Anda di halaman 1dari 5

PEMBUATAN FORMULASI KOMPONEN POWDER SEMEN TAMBAL GIGI

DENGAN BAHAN DASAR POLIMER

A. Latar Belakang
Semen sebagai bahan tambal gigi pertama kali ditemukan oleh seorang arsitek
Perancis, lebih dari 100 tahun yang lalu, yaitu berupa zinc phosphate yang digunakan
sebagai topping medium untuk keruskan gigi. Zinc phosphate semen telah berkembang
begitu pesat sejalan dengan perkembangan teknologi material dan masih merupakan
material semen yang penting digunakan hingga saat ini sebagai semen dasar sebelum
dilakukan penambaan tetap. Di samping keunggulan yang dipunyai, material ini
mempunyai beberapa kekurangan yang diantaranyaadalah sifat low crushing strength,
serta kecenderungan sedikit larut dalam cairan di dalam mulut dan berwarna buram.
Bahan tambal gigi yang lain adalah glass ionomer, berbentuk powder, yang terdiri
dari campuran aluminium silikat dengan polymaleic acid. Powder ini digunakan bersama
larutan air yang mengandung accelerator, berupa bahan kimia untuk mempercepat setting
time powder di atas. Selain bahan ini, semen yang digunakan untuk bahan tambal gigi
sementara (temporary restorative material), adalah campuran powder zinc oxide dengan
larutan eugenol.
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan komponen powder dari semen zinc-
polycarboxylate sebagai bahan tambal gigi sementara dan perekat pada tambal gigi
sementara dan perekat pada tambal gigi permanen. Ini merupakan tahap awal dari
pembuatan bahan semen zinc-polycarboxylate secara keseluruhan. Bahan ini terdiri dari
komponen powder dan komponen cair, dimana komponen cair merupakan larutan
polyacrylic-acid. Bahan ini difokuskan penggunaannya sebagai bahan tambal gigi
sementara dan perekat pada tambal permanen.

B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan formulasi yang tepat untuk bahan powder
sebagai komponen penyusun semen sebagai bahan tambal gigi sementara dan perekat pada
tambal permanen.

C. Kajian Pustaka
Secara umum kegunaan utama semen polycarboxylate adalah sebagai cementing
medium perbaikan kerusakan gigi. Kemudian sebagai tambahan, semen ini juga digunakan
untuk cavity liner, sebagai semen perekat pada pembuatan mahkota metal, porselen dan
akrilik, maupun sebagai tambalan sementara. Kegunaan klinis semen polycarboxylate ini
sama seperti zinc phospate, yaitu disamping sebagai semen dasar juga sebagai semen
perekat. Adapun komposisi kimia bahan ini adalah sebagai berikut:
1. Komponen powder
Komposisi bahanini sangat bervariasi dan sangat bergantung pada pabrik yang
memproduksinya. Biasanya terdiri dari zinc oxide, 1% sampai dengan 5% magnesium
oxide, serta 10% sampai dengan 40% aluminium oxide atau bahan lain sebagai
reinforcing filters, disamping itu bahan flouride dan additive lainnya juga
ditambahkan.

2. Komponen cair
Jenis cairan semen polycarboxylate adalah 40% larutan kopolimer polyacrylic acid dan
larutan asam organik lainnya. Berdasarkan berat molekul yang tinggi dari larutan ini,
maka larutan ini cukup kenta. Selain karakteristik diatas, semen polycarboxylate
bersifat sama seperti sifat semen zinc phosphate kecuali compressive strength yang
lebih rendah.

3. Setting Reaction
Tidak seperti semen zinc phosphate, setting reaction dari semen polycarboxylate lebih
sedikit menghasilkan panas. Ini yang menyebabkan material ini menjadi pilihan.
Sedikit panas yang dihasilkan ini dapat mengurangi thermal shock pada saat
pemasangan mahkota logam, porselen dan akrilik, yang biasanya sangat berpengaruh
terhadap pasien. Tingkat kecepatan setting reaction sangat ditentukan oleh
perbandingan banyaknya powder dan liquid, reaktivitas dari zinc oxide, ukuran
partikel, keberadaan zat-zat additives, berat molekul serta konsentrasi dari polyacrylic
acid. Kekuatan bahan ini akan dapat meningkat dengan penambahan additive seperti
alumina atau flouride. Zinc oxide bereaksi dengan polyacrylic acid membentuk ikatan
silang (cross-linked structure) membentuk zinc- polycarboxylate. Semen yang
terbentuk terdiri dari residu zinc oxide yang terikat bersama seperti seperti matrik gel.

D. Metode Sintesis
Dalam penelitian ini dilakukan metodologi reserve engineering, diawali dengan
menganalisis bahan yang sudah ada di pasaran, kemudian mensintesis produk yang
dihasilkan, serta mengadakan pengujian klinik. Secara ringkas penelitian dilaksanakan
dalam beberapa tahap yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Melakukan analisis produk semen bahan tambal gigi
yang ada di pasaran, yaitu dipilih dua produk yang
umum dipakai: Poly-F (produk German) dan Livcarbo
(produk Japan).

Melakukan sintesis dengan mengacu pada kedua


produk tadi. Setelah mendapatkan formulasinya,
kemudian melakukan optimasi formulasi. Setelah itu
melakukan pengujian setting time dan konsistensi
produk terutama dalam hal, komposisi, powder/liquid,
waktu dan cara pengadukan, suhu dan kekentalan.

Melakukan pengujian in vitro, diantaranya adalah uji


biokompatibilitas dan uji tarik pada produk semen
polycarboxylate yang diproduksi.

E. Hasil dan Pembahasan


1. Optimasi Bentuk Butiran Powder
Optimasi pada bentuk butiran semen dilakukan karena hasil studi menyatakan
bahwa ukuran butiran powder sangat berpengaruh pada pembentukan semen, semakin
halus ukuran powder, semakin luas permukaan kontak antar material, sehingga
semakin tinggi terjadinya ikatan silang yang sempurna. Gambar ukuran butiran
campuran powder dapat dilihat pada Gambar 1 hingga Gambar 3. Masing-masing
menunjukkan gambar ukuran butiran yang dihasilkan dengan pengamatan
menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Butiran produk yang dihasilkan
dibandingkan dengan butiran produk yang ada di pasaran.

Gambar 1. Struktur permukaan powder produk yang ada di pasaran (Poly-F dan
Liv-carbo) diambil dengan alat Scanning Electron Microscope (SEM), dengan
tegangan akselerasi 15kV dan perbesaran 1000 kali dan 2000 kali.

Struktur permukaan pada gambar di atas menunjukkan bahwa ukuran butiran


dari produk hasil penelitian yang tersusun dari magnesium oksida, zink oksida,
aluminium oksida dan unsur lain masih cukup kasar (Gambar 2), jika dibangingkan
dengan produk yang dijual di pasaran (Gambar 1). Oleh sebab itu dilakukan optimasi
dengan menggunakan metode mekanik biasa, yaitu dengan menggunakan Ball Mill
dan dengan proses Sintering.

Gambar 2. Struktur permukaan powder salah satu produk hasil sintesis diambil
dengan alat Scanning Electron Microscope (SEM), dengan tegangan akselerasi 15kV
dan perbesaran 1000 kali dan 2000 kali.

2. Optimasi Bentuk Butiran


Salah satu cara yang digunakan untuk menghasilkan/menghaluskan ukuran
powder dilakukan dengan menggunakan ball-mill. Metode yang digunakan sangat
sederhana, yaitu dengan memutar ball-mill 2 x 8 jam, dengan putaran rata-rata 240 rpm.
Kemudian powder dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40 ºC selama 4 jam. Setelah
itu baru digunakan ayakan, yang akhirnya mendapatkan powder dengan ukuran
mencapai 270 mesh.
Untuk mengetahui pengaruh urutan proses pencampuran, percobaan ini
dilakukan dua kali, yaitu:
- Pertama, masing-masing komponen powder dicampur terlebih sebelum di ball-
mill,
- Kedua, masing-masing komponen powder di ball-mill secara terpisah kemudian
hasilnya baru dicampurkan.

3. Sintering (Kalsinasi)
Metode kedua untuk menyempurnakan bentuk fisik material semen dilakukan
dengan cara sintering. Sintering dilakukan dengan cara memanaskan powder pada
suhu 1200 ºC selama 1 jam di dalam tungku gas. Proses sintering juga dilakukan dua
kali, yaitu:
- Pertama, masing-masing komponen powder dicampur terlebih sebelum di sintering
(perlakuan 1).
- Kedua, masing-masing komponen powder disintering secara terpisah kemudian
hasilnya baru dicampurkan (perlakuan 2).
Beberapa contoh produk sebelum dan sesudah disintering secara fisik terlihat
cukup bagus, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Salah satu produk sintesis (produk tiga) sebelum dan sesudah disintering
4. Perhitungan Setting Time
Menurut definisi setting time adalah lamanya waktu yang diperlukan sehingga
semen cukup kuat menahan beban standar. Perhitungan setting time dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut. Setting time sangat menentukan apakah suatu produk
5. Uji Kompatibilitas
6. Uji Tarik

F. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai