Penulis:
Naomi Devi Larasati
071611233067
Program Studi S1 Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga
ABSTRAK
Structural Adjustment Program merupakan syarat yang diberikan oleh institusi finansial
internasional kepada negara yang akan melakukan peminjaman dana. Program tersebut
diharapkan dapat mereformasi perekonomian negara berkembang dengan ide-ide neoliberalisme.
Berdasarkan teori kebebasan yang diungkapkan oleh Amartya Sen, penulis berargumen bahwa
Structural Adjustment Program di berbagai negara mengalami kegagalan, salah satunya adalah
Peru. Implementasi Structural Adjustment Program karena terbatasnya pilihan pada saat krisis di
Peru malah gagal membangkitkan Peru dan justru menimbulkan beberapa permasalahan baru.
Melalui studi literatur, dalam tulisan ini penulis akan menjelaskan faktor-faktor yang
menyebabkan gagalnya Structural Adjustment Program di Peru. Penulis juga akan memberikan
solusi yang diharapkan mampu mengurangi efek negatif dari Structural Adjustment Program di
masa yang akan datang.
Latar Belakang
Ketidakstabilan kondisi ekonomi yang dapat mengakibatkan krisis merupakan sebuah hal
yang tidak terhindarkan, terutama bagi negara berkembang. Negara-negara di wilayah Amerika
Latin juga tidak luput dari masalah ekonomi. Kondisi tersebut tentu tidak memiliki dampak baik
bagi negara yang bahkan masih bergantung terhadap negara lain untuk mempertahankan
eksistensinya. Berbagai kebijakan kemudian diusulkan untuk menyelesaikan permasalahan
ekonomi yang mempengaruhi berbagai bidang kehidupan dalam negara tersebut. Kebijakan yang
diambil tidak hanya dibuat oleh pemerintah negara tersebut saja, melainkan juga disusun oleh
institusi internasional yang berfokus pada bidang ekonomi, seperti International Monetary Fund
(IMF) serta Bank Dunia. Salah satu solusi yang diberikan oleh institusi internasional tersebut untuk
menyelesaikan permasalahan ekonomi yang ada adalah dengan memberikan pinjaman dana.
Namun, peminjaman dana tersebut hanya akan diberikan apabila negara peminjam bersedia
menerapkan Structural Adjustment Program. Structural Adjustment Program sendiri merupakan
manifestasi ide dari neoliberalisme yang diwujudkan dalam paket kebijakan yang telah
terstandarisasi yang didesain untuk menyelesaikan masalah mengenai keseimbangan neraca
pembayaran di negara berkembang dan mendorong integrasi ekonomi negara tersebut ke dalam
pasar dunia (McCutchan, 2010). Banyak negara yang telah menerapkan Structural Adjustment
Program tersebut demi mendapatkan pinjaman, karena bank komersial di negara industri biasanya
menolak untuk memberikan pinjaman karena takut akan resiko yang mungkin terjadi, sehingga
IMF dan Bank Dunia merupakan opsi satu-satunya bagi negara tersebut (Adelman, 2001).
Structural Adjustment Program yang telah disebutkan sebelumnya ingin mereformasi
perekonomian negara dalam beberapa hal, yaitu: (1) memberikan kebebasan pada pasar untuk
menentukan harga; (2) mengurangi kontrol negara terhadap harga, sehingga harga barang dapat
ditentukan oleh nilai kelangkaannya; (3) divestasi dan privatisasi sumber daya dan perusahaan
yang berada di bawah naungan negara; (4) mengurangi anggaran negara sebanyak mungkin; dan
(5) reformasi institusi negara (McCutchan, 2010). Meskipun memiliki program reformasi yang
baik, harapan bahwa masalah ekonomi negara dapat diselesaikan dengan pemberian pinjaman
ternyata tidak berhasil. IMF dan Bank Dunia awalnya mendesain pinjaman untuk memperbaiki
kondisi yang ada dan di saat yang bersamaan mengembangkan mekanisme pasar bebas. Kondisi
tersebut diharapkan menimbulkan trickle down effect ke bidang-bidang lainnya (Milward, 2000).
Namun hingga saat ini, Structural Adjustment Program yang telah diterapkan di berbagai negara
berkembang, salah satunya di wilayah Amerika Latin, belum mampu menunjukkan dampak
positifnya. Salah satu program Structural Adjustment Program yang dianggap tidak berhasil
adalah Washington Consensus. Konsensus tersebut diciptakan oleh John Williamson pada tahun
1989 sebagai instrumen kebijakan yang berbasis pada ideologi neoliberalisme. Beberapa hal yang
direkomendasikan oleh konsensus tersebut meliputi anggaran pemerintah yang lebih disiplin,
perluasan basis pemungutan pajak, liberalisasi pasar, privatisasi perusahaan negara, penerapan
kebijakan yang mendukung investasi asing, pengurangan subsidi, menghilangkan hambatan, serta
keamanan legal bagi hak kepemilikan (Williamson, 1990).
Dalam tulisan ini, penulis akan berusaha menjawab rumusan masalah, yaitu mengapa
Structural Adjustment Program mengalami kegagalan di Amerika Latin, spesifiknya di negara
Peru. Dalam menjelaskan hal tersebut, penulis akan menggunakan penjelasan Amartya Sen (1999)
tentang freedom atau kebebasan dalam tulisannya Development as Freedom sebagai kerangka
teoritik. Sen (1999) menyebutkan bahwa tujuan akhir dari setiap kebijakan pembangunan adalah
peningkatan kebebasan dan kapabilitas masyarakat sebuah negara. Kebebasan yang dimaksud
meliputi lima bidang, yaitu: (1) political freedoms atau kebebasan politik; (2) economic facilities
atau fasilitas ekonomi; (3) social opportunities atau kesempatan sosial; (4) transparency
guarantees atau garansi transparansi; dan (5) protective security atau keamanan protektif (Sen,
1999). Penjelasan mengenai lima kebebasan tersebut kemudian dapat digunakan untuk mengkaji
apakah Structural Adjustment Program maupun program turunannya seperti Washington
Consensus mampu berkontribusi terhadap peningkatan kebebasan masyarakat di Peru.
Referensi
Adelman, Irma. 2001. Fallacies in Development Theory. Frontiers of Development Economics:
The Future in Perspective. New York: World Bank Publications.
Costa, F. 1993. Peru's Presidential Coup. Journal of Democracy. 4(1)
Glewwe, Paul dan Tray, Dennis. 1989. The Poor in Latin America during Adjustment: A Case
Study of Peru. Living Standards Measurement Study Working Paper.
Hays-Mitchell, Maureen. 2002. Resisting Austerity: A Gendered Perspective on Neoliberal
Restructuring in Peru. Gender and Development. 10(3), pp.71-81
Kim, Jim Yong, et al. 2000. Dying for Growth. Global Inequality and the Health of the Poor.
Monroe: Common Courage Press.
McCutchan, Andrew. 2010. Understanding The Inefficacy of Structural Adjustment Programs in
Latin America. [Online] Tersedia dalam:
http://lup.lub.lu.se/luur/download?func=downloadFile&recordOId=1641931&fileOId=165
8761 [Diakses pada 29 Maret 2018]
Milward, Bob. 2000. Adjustment in Practice. Structural Adjustment: Theory, Practice and
Impacts. London: Routledge.
Sen, Amartya. 1999. Development As Freedom. New York: Anchor Books.
Tegel, Simon. 2016. Corruption and Legacy in Lima. [Online] Tersedia dalam:
http://foreignpolicy.com/2016/06/03/corruption-and-legacy-in-lima-keiko-fujimori-
presidential-election-peru/ [Diakses pada 30 Maret 2018]
Vitarana, Nirmi. 2010. Effects of Washington Consensus in Peru. [Online] Tersedia dalam:
https://www.academia.edu/353483/Effects_of_Washington_Consensus_in_Peru_-_brief
[Diakses pada 30 Maret 2018]
Williamson, John. 1990. What Washington Means by Policy Reform. Institute for International
Economics.