Seorang wanita umur 25 tahun diantar suaminya ke dokter keluarga mengeluh tubuh cepat lelah
dengan wajah pucat, sering sakit kepala, pusing, dan berdebar-debar yang dirasakan sejak 3
bulan lalu. Setelah menerima penjelasan dari dokter , suaminya sangat khawatir tentang dampak
yang akan terjadi karena istrinya sedang hamil muda. Setelah pemeriksaan fidik ditemukan
konjungtiva anemia dan sclerae tidak isteric. Dia tidak memiliki riwayat menstruasi yang
berkepanjangan
Raisa Bahafdullah
Anemia adalah penyakit kekurangan hemoglobin dalam sel darah merah ,dimana hemoglobin
memiliki peranan yang sangat penting yaitu untuk mengedarkan oksigen keseluruh tubuh.
Pada dasarnya tubuh sangat memerlukan oksigen , namun pada kasus anemia ini maka penderita
akan kekurangan oksigen sehingga dapat mempengaruhi fungsi kerja tubuh penderitanya. Hal-
hal yang dapat di timbulkan akibat anemia dapat bermacam-macam diantaranya kelelahan,sesek
nafas , pusing dan penderita biasanya merasa kurang enak badan .
RINA MARDIANA
ANEMIA HEMOFILIK
DEFINISI:
Anemia hemolisis adalah kadar hemoglobin kurang dari nilai normal akibat kerusakan sel
eritrosit yang lebih cepat dari kemampuan sumsum tulang untuk mengantikannya (IPD Edisi V)
ETIOLOGI
1. Anemia Hemolisis Herediter
Defek Enzim/ Metabolisme
o Defisiensi Glukosa 6 fosfat dehidrogenase (G6PD)
o Defisiensi Piruvat kinase
o Defisiensi Fosfogliserat kinase
o Defisiensi enzim lain yang jarang terjadi Defisiensi triosa fosfat isomerase
Defek Hemoglobinopati
o Thalassemia
o Anemia sickle cell/Penyakit Sel Sabit
Defek Membran
o Sferositosis herediter
o Eliptositosis herediter
o Ovalositosis Asia Tenggara
2. Anemia Hemolisis Didapat
Imun
o Autoimun
Tipe Antibodi hangat adalah suatu keadaan dimana tubuh
membentuk autoantibodi yang bereaksi terhadap sel darah
merah pada suhu tubuh.
Idiopatik atau disebabkan oleh Systemic Lupus Erythematosus,
Chronic Lymphocytic Leukaemia, obat-obatan seperti
metildopa, fludarabin
Tipe antibodi dingin adalah suatu keadaan dimana tubuh
membentuk autoantibodi yang bereaksi terhadap sel darah
merah dalam suhu ruangan atau dalam suhu yang dingin.
Idiopatik atau disebabkan oleh infeksi seperti mikoplasma
mononukleosis infeksiosa, limfoma, hemoglobinuria dingin
paroksismal
o Aloimun
Reaksi transfusi hemolitik
Penyakit hemolitik neonatus
Sindroma Fragmentasi Sel Darah Merah
o Katup jantung, hemoglobinuria “March” terjadi akibat melakukan
aktivitas fisik yang lama atau berat
o Purpura trombositopenik trombotik
o Sindrom uremia hemolitik
o Koagulasi intravaskular diseminata
Infeksi
o Infeksi Malaria
o Infeksi Klostridia
Agen Kimia dan Agen Fisik
o Obat-obatan
o Zat industri/perumahan
o Luka bakar
Sekunder
o Penyakit Hati
o Penyakit Ginjal
Hemoglobinuria Nokturnal Paroksimal (PNH)
PATOFISIOLOGI
Hemolisis dapat terjadi intravaskuler dan ekstravakuler. Hal ini tergantung pada patologi
yang mendasari suatu penyakit. Pada hemolisis intravaskuler, destruksi eritrosit terjadi
langsung di sirkulasi darah. Misalnya pada trauma mekanik, fiksasi komplemen, dan aktivasi
sel permukaan atau infeksiyang langsung mendegradasi dan mendestruksi membrane sel
eritrosit. Hemolisis intravaskuler jarang terjadi.
Hemolisis yang lebih sering terjadi adalah hemolisis ekstravaskuler. Pada hemolisis ini
destruksi sel eritrosit biasanya terjadi setelah masa hidup rata-rata 120 hari dilakukan oleh
makrofag system retikuloendotelial karena pada saat dikeluarkan ke ekstravaskular oleh
makrofag system retikuloendotelial sel eritrosit yang terutama terdapat pada sumsum tulang,
tetapi juga di Hati dan Limpa yang telah mengalami perubahan membrane tidak dapat
melintasi sistem retikuloendotelial sehingga difagositosis dan dihancurkan oleh makrofag.
GAMBARAN KLINIS
Lemah
Pusing
Cepat capek
Sesak
Urine
Urine berwarna kecoklatan disebabkan bilirubin tidak terdapat dalam urine
Kuning/ikterus biasanya disebabkan oleh bilirubin yang tidak terkonjugasi dalam plasma
GEJALA
Kadang –kadang hemolisis terjadi secara tiba-tiba dan berat, menyebabkan kritis hemolitik yang
ditandai dengan:
Demam
Menggigil
Nyeri punggung dan nyeri lambung
Perasaan melayang
Penurunan tekanan darah yang berarti
Sakit kuning (jaundice) dan air kemih yang berwarna gelap bisa terjadi karena
bagian dari sel darah merah yang hancur masuk ke dalam darah.
Limpa membesar karena menyaring sejumlah besar sel darah merah yang hancur,
kadang menyebabkan nyeri perut.
Hemolisis yang berkelanjutan bisa menyebabkan batu empedu yang berpigmen,
dimana batu empedu berwarna gelap yang berasal dari pecahan sel darah merah.
GAMBARAN LABORATORIUM:
SFEROSITOSIS HEREDITER
DEFINISI:
Sferositosis Herediter adalah penyakit keturunan dimana sel darah merah berbentuk bulat. Sel
darah merah yang bentuknya berubah dan kaku terperangkap dan dihancurkan dalam limpa,
menyebabkan anemia dan pembesaran limpa. Anemia biasanya ringan, tetapi bisa semakin berat
jika terjadi infeksi.
GAMBARAN KLINIS:
Jaudice /Kuning
Anemia
Pembesaran Hati
Pembentukan Batu Empedu
Bisa terjadi kelainan bentuk tulang seperti Tulang Tengkorak yang berbentuk seperti
menara dan kelebihan jari tangan dan kaki
GAMBARAN LABORATORIUM:
Demam
Infeksi Virus atau Bakteri
Kritis Diabetes
Aspirin
Vitamin K
GAMBARAN KLINIS:
TATA LAKSANA:
DEFINISI:
Tipe Antibodi hangat adalah suatu keadaan dimana tubuh membentuk autoantibodi yang
bereaksi terhadap sel darah merah pada suhu tubuh.
PENGOBATAN
Kortikosteroid seperti Prednisolon 1mg/kg per oral yang disertai dengan reduksi bertahap
Transfusi darah jika perlu
Pertimbangan splenektomi jika terapi steroid gagal
Obat imunosupresif lain, misalnya Azatioprin, Siklosporin, Siklofosfamida, Mikofenolat,
Rituximab (anti CD20)
Singkirkan penyebab, seperti obat
Obati penyakit penyebab seperti Leukemia Limfositik Kronik, Lupus (SLE)
DEFINISI
ETIOLOGI
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam
pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan.
Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya.
Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak
menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.
Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena. 2 jenis yang utama adalah
Alfa-thalassemia (melibatkan rantai alfa) dan Beta-thalassemia (melibatkan rantai beta).
Thalassemia juga digolongkan berdasarkan apakah seseorang memiliki 1 gen cacat (Thalassemia
minor) atau 2 gen cacat (Thalassemia mayor). Alfa-thalassemia paling sering ditemukan pada
orang kulit hitam (25% minimal membawa 1 gen), dan beta-thalassemia pada orang di daerah
Mediterania dan Asia Tenggara. 1 gen untuk beta-thalassemia menyebabkan anemia ringan
sampai sedang tanpa menimbulkan gejala; 2 gen menyebabkan anemia berat disertai gejala-
gejala. Sekitar 10% orang yang memiliki paling tidak 1 gen untuk alfa-thalassemia juga
menderita anemia ringan.
GEJALA
Semua thalassemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi. Sebagian besar
penderita mengalami anemia yang ringan. Pada bentuk yang lebih berat, misalnya beta-
thalassemia mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka di kulit (ulkus, borok), batu
empedu dan pembesaran limpa. Sumsum tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan penebalan
dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah. Tulang-tulang panjang menjadi lemah
dan mudah patah. Anak-anak yang menderita thalassemia akan tumbuh lebih lambat dan
mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal. Karena
penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menjalani transfusi, maka kelebihan zat besi bisa
terkumpul dan mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya bisa menyebabkan gagal
jantung.
GAMBARAN KLINIS
Anemia terjadi pada usia 3-6 bulan ketika terjadi pengantian sintesis rantai γ menjadi
rantai β secara normal
Gagal berkembang, infeksi interkuren, pucat, ikterus ringan
Pembesaran Hati dan Limpa
Gambaran overload besi sebagai akibat transfuse darah meliputi pigmentasi melamin,
defek pertumbuhan/endokrin, misalnya diabetes mellitus, hipotiroidisme,
hipoparatiroidisme, kegagalan perkembangan seksual, gagal jantung atau aritmia,
kelainan hati
TEMUAN LABORATORIUM
Anemia berat (Hb 2-6 g/dL) dengan penurunan MCV dan MCH
Apusan darah memperlihatkan sel mikrositik hipokromik, sel target, eritblas dan yang
sering mielosit
Sumsum tulang hiperselular dan hyperplasia eritrosit
Penelitian pada sintesa rantai globinmemperlihatkan sintesis rantai β yang tidak ada atau
mengalami defisiensi berat. Hemoglobin janin meningkat secara bervariasi
Analisa DNA memperlihatkan mutasi atau delsi spesifik
DIAGNOSA
Thalassemia lebih sulit didiagnosis dibandingkan penyakit hemoglobin lainnya.
Hitung jenis darah komplit menunjukkan adanya anemia dan rendahnya MCV (mean corpuscular
volume). Elektroforesa bisa membantu, tetapi tidak pasti, terutama untuk alfa-thalassemia.
Karena itu diagnosis biasanya berdasarkan kepada pola herediter dan pemeriksaan hemoglobin
khusus.
TERAPI
Pada thalassemia yang berat diperlukan transfusi darah rutin dan pemberian tambahan asam
folat. Penderita yang menjalani transfusi, harus menghindari tambahan zat besi dan obat-obat
yang bersifat oksidatif (misalnya sulfonamid), karena zat besi yang berlebihan bisa menyebabkan
keracunan. Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan sumsum tulang.
Terapi genetik masih dalam tahap penelitian.
PENCEGAHAN
Pada keluarga dengan riwayat thalassemia perlu dilakukan penyuluhan genetik untuk
menentukan resiko memiliki anak yang menderita thalassemia
ANEMIA APLASTIK
Anemia aplastik terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel darah
PENYEBAB
Bahan kimia dan toxin: benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb, dsb; radiasi: sinar rontgent,
radioterapi, sinar radio aktif dsb; Obat-obatan: chloramphenicol, piribenzamin, sitostatika,
atabrine, phenothiazine, sulfa, anti tiroid, dsb; Infeksi: Hepatitis Virus. Kongenital: Sindroma
Fanconi.
KRITERIA DIAGNOSIS
Dasar diagnosis Anamnesis: Anak lemah, pucat, sering demam tanpa penyebab yang jelas,
disertai dengan keluhan sering terjadi perdarahan spontan gusi atau perdarahan di bawah kulit.
Pemeriksaan Adanya Trias aplasia: anemia, leukopenia dan trombositopenia disertai gejala klinis
demam, pucat, perdarahan tanpa hepatosplenomegali.
Laboratorium
• Darah tepi: kadar Hb rendah, retikulosit rendah, pansitopenia (RBC rendah, lekosit rendah,
trombosit rendah) dan limfositosis relatif
• BMP: sel sangat kurang, terjadi penurunan sistem eritropoetik, granulopoetik dan
trombopoetik, diganti oleh jaringan ikat dalam bentuk sel lemak tua, system limfopoetik relatif
meningkat
Gejala klinis :adanya trias aplasia + demam, pucat, tanda perdarahan tanpa organomegali
BMP :Aplasia sistim eritropoetik, granulopoetik dan trombopoetik, sel diganti oleh jaringan
ikat/sel-sel lemak tua, megakariosit jarang atau tidak ada.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak, dan retikulosit menurun. Pada
pasien dengan anemia aplastik berat ditemukan neutrofil kurang dari 500 ml, trombosit kurang
dari 20.000/ml, retikulosit kurang dari 1%, dan kepadatan selular sumsum tulang kurang dari
20%
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
Testosteron: 1-2mg/ kgBB/ hari atau oxymetholon 1-2mg/ kgbb/ hari dalam 3 dosis.
Bila ada infeksi diberi antibiotika yang tidak menyebabkan depresi sumsum tulang, sesuai
dengan penyebab dan bentuk infeksinya.
Perawatan khusus:
Tranfusi darah: diberikan pada keadaan: perdarahan masif, perdarahan organ, trombosit kurang
dari 20.000/ mm3 serta menaikkan kadar Hb sampai diatas 6gr% Dapat berupa darah segar, PRC
atau suspensi trombosit, tergantung indikasi. Anak dicegah kontak dengan sumber infeksi,
diisolasi, kalau dapat dalam ruangan yang sucihama . Istirahat, untuk mencegah terjadinya
perdarahan, terutama perdarahan otak. Dibantu dengan tindakan khusus untuk mencegah batuk,
kesulitan defekasi, menangis, trauma kepala, dsb.
Diet sesuai dengan keadaan anak, umumnya makanan lunak, disediakan secara khusus dalam
ruangan dan petugas khusus untuk mencegah kontaminasi.
Pencegahan :
Bila ada anak pembawa sifat talasemia dalam keluarga diberi nasehat sebelum
perkawinan supaya tidak kawin dengan pembawa sifat talasemia juga.
Keluarga berencana. Pada keluarga pembawa sifat talasemia, hendaknya tidak lagi
mempunyai anak apabila telah mendapatkan anak yang secara fenotip normal.
Pencegahan terhadap infeksi saluran nafas
KOMPLIKASI
Infeksi/sepsis, perdarahan, gangguan fungsi organ (gagal jantung, gejala serebral, dsb.).
PROGNOSIS
Prognosis buruk. Dengan pengobatan medikamentosa saja dapat meninggal 80% dalam 3 bulan
pertama. Transplantasi sumsum tulang memberikan harapan yang lebih baik.
Ulfani Octriani
Definisi : anemia mikrositik hipokromik yang terjadi akibat defesiensi besi dalam diet,
atau kehilangan darah secara lambat.
Wanita hamil sering mengalami defisiensi besi karena kebutuhan zat besi untuk
pertumbuhan janin. Wanitya haid juga cenderung mengalami defisiensi besi karena
hilangnya besi setiap bulan dan diet mungkin kekurangan zat besi.
Gambaran klinis :
Individu dewasa, tanda anemia sistemik terlihat pada saat hemoglobin kurang dari
12g/100 mL. Individu biasanya tidak mencari pengobatan untuk mengurangi gejala
sampai hemoglobin turun mencapai 8 g/mL atau kurang.
Telapak tangan pucat, konjungtiva anemis, dan daun telinga pucat
Komplikasi : nilai hemoglobin kurang dari 5 g/100 Ml dapat menyebabkan gagal jantung
dan kematian.
Penatalaksanaan :
Diet kaya besi mengandung daging dan sayuran hijau seperti sayur bayam.
Suplemen besi oral
Mengobati penyebab perdarahan abnormal jika diketahui
KRITERIA ANEMIA
Di negara barat kadar paling rendah untuk hemoglobin laki-laki adalah 14 g/dl, sedangkan pada
perempuan dewasa 12 g/dl. Peneliti lain memberikan angka berbeda yaitu, pada perempuan
dewasa 12 g/dl ( hematokrit 38%), wanita hamil 11 g/dl (hematokrit 36% ), dan pada laki-laki
dewasa 13 g/dl.
Untuk keperluan klinik ( RS atau praktek dokter ) di Indonesia dan Negara berkembang lainnya,
criteria WHO sulit dilaksanakan karena tidak praktis. Apabila criteria WHO dipergunakan secara
ketat, maka sebagian besar pasien yang mengunjungi poliklinik atau dirawat di RS akan
memerlukan pemeriksaan work up anemia lebih lanjut. Oleh karena itu beberapa peneliti di
Indonesia mengambil jalan tengah dengan memakai criteria hemoglobin kurang dari 10 g/dl
sebagai awal dari work up anemia.
Adrine Fragita
Dibagi atas :
1. Perdrahan Akut
2. Perdarahan Kronik
1. Perdarahan Akut
Tanda dan gejala anemia : Mungkin timbul rejatan bila pengeluaran darah cukup banyak,
sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian
Penatalaksanaan :
- Mengatasi perdarahan
- Mengatasi rejatan dengan transfusi darah atau pemberian cairan per infusnya sedikit
2. Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit – sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab
yang sering antaran lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan saluran cerna
karena pemakaian analgesik, dan epistaksis.
Gambaran klinis
Gambaran klinis pasien dengan penyakit ginjal kronik meliputi:
• Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus urinarius, batu
traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi, lupus eritematosus sistemik, infeksi sistemik,
inflamasi, penyakit metabolik, riwayat keluarga dengan penyakit ginjal, obat-obatan seperti
analgesik, NSAIDs, gold, penicillamine, antimikroba, lithium, ACE inhibitor.
• Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah letargi, anoreksia, mual,muntah, nokturia, kelebihan
volume cairan ( volume overload ), neuropati perifer, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang
sampai koma.
• Gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis
metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (natrium, kalium, klorida)
Pada anamnesis ditanyakan adanya sindrom uremia seperti napsu makan, makanan, mual,
muntah, hiccups, napas yang pendek, edema, perubahan berat badan, keram otot, pruritus,
ganggguan mental, dan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tekanan darah, funduskopi, pemeriksaan
precordial, pemeriksaan bruit pada abdomen, balotement, penilaian adanya edema, pemeriksaan
neurologis (asterixis, neuropati, kelemahan otot, pemeriksaan ukuran prostat pada laki-laki dan
adanya massa di pelvis pada perempuan.
Penatalaksanaan diutamakan pada penyakit dasarnya
KESIMPULAN
Anemia merupakan salah satu dari gejala klinik pada penyakit ginjal kronis. Anemia pada
penyakit ginjal kronik muncul ketika klirens kreatinin turun kira-kira 40 ml/mnt/1,73m2 dan hal
ini menjadi lebih parah dengan semakian memburuknya fungsi ekskresi ginjal. Anemia pada
gagal ginjal merupakan tipe normositik normokrom apabila tidak ada faktor lain yang
memperberat seperti defisiensi besi yang terjadi pada gagal ginjal
Terdapat 3 mekanisme utama yang terlibat pada patogenesis anemia pada gagal ginjal, yaitu :
hemolisis, produksi eritropoetin yang tidak adekuat, dan penghambatan respon dari sel prekursor
eritrosit terhadap eritropoetin. Proses sekunder yang memperberat dapat terjadi seperti
intoksikasi aluminium.
Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis ditanyakan tentang riwayat
penyakit terdahulu , pemeriksaan fisik, evaluasi pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan
apus darah perifer. Pada era penggunaan rekombinant human eritropoetin (rHuEPO) , penilaian
terhadap simpanan besi melalui perhitungan feritin serum, transferin, dan besi sangat diperlukan.
Feritin serum merupakan indikator yang tepat dari simpanan besi tubuh.
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk pencapaian kadar Hb > 10 g/dL dan Ht > 30%, baik
dengan pengelolaan konservatif maupun dengan EPO. Terapi anemia pada gagal ginjal bervariasi
dari pengobatan simptomatik melalui transfusi sel darah merah sampai ke penyembuhan dengan
transplantasi ginjal. Peran dari transfusi sebagai pengobatan anemia primer pada pasien gagal
ginjal terminal telah berubah saat dialisis dan penelitian serologic telah berkembang.
Transplantasi ginjal pada banyak kasus, harus menunggu dalam waktu yang tidak tertentu dan
tidak setiap pasien dialisis memenuhi syarat.
Sumber:
1 Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S dalam: Ilmu Penyakit Dalam Vol.1, ed.4.Jakarta: FKUI
2007
2 Harisson TR dalam: Principles of Internal Madicine Vol.2, Ed.16. New York: McGraw-Hill 2005
Anemia Malignancy
Anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita keganasan (kanker).
Penyebabnya dan mekanismenya kompleks dan multifaktor. Sering kali tidak diikuti dengan gejala
adanya infiltrasi ke sumsum tulang atau adanya kehilangan darah, hemolisis, kelainan ginjal, hati
atau endokrin, ataupun adanya tanda-tanda defisiensi nutrisional. Anemia yang disebabkan oleh
kanker, bisa terjadi sebagai efek langsung dari keganasan, dapat sebagai akibat produksi zat-zat
tertentu yang dihasilkan kanker, atau dapat juga sebagai akibat dari pengobatan kanker itu sendiri.
Pada waktu-waktu yang lalu, anemia yang terjadi pada pasien kanker selalu dihubungkan dengan
anemia karena penyakit kronik. Jenis anemia ini sekarang disebut sebagai anemia yang
berhubungan dengan kanker atau Cancer-Related Anemia (CRA). Efek ini dikenal sebagai sindroma
paraneoplastik.
Etiologi
Terjadinya anemia pada penderita kanker (tumor ganas), dapat disebabkan karena
aktivasi sistem imun tubuh dan sistem inflamasi yang ditandai dengan peningkatan beberapa
petanda sistem imun seperti interferon, Tumor Necrosis Factor (TNF) dan interleukin yang
semuanya disebut sitokin, dan dapat juga disebabkan oleh sel kanker sendiri.
Kanker dapat menyebabkan anemia dalam berbagai cara. Normalnya, ginjal membuat
hormon erythropoietin dan sebagai pengiriman signal ke bone marrow untuk memproduksi
eritrosit. Kanker dapat mengganggu proses ini dengan jalan melambatkan proses
pembentukan erythropoietin atau dengan menghambat penggunaan zat besi oleh tubuh. Pada
pasien kanker pula eritrosit dapat habis atau mati lebih cepat daripada normalnya dan proses
penggantiannya lebih lambat terjadi daripada orang normal, selain itu, kanker dapat
menyebabkan bleeding, yang berujung pada kekurangan darah. Pada beberapa kasus, jumlah
sel darah merah yang sedikit menyatakan jumlah hemoglobin yang beredar di tubuh, yang
mengangkut oksigen juga sedikit.
Gejala Klinis
Efek Anemia Pada Penderita Kanker secara klinis konsekuensi anemia berikut di bawah.