1
Media Akuakultur Volume 8 Nomor 1 Tahun 2013
2
Budidaya rumput laut dalam upaya peningkatan industrialisasi perikanan (Bambang Priono)
rumput laut di Indonesia hampir seluruhnya didukung oleh Tahapan Budidaya Rumput Laut di Perairan Pantai
kegiatan budidaya. Berdasarkan data Kementerian Kelautan Menurut Indriani & Suminarsih (1999), terdapat
dan Perikanan, bahwa sekitar 99,73% produksi rumput laut beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk budidaya
Indonesia berasal dari hasil budidaya. Hal tersebut dapat rumput laut di perairan pantai, yaitu:
terjadi karena potensi alam laut sangat mendukung sehingga
hampir dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Pemilihan Lokasi
Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan adalah:
Menurut Asaad et al. (2008), keunggulan budidaya rumput
perairan cukup tenang, terlindung dari pengaruh angin
laut antara lain adalah banyak menyerap tenaga kerja. Aktivitas
dan ombak; tersedianya sediaan rumput alami setempat
ekonomi seperti bertani, bertambak, menangkap ikan yang
(indikator); kedalaman tidak boleh kurang dari dua kaki
awalnya merupakan mata pencaharian utama telah bergeser
(sekitar 60 cm) pada saat surut terendah dan tidak lebih
menjadi pekerjaan sampingan (secondary source of income).
dari tujuh kaki (sekitar 210 cm) pada saat pasang tertinggi.
Penyerapan tenaga kerja usaha budidaya rumput laut juga tidak
Selain itu, juga harus didukung dasar perairan (tipe dan
memandang perbedaan gender dan umur. Sekitar 75%-80% dari
sifat substrat) yang digunakan, dasar perairan sedikit
urutan dan beban pekerjaan yang berkaitan dengan budidaya
berlumpur atau berpasir, perairan subur atau kurang
rumput laut dilakukan secara merata oleh kaum pria dan
subur (plankton banyak atau sedikit). Faktor lain yang juga
wanita. Hal yang mendasari distribusi pekerjaan yang merata
perlu diperhatikan adalah kualitas air, akses tenaga kerja,
adalah ketersediaan tenaga kerja yang memadai, pekerjaan
perizinan, dan sebagainya.
mudah dilakukan oleh siapa saja, nilai rupiah yang didapatkan
relatif besar, tidak adanya pandangan yang membedakan peran Melakukan Uji Penanaman
perempuan dan laki-laki. Setelah menemukan lokasi yang dianggap sudah layak,
Secara umum, budidaya rumput laut Indonesia masih perlu dilakukan uji penanaman untuk mengetahui apakah
dilakukan dengan cara tradisional, bersifat sederhana, daerah tersebut memberikan pertumbuhan yang baik atau
dan belum banyak mendapat input teknologi dari luar tidak. Pengujian dilakukan dengan metode tali dan metode
(Anonim, 2007; Sujiharno et al., 2001). Faktor-faktor yang jaring. Pada metode tali digunakan tali monofilamen atau
perlu diperhatikan dalam budidaya rumput laut, adalah: polyethilene yang diikatkan pada dua tiang pancang yang
(1) pemilihan lokasi yang memenuhi persyaratan bagi jenis dipasang dengan jarak sekitar 12 m. Sedangkan pada
rumput laut yang akan dibudidayakan. Hal ini perlu karena metode jaring dapat menggunakan jaring monofilament
ada perlakukan yang berbeda untuk tiap jenis rumput laut, atau polyethilene dengan ukuran 5 m x 2,5 m yang diikatkan
(2) pemilihan atau seleksi bibit, penyediaan bibit, dan cara pada tiang pancang.
pembibitan yang tepat, (3) metode budidaya yang tepat, (4)
pemeliharaan selama musim tanam, dan (5) metode panen Menyiapkan Areal Budidaya
dan perlakuan pascapanen yang benar. Persiapan lahan/areal budidaya sebagai berikut:
Kini, budidaya rumput laut tidak hanya dilakukan di a. Bersihkan dasar perairan lokasi budidaya dari rumput-
perairan pantai (laut) tetapi juga sudah mulai digalakkan rumput laut liar dan tanaman pengganggu lain yang
pengembangannya di perairan payau (tambak). Budidaya di biasa tumbuh subur.
perairan pantai sangat cocok diterapkan pada daerah yang b. Bersihkan calon lokasi dari karang, batu, bintang laut,
memiliki lahan tanah sedikit (sempit), serta berpenduduk bulu babi, maupun hewan predator lainnya.
padat, sehingga diharapkan pembukaan lahan budidaya c. Menyiapkan tempat penampungan benih (seed bin),
rumput laut di perairan dapat menjadi salah satu alternatif bisa terbuat dari kerangka besi dan berjaring kawat
untuk membantu mengatasi lapangan kerja yang semakin atau dari rotan, bambu, ukurannya bervariasi 2 m x 2
kecil. m x 1,5 m atau 2 m x 2 m x 1,5-1,7 m.
3
Media Akuakultur Volume 8 Nomor 1 Tahun 2013
Memilih Metode Budidaya yang akan Digunakan dalam tangki seperti pada metode penyebaran secara
Membudidayakan rumput laut di lapangan (field culture) spontan. Prosedur berikutnya sama dengan metode
dapat dilakukan dengan tiga macam metode berdasarkan penyebaran secara spontan.
posisi tanaman terhadap dasar perairan, yakni metode - Metode kejutan osmotik: tetrasporotphyte direndam
dasar, metode lepas dasar, dan metode apung. dalam air laut berkonsentrasi 1,030 g/cm3 selama
- Metode dasar (bottom method) adalah metode 25 menit, kemudian direndam ke dalam air laut
pembudidayaan rumput laut menggunakan benih bibit berkonsentrasi normal sambil diaduk dan akhirnya
tertentu, yang telah diikat, kemudian ditebarkan ke suspensi spora dapat diperoleh.
dasar perairan, atau sebelum ditebarkan benih diikat Penanaman Bibit
dengan batu karang. Metode ini juga terbagi atas dua Bibit yang akan ditanam adalah talus yang masih muda
yaitu: metode sebaran (broadcast) dan juga metode dan berasal dari ujung talus tersebut. Saat yang baik untuk
budidaya dasar laut (bottom farm method). penebaran maupun penanaman benih adalah pada saat
- Metode lepas dasar (off-bottom method) dilakukan cuaca teduh (tidak mendung) dan yang paling baik adalah
dengan mengikatkan benih rumput laut (yang diikat pagi hari atau sore hari menjelang malam.
dengan tali rafia) pada rentangan tali nilon atau jaring
di atas dasar perairan dengan menggunakan pancang- Perawatan selama Pemeliharaan
pancang kayu. Metode ini terbagi atas: metode Seminggu setelah penanaman, bibit yang ditanam harus
tunggal lepas dasar (off-bottom monoline method), diperiksa dan dipelihara dengan baik melalui pengawasan
metode jaring lepas dasar (off-bottom-net method), yang teratur dan kontinu (adanya penyakit ice-ice, ikatan
dan metode jaring lepas dasar berbentuk tabung (off- bibit lepas, bibit rusak, adanya hama tritip, dan lain
bottom-tabular-net method). sebagainya). Pengawasan ini dimaksudkan sebagai upaya
- Metode apung (floating method) merupakan rekayasa untuk melakukan penggantian bibit atau membersihkan
bentuk dari metode lepas dasar. Pada metode ini tidak dari kotoran atau hama yang mungkin muncul. Bila kondisi
lagi digunakan kayu pancang, tetapi diganti dengan perairan kurang baik, seperti ombak yang keras, angin,
pelampung. Metode ini terbagi menjadi: metode tali serta suasana perairan yang banyak dipengaruhi kondisi
tunggal apung (floating-monoline method) dan metode musim (hujan/kemarau), perlu pengawasan 2-3 hari sekali.
jaring apung (floating net method).
Pemanenan
Penyediaan Bibit Pemanenan dapat dilakukan bila rumput laut telah
Setelah dipilih metode budidaya yang akan dilakukan, mencapai bobot tertentu, yakni sekitar empat kali bobot
langkah selanjutnya adalah penyediaan bibit. Bibit awal (waktu pemeliharaan 1,5-4 bulan). Cepat tidaknya
dikumpulkan dari pembibitan langsung, dilakukan dengan pemanenan bergantung metode dan perawatan yang
beberapa metode pengumpulan benih, yaitu: dilakukan setelah bibit ditanam.
- Metode penyebaran secara spontan: potongan-
potongan (fragmen tetrasporotphyte) diletakkan Pengeringan Hasil Panen
pada jaring-jaring benih (seed nets) dan dapat pula Penanganan pascapanen, termasuk pengeringan yang
diletakkan pada potongan-potongan batu di dalam tepat sangat perlu, mengingat pengaruh langsungnya
tangki pengumpul yang telah diisi air laut. Setelah terhadap mutu dan harga penjualan di pasar.
itu, dibiarkan hingga tetraspora menyebar secara
Tahapan Budidaya Rumput Laut di Lahan Tambak
spontan.
Budidaya rumput laut di tambak merupakan salah
- Metode kering: tetrasporotphyte dikeringkan di bawah
satu cara pemanfaatan lahan untuk memenuhi permintaan
sinar matahari selama tiga jam, kemudian ditempatkan
4
Budidaya rumput laut dalam upaya peningkatan industrialisasi perikanan (Bambang Priono)
5
Media Akuakultur Volume 8 Nomor 1 Tahun 2013
6
Budidaya rumput laut dalam upaya peningkatan industrialisasi perikanan (Bambang Priono)
7
Media Akuakultur Volume 8 Nomor 1 Tahun 2013
alvarezii). Seri No. 8. Balai Budidaya Laut, Direktorat Wong, K.H. & Cheung. 2000. Nutritional evaluation of
Jenderal Perikanan Budidaya. some subtropical feed and green seaweed: part ii–in
Wirawan, A. 2007. Model permintaan rumput laut Indonesia di vitro protein digestibelity and amino acid profiles of
pasar Jepang. Tesis. Program Studi Manajemen Bisnis protein concentrates. Food Chemitry.
dan Ekonomi Perikanan-Kelautan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.