Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENNYAKIT


GOUT

OLEH:
KELOMPOK V
1) I PUTU YOGA PERMADI
2) WULAN
3) DEVI PERMATA SARI
4) FADILA
5) YUNENIS
6) WA ODE KAMSIATI

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH


KABUPATEN BUTON
2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena


berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan GOUT” makalah ini dia ajukan untuk
memenuhi tugas matakuliah KMB II.
Kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada dosen mata
kuliah pembimbing kami dalam mata kuliah MUSKULOSKELETAL. Dan
terima kasih juga kepada teman-teman yang telah memberi motivasi secara
moral maupun material. Dan apabila terjadi kesalahan pada pembuatan
makalah ini kami siap menerima saran dan kritikannya.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman teman dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagikita semua.

Pasarwajo, 25 april 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1. LATAR BELAKANG ............................................................... 1
2. RUMUSAN MASALAH ........................................................... 2
3. TUUJUAN .................................................................................. 2
4. MANFAAN ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 4


1. KONSEP MESDIS .................................................................... 4
1. DEFENISI ............................................................................ 4
2. ETIOLOGI ......................................................................... 4
3. PATOFISIOLOGI ............................................................. 6
4. MANIFESTASI KLINIS ................................................... 7
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG ...................................... 8
6. PENATALAKSANAAN .................................................... 8
7. KOMPLIKASI ................................................................... 11
2. ASUHAN KEPERAWATAN ................................................... 13
1. PENGKAJIAN .................................................................... 13
2. DIAGNOSA ......................................................................... 13
3. INTERVENSI ...................................................................... 14

BAB III PENUTUP ............................................................................... 20

1. KESIMPULAN .......................................................................... 20
2. SARAN ....................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Perjalanan sejarah bangsa-bangsa di dunia menunjukkan bahwa


kualitas sumber daya manusia terbukti sangat menentukan kemajuan dan
keberhasilan pembangunan suatu negara-bangsa. Terbentuknya sumber daya
manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan
produktif ditentukan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat
esensial adalah terpenuhinya kebutuhan pangan yang bergizi.

Permintaan pangan yang tumbuh lebih cepat dari produksinya akan


terus berlanjut. Akibatnya, akan terjadi kesenjangan antara kebutuhan dan
produksi pangan domestik yang makin lebar. Penyebab utama kesenjangan
itu adalah adanya pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi, dengan
jumlah besar dan penyebaran yang tidak merata.

Dampak lain dari masalah kependudukan ini adalah meningkatnya


kompetisi pemanfaatan sumber daya lahan dan air disertai dengan penurunan
kualitas sumber daya tersebut. Hal ini dapat menyebabkan kapasitas produksi
pangan nasional dapat terhambat pertumbuhannya.
Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbangnya gizi makanan yang
dikonsumsi mengakibatkan terganggunya pertumbuhan organ dan jaringan
tubuh, lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, serta
menurunnya aktivitas dan produktivitas kerja.1
Asam urat (AU) telah diidentifikasi lebih dari 2 abad yang lalu, namun
beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan
baik. Selama beberapa tahun hiperurisemia telah diidentifikasi bersama-sama
atau dianggap sama dengan gout, namun sekarang AU telah diidentifikasi
sebagai marker untuk sejumlah kelainan metabolik dan hemodinamik.

1
Salah satu masalah kesehatan yang berkaitan dengan gizi di Indonesia
adalah penyakit asam urat. Asam Urat sering dialami oleh banyak orang
sekarang ini. Bahkan, orang yang masih tergolong muda juga sering ditimpa
penyakit ini. Sebenarnya, seperti apa penyakit ini? Apa saja definisi, etiologi,
klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaa medis, penatalaksanaan keperawatan dan
komplikasi. Berikut kita akan membahasnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana defenisi dari Gout?
2. Bagaimana etiologi dari Gout?
3. Bagaimana patofisiologi dari Gout?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Gout?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Gout?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari Gout?
7. Bagaimana komplikasi dari Gout?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui konsep dasar GOUT (Asam
Urat)
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Pengertian
b. Untuk mengetahui Etiologi
c. Untuk mengetahui patofisiologi
d. Untuk mengetahui Manifetasi klinis
e. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang
f. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Keperawatn
g. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis
h. Untuk mengetahui Komplikasi

3. Manfaat
1. Sebagai bahan informasi mahasiswa tentang konsep dasar GOUT
(Asam Urat)

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS
1. DEFENISI
Gout (pirai) merupakan kelompok keadaan heterogenous yang
berhubungan dengan defekgenetik pada metabolisme purin
(hiperurisemia). Pada keadaan ini bisa terjadi oversekresi asamurat atau
defek renal yang mengakibatkan penurunan eksresi asam urat, atau
kombinasikeduanya.
Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Goutprimer
merupakan akibat langsungpembentukan asam urat tubuh yang berlebihan
atau akibat penurunan eksresi asam urat.Goutsekunder disebabkan karena
pembentukan asam urat yang berlebihan atau eksresiasam
uratyangberkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obat
tertentu.

Gout sering menyerang wanita post menopouse usia 50 – 60 tahun.


Juga dapat menyerang laki-laki usia pubertas dan atau usia di atas 30
tahun. Penyakit ini paling sering mengenai sendi metatrsofalangeal, ibu
jari kaki, sendi lutut dan pergelangan kaki.

2. ETIOLOGI
a. Penyakit ginjal kronis
Ginjal merupakan filter berbagai benda asing untuk diekskresi
keluar tubuh. Karena itu, gangguan yang timbul pada organ ini akan
memengaruhi metabolisme tubuh dan menimbulkan berbagai jenis
penyakit. Salah satunya penyakit yang bisa ditimbulkan adalah
hiperurisemia. Hiperurisemia dan penyakit ginjal memiliki hubungan
sebab akibat.Gangguan fungsi ginjal pada ginjal bisa mengganggu
eskresi asam urat. Namun, kadarasam urat yang terlalu tinggi juga bisa
mengganggu kinerja dan fungsi ginjal (Lingga,2012:41).

3
b. Faktor usia
Gout umumnya dialami oleh pria dan wanita dewasa yang berusia
diatas 40 tahun.Setelah memasuki masa pubertas, pria memiliki resiko
gout lebih tinggi dibandingkandengan wanita. Jumlah total penderita
gout pada pria lebih banyak dibandingkan dengankaum wanita. Ketika
memasuki usia paruh baya, jumlahnya menjadi sebanding antarapria
dan wanita. Dalam sebuah kajian di Amerika, prevalensi berlipat
ganda dalampopulasi usia 40-75 tahun. Dalam kajian kedua, prevalensi
gout pada populasi dewasa di Inggris diperkirakan sebesar 1.4%,
dengan puncaknya lebih dari 7% pada pria usia 40-75(Beyond, 2013).
Menurut survey yang diadakan oleh National Health and Nutrition
Examinition Survey (NHANES), rasio penderita hiperurisemia sebagai
berikut:
a. Usia diatas 20 tahun : 24%
b. Usia 50-60 tahun : 30%
c. Usia lebih tua dari 60 tahun : 40%
d. Rata-rata penduduk Asia : 5-6%

Resiko serangan gout mencapai puncaknya pada saat seseorang


berusia 75 tahun, setelah berusia di atas 75 tahun, resiko gout semakin
menurun, bahkan tidak ada resiko sama sekali.Kecuali, jika penyakit
tersebut merupakan perkembangan dari penyakit gout kronis yang
sebelumnya telah dialami (Lingga, 2012:24).

c. Dehidrasi
Kekurangan cairan didalam tubuh akan menghambat ekskresi
asam urat. Pada dasarnyasemua cairan itu adalah pelarut. Namun, daya
larut setiap cairan berbeda-beda. Air yang memiliki daya larut paling
tinggi adalah air putih. Air putih dapat melarutkan semua zat yang
larut di dalam cairan, termasuk asam urat. Air diperlukan sebagai
pelarut asam urat yang dibuang atau diekskresi melalui ginjal bersama
urine. Jika tubuh kekurangan air,maka akan menghambat ekskresi

4
asam urat sehingga memicu peningkatan asam urat. Saat volume cairan
tubuh kurang, maka sampah sisa metabolisme pun akan menumpuk.
Penumpukan asam urat dan sisa metabolisme itulah yang
menimbulkan nyeri di persendian (Lingga, 2012:166).
d. Makan berlebihan
Asupan purin dari makanan akan menambah jumlah purin yang
beredar di dalam tubuh.secara teknis, penambahan purin yang beredar
di dalam darah tergantung pada jumlah purin yang berasal dari
makanan. Artinya, semakin banyak mengkonsumsi purin, semakin
tinggi kadar asam urat (produk akhir metabolisme purin) dalam tubuh
(Lingga, 2012:98).
e. Konsumsi alcohol
Sejumlah studi mengatakan konsumsi alkohol memiliki pengaruh
sangat besar dalammeningkatkan prevalensi gout pada penggemar
alkohol. Dampak buruk alkohol akan semakin nyata pada individu
yang mengalami obesitas. Sebuah studi yang dilakukan di Jepang oleh
Shirusi H. (2009) menemukan korelasi nyata antara konsumsi alkohol
danobesitas terhadap hiperurisemia. Resiko konsumsi alkohol semakin
tinggi jika dilakukan oleh penderita obesitas.
Dikatakan bahwa penderita obesitas yang gemar mengkonsumsi
akohol dipastikan mengalami gout (Lingga, 2012:47).
f. Pasca-operasi
Seseorang yang telah menjalani operasi beresiko mengalami
kenaikan kadar asam uratsesaat. Karena penurunan jumlah air yang
mereka konsumsi pasca-operasi menyebabkan ekskresi asam urat
terhambat untuk sementara waktu (Lingga, 2012:28).
3. PATOFISIOLOGI
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih
besar dari 7,0 mg/dl [SI0,4 µmol/L) dapat (tetapi tidak selalu)
menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout
tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan mendadak

5
kadar asam urat serum. Kalau kristal urat mengendap dalam sebuah sendi
respons inflamasi akan terjadi dan serangan gout dimulai. Dengan
serangan yang berulang, penumpukan kristal natrium urat yang dinamakan
tous akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan
dan telinga. Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan penyakit renal kronis
yang terjadi sekunder akibat penumpukan urat dapat timbul.
Gambaran kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang
asimtomatik menunjukan bahwa faktor-faktor non kristal nmungkin
berhubungan dengan reaksi inflamasi. Kristal monosodium yang
ditemukan tersalut dengan imonoglobulin yang terutama berupa IgG. IgG
akan meningkatkan fagositosis kristal dan dengan demikian
memperlihatkan aktivitas imonologik.

4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal dari artritis gout adalah panas, kemerahan dan
pembengkakan pada sendi yang tipikal dan tiba-tiba. Persendian yang
sering terkena adalah persendian kecil pada basis dari ibu jari kaki.
Beberapa sendi lain yang dapat terkena ialah pergelangan kaki, lutut,
pergelangan tangan, jari tangan, dan siku. Pada serangan akut penderita
gout dapat menimbulkan gejala demam dan nyeri hebat yang biasanya
bertahan berjam-jam sampai seharian, dengan atau tanpa pengobatan.
Seiring berjalannya waktu serangan artritis gout akan timbul lebih sering
dan lebih lama.
Pasien dengan gout meningkatkan kemungkinan terbentuknya batu
ginjal. Kristal-kristal asam urat dapat membentuk tophi (benjolan keras
tidak nyeri disekitar sendi) di luar persendian. Tophi sering ditemukan di
sekitar jari tangan, di ujung siku dan sekitar ibu jari kaki, selain itu dapat
ditemukan juga pada daun telinga, tendon achiles (daerah belakang
pergelangan kaki) dan pita suara (sangat jarang terjadi).

6
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini
mengindikasikan hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau
gangguan ekskresi.
2) Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3
selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih
dalam batas normal yaitu 5000 – 10.000/mm3.
3) Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate
mengindikasikanproses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di
persendian.
4) Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan
ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750
mg/24 jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat
maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam
mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum
asam urat.Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan peses
atau tisu toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet purin normal
direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada
waktu itu diindikasikan.
5) Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau
material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang tajam,
memberikan diagnosis definitif gout.
6) Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan
tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit
berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang
berada di bawah sinavial sendi.
6. PENATALAKSANAAN
a. Olahraga aerobik/senam

7
Manfaat kesehatan olahraga aerobik meliputi berkurangnya resiko
penyakit jantung atau penyakit kronis lainya, menormalkan tekanan
darah, mengontrol berat badan, mengurangi gula darah dan lemak, dan
mengurangi kekakuan dan nyeri karena arthritis. Olahraga aerobik
berpengaruh rendah tidak memperburuk nyeri arthritis. Digabungkan
dengan penguatan dan peregangan, olahraga aerobik menambah
kebugaran, mengurangi depresi dan nyeri dan (dalam jangka panjang)
memperbaiki fungsi (Millar, 2013:51). Durasi suatu kelas biasanya 45-
60 menit. Kelas 60 menit yang baik meliputi kegiatan pemanasan
minimum 10 menit, 15-20 menit gerak inti, dan 10 menit pendinginan.
Selama 2-4 minggu dalam jangka waktu 2-3 kali dalam seminggu.
Penelitian telah membuktikan bahwa dengan mengikuti aerobik
seseorang dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi tangan
dan kaki, kekuatan,kecepatan, atau jarak tempuh yang merupakan
perkiraan ketahanan aerobik pada aktivitas singkat (Millar, 2013:131)
b. Kompres panas atau dingin
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat
sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera
dengan menghambat proses inflamasi. Agar efektif, es dapat
diletakkan pada tempat cedera segera setelah cedera terjadi. Sementara
terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke
suatu area dan kemungkinan dapat menurunkan nyeri dengan
mempercepat penyembuhan (Andarmoyo, 2013:85).
c. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan
fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi
nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen
dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan
matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman. Periode relaksasi
yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan

8
otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri
(Andarmoyo,2013:89).

7. PenatalaksanaanMedis

Preparat colchicine (oral atau parenteral) atau NSAID seperti


indometasin, digunakan untuk meredakan serangan akut gout.
Penatalksanaan medik hiperurisemia, tofus, penghancuran sendi dan
masalah renal biasanya dimulai setelah proses inflamasi akut mereda.
Preparat urikosurik seperti probenesid akan memperbaiki keadaan
hiperurisemia dan melarutkan endapan urat. Alopurinol juga merupakan
oabt yang efektif tetapi penggunaanya terbatas terdapat resiko toksisitas.
Kalau diperlukan penurunan kadar asam urat dalam serum, preparat
urikosurik merupakan obat pilihan. Kalau pasiennya berisiko untuk
mengalami insufisiensi renal atau batu ginjal (kalkuli renal) alupurinol
merupakan obat pilihan.

8. KOMPLIKASI
a. Radang sendi akibat asam urat (gouty arthritis)
Komplikasi hiperurisemia yang paling dikenal adalah radang sendi
(gout). Telah dijelaskansebelumnya bahwa, sifat kimia asam urat
cenderung berkumpul di cairansendi ataupunjaringan ikat longgar.
Meskipun hiperurisemia merupakan faktor resikotimbulnya
gout,namun, hubungan secara ilmiah antara hiperurisemia dengan
serangan gout akut masih belumjelas. Atritis gout akut dapat terjadi
pada keadaan konsentrasi asam urat serum yang normal.Akan tetapi,
banyak pasien dengan hiperurisemia tidak mendapat serangan atritis
gout.Gejala klinis dari Gout bermacam-macam, yaitu, hiperurisemia
tak bergejala, serangan akutgout, gejala antara(intercritical), serangan
gout berulang, gout menahun disertai tofus.Keluhan utama serangan
akut dari gout adalah nyeri sendi yang amat sangat yang disertai

9
tandaperadangan (bengkak, memerah, hangat dan nyeri tekan). Adanya
peradangan juga dapat disertaidemam yang ringan. Serangan akut
biasanya puncaknya 1-2 hari sejak serangan pertama kali.Namun pada
mereka yang tidakdiobati, serangan dapat berakhir setelah 7-10
hari.Serangan biasanya berawal dari malam hari. Awalnya terasa nyeri
yang sedang pada persendian. Selanjutnya nyerinya makin bertambah
dan terasa terus menerus sehingga sangat mengganggu.Biasanya
persendian ibu jari kaki dan bagian lain dari ekstremitas bawah
merupakan persendianyang pertama kali terkena. Persendian ini
merupakan bagian yang umumnya terkena karenatemperaturnya lebih
rendah dari suhu tubuh dan kelarutan monosodium uratnya yang
berkurang.Trauma pada ekstremitas bawah juga dapat memicu
serangan. Trauma pada persendian yangmenerima beban berat tubuh
sebagai hasil dari aktivitas rutin menyebabkan cairan masuk ke
sinovial pada siang hari. Pada malam hari, air direabsobsi dari celah
sendi dan meninggalkansejumlah MSU.tofi pada kedua
tanganSerangan gout akut berikutnya biasanya makin bertambah
sesuai dengan waktu. Sekitar 60% pasien mengalami serangan akut
kedua dalam tahun pertama, sekitar 78% mengalami serangan kedua
dalam 2 tahun. Hanya sekitar 7% pasien yang tidak mengalami
serangan akut kedua dalam 10 tahun.Pada gout yang menahun dapat
terjadi pembentuk tofi. Tofi adalah benjolan dari kristal monosodium
urat yang menumpuk di jaringan lunak tubuh. Tofi merupakan
komplikasi lambat dari hiperurisemia. Komplikasi dari tofi berupa
nyeri, kerusakan dan kelainan bentuk jaringan lunak, kerusakan sendi
dan sindrom penekanan saraf.
b. Komplikasi Hiperurisemia pada Ginjal
Tiga komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal,
gangguan ginjal akut dan kronis akibat asam urat. Batu ginjal terjadi
sekitar 10-25% pasien dengan gout primer. Kelarutan kristal asam urat
meningkat pada suasana pH urin yang basa. Sebaliknya, pada suasana

10
urin yang asam, kristal asam urat akan mengendap dan terbentuk
batu.Gout dapat merusak ginjal, sehingga pembuangan asam urat akan
bertambah buruk. Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil
dari penghancuran yang berlebihan dari sel ganas saat kemoterapi
tumor. Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat pengendapan
asam urat pada duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal
ginjal akut. Penumpukan jangka panjang dari kristal pada ginjal dapat
menyebabkan gangguan ginjal kronik.

11
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Tanyakan keluhan nyeri yang terjadi, biasanya pada ibu jari kaki atau pada sendi-
sendi lain. Bagaimana gejala awalnya dan bagaimana klien menanggulanginya,
adakah riwayat gout dalam keluarga. Obat-obatan yang diperoleh
b. Tentukan apakah ada nyeri saat digerakkan, bengkak, dan kemerahan, demam
subfebris, periksa adanya nodul diatas sendi.
c. Kaji adanya kecemasan dan ketakutan dalam melakukan aktivitas dan masalah-
masalah yang terkait dengan psikososialnya.
d. Pemeriksaan diagnostik
e. Asam urat meningkat
f. Sel darah putih dan sedimentasi eritrosit meningkat (selama fase akut)
g. Pada aspirasi sendi ditemukan aam urat
h. Pemeriksaan urin
i. Rontgen

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan kristal pada membrane
sinovia, tulangrawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia
dan pembentukan panus.
b. Hambatan mobilitas fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan
otot, pada gerakan,dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi
tulang rawan, proloferasi sinovia, danpembentukan panus.
c. Gangguan citra tubuh b. d perubahan bentuk kakidan terbenuknya
tofus.

12
3. Rencana Keperawatan

TUJUAN &

NO DX. KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC)


(NOC)

1. Domain 12 Setelah dilakukan 1. Pain management

Kelas 1 tindakan keperawatan 2. Lakukan pengkajian


selama …….x 24 jam nyeri secara
Kode dx (00132)
nyeri akut teratasi, komprehensif
Nyeri akut dengan Kriteria hasil : termasuk lokasi,
Factor Berhubungan karakteristik, durasi,
dengan: 1. Pain level
frekuensi, kualitas
2. Pain control
Agens cedera mis. Biologis, dan factor
zat kimia, fisik, psikologis 3. Comfort level
presipitasi
4. Mampu mengontrol
Batasan karakteristik: 3. Observasi reaksi
nyeri (tahu penyebab
1. Perubahan selera makan non verbal dari
2. Perubahan tekanan darah nyeri)
ketidaknyamanan
3. Perubahan frekuensi 5. Mampu
jantung 4. Gunakan tehnik
4. Perubahan frekuensi menggunakan tehnik
komunikasi
pernapasan non-farmakologi
5. Laporan isyarat terapeutik untuk
6. Diaphoresis untuk mengurangi
mengetahui
7. Perilaku distraksi nyeri (mencari
8. Mengekspresikan pengalaman nyeri
perilaku bantuan)
klien
9. Masker wajah 6. Melaporkan bahwa
10. Perilaku berjaga-jaga 5. Kaji kultur yang
11. Focus menyempit nyeri berkurang
mempengaruhi
12. Indikasi nyeri yang dapat dengan
diamati respon nyer
13. Perubahan posisi untuk menggunakan
6. Evaluasi
menghindari nyeri manajemen nyeri
14. Sikap tubuh melindungi pengalaman nyeri
15. Dilatasi pupil 7. Mampu mengenali
masa lampau
16. Fokus pada diri sendiri nyeri (skala,
17. Gangguan tidur 7. Evaluasi bersama
intensitas, frekuensi,
klien dan tim
 Melaporkan nyeri dan tanda nyeri)
secara verbal kesehatan lain
8. Menyatakan rasa
tentang
nyaman setelah nyeri
ketidakefektifan,
berkurang
control nyeri masa
9. Tanda vital dalam
lampau
rentang normal

13
8. Bantu klien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
9. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
10. Kurangi factor
presipitasi nyeri
11. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi , non
farmakologi dan
interpersonal)

2. Hambatan Mobilitas Fisik 1. Ambulasi; 1. Promosi mekanika


kemampuan untuk tubuh; memfasilitasi
Definisi : Katerbatasan
penggunaan postur
dalam pergerakan fisik berjalan dari satu
dan pergerakan
mandiri dan terarah pada
tempat ketempat lain dalam aktivitas
tubuh atau satu ekstremitas
atau lebih secara mandiri atau sehari-hari untuk
mencegah keletihan
dengan alat bantu
Faktor yang Berhubungan : dan ketegangan atau
2. Ambulasi: kursi cedera
1. perubahan metabolism
roda; kemampuan musculoskeletal
sel
2. indeks masa tubuh diatas untuk berjalan dari 2. Promosi latihan
persentil ke-75 sesuai fisik; latihan
satu tempat ketempat
usia kekuatan;
3. gangguan kognitif lain dengan kursi memfasilitasi latihan
4. kepercayaan budaya otot resistif secara
roda
terkait aktivitas sesuai
rutin untuk
usia 3. Keseimbangan;
5. penurunan kekuatan mempertahankan
kemampuan untuk atau meningkatkan
kendali atau massa otot
6. keadaan alam perasaan mempertahankan kekuatan otot
depresi atau ansietas 3. Terapi latihan fisik:
keseimbangkan
7. keterlambatan mobilitas sendi;

14
perkembangan postur tubuh menggunakan
8. ketidaknyamanan gerakan tubuh aktif
4. Performa mekanika
9. intoleransi aktivitas atau pasif untuk
danpenurunan kekuatan tubuh; tindakan
mempertahankan
pertahanan
individu untuk atau mengembalikan
10. kaku sendi atau
kontraktur mempertahankan fleksibilitas sendi
11. defisiensi pengetahuan 4. Terapi latihan fisik:
kesejajaran tubuh
tentang nilai aktivitas pengendalian otot;
fisik yang sesuai dan menggunakan
12. kurang dukungan
untuk mencegah aktifitas spesifik atau
lingkungan fisik atau
sosial peregangan otot protocol latihan yang
13. keterbatasan ketahanan sesuai untuk
skeletal meningkatkan atau
kardiovaskular
14. hilangnya integritas 5. Gerakan mengembalikan
struktur tulang gerakan tubuh yang
terkoordinasi;
15. medikasi terkendali
16. gangguan kemampuan otot
musculoskeletal 5. Terapi aktivitas fisik:
untuk bekerjasama ambulasi;
17. gangguan neuromuscular
18. nyeri secara volunteer meningkatkan dan
19. program pembatasan membantu dalam
dalam menghasilkan
pergerakan berjalan untuk
20. keengganan untuk suatu gerakan yang mempertahankan
memulai pergerakan
terarah fungsi tubuh otonom
21. gaya hidup yang kurang
gerak atau disuse atau 6. Pergerakan sendi: 6. Terapi latihan fisik:
melemah keseimbangan; untuk
aktif (sebutkan
22. malnutrisi meningkatkan dan
23. gangguan sensori sendinya); rentang mempertahankan
persepsi keseimbangan postur
pergerakan
Batasan Karakteristik :
tubuh
sendi……… aktif
1. Objektif 7. Pengaturan posisi;
a. penurunan waktu dengan gerakan atas mengatur
reaksi inisiatif sendiri penempatan pasien
b. kesulitan atau bagian tubuh
membolak-balik 7. Mobilitas;
pasien secara hati-
posisi tubuh kemampuan untuk
c. asik dengan hati untuk
aktivitas lain bergerak secara meningkatkan
sebagai pengganti terarah dalam kesejahteraan
gerak fisiologis dan
d. dispnea saat lingkungan sendiri
psikologis
beraktivitas dengan atau tanpa 8. Pengaturan posisi;
e. perubahan cara
berjalan alat bantu mengatur
f. pergerakan 8. Fungsi skeletal; penempatan pasien
menentak atau bagian tubuh
g. keterbatasan kemampuan tulang
pasien secara hati-
kemampuan untuk untuk menyokong hati dikursi roda
melakukan ketramp untuk meningkatkan
ilan motorik halus tubuh dan
kesejahteraan
h. keterbatasan memdasilitasi
fisiologis dan

15
kemampuan pergerakan psikologis
melakukan 9. Bantuan perawatan
9. Performa berpindah;
ketrampilan motorik diri: berpindah;
kasar kemmapuan untuk
memnabtu individu
i. keterbatasan rentang
mengubah letak untuk mengubah
pergerakan sendi
j. tremor yang tubuh secara mandiri posisi tubuhnya
diindikasi oleh
atau dengan alat
pergerakan Pengkajian merupakan
k. ketidak stabilan bantu.
poetur tubuh proses yang kontinu
l. melambatnya untuk menentukan
pergerakan Tujuan atau criteria
m. gerakan tidak teratur tingkat performa
evaluasi
atau tidak hambatan mobilitas
terkoordinasi 10. Memperlihatkan
pasien.
mobilitas, yang
Aktivitas keperawatan
dibuktikan oleh
tingkat 1
indicator sebagai
a. Kaji kebutuhan
berikut: terhadap bantuan
1. gangguan eksterm pelayanan
2. berat kesehatan dirumah
dan kebutuhan
3. sedang terhadap peralatan
4. ringan pengobatan yang
5. tidak mengalami tahan lama
b. Ajarkan pasien
gangguan
tentang dan pantau
penggunaan alat
bantu mobilitas
c. Ajarkan dan bantu
pasien dalam
proses berpindah
d. Rujuk keahli terapi
fisik untuk
program latihan

2) Ajarkan pasien
bagaimana
menggunakan
postur dan
mekanika tubuh
yang benar pada
saat melakukan
aktiivtas
3) Pantau ketepatan
pemasangan traksi

16
4) Aktivitas
keperawatan
tingkat 2
a. Kaji kebutuhan
belajar pasien
b. Kaji terhadap
kehutuhan bantuan
layanan kesehatan
dari lembaga
kesehatan dirumah
dan alat kesehatan
yang tahan lama
c. Ajarkan dan
dukung pasien
dalam latihan
ROM aktif atau
pasif untuk
mempertahankan
atau meningkatkan
kekuatan dan
ketahanan otot
d. Instruksikan dan
dukung pasien
untuk
menggunakan
trapeze atau
pemberat untuk
meningkatkan serta
mempertahankan
kekuatan
ekstremitas atas
e. Ajarkan tehnik
ambulasi dan
berpindah yang
aman
f. Instruksikan pasien
untuk menyangga
berat badannya
g. Instruksikan pasien
untuk
mempertahankan
kesejajaran tubuh
yang benar
h. Gunakan ahli
terapi fisik dan
okupasi sebagai
suatu sumber untuk
mengembangkan

17
perencanaan dan
mempertahankan
atau meningkatkan
mobilitas

5) Aktivitas
keperawatan
tingkat 3 dan 4
a. Tentukan tingkat
motivasi pasien
untuk
mempertahankan
atau megambalikan
mobilitas sendi dan
otot
b. Gunakan ahli
terapi fisik dan
okupasi sebagai
suatu sumber untuk
mengembangkan
perencanaan dan
mempertahankan
atau meningkatkan
mobilitas
6) Pantau
pemasangan alat
traksi yang benar
7) Letakkan matras
atau tempat tidur
terapeutik dengan
benar
8) Atur posisi pasien
dengan kesejajaran
tubuh yang benar
9) Letakkan pasien
pada posisi
terapeutik

Domain 6 A. Body image Body image


B. Self esteem enchancement
Kelas 3 Criteria Hasil :
1. Kaji secara verbal
Kode NDx 00118 1. Body image positif dan non verbal
2. Mampu respon klien
Gangguan citra tubuh mengidentifikasi terhadap tubuhnya
kekuatan personal 2. Monitor frekuensi
Definisi : konfusi dalam
3. Mendiskripsikan mengkritik dirinya
gambaran mental tentang
secara actual 3. Jelaskan tentang
diri-fisik individu
perubahan fungsi pengobatan,
tubuh

18
Batasan karakteristik : perawatan,
Mempertahankan kemajuan dan
1. Perilaku mengenal tubuh prognosis penyakit
individu interaksi sosial
4. Dorong klien
2. Perilaku menghindari mengungkapkan
tubuh individu perasaannya
3. Perilaku memantau 5. Identifikasi arti
tubuh individu pengurangan
4. Respon nonverbal melalui pemakaian
terhadap perubahan alat bantu
actual pada tubuh (mis; 6. Fasilitasi kontak
penampilan,struktur,fung dengan individu
si) lain dalam
5. Respon nonverbal kelompok kecil
terhadap persepsi
perubahan pada tubuh
(mis;
penampilan,struktur,fung
si)
6. Mengungkapkan
perasaan yang
mencerminkan
perubahan pandangan
tentang tubuh individu
(mis;
penampilan,struktur,fung
si)
7. Mengungkapkan
persepsi yang
mencerminkan
perubahan individu
dalam penampilan
Objektif

1. Perubahan actual pada


fungsi
2. Perubahan actual pada
struktur
3. Perilaku mengenali
tubuh individu
4. Perilaku memantau
tubuh individu
5. Perubahan dalam
kemampuan
memperkirakan
hubungan special tubuh
terhadap lingkungan
Tubuh

Subjektif

1. Depersonalisasi
kehilangan melalui kata
ganti yang netral
2. Depersonalisasi bagian
melalui kata ganti yang

19
netral
3. Penenkanan pada
kekuatan yang tersisa

a)Ketakutan terhadap
reaksi orang lain
b) Focus pada
penampilan masa lalu
c) Perasaan negative
tentang sesuatu
d) Personalisasi
kehilangan dengan
menyebutkannya
e) Focus pada
perubahan
f) Focus pada
kehilangan
g) Menolak
memverivikasi
perubahan actual
h) Mengungkapkan
perubahan gaya
hidup
Faktor yang berhubungan :

A. Biofisik, kognitif
B. Budaya, tahap
perkembangan
C. Penyakit, cedera
D. Perceptual,
psikososial, spiritual
E. Pembedahan,
trauma
F. Terapi penyakit

20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin. Purin
adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA.
Gout (pirai) merupakan kelompok keadaan heterogenous yang
berhubungan dengan defekgenetik pada metabolisme purin (hiperurisemia).
Pada keadaan ini bisa terjadi oversekresi asamurat atau defek renal yang
mengakibatkan penurunan eksresi asam urat, atau kombinasikeduanya.
Gejala Asam Urat seperti ; kesemutan dan linu, nyeri terutama malam
hari atau pagi hari saat bangun tidur, sendi yang terkena asam urat terlihat
bengkak, kemerahan, panas dan nyeri luar biasa pada malam dan pagi.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, penyusun mengharapkan kepada para


mahasiswa keperawatan khususnya, agar dapat memahami dan menambah
pengetahuan kita tentang GOUT dalam mata kuliah KMB 2 sistem
musculusceletal. Serta diharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddath. 2001. Buku Ajar Bedah Medical Bedah. Vol 3. Jakarta EGC
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah vol2.
Jakarta. EGC.
Fitriyah, Ayu. 2011. Askep Gout arhiritis. http:/
files/Bahan%20Keperawatan%20%20askep%20gout%20artritis.htm .

22

Anda mungkin juga menyukai