Proposal Teknik Peledakan
Proposal Teknik Peledakan
Oleh
PENSASI PANJAITAN
14.286.0026
Pensasi Panjaitan
LEMBAR PENGESAHAN
KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN PADA
PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP(OVERBURDEN)
UNTUK MEMPERBAIKI FRAGMENTASI BATUAN
DI PT. JORONG BARUTAMA GRESTON, KEC.JORONG,
KAB.TANAH LAUT, PROV.KALIMANTAN SELATAN
A. JUDUL
ukuran batuan yang tidak sesuai dengan ukuran gape crusher pada proses
dengan peledakan tidak ekonomis lagi. Dan biasanya masalah ini terjadi
karena cara pembongkaran yang tidak sesuai dengan pola pemboran dan
peledakan yang dianjurkan, yang dalam hal ini dapat juga karena faktor
yang dibutuhkan.
C. TUJUAN PENELITIAN
peledakan.
bongkah (boulder). Selain itu juga dibuat rancangan desain peledakan sebagai
diharapkan.
D. PERUMUSAN MASALAH
E. BATASAN MASALAH
F. METODOLOGI PENELITIAN
tersebut yang mempengaruhi hasil peledakan, baik itu faktor yang dapt
dikendalikan maupun faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia guna
1. Pengambilan Data
masalah yang akan diamati, maka pengambilan data dibagi menjadi dua data
Data primer
- Geometri-geometri peledakan
Data sekunder
2. Pengolahan Data
perusahaan, observasi lansung dan tidak lansung, pengumpulan data kwalitatif dan
pengamatan yang dilakukan akan dimulai pada akhir bulan April 2018.
H. DASAR TEORI
sifat fisik batuan yang akan diledakkan. Apabila batuan yang akan diledakkan
sukar pecah maka penggunaan diameter lubang tembak yang kecil akan dapat
tekan tersebut sebagian akan dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian lagi
tekan untuk dipantulkan lebih besar dan gelombang tekan yang diteruskan
pada bagian bawah lantai jenjang lebih kecil (lihat gambar dibawah). Dengan
Gel.Tekan diteruskan
Gel.Tekan dipantulkan
Lubang tembak
Daerah backbreak
Lantai Atas Stemming
Gel.Tekan diteruskan
450
Gel.Tekan dipantulkan
Gambar 3.3.
Pemborandengan lubang tembak tegak dan lubang tembak miring
c. Pola Pemboran
Pola pemboran merupakan suatu pola pada kegiatan pemboran dengan
menempatkan lubang – lubang tembak secara sistematis. Berdasarkan letak
– letak lubang bor maka pola pemboran pada umumnya dibedakan menjadi
dua macam, yaitu :
Pola pemboran sejajar (paralel pattern)
Pola pemboran selang-seling (staggered pattern)
Pola pemboran sejajar adalah pola dengan penempatan lubang-
lubang tembak yang saling sejajar pada setiap kolomnya. Sedangkan pola
pemboran selang-seling, adalah pola dengan penempatan lubang-lubang
tembak secara selang – seling pada setiap kolomnya.
Dalam penerapannya di lapangan, pola pemboran sejajar
merupakan pola yang lebih mudah dalam melakukan pemboran dan untuk
pengaturan lebih lanjut. Tetapi perolehan fragmentasi batuannya kurang
seragam, sedangkan pola pemboran selang – seling lebih sulit
penanganannya di lapangan namun fragmentasi batuannya lebih baik dan
seragam.
Menurut hasil penelitian di lapangan pada jenis batuan kompak,
menunjukan bahwa hasil produktivitas dan fragmentasi peledakan dengan
menggunakan pola pemboran selang-seling lebih baik dari pada pola
pemboran sejajar, hal ini disebabkan energi yang dihasilkan pada
pemboran selang-seling lebih optimal dalam mendistribusikan energi
peledakan yang bekerja dalam batuan.
S A. Pola pemboran
sejajar
(paralel).
S = Spasi
B B = Burden
Free Face
S B. Pola pemboran
selang-seling
(staggered).
B S = Spasi
B = Burden
B
Free Face
Gambar 3.4.
Pola pemboran
d. Pola Peledakan
3 2 2 2 2 3
Bidang Bebas
2 1 0 1 2
3 2 1 2 3
4 3 2 3 4
Keterangan :
1, 2, … = Nomor urutan peledakan
= Arah runtuhan batuan
Bidang Bebas ECHELON CUT
5 4 3 2 1
6 5 4 3 2
Keterangan :
7 6 5 4 3 1, 2, … = Nomor urutan peledakan
= Arah runtuhan batuan
Gambar 3.8.
Pola peledakan berdasarkan arah runtuhan batuan
Setiap lubang tembak yang akan diledakkan harus memiliki ruang yang
cukup kearah bidang bebas terdekat agar energi terkonsentrasi secara
maksimal sehingga lubang tembak akan terdesak, mengembang, dan pecah.
Secara teoritis, dengan adanya tiga bidang bebas (free face) maka kuat
tarik batuan akan berkurang sehingga meningkatkan energi ledakan untuk
pemecahan batuan dengan syarat lokasi dua bidang bebasnya memiliki jarak
yang sama terhadap lubang tembak.
e. Kecepatan Pemboran
- Cycle Time
Ct = Pt + Bt + St + Ft + Dt
Dimana :
Ct = Cycle time
- Kecepatan pemboran
H1
Vt1 =
Ct1
Dimana :
Vt = Kecepatan pemboran
H = Kedalaman lubang tembak
Ct = Cycle time
f. Volume Setara
A x L
Veq =
n x H
Dimana :
A = luas daerah yang akan diledakkan
L = tinggi jenjang
n = jumlah lubang tembak
H = kedalaman lubang tembak
h. Geometri Peledakkan
- Konya Teori
B = 3,15 De ( SGe/SGr )1/3
Dimana :
B = Burden
SGe = SG bahan peledak
SGr = SG batuan
De = Diameter lubang tembak
- R.L. Ash Teori
Ep
AF1 = { }1/3
Epst
dest
AF2 = { }1/3
de
Dimana :
Ep = energi potensial bahan peledak
Epst = energi potensial peledak standart
de = densitas batuan yang diledakkan
dest = densitas batuan standart
i. Metode Peledakan
Sampai saat ini dikenal ada empat jenis metode peledakkan, yaitu :
- Metode sumbu api
- Metode sumbu ledak
- Metode Listrik
- Metode Non Electric (nonel)
Sedangkan kebutuhan mengenai peralatan dan perlengkapan
tergantung dari metode yang akan digunakan.
j. Kapasitas Produksi
1. Jumlah batuan yang diledakkan
W = A x L x dr
Dimana :
W = berat batuan
A = luas daerah yang akan diledakkan
L = tinggi jenjang
dr = densitas batuan
2. Penentuan Tingkat Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan
Penentuan tingkat fragmentasi batuan hasil peledakan dengan cara
membandingkan antara volume nyata batuan hasil peledakan dengan
volume batuan yang tidak memerlukan pemecahan ulang.
Fragmentasi batuan yang memerlukan pemecahan ulang
dinyatakan sebagai bongkah (boulder) dari hasil peledakan, sehingga
diperlukan upaya pemecahan ulang agar batuan tersebut bisa digunakan.
Dalam menentukan tingkat fragmentasi batuan hasil peledakan ada
beberapa metode yang bisa digunakan, seperti :
Metode photography
Metode photogrametry
Metode photography berkecepatan tinggi
Analisa produtivitas alat muat
Analisa volume material pada pemecahan ulang
Analisa visual komputer
Analisa kenampakan kualitatif
Analisa ayakan
Analisa produktivitas alat peremuk
Penentuan fragmentasi batuan hasil peledakan di PT. Jorong
Barutama Greston Kalimantan Selatan dengan menerapkan analisa
volume produktivitas alat peremuk. Cara ini digunakan karena lebih teliti
dalam perhitungannya.
X = A (V/Q)0,8 . Q0,17 . (E/115)-0,63
Dimana :
X = ukuran fragmentasi batuan
A = faktor batuan
V = volume batuan yang dihancurkan tiap lubang tembak
Q = berat bahan peledak
E = energi potensial relatif
3. Bahan peledak yang diperlukan
E = de x Pc x N
Dimana :
E = jumlah bahan peledak yang diperlukan
de = densitas bahan peledak
Pe = tinggi kolom isian bahan peledak
N = jumlah lubang tembak
4. Powder Factor (Pf)
W
Pf =
E
5. Blasting Ratio (Br)
E
Br =
W
I. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Sesuai dengan surat permohonan yang saya ajukan, saya bermaksud
melaksanakan penelitian pada tanggal 01 Mei 2018 – 01 Juli 2018 dengan
perincian kegiatan sebagai berikut:
N WAKTU (MINGGU)
O JENIS KEGIATAN
I II III IV V VI VII VIII
1 STUDI
LITERATUR
2 OBSERVASI
3 PENGUMPULAN
DATA
4 PENGOLAHAN
DATA
5 PEMBUATAN
LAPORAN
J. PENUTUP
1. Hemphill ., Gary, “Blasting Operation”, First Edition, Mc. Graw Hill Inc.,
New York
2. Naapuri, Jukka, “Surface Drilling and Blasting”, Tamrock, 1987 - 1988
3. Langefors U., and Kihlstrom, B., “The Modern Technique of Rock Blasting”,
Second Edition, A Heelsted Press Book John Willey & Sons, New
York,1973
4. Moelhim Karthodharmo, Irwandy Arif, Suseno Kramadibrata., “Teknik
Peledakan”, Diktat Kuliah Jilid I, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung, 1984
5. Koesnaryo, S. Ir. Teknik Pemboran dan Peledakan “Jurusan Teknik
Pertambanagan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional ”Veteran” Yogyakarta 1988.
6. Samhudi, “ Teknik Peledakan “, Departemen Pertambangan dan Energi,
Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan Tenaga
Pertambangan, 1994