Anda di halaman 1dari 7

Ekonomi moneter merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang sifat, fungsi dan

pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi.

BAB IIINFLASI1.

Pengertian Dasar
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umumdan terus-
menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagaifaktor, antara
lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran
distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secarako
ntinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Istilahinflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihatsebagai penyebab
meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, duayang paling sering digunakan
adalah CPI dan GDP Deflator.Inflasi dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu inflasi ringan,
sedang, berat, danhiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10%
setahun;inflasi sedang antara 10%

30% setahun; berat antara 30%

100% setahun; dan hiperinflasiatau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas
100% setahun.
2.

Penyabab
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya produksi.Inflasi
tarikan permintaan
(demand full inflation)
terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat
harga.Inflasi desakan biaya
(cost push inflation
) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input)sehingga mengakibatkan harga produk-produk
(output) yang dihasilkan ikut naik.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu kenaikan harga,misalnya bahan baku dan ken
aikanupah/gaji,misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan
harga barang-barang.
3.

Penggolongan
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal daridalam negeri
dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnyaterjadi akibat
terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang barudan gagalnya pasar
yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasidari luar negeri adalah inflasi
yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal
ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor baran
g.
4.
Mengukur inflasi
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeksharga. Indeks
harga tersebut di antaranya:

Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yangmengukur harga rata-
rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.

Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).

Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang
yangdibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan
tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang
kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.

Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditastertentu.

Indeks harga barang-barang modal

Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal,
barang jadi, dan jasa.
5.

Dampak
Pekerja dengan gaji tetap sangat dirugikan dengan adanya Inflasi. Inflasi memiliki
dampak positif dan dampak negatif-
tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang posit
if dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik,yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan
membuat orang bergairah untuk bekerja, menabungdan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadiinflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian
menjadi kacau dan perekonomiandirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung,
atau mengadakan investasidan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap
seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan
mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktuke
waktu.
6.

Peran bank sentral


Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatunegara pada
umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar.Beberapa bank sentral
bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwakebijakannya tidak boleh
diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Halini disebabkan karena sejumlah
studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen-- salah satunya disebabkan intervensi
pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakanmoneter untuk mendorong perekonomian -- akan
mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar
dan/atau tingkat suku bungasebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga
berkewajibanmengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai
sebuahmata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs).
Saatini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk olehBank
Indonesia.

2. Motif berjaga-jaga (precautionary motive)

Orang biasanya berjaga-jaga karena tidak tahu pasti peristiwa apa yang akan menimpanya di masa
depan. Orang akan lebih siap untuk menghadapi hal-hal yang tidak dapat diduga sebelumnya bila
mempunyai uang.

Misalnya, kecelakaan lalu lintas, kebakaran dan lain-lain. Untuk membiayai peristiwa yang tidak terduga
tersebut, diperlukan tabungan. Selain itu, orang juga berpikir akan mendapatkan banyak keuntungan
dari menyimpan uang atau tabungan, karena sifat uang itu likuid, yaitu mudah ditukarkan dengan
barangbarang lain dan dapat dipergunakan setiap saat.

3. Motif spekulasi (speculative motive)

Motif spekulasi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan mengetahui secara baik situasi pasar
yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Keuntungan itu akan diperoleh, jika yang diramalkan itu benar-benar terjadi. Banyaknya uang yang
ditahan atau disimpan tergantung sekali pada tingkat bunga yang berlaku.

Demikianlah sedikit penjabaran tentang motif spekulasi, Motif transaksi, Motif berjaga-jaga,dan motif
memegang uang. Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

. Tingkat bunga sebagai “harga “ uang.


Pengertian dasar dari tingkat bunga , yait sebagai harga dari penggunaan uang untuk jangka
waktu tertentu. Tingkat bunga sebesar 18% setahun berarti bahwa apabila saya meminjam Rp. 100,-
sekarang maka setahun lagi kita harus mengembalikan Rp. 118,- . Pengertian tingkat bunga sebagai
harga ini bisa juga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi “pertukaran” antara satu
rupiah sekarang dan satu rupiah nanti (misalnya setahun lagi).

Tingkat bunga nominal


Kedua unsur yang menaikkan tingkat bunga melebihi tingkat bunga murni yang disebut diatas
terkait langsung dengan karakteristik debitur itu sendiri (premi resiko) atau dengan keadaan lingkungan
dimana transaksi tersebut dilaksanakan (biaya transaksi). Ada satu yang penting lagi yang biasanya juga
masuk dalam perhitungan kreditur adalah maupun debitur dalam menentukan tingkat bunga yang
mereka setujui untuk transaksi mereka. Pertimbangan ini terkait dengan apa yang diharapkan orang
mengenai perkembangan nilai uang yang menjadi objek transaksi pinjam meminjam tersebut.
Tingkat bunga nominal inilah yang harus dibayar debitur kepada kreditur disamping
pengembalian pinjam pokoknya pada saat jatuh tempo. Tingkat bunga nominal ini sebenarnya adalah
penjumlahan dari unsure-unsur tingkat bunga, yaitu : tingkat bunga murni, premi resiko, biaya transaksi
dan premi untuk inflasi yang diharapkan,
Jadi tingkat bunga nominal atau tingkat bunga yang tercatat di pasar apabila unsur-unsurnya
berubah.Yang perlu kita catat adalah bahwa masing-masing unsure dipengaruhi oleh factor yang
berbeda.

7. Tingkat bunga jangka pendek dan jangka panjang


Dalam praktek, jangka waktu hubungan pinjam-meminjam menentukan sekali tingkat bunga
yang dibayar debitur per periode. Jadi misalnya, apabila saya menghendaki untuk meminjam dari
seorang kreditur sesuatu jumla tertentu selama 2 bulan, maka saya harus membayar selama 2 % per
bulan.
Ada 3 teori pokok mengenai struktur tingkat bunga menurut jangka waktu, dua diantaranya bisa
digolongan sebagai Keynesian dan yang satu disebut Klasik.
Teori yang pertama disebut teori liquidity preference. Teori ini mengatakan bahwa bahwa
kurva hasil selalu mempunyai lereng (slope) positif, artinya tingkat bunga pertahun untuk pinjaman yang
berjangka lebih lama selalu lebih tinggi daripada tingkat bunga pertahun untuk pinjaman yang brjangka
lebih pendek.
Teori kedua disebut teori kelompok pasar atau the preferred market habitat theory. Dalam
teori ini, masing-masing kelompok seakan-akan mempunyai kelompok pasar sendiri yang terutama
menentukan tingkat bunga untuk kelompok tersebut.
Teori ketiga yang bersumber dari Klasik. Teori ini menekankan :
- Peranan harapan masyarakat mengenai pola perkembangan tingkat bunga dimasa mendatang dalam
menentukan struktur tingkat bunga
- Bahwa kalaupun ada pasar kelompok seperti yang digambarkan oleh teori kelompok pasar tersebut
diatas, tetapi antara kelompok satu dengan yang lain sangat menentukan situasi pasar lain.
Pasar uang atau money market adalah suatu tempat (abstrak/OTC) yang mempertemukan pihak yang
membutuhkan dana (borrower bank) dengan pihak yang meminjamkan dana (lender bank) untuk
melakukan transaksi pinjam-meminjam dana dengan bunga dan selama jangka waktu tertentu (kurang
dari satu tahun).

Transaksi yang dilakukan di pasar uang uang Indonesia, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dilakukan
secara Lelang, Repo, Outright. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI) dilakukan dalam rangka
menempatkan dana idle ke BI dengan tenor dan rate yang ditetapkan oleh BI, sedangkan Promissory
Notes (Nota Promes) dilakukan untuk transaksi money market lending & borrowing dan Banker
Acceptance (BA) untuk suatu transaksi pasar uang dengan underlying L/C.
Bank merupakan perantara keuangan yang menyalurkan dana ke masyarakat, atau dapat disebut
sebagai perantara yang menyalurkan dana dari pihak yang memiliki surplus dana (pihak A) ke pihak yang
membutuhkan dana (pihak B). Bank mendapatkan pendapatan dari hasil menyalurkan dana tersebut,
pendapatan tersebut merupakan bunga yang dihasilkan dari peminjaman-peminjaman dana yang
disalurkan kepada para nasabahnya.

2.4 Bank sebagai pencipta uang


Penciptaan uang adalah proses memproduksi atau menghasilkan uang baru. Terdapat tiga cara
untuk menciptakan uang:
1. Dengan cara mencetak mata uang kertas atau uang logam,
2. Melalui pengadaan utang dan pinjaman,
3. Melalui beragam kebijakan pemerintah, misalnya seperti pelonggaran kuantitatif.

Berbagai praktik dan regulasi untuk mengatur produksi, pengeluaran, dan penarikanan uang,
adalah perhatian utama dalam ilmu ekonomi moneter (misalnya tentang persediaan uang,mazhab
monetarisme), dan memengaruhi berjalannya pasar keuangan dan daya beli uang.
Jadi, uang tercipta saat bank memberikan kredit.Kredit adalah uang dan juga adalah hutang,
yang harus dibayar kembali plus bunga yang tidak diciptakan saat kredit diberikan. PERUM PERURI atau
Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
ditugasi untuk mencetak uang rupiah (baik uang kertas maupun uang logam) bagi Republik Indonesia,
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2006.Selain mencetak uang rupiah Republik
Indonesia, juga mencetak produk sekuriti lainnya, termasuk cetakan kertas berharga non uang dan
logam non uang.
Yang dimaksud dengan penawaran uang disini adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Perubahan jumlah uang yang beredar secara garis besar dipengaruhi oleh uang inti dan pelipat uang.
Besarnya uang inti sangat tergantung pada tindakan-tindakan yang ditentukan oleh pemerintah
khususnya bank sentral. Pelipat uang, di lain pihak, disamping dipengaruhi oleh perilaku bank sentral
juga ditentukan oleh perilaku agen-agen ekonomi lainnya seperti bank umum dan masyarakat domestic.

5.3.1. Teori Penawaran uang tanpa bank


Teori ini menganggap seakan-akan perbankan tidak ada, kalaupun ada tidak mempunyai pengaruh
terhadap proses penciptaan uang.Teori yang paling sederhana adalah gambaran dari sistem standart
emas, dimana emas adalah satu-satunya alat pembayaran. JUB naik-turun sesuai dengan tersedianya
emas di masyarakat. Jumlah uang (emas) dapat turun apabila emas dikirim ke luar negeri untuk
menutup defisit neraca pembayaran (impor), industri-industri yang menggunakan emas dalam proses
produksinya menyedot emas yang ada.

5.3.2. Teori penawaran uang modern


Dalam perekonomian modern digunakan sistem standart kertas dan sebagai sumber terciptanya uang
beredar adalah otorita moneter (pemerintah dan bank sentral) dan lembaga keuangan. Otorita moneter
sebagai sumber penawaran uang inti dan lembaga keuangan sebagai sumber penawaran uang sekunder.
JUB merupakan proses pasar, artinya hasil interaksi anatara permintaan dan penawaran, dan bukan
ahanya pencetakan uang atau merupakan keputusan pemerintah saja. Apabila suatu waktu permintaan
uang inti tidak sesuai dengan penawaran uang inti, maka para pelaku dalam pasar uang masing-masing
akan melakukan “penyesuaian” berupa tindakan-tindakan (mengubah struktur/komposisi dari
kekayaan) di sub-pasar uang inti sehingga terjadi keseimbangan antara permintaan dan penawaran.
Demikian juga jika terjadi ketidakseimbangan di pasar uang sekunder. Kedua sub-pasar ini harus
mencapai keseimbangan secara bersama-sama.

Proses pelipatan uang (Money Multiplier) merupakan proses pasar (penyesuaian antara
permintaaan dan penawaran uang).Proses pelipatan itu dimungkinkan karena adanya lembaga yang
disebut bank,yang tidak harus menjamin secara penuh uang giral yang diciptakannya dengan uang
tunai.Seandainya cash ratio yang dipegang bank adalah 100%,maka proses pelipatan uang tidak akan
terjadi.
Uang giral (demand deposit,time deposit dan saving deposit) tidak harus dijamin secara penuh
dalam bentuk uang tunai pada bank.Uanggiral sebesar Rp.10.000 misalnya bank hanya perlu menyimpan
uang tunai (cadangan bank) sebesar Rp.500 (jika cash ratio yang berlaku 5% ).Artinya dengan memegang
uang inti sebesar Rp.500 bank bias menciptakan uang giral sebesar Rp.10.000.Jadi bank menciptakan
uang giral Rp.9.500 (Rp.10.000 – Rp. 500).Oleh karena, itu setiap tambahan uang inti sebesar Rp.1 akan
dapat menciptakan tambahan uang beredar yang lebih besar daripada Rp.1

Dari uraian di atas kita sudah dapat menyimpulkan bahwa inflasi yang terjadi di suatu negara tentu
jenisnya berbeda-beda. Hal ini tergantung dari penyebabnya. Inflasi terbagi atas:

a. Menurut tingkat keparahan atau laju inflasi, meliputi:


1) Inflasi Ringan (Creeping Inflation)
Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10% setahun
2) Inflasi Sedang
Inflasi yang tingkatannya berada diantara 10% - 30% setahun
3) Inflasi Berat
Inflasi yang tingkatannya berada diantara 30% - 100% setahun
4) Hiper Inflasi
Inflasi yang tingkat keparahannya berada di atas 100% setahun. Hal ini pernah dialami Indonesia
pada masa orde lama.
Berikut adalah beberapa penyebabnya.

Inflasi Karena Permintaan (Demand Pull inflation)

Inflasi ini bisa terjadi karena permintaan atau daya tarik masyarakat yang kuat terhadap suatu barang.
Inflasi terjadi karena munculnya keinginan berlebihan dari suatu kelompok masyarakat yang ingin
memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa yang tersedia di pasaran. Karena keinginan yang terlalu
berlebihan itu, permintaan menjadi bertambah, sedangkan penawaran masih tetap yang akhirnya
mengakibatkan harga menjadi naik.

Inflasi Karena Bertambahnya Uang yang Beredar (Quantity Theory Inflation)

Inflasi disebabkan karena bertambahnya uang yang beredar dikemukakan oleh kaum klasik yang
menyatakan bahwa ada keterkaitan antara jumlah uang yang beredar dengan harga-harga. Apabila
jumlah barang tetap namun jumlah uang yang beredar lebih besar dua kali lipat, maka harga barang pun
menjadi lebih mahal dua kali lipat.
Inflasi Karena Kenaikan Biaya Produksi (Cost Push Inflation)
Inflasi ini disebabkan karena adanya dorongan kenaikan biaya produksi dalam jangka waktu tertentu
secara terus menerus. Secara umum inflasi kenaikan biaya produksi ini disebabkan karena desakan biaya
faktor produksi yang terus naik.

Inflasi Campuran (Mixed Inflation)


Inflasi campuran ini terjadi karena adanya kenaikan penawaran dan permintaan. Hal ini terjadi karena
adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan. Ketika permintaan terhadap suatu
barang atau jasa bertambah, kemudian mengakibatkan penyediaan barang dan faktor produksi menjadi
turun. Sementara itu, pengganti atau substitusi untuk barang dan jasa tersebut terbatas atau tidak ada.
Keadaan yang tidak seimbang ini akan menyebabkan harga barang dan jasa menjadi naik. Inflasi jenis ini
akan sangat sulit diatasi atau dikendalikan ketika kenaikan supply akan suatu barang atau jasa lebih
tinggi atau setidaknya setara dengan permintaan.

Inflasi Karena Struktural Ekonomi yang Kaku (Structural Theory Inflation)

Menjelaskan penyebab inflasi dari segi struktural ekonomi yang kaku. Produsen tidak bisa mencegah
dengan cepat kenaikan permintaan yang diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk. Akhirnya
permintaan sulit dipenuhi saat ada pertumbuhan jumlah penduduk.

Anda mungkin juga menyukai