Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

BRONKOPNEMUMONIA

Disusun oleh:
Gustian Satria Pratama
030.14.076

Pembimbing:
dr. Ani Yuniar, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 30 APRIL – 8 JULI 2018
JAKARTA

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus yang berjudul:

“BRONKOPNEUMONIA”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik

Ilmu Kesehatan Anak RS Umum Daerah Karawang

Periode 30 APRIL - 8 JULI 2018

Yang disusun oleh:

Gustian Satria Pratama

030.14.076

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Ani Yuniar, Sp.A selaku dokter pembimbing

Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Karawang

Karawang, 17 Mei 2018

(dr. Ani Yuniar, Sp.A)

ii
PENDAHULUAN

Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah diberbagai negara


terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Pneumonia adalah infeksi akut
parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstisial. Walaupun banyak
pihak yang sependapat bahwa pneumonia merupakan suatu keadaan inflamasi namun
sangat sulit membuat suatu definisi yang universal. Pneumonia didefinisikan
berdasarkan gejala dan tanda klinis serta perjalanan penyakitnya.(1)

Di Indonesia, pneumonia menempati urutan kedua penyebab kematian pada


balita setelah diare. Kematian balita yang disebabkan oleh pneumonia tahun 2007
sebesar 15,5%. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) melaporkan bahwa kejadian
pneumonia mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 2,1% menjadi 2,7%
pada tahun 2013. Demikian juga hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) melaporkan bahwa prevalensi pneumonia dari tahun ke tahun terus
meningkat, yaitu 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun 2007.(2)

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kejadian dan derajat
pneumonia adalah defek anatomi sistem respirasi bawaan, immunodefisiensi, polusi,
gizi buruk, BBLR, tidak mendapatkan ASI, GERD, gangguan sistem neurologi
(aspirasi), imunisasi tidak lengkap, terdapat anggota keluarga serumah yang
menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya.(1)
Bronkopneumonia paling banyak manifestasi klinis umum pneumonia pada
populasi pediatrik. Penyebab infektif utama kematian pada anak-anak di bawah usia 5
tahun. Pada tahun 2013, bronkopneumonia disebabkan kematian di 935.000 anak di
bawah 5 tahun.(3) Diketahui bahwa jumlah kasus pneumonia pada balita (< 5 tahun)
lebih tinggi dibandingkan dengan usia ≥ 5 tahun.(4) Balita yang mendapat imunisasi
campak, DPT, akan terhindar dari penyakit ini karena komplikasi yang paling sering
terjadi ialah pneumonia.(5)
Bronkopneumonia termasuk pneumonia yang mengacu pada inflamasi paru
yang terfokus pada area bronkiolus dan memicu produksi eksudat mukopurulen yang
dapat mengakibatkan obstruksi saluran respiratori yang mempunyai ukuran kecil dan
menyebabkan konsolidasi yang merata ke lobulus yang berdekatan.(6) Terjadinya
pneumonia ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan bernapas seperti napas
cepat, dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.(1) Terkadang seseorang akan

3
mengalami mual, diare, dan / atau dada rasa sakit. Gejala bisa saja akan muncul
secara perlahan.(7)
Agen penyebab etiologi bronkopneumonia adalah bakteri, virus, parasit, dan
jamur. Gangguan sistem imunitas tubuh pasien dapat meningkatkan resiko terjadinya
pnemumonia. Sebagian besar disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebab pneumonia
dibagi menjadi organisme gram positif atau gram negatif seperti, Streptococcus
pneumoniae (pneumococus), Staphylococcus aureus, Enterococcus, Streptococus
piogenes, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, dan Haemophillus
influenzae. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur jarang terjadi, tetapi hal ini
mungin terjadi pada individu dengan masalah sistem imun yang rendah, obat – obatan
imunosupresif atau masalah kesehatan lain. Pneumonia yang disebabkan jamur paling
sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformas, Candida
sp., Aspergillus sp., Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis. Virus yang
tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).(8)

Adapun upaya menekan perkembangan penyakit ini. Badan Kesehatan Dunia


(WHO) menetapkan target bahwa pada Tahun 2025, angka kematian balita akibat
pneumonia, dapat ditekan semaksimal mungkin. Program yang kian digencarkan The
Integrated Global Action Plan for the Prevention and Control of Pneumonia adan
Diarrhoe/Rencana Aksi Global Terpadu guna mencegah dan menangani pneumonia
dan diare. Tindakan pencegahan (kampanye pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan,
vaksinasi dan sanitasi dalam kehidupan sehari – hari) dan tindakan bahwa balita yang
menderita pneumonia mendapatkan akses perawatan yang tepat agar dapat sembuh.(9)

4
LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN KASUS


Nama Mahasiswa : Gustian Satria P. Pembimbing : dr. Ani Yuniar, SpA
NIM : 030.14.076 Tanda tangan :

IDENTITAS PASIEN
Nama :H Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 9 bulan 9 hari Suku Bangsa : Sunda
No.RM : 00.72.05.89 Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah Anak ke- :3
Alamat : Pebayuran Bekasi
Orang Tua / Wali
Profil Ayah Ibu
Nama Tn. M Ny. K
Umur 34 tahun 26 tahun
Alamat Pebayuran Bekasi Pebayuran Bekasi
Pekerjaan Guru TU Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir D1 SMA
Suku Sunda Sunda
Agama Islam Islam
Hubungan dengan orang tua : Pasien merupakan anak kandung

I. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu kandung pasien:
Lokasi : Ruang 149 Rawamerta, RSUD Karawang
Tanggal/Waktu : 8 Mei 2018, 13.00 WIB
Tanggal masuk : 8 Mei 2018, pukul 12.20 WIB Melalui IGD
Keluhan utama : Sesak napas sejak 1 hari SMRS
Keluhan tambahan : Batuk dan pilek 2 hari SMRS, muntah kental berisi makanan.

5
A. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Karawang tanggal 8 Mei 2018 dengan keluhan
sesak napas sejak 1 hari SMRS. Sesak napas dirasakan terus menerus. Sesak napas
kadang timbul sehabis pasien menangis. Pasien juga mengeluh batuk berdahak kental
sejak 2 hari SMRS dan pilek berlendir berwarna bening. Pasien juga mengeluh
muntah setiap abis makan, namun tidak ada mual. Ada riwayat tersedak sebelum
sesak. BAB dan BAK lancar. Tidak ada demam.

B. Riwayat Kehamilan/Kelahiran
Terdapat flek saat hamil, tidak ada hipertensi ,
Morbiditas tidak ada diabetes melitus , tidak ada penyakit
kehamilan jantung, tidak ada penyakit paru, tidak merokok,
Kehamilan
tidak ada infeksi , tidak minum alkohol.
Perawatan > 4x (setiap sebulan sekali kontrol sampai lahir)
antenatal
Tempat persalinan Rumah Bersalin
Penolong Bidan
persalinan
Cara persalinan Spontan Pervaginam
Masa gestasi 40 minggu
Berat lahir: 4000 gram
Kelahiran
Panjang lahir: 50 cm
Lingkar kepala : Keluarga pasien tidak ingat
Keadaan bayi Langsung menangis (+)
Kemerahan: (+)
Nilai APGAR: orang tua pasien tidak ingat
Kelainan bawaan: (-)
Kesimpulan riwayat kehamilan dan kelahiran: Pasien lahir di Rumah Bersalin
ditolong oleh bidan, spontan, cukup bulan, dengan berat badan lahir normal, sesuai
masa kehamilan.

6
C. Riwayat Perkembangan
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap : Umur 3 bulan (Normal: 3-5 bulan)
Duduk masih dibantu : Umur 6 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Memegang benda ditangan, tertawa, berbicara beberapa kalimat seperti “mama, dada,
papa”, merangkak : Umur 8 bulan
Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan: Tidak terdapat
keterlambatan pada pertumbuhan dan perkembangan pasien.

D. Riwayat Makanan
Umur
ASI/PASI Buah/ Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
(bulan)
0–6 ASI - - -
6 – 12 - + - +
12 – 18 - - - -
18 – 24 - - - -

Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah


Nasi +
Sayur +

Daging -

Ikan -

Telur +

Tahu/Tempe +

Kesimpulan riwayat makanan: Pasien mendapatkan ASI ekslusif sampai 6 bulan.


Pada usia diatas 6 bulan diberikan buah, biskuit, dan nasi tim. Sehari-hari pasien juga
diberi asupan seperti tahu, tempe, dan sayur.

7
E. Riwayat Imunisasi
Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )
Hepatitis B 0 bln 2 bln 3 bln 4 bln
Polio 1 bln 2 bln 3 bln 4 bln
BCG 1 bln
DPT / PT 2 bln 3 bln 4 bln
Hib 2 bln 3 bln 4 bln
Campak -
Kesimpulan riwayat imunisasi: Imunisasi dasar pasien lengkap

F. Riwayat Keluarga
a. Corak Reproduksi

Tanggal Lahir Jenis Lahir Mati


No Hidup Abortus Keterangan
(umur) kelamin mati (sebab)
5 tahun 10
1 Laki-laki + - - -
bulan
2 tahun 11
2 Laki-laki + - - -
bulan
3 9 bulan 9 hari Perempuan + - - - Pasien

b. Riwayat Pernikahan
Ayah Ibu
Nama Tn. M Ny. K
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 27 tahun 19 tahun
Pendidikan terakhir D1 SMA
Suku Sunda Sunda
Agama Islam Islam
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -

8
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala
yang sama seperti pasien, namun terdapat riwayat penyakit di keluarga seperti
hipertensi pada ayahnya. Tetapi tidak ada riwayat penyakit lain seperti diabetes
melitus, penyakit paru, penyakit ginjal dan penyakit jantung.

d. Riwayat Kebiasaan Keluarga : merokok (-), alkohol (-)

G. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita


Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi (-) Difteria (-) Penyakit jantung (-)
Cacingan (-) Diare (+) Penyakit ginjal (-)
DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)
Ootitis (-) Morbili (-) TBC (-)

Parotitis (-) Operasi (-) Lain-lain: (7 bulan)

Kesimpulan riwayat penyakit yang pernah diderita: Pasien sebelumnya pernah


menderita batuk pilek selama 1 bulan pada usia 7 bulan, dan didiagnosa
bronkopneumonia.

H. Riwayat Lingkungan Perumahan


Pasien tinggal bersama bapak dan ibunya beserta dua kakaknya didalam sebuah
kontrakan. Menurut ibu pasien lingkungan rumah pasien tidak terlalu padat penduduk,
namun ventilasi udara kurang yaitu hanya satu sehingga pencahayaan kurang. Toilet
berada dalam rumah sehingga BAB dan BAK di toilet tersebut, dan air di rumah
menggunakan air PAM.
Kesimpulan Lingkungan: Lingkungan tidak padat penduduk, sirkulasi dan
pencahayaan kurang.

I. Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah pasien bekerja sebagai guru TU dan ibu pasien sebagai ibu rumah tangga.
Kesimpulan sosial ekonomi: Penghasilan yang didapatkan oleh ayah pasien
mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.

9
J. Riwayat Pengobatan: Pasien pernah mendapat pengobatan selama dirawat
ketika didiagnosa pneumonia.

I. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum
Kesadaran : Compos Mentis
Kesan sakit : Tampak Sakit Sedang
Kesan gizi : Gizi kurang
Keadaan lain : Anak tidak tampak pucat, tidak tampak ikterik, tidak
dyspnea, tidak tampak sianosis

 Data antropometri
Berat badan : 7 kg
Panjang badan : 67 cm

 Status gizi (menggunakan kurva CDC)


𝐵𝐵 7
 = 8,6 𝑋 100% = 81,4%
𝑈
𝑇𝐵 67
 = 70 𝑋 100% = 95,7%
𝑈
𝐵𝐵 7
 = 7,7 𝑋 100% = 90,9%
𝑇𝐵

Kesan gizi:
- Berat badan baik / normal
- Tinggi badan normal
- Gizi normal

 Tanda vital
Nadi : 165 x/menit, regular
Pernapasan : 48 x/menit
Suhu : 37,4 ºC
SpO2 : 97%

10
 Status generalis
Kepala : normocephali, tidak tampak deformitas, ubun-ubun belum
menutup dan rata.
Rambut : warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Wajah : tidak tampak oedem, tidak nampak sianosis
Mata :
Air mata : tidak tampak Ptosis : tidak tampak
Sklera ikterik : tidak tampak Lagofthalmus : tidak tampak
Konjungtiva anemis : tidak tampak Cekung : tidak tampak
Exophtalmus : tidak tampak Kornea jernih : tidak tampak
Enophtalmus : tidak tampak Strabismus : tidak tampak
Lensa jernih : tidak tampak Nistagmus : tidak tampak
Visus : tidak dilakukan
Refleks konvergensi : tidak dilakukan
Pupil : bulat, isokor
Refleks cahaya : langsung +/+, tidak langsung +/+

Hidung : tidak tampak deformitas, tidak tampak nafas cuping hidung,


sekret +/+.
Telinga : normotia, tidak tampak deformitas, tidak tampak nyeri tekan
tragus.
Bibir : tidak tampak pucat, tidak tampak sianosis, tidak tampak
kering, berwarna merah muda.
Mulut : oral hygiene baik, mukosa pipi lembab dan basah, tidak tampak
gusi hiperemis, arcus palatum simetris dengan mukosa palatum
bewarna merah muda.
Lidah : normoglossia, mukosa bewarna merah muda, tidak tampak lidah
kotor.
Leher : Tonsil T1/T1, tidak tampak pembesaran KGB, tidak tampak
pembesaran tiroid.
Thoraks : simetris fusiformis
- Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus cordis
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
11
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 reguler, tidak ada murmur, tidak
ada gallop.
- Paru-paru
Inspeksi : gerak napas regular, pola napas abdomino-torakal,
tampak retraksi subcostal dan suprasternal.
Palpasi : RR 48x/menit regular.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : terdapat ronkhi basah halus kedua lapang paru dan
terdapat wheezing.
Abdomen :

Inspeksi : bentuk abdomen simetris, tidak tampak distensi, tidak


terdapat smilling umbilicus.
Auskultasi : bising usus 3x/menit
Palpasi : supel, tidak terdapat nyeri tekan perut.
Perkusi : timpani pada keempat kuardran abdomen.
Ekstremitas : simetris, akral hangat pada keempat ekstremitas (+), tidak
tampak oedem extremitas, tidak tampak sianosis, capillary
refill time <2 detik
Genitalia : perempuan
Kulit : warna putih merata, tidak tampak ikterik , tidak tampak sianosis
Kelenjar getah bening: Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar

12
II. Pemeriksaan laboratorium
 Darah rutin, 08 Mei 2018
Jenis Nilai Rujukan
Hasil Satuan
Pemeriksaan
Leukosit 18,22 x103/µL 6,3-14
Eritrosit 4,12 x106/µL 3.6 ~ 5.2
Hemoglobin 10,1 g/dL 10,5 ~ 14,0
Hematokrit 31,7 % 35 ~ 53
Trombosit 815 x103/µL 150 ~ 400
Basofil 0 % 0~1
Eosinofil 1 % 1~3
Neutrofil 63 % 54 ~ 62
Limfosit 29 % 25 ~ 33
Monosit 7 % 3~7
RDW-CV 15,8 % -
MCV 77 fL 72-88
MCH 25 pg 24-30
MCHC 32 g/dL 32 ~ 36
GDS 117 Mg/dl 50-90

13
III. Resume
An. H, perempuan, berusia 9 bulan 9 hari datang ke IGD RSUD Karawang
dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari SMRS. Sesak napas dirasakan terus menerus.
Sesak napas kadang timbul sehabis pasien menangis. Pasien juga mengeluh batuk
berdahak kental sejak 2 hari SMRS dan pilek berlendir berwarna bening. Pasien juga
mengeluh muntah setiap abis makan, namun tidak ada mual. Ada riwayat tersedak
sebelum sesak, namun tidak ada demam. BAB dan BAK tidak terdapat keluhan.
Sebelumnya pada usia 7 bulan pasien pernah dirawat di RSUD Karawang yang
didiagnosa bronkopneumonia. Dalam keluarga tidak ada yang riwayat penyakit
seperti yang pasien derita. Pasien lahir di salah satu rumah bersalin di Garut, yang
persalinannya ditolong oleh bidan dengan keadaan cukup bulan, berat badan lahir
normal, dan sesuai masa kehamilan. Tidak terdapat keterlambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangan pasien. Pasien mendapatkan ASI ekslusif, dan
imunisasi lengkap. Lingkungan rumah pasien tidak terlalu padat, namun ventilasi
kurang sehingga pencahayaan di rumah kurang.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, compos mentis.
Status gizi (menggunakan kurva CDC)
𝐵𝐵 7
 = 8,6 𝑋 100% = 81,4% (berat badan baik / normal)
𝑈
𝑇𝐵 67
 = 70 𝑋 100% = 95,7% (tinggi badan normal)
𝑈
𝐵𝐵 7
 = 7,7 𝑋 100% = 90,9% (gizi normal)
𝑇𝐵

Kesan gizi: pasien termasuk dalam kategori gizi normal.


Tanda vital : tekanan darah tidak diukur, nadi 165x/menit, frekuensi
pernapasan 48x/menit, suhu 37,4°C, SpO2 97%.
Mata : tidak didapatkan konjungtiva anemis, tidak tampak sklera
ikterik
Hidung : tidak ada napas cuping hidung, sekret +/+
Leher : kelenjar getah bening dan tiroid tidak membesar.
Thoraks :
 Paru-paru : gerak dinding dada simetris kanan dan kiri, suara nafas
vesicular, terdapat rhonki basah halus dan wheezing, serta terdapat retraksi
subcostal dan suprasternal.

14
 Jantung: Bunyi jantung I dan II regular, tidak terdengar murmur dan
gallop.
Abdomen : Supel, BU terdengar (+), timpani seluruh lapang perut, tidak ada
nyeri tekan.

Ekstremitas : Simetris, akral hangat pada keempat ekstremitas, capillary


refill time < 2 detik, tidak tampak oedem extremitas, tidak tampak sianosis.

Pada pemeriksaan laboratorium darah 8 Mei 2018 didapatkan hasil :

Leukosit 18,22 x103/µL, hemoglobin 10,1 g/dL, hematokrit 31,7 %, trombosit


815 x103/µL, neutrofil 63 %, gula darah sewaktu 117 mg/dL

IV. Diagnosa kerja


Bronkopneumonia.
Gizi normal.
Imunisasi lengkap.

V. Diagnosa banding
Bronkiolitis.

VI. Pemeriksaan anjuran


Pemeriksaan darah lengkap
Foto thoraks

VII. Tatalaksana
1. Medika mentosa
 IVFD 4:1 21 tpm/ mikro
 Ampisilin 350 mg i.v
 Gentamicin 52 mg i.v
 Nebulisasi dengan Nacl 3 % 2,5 cc

2. Non medika mentosa


 Memberikan nutrisi yang cukup sesuai kalori yang dibutuhkan.
 Oksigen 1-2 liter/menit dengan nasal kanul.

15
 Tirah baring.
 Monitoring tanda vital :
– Suhu, pernafasan, nadi, SpO2, dan infeksi.

3. Edukasi
 Memberikan informasi mengenai penyakit yang diderita pasien.
 Memberi informasi kemungkinan terdapat komplikasi pada pasien.
 Memberi tahu faktor resiko apa yang dapat memicu penyakit yang
diderita.
 Menjaga lingkungan yang bersih dan bebas dari asap rokok.

48 46
56
55
165 160
141
122

37.4 36.7 37.5 36.7

Tgl 08-08-2018 Tgl 09-09-2018 Tgl 10-09-2018 Tgl 11-09-2018


Suhu Nadi Pernapasan

16
VIII. Follow up
TANGGAL PEMERIKSAAN
08 Mei 2018 09 Mei 2018 10 Maret 2018
S
Sesak napas + + +
Batuk + + +
Pilek + + +
Demam - - -
Mual - - -
Muntah + + -
BAB + + +
BAK + + +
Napsu makan + + +
O
Berat badan 7 kg 7 kg 7 kg
Keadaan umum compos mentis, compos mentis, compos mentis,
tampak sakit tampak sakit tampak sakit
sedang. sedang. sedang.

SPO2 97% 98% 95%


HR 165x/menit 122x/menit 141x/menit
RR 48x/menit 55x/menit 56x/menit
Suhu 37,4oC 36,7oC 37,5oC

Kepala normocephalli, tidak normocephali, normocephalli,


tampak konjungtiva tidak tampak tidak tampak
anemis, tidak konjungtiva konjungtiva
tampak sklera anemis, tidak anemis, tidak
ikterik. tampak sklera tampak sklera
ikterik. ikterik.

Thorax paru-paru: simetris paru-paru: paru-paru: simetris

17
fusiformis, ronkhi simetris fusiformis, ronkhi
basah halus kedua fusiformis, ronkhi basah halus kedua
lapang paru, basah halus kedua lapang paru,
wheezing ada, lapang paru, wheezing ada,
terdapat retraksi wheezing ada, terdapat retraksi
subcostal dan terdapat retraksi subcostal dan
suprasternal. subcostal dan suprasternal.
suprasternal.

jantung: bunyi jantung: bunyi jantung: bunyi


jantung 1 dan 2 jantung 1 dan 2 jantung 1 dan 2
reguler, tidak ada reguler, tidak ada reguler, tidak ada
mur-mur , tidak ada mur-mur , tidak mur-mur , tidak ada
gallop. ada gallop. gallop.

Abdomen supel, bising usus supel, bising usus supel, bising usus
(+), tidak ada nyeri (+), tidak ada (+), tidak ada nyeri
tekan perut. nyeri tekan perut. tekan perut.

Extremitas atas dan akral hangat (+), akral hangat (+), akral hangat (+),
bawah tidak tampak edema, tidak tampak tidak tampak
tidak tampak edema, tidak edema, tidak
sianosis, CRT <2’’ tampak sianosis, tampak sianosis,
CRT <2’’ CRT <2’’

A Bronkopneumonia Bronkopneumonia Bronkopneumonia

- O2 2 liter per menit - IVFD 4:1 21 - IVFD 4:1 21 tpm/


dengan nasal kanul tpm/ mikro mikro
- IVFD 4:1 21 tpm/ - Ampisilin 350 - Ampisilin 350 mg
mikro mg i.v i.v
P
- Ampisilin 350 mg - Garamicin 52 - Garamicin 52 mg
i.v mg i.v i.v
- Garamicin 52 mg - Nebulisasi - Nebulisasi dengan
i.v dengan Nacl 3 % 2,5 cc

18
- Nebulisasi dengan Nacl 3 % 2,5 cc
Nacl 3 % 2,5 cc

TANGGAL PEMERIKSAAN
11-05-2018
S
Sesak napas -
Batuk +
Pilek +
Demam -
Mual -
Muntah -
BAB +
BAK +
Napsu makan +
O
Berat badan 7 kg
Keadaan umum Compos mentis

SPO2 98%
HR 160x/menit
RR 46x/menit
Suhu 36,7oC

Kepala normocephalli, tidak tampak


konjungtiva anemis, tidak tampak sklera
ikterik.

Thorax paru-paru: simetris fusiformis, ronkhi


basah halus kedua lapang paru,
wheezing ada, tidak terdapat retraksi.

19
jantung: bunyi jantung 1 dan 2 reguler,
tidak ada mur-mur , tidak ada gallop.

Abdomen supel, bising usus (+), tidak ada nyeri


tekan perut.
Extremitas atas akral hangat (+), tidak tampak edema,
dan bawah tidak tampak sianosis, CRT <2’’
A Bronkopneumonia
- IVFD 4:1 21 tpm/ mikro
- Ampisilin 350 mg i.v
P
- Garamicin 52 mg i.v
- Nebulisasi dengan Nacl 3 % 2,5 cc

IX. Diagnosis akhir


Bronkopenumonia.
Gizi normal.
Imunisasi lengkap.

X. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Anwar A, Dharmayanti I. Pneumonia pada Anak Balita di Indonesia. Jurnal


Kesehatan Masyarakat Nasional 2014; 8 (8) : 359-65
2. Samuel A. Bronkopneumonia On Pediatric Patient. Faculty of Medicine,
Lampung University. J Agromed Unila 2014; 1(2)
3. Zec SL, Selmanovic K, Andrijic NL, Kadic A, Zecevic L, Zunic L. Evaluation
of Drug Treatment of Bronchopneumonia at the Pediatric Clinic in Sarajevo.
Juni 2016. 70(3);177-181
4. Mahalastri NND. Hubungan Antara Pencemaran Udara Dalam Ruang Dengan
Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal Berkala Epidemiologi. September 2014. 2
(30; 392-403
5. Hartati S, Nurhaeni N, Gayatri D. Faktor Risiko Terjadinya Pneumonia Pada
Anak Balita. Jurnal Keperawatan Indonesia. Maret 2012. 15(1);13-20
6. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Beherman RE. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam.
7. Am J Respir Crit Care Med. ATS Patient Education Series © 2016 American
Thoracic Society. 2016. 193 ; P1-P2
8. Farida Y, Trisna A, Nur D W. Studi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Pneumonia di Rumah Sakit Rujukan Daerah Surakarta. Journal of
Pharmaceutical Science and Clinical Research. 2017.(2) ;44-52
9. Oktaviani I, Maesarohh S. Faktor- faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Puskesmas Kecamatan Teluknaga
Kabupaten Tangerang. Jurnal Komunikasi Kesehatan.2017. 8 (1)

21

Anda mungkin juga menyukai