Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Tetanus dan Penyebabnya

15-03-2012 diposkan oleh melindacare

Pengertian tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, sebuah
organisme yang mampu hidup bertahun-tahun di tanah dalam bentuk spora. Tetanus merupakan penyakit
akut yang menyerang susunan saraf pusat dan ditandai dengan kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran.

Tetanus terjadi ketika luka terkontaminasi dengan spora bakteri. Luka tusuk seperti yang disebabkan
oleh paku berkarat, pecahan atau gigitan serangga merupakan lokasi biasa bagi bakteri untuk masuk
dalam tubuh. Infeksi luka akan berlangsung jika spora menjadi aktif lalu berkembang biak dan
menghasilkan racun yang sangat kuat sampai akhirnya mempengaruhi otot.

Tidak terkendalinya kejang otot kadang juga disebut kejang mulut, bahkan dalam kasus berat, tetanus
menyebabkan otak dan organ lain kekurangan oksigen. Kondisi ini mungkin bisa mengakibatkan kematian.

Gejala Klinis Tetanus

Serangan penyakit ini biasanya mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada
rahang dan leher. Dalam waktu 48 jam, penyakit ini memiliki gejala :

 Trismus atau kondisi sulitnya membuka mulut karena spasme otot-otot mastikatoris.
 Kaku kuduk sampai epistotonus akibat ketegangan otot-otot erector trunkl.
 Otot dinding perut tegang.
 Risus sardonikus akibat spasme otot muka atau alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar
dan ke bawah, sedangkan bibir tertekan kuat pada gigi,
 Sulit menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri pada anggota badan.
 Badan dan lengan kaku, sampai tangan mengepal kuat. Terkadang terjadi perdarahan
intramusculus akibat kontraksi yang kuat.
 Suhu badan tidak tinggi dan dialami pada stadium akhir.
 Biasanya terdapat leukositosis ringan dan terkadang peninggian tekanan cairan otak.

Pengobatan dan Pencegahan Tetanus

Pengobatan tetanus lebih kepada penghentian produksi toksin, menetralkan efeknya dan mengendalikan
kejang otot. Pada kasus yang lebih parah, di mana toksin sudah menyebar di tubuh, maka penggunaan
mesin pernapasan buatan mungkin dibutuhkan. Dalam kondisi ini pengobatan tetanus terus diarahkan
dengan menetralkannya menggunakan obat antitoksin.

Toksin tetanus tidak akan menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf pasein. Di masa pemulihan,
pasien masih membutuhkan imunisasi aktif. Imunisasi aktif untuk vaksin tetanus tidak hanya untuk
pengobatan tetapi juga mencegah penyakit.
Pada umumnya anak usia 2 bulan sampai 5 tahun akan mendapatkan imunisasi tetanus yang terdiri dari
serangkaian lima vaksinasi DTaP. Vaksin tetanus pun dianjurkan pada usia 11 tahun dan di follow-up
setiap 10 tahun sesudahnya.

Spora tetanus dapat dijumpai hampir di seluruh lingkungan, seperti tanah, kotoran hewan, dan debu. Oleh
karena itu lindungilah diri Anda dan keluarga dari penyakit tetanus. Salah satunya dengan cara membekali
diri dengan pengetahuan seputar pengertian tetanus beserta pencegahannya.

patofisiologi

Tetanus membuat kejang otot tidak terkendali, kadang-kadang disebut kejang mulut. Dalam
kasus yang berat, otot-otot yang digunakan untuk bernapas bisa kejang, menyebabkan
kekurangan oksigen ke otak dan organ lain yang mungkin bisa mengakibatkan kematian.

Penyakit pada manusia adalah hasil dari infeksi luka dengan spora bakteri Clostridium tetani.
Bakteri ini menghasilkan toksin tetanospasmin yang bertanggung jawab untuk menyebabkan
tetanus. Tetanospasmin mengikat saraf motorik yang mengontrol otot, memasuki akson
(filamen yang memanjang dari sel-sel saraf), dan perjalanan dalam akson sampai mencapai
tubuh saraf motorik di sumsum tulang belakang atau otak (proses transportasi intraneuronal
disebut retrograde). Kemudian toksin bermigrasi ke dalam sinaps (ruang kecil antara sel-sel
saraf penting untuk transmisi sinyal di antara sel saraf) di mana ia mengikat ke terminal saraf
presynaptic dan menghambat atau menghentikan pelepasan neurotransmitter inhibisi tertentu
(glisin dan asam gamma-aminobutyric).

Karena saraf motorik tidak memiliki hambat sinyal dari saraf lainnya, sinyal kimia pada saraf
motorik dari otot semakin intensif, menyebabkan otot untuk memperketat kontraksi terus-
menerus atau kejang. Jika tetanospasmin mencapai aliran darah atau pembuluh limfatik dari
situs luka, dapat disimpan di banyak terminal presynaptic berbeda sehingga efek yang sama
pada otot lain.

ETIOLOGI
Clostridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang, berspora,
golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik
(tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat.
Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostridiumTetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam
dengan perawatan yang salah.

PATOFISIOLOGI
Suasana yang memungkinkan organisme anaerob berpoliferasi dapat disebabkan berbagai keadaan
antara lain :
1. Luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pecahan kaleng pisau, cangkul dan lain-
lain.
2. Luka karena kecelakaan kerja, (kena parang) kecelakaan lalu-lintas
3. Luka-luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga, tonsil

Cara kerja toksin


Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui sumbu silindrik ke SSP. Toksin diabsorbsi
oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan
saraf pusat. Toksin bersifat seperti antigen, sangat mudah diikat jaringan syaraf dan bila dalam
keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Toksin yang bebas dalam darah
sangat mudah dinetralkan oleh antitoksin spesifik.

Epidemiologi

 Penyakit ini menyerang di seluruh dunia dengan angka kesakitan dan angka kematian
yang masih tinggi terutama di negara berkembang.
 Di Indonesia, IR di perkotaan sekitar 6-7/1.000 kelahiran hidup, di pedesaan IRnya
11-23/1.000 kelahiran hidup
 Jumlah kematian kurang lebih 60.000 orang bayi setiap tahun

Penularan

Tetanus masuk kedalam tubuh manusia biasanya

melalui luka yang dalam dimana suasananya adalah

anaerob (tanpa oksigen) sebagai akibat dari :

 Kecelakaan
 Luka tusuk
 Luka operasi
 Karies gigi
 Radang telinga tengah
 Pemotongan tali pusat
Kebijakan pengendalian dan
pemberantasan penyakit zoonosis
Ada 4 (empat) subsistem yang sangat
penting dalam perannya sebagai pendukung
dari sistem kesehatan hewan nasional
(siskeswannas) terutama dalam kaitannya
dengan pengendalian dan pemberantasan
penyakit zoonosis yaitu:
1. Sistem surveilans dan monitoring
nasional terhadap penyakit zoonosis
pada ternak dan satwa liar.
2. Sistem kewaspadaan dini dan darurat
penyakit (early warning system and
emergency preparedness).
3. Sistem informasi kesehatan hewan
(Sikhnas).
4. Sistem kesehatan masyarakat veteriner
(Siskesmavet).
.
AGENDA KE DEPAN
Untuk memberdayakan pemerintah dan
masyarakat Indonesia dalam mengantisipasi
munculnya ’emerging dan re-emerging
Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis
27
zoonoses’, maka perlu ditetapkan sejumlah
agenda ke depan untuk memperkuat kapasitas
dan strategi kemitraan antara pemerintah dan
swasta. Strategi tersebut antara lain dengan
melakukan penelitian terintegrasi yang lebih
intensif antara kesehatan manusia dan
kesehatan hewan, pendirian pusat penelitian
penyakit zoonosis, surveilans yang terstruktur
pada hewan domestik, satwa liar, dan manusia,
pembentukan tim respon kesehatan dan
kesehatan hewan, pembangunan infrastruktur,
pembangunan tenaga kerja, dan peningkatan
koordinasi dan penguatan fokus bagi kelembagaan yg terkait.

Anda mungkin juga menyukai