Anda di halaman 1dari 11

STRUKTUR KOMUNITAS KARANG KERAS BERDASARKAN TIPE

PERTUMBUHAN DI SEKITAR DERMAGA 2 PULAU BIRA BESAR,


KEPULAUAN SERIBU

Almubariq Ali Revonaldi1, Ivana Melda Anastasia2, Laila Sauma Romadhona1,

Mia Tanti Annisa2, Tsabitah Larasati Gunawan1,

Zahra Muthmainnah2, Shifa Fauziah1

1
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta.

2
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta .

Abstrak

Pulau Bira Besar merupakan salah satu gugusan di Kepulauan Seribu. Kegiatan
pariwisata di Kepulauan Seribu yang terus meningkat, dikhawatirkan dapat merusak habitat
terumbu karang. Terumbu karang merupakan habitat dari berbagai biota laut untuk tumbuh
dan berkembang biak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui struktur komunitas karang
keras berdasarkan tipe pertumbuhan di sekitar Dermaga 2 Pulau Bira Besar, Kepulauan
Seribu. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu "Line Intercept Transect", dengan
menarik garis transek sepanjang 50 meter yang diletakkan pada bentuk pertumbuhan terumbu
karang dan sejajar dengan garis pantai dengan dua kali pengulangan. Data dianalisis secara
deskriptif dengan perhitungan dari persen tutupan, keanekaragaman, keseragaman dan
dominansi. Berdasarkan hasil penelitian persen tutupan terumbu dalam kategori sedang
dengan nilai 45,68 , indeks keanekaragaman sedang dengan nilai 1,79 , indeks keseragaman
tinggi dengan nilai 0,81, dan indeks dominansi mendekati nol yang menunjukkan bahwa
disekitar dermaga 2 pulau bira besar cukup baik karena tidak ada spesies yang mendominasi.

Kata kunci : Struktur Komunitas, Karang Keras, Tipe Pertumbuhan, Pulau Bira Besar.

Abstract
Bira Pulau Besar Besar is one cluster in Kepulauan Seribu. Tourism activities in
Kepulauan Seribu continues to increase, it is feared could damage the coral reef habitat. Coral
reefs are the habitat of various marine organisms to grow and multiply. The purpose of this
study to find out the hard coral community structure based on the type of growth around Pier
2 Bira Besar Island, Kepulauan Seribu. The method used in this research is "Line Intercept
Transect", to draw a line along the 50-meter transects were laid in the shape of coral growth
and parallel to the shoreline with two repetitions. Data were analyzed descriptively with the
calculation of the percent cover, diversity, uniformity and dominance. Based on the findings
percent coral cover in the medium category, diversity index medium, high uniformity index
and dominance index close to zero which indicates that the dock around 2 large Bira island
quite well because no species dominates.

Key word : Community Structure, Hard Coral, Type of Lifeform, Bira Besar Island

PENDAHULUAN

Kepulauan Seribu termasuk dalam wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
terdiri dari 105 pulau dimana 11 diantaranya berpenghuni. Kepulauan Seribu ini adalah salah
satu dari wilayah di Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati dan keindahan alam
yang khas yaitu keindahan alam laut yang berpotensi untuk dikembangkan, baik di bidang
perikanan, kelautan, ataupun pariwisata. Salah satu dari gugusan di Kepulauan Seribu adalah
Pulau Bira Besar. Pulau Bira Besar memiliki letak geografis pada posisi 6 00'14" LU -
6,OO3890 LS dan 106046'44" BT - 106,780 BT. Perairan pada kawasan Pulau Bira Besar
memiliki keanekaragaman biota laut yang tinggi.

Terumbu karang merupakan habitat dari berbagai biota laut untuk tumbuh dan
berkembang biak. Dari segi ekologis, terumbu karang dapat dijadikan sebagai tempat
pemijahanan (spawning), berkembangnya larva (nursery), dan tempat mencari makan
(feeding) bagi biota-biota laut. Selain itu, karang keras juga berfungsi sebagai pemecah
ombak yang mengurangi potensi abrasi pantai. Dari segi ekonomis, Manuputty (2008)
mengatakan bahwa terumbu karang juga memiliki fungsi sebagai tempat rekreasi bawah air
dengan panorama keindahan bawah air yang menarik yang berbeda dengan di darat, oleh
karena itu ekosistem terumbu karang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Saat ini, muncul permasalahan yang ada di ekosistem terumbu karang, baik itu faktor
alam ataupun faktor ulah manusia. Faktor alam dapat berupa perubahan bentuk dasar lautan
akibat gempa tektonik atau perubahan akibat dari bahan kimia lingkungan. Kerusakan karang
karena ulah manusia dapat disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat baik itu
wisatawan Pulau Bira Besar ataupun nelayan yang mencari nafkah di sekitar Pulau Bira
Besar, mengakibatkan kerusakan pada terumbu karang. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui struktur komunitas karang melalui analisis keanekaragaman, keseragaman,
dominansi, dan tutupan berdasarkan bentuk pertumbuhan karang.

METODOLOGI PENELITIAN

a Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada 18 Februari 2017. Pengambilan data akan dilakukan
di sekitar dermaga dua Pulau Bira Besar Besar, Kepulauan Seribu, Jakarta.

b Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang diperlukan adalah peralatan snorkeling seperti mask, snorkel, dan
fin; kamera digital atau handphone; case waterproof; roll meter dengan panjang 50 m sebagai
garis acuan transek; underwater sheet beserta papan dengan alat tulis; termometer; pH meter;
salinometer; meteran jahit; plastik kecil; laptop.

c Metode

Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi pengambilan data adalah “Purposive
Sampling” dengan menentukan satu stasiun pengamatan. Pengambilan data persen tutupan
terumbu karang ini menggunakan “Line Intercept Transect”, yaitu penarikan garis transek
sepanjang 50 meter yang diletakkan pada bentuk pertumbuhan terumbu karang dan sejajar
dengan garis pantai dengan dua kali pengulangan. Jarak antara satu transek dengan transek
berikutnya adalah 10 meter. Pertumbuhan terumbu karang yang terletak di bawah garis
transek diamati berdasarkan genus Acropora atau Non Acropora yang selanjutnya dibedakan
menurut tipe pertumbuhannya menggunakan kriteria Veron (2000) dengan cara snorkeling
dan diukur panjang tutupannya dengan menggunakan meteran.

d Analisis Data

Persentase Tutupan Terumbu


Presentasi tutupan terumbu karang menurut English et al (1994) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus

%Tutupan = Li / L x 100%

Keterangan:

Li = total panjang lifeform ke-i

L = panjang transek

Indeks Keanekaraman

Menurut Shannon dan Weaver (1949) dalam Odum (1971) indeks


keanekaragaman dapat dihitung menggunakan rumus

H′ = − ∑ ( ni / N) log ( ni / N)

Keterangan:

H' = Keanekaragaman spesies

Ni = Nilai kepentingan untuk tiap spesies

N = Nilai kepentingan total

Dimana indeks keanekaragaman berkisar 1-3 dengan kategori:

< 1 = Keseragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah dan
kestabilan komunitas rendah.

1- 3 = keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang dan


kestabilan komunitas sedang.

2- 3 = Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi dan


kestabilan komunitas tinggi.

Indeks Keseragaman
Menurut Poole (1974) dalam Supono (2008) perhitungan keseragaman jenis
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

E= H'/Hmax

Keterangan:

E: Indeks keseragaman jenis

H': Indeks keseragaman

Hmax = ln S

S: Jumlah jenis

Dimana indeks keseragaman berkisar 0-1, dengan ketentuan:

E>0,6 : Keseragaman jenis tinggi

0,6≥E≥0,4 : Keseragaman jenis sedang

E<0,4 : Keseragaman jenis rendah

Indeks Dominansi

Indeks dominansi digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu spesies atau
genus mendominasi kelompok lain. Metode perhitungan yang digunakan adalah rumus
indeks dominasi Simpson (Odum, 1996).

Keterangan:

n : Jumlah individu spesies ke-i

N : Jumlah total individu yang tercatat dalam pengamatan

Dimana Kriteria indeks dominasi adalah:


0<C≤0,5 = Tidak ada genus yang mendominasi

0,5<C<1 = Terdapat genus yang mendominasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil pengamatan dan persentase tutupan karang keras disekitar dermaga 2, Pulau

Bira Besar, Kepulauan Seribu

Panjang Jumlah Persentase Tutupan


No. Kode Keterangan
Tutupan (cm) Individu (persen)

1 ACB Acropora Branching 450 15 4.5

2 ACT Acropora Tabulate 199 3 1.99

3 CB Non Acropora Branching 2143 38 21.43

4 CE Non Acropora Encrusting 730 12 7.3

5 CF Non Acropora Foliose 362 11 3.62

6 CM Non Acropora Massive 192 10 1.92

Non Acropora Sub


7 CSM 128 4 1.28
Massive

8 CT Non Acropora Tabulate 354 6 3.54

9 M Non Acropora Mushroom 10 1 0.1

Total 4568 100 45.68

Kategori Sedang

10 O Other 26 1 0.26

11 DC Dead Coral 1628 16 16.28

12 DCA Dead Coral with Algae 1753 8 17.53


13 R Rock 551 13 5.51

14 S Sand 1474 19 14.74

Total 5432 57 54.32

Berdasarkan data yang di peroleh, di temukan sebanyak 9 jenis pertumbuhan karang di


dermaga 2 Pulau Bira, lalu 9 jenis karang tersebut dibagi berdasarkan Acropora dan Non
Acropora. Jenis-jenis dari karang Acropora adalah ACB dan ACT. Lalu, jenis- jenis dari
karang Non Acropora adalah CB, CE, CF, CM, CSM, CT, M. Individu yang paling banyak
ditemukan yaitu pada genus Non Acropora dengan tipe pertumbuhan Branching, sebanyak 38
individu dan yang paling sedikit ditemukan, genus Non Acropora dengan tipe pertumbuhan
Mushroom (Jamur) sebanyak 1 individu. Sepanjang transek juga ditemukan satu individu
selain karang keras yaitu Diadema setosum.

Persentase Tutupan Karang Keras

Grafik 1. Persentase Tutupan disekitar dermaga 2 Pulau Bira Besar, Kepulauan Seribu.

Hasil dari persentase tutupan terumbu karang pada Pulau Bira adalah 46,68%. Tutupan
terumbu karang yang paling mendominasi adalah CB dengan persentase 21,43%. Tutupan
terumbu karang yang paling rendah adalah M dengan persentasi 1%. Rendahnya tutupan
terumbu karang M kemungkinan disebabkan oleh kondisi lingkungan pada tiap transek yang
mempengaruhi luas tutupan karang. Menurut Romimohtarto dan Juwana (2001), karang
membentuk terumbu sangat peka terhadap suhu bahkan terbatas keberadaannya di perairan
hangat karena mereka tumbuh pada temperatur antara 18-27°C. Berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup tahun 2004, kadar pH yang sesuai untuk biota laut yaitu
pH yang berkisar antara 7-8,5, salinitas 33-34%, dengan kedalaman yang baik untuk terumbu
karang kurang dari 25m.

Keanekaragaman

Jumlah Keanekaragaman
No. Kode Panjang (cm)
Individu (H')

1 ACB 450 15 0.28

2 ACT 199 3 0.10

3 CB 2143 38 0.36

4 CE 730 12 0.25

5 CF 362 11 0.24

6 CM 192 10 0.23

7 CSM 128 4 0.13

8 CT 354 6 0.16

9 M 10 1 0.04

Total 4568 100 1,79

Kategori Sedang

Tabel 2. Indeks Keanekaragaman karang keras disekitar dermaga 2, Pulau Bira Besar.

Dalam hal ini dapat di lihat bahwa keanekaragaman di stasiun 1 dermaga 2 Pulau bira,
lebih banyak di dominasi oleh Non Acropora. Berdasarkan data yang di peroleh, nilai
keanekaragaman terumbu karang pada stasiun 1 dermaga 2 di Pulau Bira adalah 1,79%.
Angka ini menurut indeks Shannon termasuk kategori sedang. Tinggi atau rendahnya indeks
diversitas suatu komunitas dipengaruhi oleh kekayaan spesies dan kesamarataan individu
penyusun komunitas tersebut. Semakin tinggi kekayaan spesies dan kesamarataan, maka
semakin tinggi indeks diversitas dan begitu sebaliknya semakin rendah kekayaan jeni 9 dan
kesamarataan semakin rendah indeks diversitas dalam komunitas

Keanekaragaman terumbu karang yang paling tinggi adalah terumbu karang CB


sebanyak 0,36%. Dan terumbu karang yang keanekaragamannya rendah adalah terumbu
karang M sebanyak 0,04%. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Sukmara et.al (2001) yaitu
Ancaman terhadap ekosistem terumbu karang juga dapat disebabkan oleh faktor alam.
Ancaman oleh alam dapat berupa angin topan, badai tsunami, gempa bumi, pemangsaan oleh
COT (crown-of-thorns starfish) dan pemanasan global yang menyebabkan pemutihan karang
(Sukmara et.al, 2001).

Keseragaman

Hasil indeks keseragaman (E) terumbu karang pada Dermaga 2 di Pulau Bira sebesar
0,81, yang artinya tingkat keseragaman jenis relatif tinggi. Hal ini menggambarkan terjadinya
keseimbangan ekosistem terumbu karang pada lingkungan tersebut karena keseragaman
bentuk pertumbuhan karang yang tinggi. Menurut Rasyid (2012), semakin kecil nilai indeks
keseragaman jenis, mengindikasikan bahwa penyebaran jenis merata, sedangkan semakin
besar nilai indeks keseragaman jenis maka penyebaran jenis relatif seragam.

Dominansi

Tabel 3. Indeks Dominansi Karang Keras disekitar dermaga 2, Pulau Bira Besar.

Jumlah
No. Kode Dominansi (D)
Individu

1 ACB 15 0.021

2 ACT 3 0.0006

3 CB 38 0.142

4 CE 12 0.132

5 CF 11 0.011
6 CM 10 0.009

7 CSM 4 0.001

8 CT 6 0.003

9 M 1 0

Total 100 0.319

Tidak ada yang


Kategori
mendominansi

Nilai dominansi karang pada Pulau Bira adalah 0,319. Nilai ini termasuk
dalam kategori rendah. Menurut indeks dominansi Simpson dalam Fachrul (2007), nilai
indeks dominansi berkisar 0-1. Semakin besar nilai indeks maka semakin besar kecendrungan
salah satu jenis mendominansi. Indeks dominansi menunjukkan nilai mendekati nol, yang
menunjukkan bahwa disekitar dermaga 2 Pulau Bira Besar, Kepulauan Seribu kondisinya
cukup baik karena tidak ada spesies yang mendominasi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian teridentifikasi 9 jenis tipe pertumbuhan karang keras dari
genus Acropora dan Non Acropora, Persen tutupan karang keras dalam kategori sedang
dengan nilai 45,68. Persen tutupan karang keras paling tinggi oleh genus Non Acropora
dengan tipe pertumbuhan branching dan persen tutupan karang keras paling rendah adalah
genus Non Acropora dengan tipe pertumbuhan mushroom. Indeks keanekaragaman sedang,
dengan nilai 1,79. Indeks keseragaman tinggi, dengan nilai 0,81 dan Indeks dominansi
mendekati nol yang menunjukkan bahwa disekitar dermaga 2 Pulau Bira Besar, Kepulauan
Seribu kondisinya cukup baik karena tidak ada spesies yang mendominasi.

DAFTAR PUSTAKA
Abrar, M dan A.E.W Manuputty. 2008. Inventarisasi dan Sebaran Biota Ascidian Di
Terumbu Karang Perairan Berau, Kalimantan Timur. Oseanologi dan Lirnnologi di
Indonesia (2008) 34: 47-66, P2O-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Al Rasyid, Harun. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung: Program Pasca
Sarjana Universitas Padjajaran

English, et, al,. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Australian Institute of
Marine Science. Townsville.

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu
Air Laut (http://www.menlh.go.id). tanggal akses 3 Maret 2017.

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Sounders Company Ltd. Philadelphia.

Rasyid F. 2012. Sebaran dan Asosiasi Makroinfauan pada Ekosistem Padang Lamun di
Perairan Teluk Harun, Teluk Lampung, Lampung Selatan. [skripsi] bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Romimohtarto dan Juwana S. 2007. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan tentang Biologi Laut.
Jakarta (ID): Djambatan.
Sukmara, A.J., Siaharnenia, dan Rotinsulu. 2001. Panduan Pemantauan Terumbu karang
Berbasis-Masyarakat dengan metode Manta Tow. CRMP. Jakarta.

Supono. 2008. Analisis Diatom Epipelic Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Tambak
Untuk Budidaya Udang [Tesis]. Program Studi Magister Manajemen Sumberdaya
Pantai, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

TERANGI. 2007. Kajian Struktur Komunitas Karang Keras Kepulauan Seribu Tahun 2005
&2007
Veron, J. E. N. 2000. Corals of the World Volume 3. Australian Institute of Marine Science
and CRR Qld Pty Ltd. Melbourne.

http://tnlkepulauanseribu.net/profil/ diakses 3 Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai