yang masih dapat ditoleransi oleh penderita DM. Pemberian Jamu X bersama obat oral DM konvensional Giharapkan dapat meningkatkan efikasi pengendalian kadar glukosa darah, sehingea dosis obat Konvensional dapat diturunkan. Pemberian jamu ini pada penderita DM tipe 1 sebagai tambahan terapi insulin masih ‘memerlukan penelitian lebih lanjut. Hasil beberapa penelitian praklinik ekstrak buah pare juga buncis ‘menunjukkan bahwa kemungkinan adanya mekanisme kerja yang dapat meningkatkan kepekaan sel target terhadap insulin, serta hambatan absopsi glukosa di saluran cerna,’*'°2°2! namun masih terlalu ini untuk mengatakan sediaan ini dapat digunakan untuk DM tipe 1 maupun DM tipe lain. Pada penelitian ini, efek samping yang paling sering dijumpai adalah peningkatan nafsu makan dan bertambahnya indeks massa tubuh (10 dari 13 sukarelawan (76.9%), dua diantaranya mengalami gejala Klinis hipoglikemi). Penurunan kadar glukosa darah setelah pemberian Jamu X sebesar lebih dari 5% tampaknya baru menimbulkan efek tersebut. Hal ini dapat merupakan respons sistem saraf parasimpatik akibat menurunnya kadar glukosa darah. Pusat lapar di hipotalamus sangat peka terhadap penurunan kadar glukosa darah, namun kepekaan tersebut sangat bervariasi.”* Demikian pula gejala linis hipoglikemia yang dialami oleh 2 sukarelawan wanita, di mana kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah beban glukosa oral mereka masih lebih dari 70 mg/dL. Gejala Klinis hipoglikemia tidak dialami oleh seorang sukarelawan pria, meskipun kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah beban glukosa oral sebesar < 65 mg/dL. Sebagian besar obat DM konvensional dapat mengakibatkan efek samping berupa peningkatan berat badan, kecuali metformin dan akarbose. Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti penyebab dan mekanisme terjadinya efek samping tersebut. Untuk memastikan apakah Jamu Diabet juga dapat menimbulkan efek samping peningkatan berat badan pada penderita DM, ‘masih diperlukan penelitian lebih lanjut, SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jamu X yang terdiri dari campuran ekstrak daun angsana 20%, buah pare 20% dan buah buncis 60% secara statistik bermakna menurunkan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah beban glukosa oral pada dosis 3X1 kapsul/hari (p=0.007 dan p=0.009), maupun 2X1 kapsul/hari (p=0.01) pada orang sehat. Penurunan kadar glukosa darah bertambah sesuai dengan peningkatan dosis (dase dependent). Jamu X aman digunakan, walaupun selama pemberiannya didapatkan beberapa adverse event. Adverse event yang banyak ditemukan adalah peningkatan nafsu makan yang disertai peningkatan indeks massa tubuh. Ditemukan juga adanya gejala klinis hipoglikemia. Efek tersebut sangat mungkin berhubungan dengan penurunan kadar glukosa darah akibat pemberian obat uji, Pada sukarelawan yang mengalami adverse event yang berat seperti gejala klinis hipoglikemia, tidak didapatkan gangguan fungsi hati dan ginjal, baik pada pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Saran Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang meneliti efek hipoglikemik Jamu X pada sukarelawan sehat. Untuk dapat dipakai sebagai fitofarmaka, masih harus dilakukan uji klinis pada penderita diabetes melitus 10 Jurnal Medika Planta - Vol. 1 No. 2 Oktober 2010 _ EFFECT OF JAMU X ON BLOOD GLUCOSE Mengingat mekanisme kerja tiap komponen dalam Jamu X, agaknya preparat ini dapat digunakan sebagai obat tunggal atau sebagai obat tambahan antidiabetik oral Konvensional pada penderita DM tipe 2 yang tidak terkontrol dengan diet dan exercise. Hal ini tentunya akan dibuktikan oleh uji klinis fase selanjutnya, Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian dosis 2X1 kapsul secara statistik menurunan kadar glukosa darah sukarelawan sehat secara bermakna, walau penurunan kadar glukosa darah kurang dari 10%. Uji klinik pada penderita DM sebaiknya dimulai dengan dosis 2X1 kapsul, mengingat peran mekanisme homeostasis glukosa pada orang sehat yang dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa darah lebih kecil dibandingkan pada penderita DM. Pengawasan oleh instansi yang berwenang terhadap kualitas dan kemurnian bahan yang digunakan setelah Jamu X ini dipasarkan, sebaiknya dilakukan secara intensif, Selain itu, perlu jaminan perlindungan pemerintah terhadap hak paten produk-produk yang terbukti efektif untuk pengobatan suatu penyakit, Diharapkan pemerintah juga dapat memfasilitasi penelitian dan publikasi mengenai produk tanaman obat agar dapat menjadi fitofarmaka yang pada akhimya dapat membantu masyarakat dalam meringankan biaya pengobatan. DAFTAR PUSTAKA 1 The Expert Committee on te Diagnose and Classification of Diabet Mellitus. Report of The Expert Committe on the Diagnose ‘nd Classification of Diabetes Mellitus, Diabetes Care 2003;26(spl 25-20. 2. Powers AC. Diabetes Melts. n: Braunwald, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL Jameson IL, es. Harrison's Principle ‘of intemal Medicine. 16 ed, New York: McGraw-Hill Co; 2004p 2109.37. 3. Suyono S. Kecenderungan penngkatanjumlahpasien diabetes. alam: Soegondo 8, SoswondoP, Subeki Diabetes Melts Tespadu, Edis ke I Jakarta: Balai PenerbitFKUI; 2002..1-15, 4, Perkumpulan Endolrinologi Indonesia. Konsensus pengellaan Diabetes Melitustipe2 di Indonesia 2002, Jakarta PB Perea 2002 5. _Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Petunjuk alts pengelolsan Diabetes Melis tipe 2 Indonesia, Jakarta PB Perkeni 2002, 6. Davis SN, Granser DK. Insulin, ora hypoglycenc agents, andthe pharmacology ofthe endocrine pancres In: Hardman JG, Limbid LE, Gilman AG, ed. Goodman & Gilman’s The Pharmacology Besis of Therapeutics 10° ed. New York: Me Graw-Hil (Co; 2001 p.1679-1714 7. Depkes RL DreitoratJendral Pengawasen Obat dan Malansn,Direkiort Pengrwasan Obat Tradiional. Padoman Pelaksanaan Uji ‘Klinik Oba Tadisional: Cetakan 1.2000. 8. Anonimous. Uji preklinitoksistas akut dan sub-kroiksertafarmakodinamik Jamu “Diabet”. BPPT, Jakarta 200, 9. Madiono B, Mosstichan Me, Sastroasmoro 8, Budiman I,Purwanto H S. Petkiran Besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael, ‘itor. Dasar dar metodologi pensitanKlns, Edie ke I, Jakarta: CV Sagung Set; 2002.4 259-86, 10. Obkubo Y,Kishikawa H, Araki E, Miyata, Imi, Motooshi Sel. nteosve insulin therapy prevents he progression of disbesc ‘microvascular complication in Japanese patient with non insulin dependent diabetes relat randomized prospective ‘6-year study. Diabetes Res Clin Pract 1995:28:103-17. 11. Kilo C. Malicenter comparison of glyburide and glipizide inthe tretment of non-insulin-dependent diabetes mellitus. Clin Ther 1988;10-294-302. 12, Garber AJ, Duncen 7G, Goodman AM, Mills DJ, Rohlf JL. EMicacy of metformin in type I abetos: results of « double bin, placebo-contoled, dose-response tal Am Med 1997,103:491-7. 13, Lebovte HE, Alpha glucosidase inhibitors. Endoerinal Meta Clin North Am 1997;26:39-51 14, Hayat, Pengaruh infusa daun Pterocarpus indicus Wild perral ehadap penurusan kadar gule dara kelincidibandingkan dengan ‘olbutamida, Medan: Universitas Sumatera Utara, 1990. Tess 15, Anonimous. Batang angsan (Pterocarpus indicus Willd cortex), Dalam: Materia Medica Indonesia lid V. Deparemen Keschatan ‘Republi Indonesia, 1989 5420. 16, Syamsuhiayat SS, Hutape JR. Plerocarpus indicus Wild. Dalam: nventrs Tenaman Obst Indonesia (), Deparemen Kesehatan ‘Republic Indonesia, Badan Pevelitian & Pengembangan Kesehatan 1991 hA88-9, 17. SuryowinotoS. Mengenal beberpa tanaman yang digunaan masyarakat sebagai entidabetk untuk menarunkan kadar gula dalam ara Available from hpifeww-pom-obstgo.idv2.Oaniles.php?id=3 cited on Apri, 2005 18 Raman A, Lau C. Antidiabetic properties and phytochemisiry of Momordica charanta L. (Cucwtbiacene). Phytomedicine 1996;2(4):349-62 19, Chen Q, Chan LLY, Li ETB, Biter Mellon (Momordica charani) reduce adiposity, lowers serum insulin, nd normalized glucose tolerance in rats feds high ft diet, J Nutr 2003133108893, "1 EFFECT OF JAMU X ON BLOOD GLUCOSE .. Jurnal Medika Planta - Vol. 1 No. 2 Oktober 2010 20, Vidi J, Sivakami S, Shabani S, Subar AC, Banavalkar MM, Biyani MK. Anhyperglyeemic effets of extract fom Momordica charanta. | Ehaopharm 2003;86:107-11, Noah L, Guilln P, Bouchet B, Bule’on A, Mois C, Gatas M, Champ M. Digestion of carbohydrate from white beans (Phaseolus ‘vulgaris L.) in healthy bumans. 3. Nutr 1998128: 977-985, 22. Cryer PE. Hypoglycemia. In: Braunwald B, Fauci AS, Kasper DL, Hause SL, Longo DL, Jameson IL, eds. Hasson Principe of Inersl Medicine, 16° ed. New York: MeGraw-Fill Co; 2008 p.2138-43, 21 12

Anda mungkin juga menyukai