PENDAHULUAN
Kanker merupakan pembelahan sel tubuh yang tidak terkendali dan sel-
sel tersebut mampu menyerang jaringan tubuh lain yang masih normal. Pada
kanker payudara biasanya tumbuh di dalam kelenjar, saluran kelenjar, jaringan
lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Karsono, 2006).
Kanker payudara masih menjadi penyakit umum dengan angka
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Daerah mediterania timur, kematian
akibat kanker payudara pada wanita menjadi peringkat kedua setelah kanker leher
rahim. Lebih dari 1,2 juta wanita di seluruh dunia, didiagnosis dengan kanker
payudara dengan angka kematian mencapai 502.000 setiap tahunnya. Jumlah
wanita yang terkena kanker payudara mencapai 100 orang dari 100.000 penduduk
di Indonesia setiap tahunnya, sedangkan di daerah propinsi jawa tengah pada
tahun 2001 di Kota Semarang ditemukan sebanyak 765 kasus, sedangkan pada
tahun 2004 sebesar 1.205 kasus. Di Negara maju, sebagian besar pasien (> 80%)
dengan kanker payudara dilakukan reseksi pembedahan (WHO, 2006)
Masalah penanganan kanker pada saat ini diantaranya adalah masalah
diagnostik, terapi dan penentuan prognosis yang akurat, efektif, mudah, dan
murah. Gold standard penilaian sel kanker untuk diagnostik, evaluasi terapi, dan
prognostic pasien adalah dengan histopatologi. Dalam penilaian histopatologi sel
kanker, dilihat perubahan gen sel kanker dan proliferasi selnya (WHO, 2006).
Pengobatan kanker payudara dapat dilakukan dengan pembedahan,
kemoterapi, radioterapi, terapi hormonal, dan yang terbaru dengan imunoterapi.
Hambatan dalam penatalaksanaan kanker payudara ini adalah efek samping dan
biaya. Kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi sistemik yang sering
digunakan. Kemoterapi pada kanker payudara tidak cukup diberikan hanya
dengan satu regimen. Diantara regimen kemoterapi untuk kanker payudara sering
digunakan adalah cyclophosphamide, Adriamycin, 5 Fluoro Urasil (5FU) dan
paklitaksel (WHO, 2006).
Gambar 2.1. A. Milk line dari embrio mamalia secara umum, kelanjar mamma terbentuk sepanjang garis ini. B. Tempat
umum terbentuknya kelenjar mamma atau supernumerary nipples pada manusia (De Jong, 2005)
Gambar 1.2. Pembentukkan payudara. A-D : stadium pembentukkan kelenjar dan sistem duktus berasal dari epidermis.
Septa jaringan ikat berasal dari mesenkim dermis. E : eversi putting menjelang kelahiran (De Jong, 2005).
D. Anatomi Payudara
Payudara pada pria dan wanita adalah sama sampai masa pubertas
(11-13 tahun) karena hormon estrogen dan hormon lainnya mempengaruhi
perkembangan payudara pada wanita. Pada wanita perkembangan
payudara aktif, sedangkan pada pria kelenjar dan duktus mamae kurang
berkembang dan sinus berkembang tidak sempurna. Payudara yang
sensitif terhadap pengaruh hormonal mengakibatkan payudara cenderung
mengalami pertumbuhan neoplastik baik yang bersifat jinak maupun ganas
(Abdulmuthalib, 2006).
Payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi
utamanya menyekresi susu untuk nutrisi bayi. Payudara terdiri dari
jaringan duktural, fibrosa yang mengikat lobus-lobus, dan jaringan lemak
di dalam dan diantara lobus-lobus. 85% jaringan payudara terdiri dari
lemak. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila
mamae), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola. Puting dan
areola biasanya mempunyai warna dan tekstur yang berbeda dari kulit
disekitarnya. Warnanya bermacam-macam dari yang merah muda, pucat,
sampai hitam gelap selama masa kehamilan dan menyusui
(Abdulmuthalib, 2006)
Kanker payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara,
tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar
jaringan payudara terdapat. Dalam menentukan lokasi kanker payudara,
payudara dibagi menjadi empat kuadran, yaitu kuadran lateral (pinggir
atas), lateral bawah, medial (tengahatas), dan median bawah
(Abdulmuthalib, 2006)
Gambar 2.3. Anatomi payudara dan kuadran letak kanker payudara (Abdulmuthalib, 2006)
E. Stadium
Pembagian stadium menurut Portmann yang disesuaikan dengan
aplikasi klinik yaitu:
a. Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan
sekitarnya, tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di
bawahnya (otot). Besar tumor 1 - 2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari
luar. Kelenjar getah bening regional belum teraba. Perawatan yang
sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel kanker tidak
dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada
stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.
b. Stadium II : Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 - 5 cm,
sudah ada satu atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih
bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel
kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan
penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah
30 - 40 %.
c. Stadium III A : Tumor sudah meluas dalam payudara, besar tumor 5 -
10 cm, tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening
aksila masih bebas satu sama lain. Menurut data dari Depkes, 87%
kanker payudara ditemukan pada stadium ini.
d. Stadium III B : Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit
merah dan ada edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara),
ulserasi, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain atau ke
jaringan sekitarnya dengan diameter 2 - 5 cm. Kanker sudah menyebar
ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada,
tulang rusuk dan otot dada.
e. Stadium IV : Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III).
Tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-
klavikula dan Metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet
menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati,
otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan
yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara. Tujuan
pengobatan pada stadium ini adalah palliatif bukan lagi kuratif
(menyembuhkan) (Moningkey, 2000).
F. Diagnosis
1. Anamnesis
a) Gejala yang timbul
1) Massa pada payudara
2) Nyeri pada payudara
3) Discharge pada puting payudara
4) Retraksi kulit pada puting payudara
5) Massa atau nyeti padaketiak
6) Bengkak pada lengan tangan
7) Gejala yang mungkin timbul pada metastasis
8) Kecurigaan yang ditemukan pada saat pemeriksaan rutin
mamografi
b) Riwayat penyakit pada payudara
c) Riwayat penyakit keluarga dengan kanker payudara atau kanker
gunekologi lain
d) Riwayat reproduksi:
1) Usia menstruasi pertama
2) Usia saat melahirkan pertama kali
3) Jumlah riwayat mengandung, jumlah anak, dan riwayat
keguguran
4) Riwayat hormonal termasuk pil kontrasepsi (tipe dan durasi)
dan terapi pengganti hormonal (tipe dan durasi)
e) Riwayat penyakit dahulu (WHO, 2006).
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
a) Performa pasien
b) Berat badan, tinggi badan, dan area permukaan
c) Pemeriksaan umum dari sistem yang lain
d) Pemeriksaan status lokalis:
1) Massa pada payudara
- Ukuran
- Lokasi (spesifik arah jarum jam dan jarak dari tepi areola)
- Bentuk
- Konsistensi
- Fiksasi terhadap kulit, otot pectoral, dan dinding dada
- Jumlah
2) Perubahan pada kulit
- Eritema (lokasi dan ekstensi)
- Edem (lokasi dan ekstensi)
- Cekungan
- Infiltrasi
- Ulserasi
- Nodul satelit
3) Perubahan pada puting payudara
- Retraksi
- Eritema
- Erosi dan ulserasi
- Discharge
4) Status pada nodul
- Bejolan pada ketiak (jumlah, ukuran, lokasi)
- Benjolan pada supraklavikula
5) Pemeriksaan lokal pada daerah metastasis (WHO, 2006).
3. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, dan fungsi hati
b) Mamografi bilateral
Pemeriksaan dengan metode radiologis sinar x yang diradiasikan
pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuannya
mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm) sekalipun
masih dalam stadium dini. Waktu yang tepat untuk melakukan
mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke 1-14 dari
siklus haid. Pada perempuan usia nonproduktif dianjurkan untuk
kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda berkisar
antara 83%-95%.
c) USG
Metode ini dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan kistik,
dan hanya dapat membuat diagnosis dugaan berdasarkan
pemantulan gelombang suara.
d) Scintimamografi
Teknik pemeriksaan radionuklir dengan menggunakan radioisotop.
Terapi Adjuvant:
- Radioterapi adjuvant diberikan pada BCS/BCT, baik diberikan
pada seluruh payudara ataupun hanya pada area pembedahan (on
going trial).
- Pemberian terapi sistemik adjuvant bersifat individual dan
dibedakan berdasarkan status KGB, umur, ukuran tumor primer,
performance status, ekspresi onkogen HER2/NE2, status dari
steroid reseptor (ER/PR) dan grade nuklear (Manuaba, 2010).