Anda di halaman 1dari 70

Serie/Judul :

SM 12
PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU

PELATIHAN MANAJER
LAPANGAN PELAKSANAAN
KONSTRUKSI
BANGUNAN GEDUNG
(SITE MANAGER FOR BUILDING)

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA


PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

KATA PENGANTAR

Memperhatikan laporan UNDP (Human Development Report, 2004) yang mencantumkan


Indeks Pengembangan SDM (Human Development Index HDI), Indonesia pada urutan
111, satu tingkat diatas Vietnam urutan 112, jauh dibawah negara-negara ASEAN
terutama Malaysia urutan 59, Singapura urutan 25 dan Australia urutan 3.

Bagi para pemerhati dan khususnya bagi yang terlibat langsung pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM), kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus sebagai modal
untuk berpacu mengejar ketinggalan dan obsesi dalam meningkatkan kemampuan SDM
paling tidak setara dengan negara tetangga ASEAN, terutama menghadapi era
globalisasi.

Untuk mengejar ketinggalan telah banyak daya upaya yang dilakukan termasuk perangkat
pengaturan melalui penetapan undang-undang antara lain :
- UU. No 18 Tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi beserta peraturan
pelaksanaannya, mengamanatkan bahwa per orang tenaga : perencana,
pelaksana dan pengawas harus memiliki sertifikat, dengan pengertian sertifikat
kompetensi keahlian atau ketrampilan, dan perlunya “Bakuan Kompetensi” untuk
semua tingkatan kualifikasi dalam setiap klasifikasi dibidang Jasa Konstruksi
- UU. No 13 Tahun 2003, tentang : Ketenagakerjaan, mengamantakan (pasal 10
ayat 2). Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang
mengacu pada standar kompetensi kerja
- UU. No 20 Tahun 2003, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan
pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan
pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).
- PP. No 31 Tahun 2006, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan
pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan
pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).

Mengacu pada amanat undang-undang tersebut diatas, diimplementasikan kedalam


konsep Pengembangan Sistem Pelatihan Jasa Konstruksi yang oleh PUSBIN KPK (Pusat
Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi) pelaksanaan programnya didahului
dengan mengembangkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), SLK
(Standar Latih Kompetensi), dimana keduanya disusun melalui analisis struktur

i
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

kompetensi sektor/sub-sektor konstruksi sampai mendetail, kemudian dituangkan dalam


jabatan-jabatan kerja yang selanjutnya dimasukkan kedalam Katalog Jabatan Kerja.

Modul pelatihan adalah salah satu unsur paket pelatihan sangat pnting karena menyentuh
langsung dan menentukan keberhasilan peningkatan kualitas SDM untuk mencapai
tingkat kompetensi yang ditetapkan, disusun dari hasil inventarsisasi jabatan kerja yang
kemudian dikembangkan berdasarkan SKKNI dan SLK yang sudah disepakati dalam
suatu Konvensi Nasional, dimana modul-modulnya maupun materi uji kompetensinya
disusun oleh Tim Penyusun/Tenaga Profesional dalam bidangnya masing-masing,
merupakan suatu produk yang akan dipergunakan untuk melatih dan meningkatkan
pengetahuan dan kecakapan agar dapat mencapai tingkat kompetensi yang
dipersyaratkan dalam SKKNI, sehingga dapat menyentuh langsung sasaran pembinaan
dan peningkatan kualiatas tenaga kerja konstruksi agar menjadi lebih berkompeten dalam
melaksanakan tugas pada jabatan kerjanya.

Dengan penuh harapan modul pelatihan ini dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga
cita-cita peningkatan kualitas SDM khususnya dibidang jasa konstruksi dapat terwujud.

Jakarta, November 2006


Kepala Pusat
Pembinaan Kompetensi Pelatihan Konstruksi

Ir. Djoko Subarkah, Dipl. HE


NIP. 110 016 435

ii
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

PRAKATA

Usaha dibidang Jasa Konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah
berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai
badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas
pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini mutu produk, ketepatan waktu penyelesaian,
dan efisiensi pemanfaatan sumber daya masih relatif masih jauh dari yang diharapkan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah kesediaan tenaga ahli /
terampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan serta
penguasaan teknologi.

Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan
terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan produk sesuai kualitas standar tersebut SDM, standar mutu,
metode kerja dan lain-lain.

Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan
adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang menggeluti
pekerjaan konstruksi baik itu desain pekerjaan jalan dan jembatan, desain hydro mekanik
pekerjaan sumber daya air maupun untuk desain pekerjaan dibidang bangunan gedung.
Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang Cipta Karya telah menghasilkan
sekitar 55 (lima puluh lima) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Manajer Lapangan
Pelaksanaan Konstruksi Bangunan (Site Manager For Building) merupakan salah
satu jabatan kerja yang diprioritaskan untuk disusun materi pelatihannya mengingat
kebutuhan yang sangat mendesak dalam pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam
juru gambar arsitektur bidang cipta karya.

Materi pelatihan pada jabatan kerja Manajer Lapangan Pelaksanaan Konstruksi


Bangunan (Site Manager For Building) ini terdiri dari 14 (empat belas) modul yang
merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan dalam melatih tenaga kerja yang
menggeluti Manajer Lapangan Pelaksanaan Konstruksi Bangunan (Site Manager For
Building).

Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan
khususnya untuk modul Pengujian dan Kendali Mutu.

iii
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan masukan
guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.
Jakarta, November 2006

Tim Penyusun

iv
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : SITE MANAGER FOR BUILDING

TUJUAN UMUM PELATIHAN :


Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu menjalankan fungsinya sebagai Site
Manager for Building sesuai dengan acuan dan kriteria yang di tetapkan.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :


Setelah mengikuti pelatihan diharapkan peserta mampu:
1. Melakukan tata cara dan prosedur K3 serta lingkungan di tempat kerja.
2. Melakukan Tata cara kerjasama dengan rekan kerja dan lingkungan sosial yang
beragam
3. Melakukan survai dan Pengukuran/Pemetaan Tapak
4. Melaksanakan Dokumen Kontrak
5. Melakukan Organisasi proyek
6. Melakukan Kantor Proyek di Lapangan
7. Melaksanakan Jadwal Pekerjaan
8. Melakukan Penyusunan dan pengelolaan Anggaran Biaya
9. Melakukan Prosedur Kegiatan
10. Melakukan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan
11. Melakukan Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan
12. Melakukan Pengujian dan Kendali Mutu
13. Melakukan Proses Serah terima Pekerjaan
14. Melakukan Laporan Akhir Pengendalian Pembangunan

v
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

SERIE : SM – 12
JUDUL : PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Peserta mampu melaksanakan pengendalian pelaksanaan pekerjaan untuk bangunan
gedung tidak sederhana

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Pada akhir pembelajaran peserta mampu menjelaskan:
1. Tatacara pengujian bahan di lapangan
2. Tatacara penyiapan benda uji
3. Tatacara pengerjaan beton
4. Tatacara pengetesan hasil pekerjaan

vi
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

DAFTAR ISI

halaman
Kata Pengantar ............................................................................................... i
Prakata............................................................................................................. iii
Lembar Tujuan ................................................................................................ iv
Daftar Isi .......................................................................................................... vi
Daftar Gambar ................................................................................................. viii
Daftar Tabel ..................................................................................................... ix
Deskripsi Singkat Pengembangan Modul .................................................... x
Daftar Modul .................................................................................................... xi
Panduan Pembelajaran .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ I–1


A. Umum .................................................................................... I–1
B. Proses Pengujian ................................................................... I–2

BAB II MUTU BAHAN ............................................................................... II – 1


A. Persyaratan Mutu Bahan ...................................................... II – 1
B. Pemeriksaan Mutu Bahan ...................................................... II – 1
Rangkuman .................................................................................... II – 7
Latihan ..................................................................................... II – 7

BAB III INSTALASI MESIN PENCAMPUR ................................................. III – 1


A. Tujuan Pencampuran............................................................. III – 1
B. Jenis-Jenis Alat Pencampur................................................... III – 2
C. Adukan Beton ........................................................................ III – 3
D. Penyimpanan Material ........................................................... III – 8
E. Campuran Tambahan Kimia .................................................. III – 8
Rangkuman .................................................................................... III – 11
Latihan ..................................................................................... III – 11

BAB IV PENGECORAN, PEMADATAN DAN PERAWATAN ..................... IV – 1


A. Penanganan Beton ................................................................ IV – 1
B. Pengecoran Beton Segar ....................................................... IV – 3
C. Pemadatan Beton .................................................................. IV – 10

vii
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

D. Perawatan Beton Terpasang ................................................. IV – 12


Rangkuman .................................................................................... IV – 15
Latihan ..................................................................................... IV – 15

BAB V PEMERIKSAAN MUTU BETON..................................................... V–1


A. Pengambilan Contoh Campuran Beton Segar ...................... V–1
B. Pengujian Konsistensi............................................................ V–2
C. Pengujian Kuat Tekan............................................................ V–3
D. Evaluasi Mutu Beton Pelaksanaan ........................................ V–6
Rangkuman .................................................................................... V–8
Latihan ..................................................................................... V–8

BAB VI JENIS KERUSAKAN DI LAPANGAN ............................................ VI – 1


A. Kerusakan Pada Kolom ......................................................... VI – 1
B. Contoh kerusakan pada Rumah Susun.................................. VI – 2
C. Pencegahan Kerusakan ......................................................... VI – 6
Rangkuman .................................................................................... VI – 9
Latihan ..................................................................................... VI – 10

DAFTAR PUSTAKA

viii
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

DAFTAR GAMBAR

NO. GAMBAR JUDUL

GB – 1.1 Diagram Pemeriksaan dan Tata Cara Persetujuan untuk


Material Agregat dari Lokasi Tambang atau Sumber Pemasok
GB – 2.1 Contoh Hasil Saringan Pasir
GB – 2.2 Contoh Hasil Saringan Koral/kerikil
GB – 3.1 Pencampur Beton Tipe Silinder Miring
GB – 3.2 Pencampur Beton Tipe Panci/Mangkok
GB – 4.1 Penempatan Beton pada Dinding dan Kolom
GB – 4.2 Penempatan Beton pada Permukaan Miring
GB – 4.3 Penempatan Beton pada Permukaan Horizontal
GB – 4.4 Pengecoran Beton untuk Perkerasan Jalan (Permukaan Horizontal)
menggunakan Finisher
GB – 4.5 Pengecoran Beton Dibawah Air
GB – 4.6 Penggetar Celup
GB – 4.7 Perawatan awal dengan curing compound (Bahan campuran)
GB – 4.8 Perawatan terakhir dilakukan dengan wet burlap (membasahi goni
selama 7 hari)
GB – 5.1 Contoh slump terlalu tinggi (encer)
GB – 5.2 Contoh slump tidak terlalu tinggi
GB – 5.3 Grafik Umur Beton dan Kekuatan
GB – 6.1 Perbaikan Kolom Keropos
GB – 6.2 Permukaan Pelat Beton pada Atap, Tidak Rata (kasar) – Mutu Beton
Kurang Baik
GB – 6.3 Pada Tempat Kedudukan / Tumpuan Hand Rail di Tangga Terjadi
Retak yang Membahayakan
GB – 6.4 Kerusakan pada Tangga, Beton Keropos dan Selimut Beton Sudah
Hancur
GB – 6.5 Sambungan Kolom dan Balok, Kondisi Beton Keropos Berlubang
Terlihat Batu Pecahnya
GB – 6.6 Pada Sambungan Balok, Beton Keropos dan Berlubang

ix
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

GB – 6.7 Bentuk dari Ujung Kolom Praktis yang Dipotong dengan Maksud
untuk Memperlebar Ruangan tetapi Tidak Dirapihkan
GB – 6.8 Retak pada Sambungan antara Tangga dan Bordes
GB – 6.9 Keretakan pada Tangga seperti Hal di atas
GB – 6.10 Bagan Alir Tindakan pencegahan Kerusakan
GB – 6.11 Formulir Tindakan pencegahan

DAFTAR TABEL

NO. TABEL JUDUL

Tabel 3.1 Persyaratan Keseragaman Beton


Tabel 5.1 Hasil Pemeriksaan Kekuatan Tekan Beton
Tabel 6.1 Tindakan Pencegahan

x
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL MANAJER LAPANGAN
PELAKSANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN
(SITE MANAGER FOR BUILDING)

1. Tujuan pelatihan pada dasarnya adalah memberikan bekal pengetahuan dan


keterampilan kepada peserta agar dapat memenuhi tuntutan kompetensi yang
diinginkan atau upaya untuk memperkecil dan bila perlu menghilangkan
kesenjangan kompetensi ( competency gap ) yang ada dengan kompetensi yang
diinginkan.
2. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Site Manager for Building
telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia ( SKKNI )
yang telah dirinci menjadi unit-unit kompetensi, sehingga dalam Pelatihan Site
Manager for Building, unit-unit kompetensi tersebut menjadi Tujuan Khusus
Pelatihan.
3. Standar Latihan Kerja ( SLK ) disusun berdasarkan hasil analisis dari Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi, Kriteria Unjuk Kerja dari setiap Elemen
Kompetensi yang telah ditetapkan dalam SKKNI, dalam bentuk suatu susunan
kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
kompetensi tersebut.
4. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan
Kurikulum dan Silabus yang telah ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat
modul pelatihan ( seperti tercantum dalam Daftar Modul ) yang harus menjadi bahan
latihan dalam pelatihan Site Manager for Building.

xi
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

DAFTAR MODUL

No. KODE JUDUL NO. REPRESENTASI UNIT

Keselamatan, Kesehatan
1. SM – 01 1.
Kerja dan Lingkungan

2. SM - 02 Hubungan Kerja 2.

Survai dan Pengukuran/


3. SM-03 3.
Pemetaan Tapak

4. SM-04 Dokumen Kontrak 4.

5. SM-05 Organisasi proyek 5.

6. SM-06 Kantor Proyek di Lapangan 6.

7. SM-07 Jadwal Pekerjaan 7.

Penyusunan dan
8. SM-08 pengelolaan Anggaran 8.
Biaya

9. SM-09 Prosedur Kegiatan 9.

Persiapan Pelaksanaan
10. SM-10 10.
Pembangunan

Pengendalian Pelaksanaan
11. SM-11 11.
Pembangunan

Pengujian dan Kendali


12. SM-12 12.
Mutu

Proses Serah terima


13. SM-13 13.
Pekerjaan

Laporan Akhir
14. SM-14 Pengendalian 14.
Pembangunan

xii
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

PANDUAN PEMBELAJARAN

PELATIHAN : MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN


KONSTRUKSI BANGUNAN
(SITE MANAGER FOR BUILDING)
JUDUL : Pengujian dan Kendali Mutu
DESKRIPSI : Materi ini membahas tentang prinsip dan tata cara
pengujian dan kendali mutu
TEMPAT KEGIATAN : Ruang kelas
WAKTU : 2 (dua) Jam Pelajaran (JP) dimana 1 JP = 45 m

No. KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1 2 3 4

1 Ceramah Pembukaan : Menyimak, mendengarkan - OHT


Menjelaskan Tujuan Pembelajaran dan menanyakan materi - Flip chart
Umum dan Tujuan Pembelajaran yang kurang jelas - LCD
Khusus (TPU dan TPK) - White board
merangsang motivasi peserta Diskusi -
dangan pertanyaan atau
pengalamannya dalam Membuat tugas
menerapkannya

Waktu : 10 Menit

2. Ceramah : Menyimak, mendengarkan - OHT


Menjelaskan materi tentang prinsip dan menanyakan materi - Flip chart
dan tata cara pengujian dan yang kurang jelas - LCD
kendali mutu - White board
Diskusi -
Waktu : 10 Menit
Bahan : Materi Bab I
3. Ceramah : Menyimak, mendengarkan - OHT
Menjelaskan materi tentang prinsip dan menanyakan materi - Flip chart
mutu bahan yang kurang jelas - LCD
- White board
Waktu : 10 Menit Diskusi -

xiii
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Bahan : Materi Bab II

Membuat tugas
4. Ceramah : Menyimak, mendengarkan - OHT
Menjelaskan materi tentang prinsip dan menanyakan materi - Flip chart
dan dan tata kerja instalasi mesin yang kurang jelas - LCD
pencampur - White board
Diskusi -
Waktu : 15 Menit
Bahan : Materi Bab III
Membuat tugas
5. Ceramah : Menyimak, mendengarkan - OHT
Menjelaskan materi tentang prinsip dan menanyakan materi - Flip chart
dan tata cara pengecoran, yang kurang jelas - LCD
pemadatan dan perawatan - White board
Diskusi -
Waktu : 15 Menit
Bahan : Materi Bab IV
Membuat tugas
6. Ceramah : Menyimak, mendengarkan - OHT
Menjelaskan materi tentang prinsip dan menanyakan materi - Flip chart
dan tata cara pemeriksaan muu yang kurang jelas - LCD
beton - White board
Diskusi -
Waktu : 15 Menit
Bahan : Materi Bab V
Membuat tugas
7. Ceramah : Menyimak, mendengarkan - OHT
Menjelaskan materi tentang prinsip dan menanyakan materi - Flip chart
jenis kerusakan dilapangan yang kurang jelas - LCD
- White board
Waktu : 15 Menit Diskusi -
Bahan : Materi Bab VI

Membuat tugas

xiv
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

BAB I
PENDAHULUAN

A. UMUM
Pengujian material pada pekerjaan bangunan gedung dapat dibedakan antara
pengujian awal dan pengujian setelah pelaksanaan pekerjaan.

Pengujian awal dimaksudkan agar bahan-bahan yang digunakan sesuai dengan


persyaratan teknis sebagaimana tertera dalam dokumen kontrak, terutama bahan-
bahan yang ada kaitannya dengan keandalan bangunan gedung, khususnya bahan-
bahan yang digunakan untuk struktur bangunan, seperti:
1. Mutu baja (tulangan, baja profil atau baut)
2. Mutu air
3. Mutu semen
4. Mutu agregat (pasir dan kerikil)
5. Mutu kayu

Sedang pengujian setelah pelaksanaan, pada umumnya dilakukan pada mutu


adukan beton, mutu pengelasan dan sambungan.

Beton adalah suatu material yang terbentuk dari campuran pasta semen (adukan
semen dan air) dengan agregat (agregat kasar dan agregat halus/pasir atau kerikil
dan pasir) yang dapat ditambahkan dengan suatu bahan additive atau admixture
tertentu sesuai kebutuhan untuk mencapai kinerja (performance) yang diinginkan.

Karena dipengaruhi oleh perilaku material pembentuknya terutama pasta semen


maka beton setelah mengeras mempunyai sifat yang getas yaitu kuat dalam
menahan tekanan tetapi lemah dalam menahan tarikan. Oleh sebab itu besaran
kuat tekan merupakan suatu karakteristik beton yang sangat penting dan sangat
dipengaruhi oleh aspek-aspek antara lain :
- Kekuatan pasta semen
- Kualitas agregat yang digunakan
- Daya lekat antara pasta semen dan agregat

Setelah melalui proses penyeleksian material yang memenuhi syarat spesifikasi dan
menemukan rumusan campuran yang didasarkan pada karakteristik yang tersedia
dan memenuhi Standar Spesifikasi maka pada proses produksi merupakan tahap

I-1
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

yang menentukan apakah hasilnya masih berada dalam batasan asumsi rancangan
campuran dan syarat spesifikasi atau tidak.

Untuk melakukan pengujian atas kinerja pelaksanaan pekerjaan, dapat digunakan:


1. Pembuatan benda uji yang selanjutnya di tes di laboratorium
2. pengujian di tempat, dengan hammer test, misalnya atau
3. peralatan non destructive test,atau infra red imaging,

B. PROSES PENGUJIAN
Pada Gambar 1.1. memperlihatkan diagram pemeriksaan dan tata cara persetujuan
untuk material agregat dari lokasi tambang atau sumber penyediaan agregat
(pemasok) sebelum memulai (produksi) campuran beton sebagai salah satu
pekerjaan utama.

I-2
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Permohonan untuk
Beroperasi
- Laboratory
- Daftar peralatan
Pekerjaan - Dafar organisasi
- Skedul konstruksi
Persiapan

- Skets lokasi tambang


Pengusulan - Kapan survey bersama
Lokasi Tambang - Jenis bahan yang tersedia
- Usulan penggalian
- Panjang, lebar dan dalam
- Bina Marga (Pemilik)
Peninjauan - Konsultan
Bersama - Kontraktor

Koreksi / - Bahan tidak cocok


Persetujuan sementara - Analisa saringan
tdk
Quality Engineer Lokasi Pengganti - Berat jenis dan
penyerapan agregat
ok - Kotoran organik
Pengambilan Contoh - Keausan agregat
- Material lolos saringan
Bahan No. 200
- Gumpalan lempung
- Sand equivalent
Pengujian Bahan

Pengajuan Hasil
Persetujuan tdk Pengujian
Quality Engineer
Koreksi - Bahan Tidak cocok
ok

Penggalian Bahan - Mulai produksi

- Bulan ke 1 : 2 x seminggu
- Bulan ke 2 : 1x seminggu
PengajuanBerkala
Pengujian Hasil - Bulan ke 3 : 2 x seminggu
Pengujian - Seterusnya 1 x sebulan bila
setiap pengujian hasilnya
Diperiksa
bagus
Quality Engineer
Dipergunakan untuk
pekerjaan permanen

Gambar 1.1 Diagram Pemeriksaan dan Tata Cara Persetujuan untuk


Material Agregat dari Lokasi Tambang atau Sumber Pemasok.

I-3
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

BAB II
MUTU BAHAN

A. PERSYARATAN MUTU BAHAN


Sebagai acuan bagi persyaratan material yang digunakan pada pekerjaan
bangunan gedung digunakan:
a. Standar Nasional Indonesia (SNI) edisi terbaru yanh berkaitan dengan bahan
yang digunakan.
b. Jika bahan yang digunakan belum memiliki SNI atau persyaratan lokal lainnya,
maka digunakan persyaratan yang ditentukan dalam kontrak.
c. Dalan hal diperlukan persyaratan yang lebih rinci dapat mengacu pada
persyaratan internasional, seperti American Standard Testing Material (ASTM),
British Standard (BS), Japanesse Industrial Standard (JIS), DIN (standar
Jerman atau Belanda).

B. PEMERIKSAAN MUTU BAHAN


Pendekatan praktis dapat juga dilakukan di lapangan, untuk memeriksa mutu air,
pasir dan koral/kerikil.
1. Air
Untuk memeriksaan kadar air, contoh air sebanyak 25 cm3 dimasukkan
dalam bejana 50 cm3, lalu dengan menggunakan kertas pH; ditentukan
tingkat ke-asaman atau ke-basa-an air, pH air yang normal : pH=7; pH air
minimum : 4.5 dan pH air maksimum : 8.5.

Untuk memeriksa bahan padat dalam air, dilakukan memanaskan 50 cm3 air
sehingga dalam cawan hanya tersisa endapan, lalu ditimbang, untuk
menentukan kandungan bahan padat dalam air. Bahan padat yang diijinkan
dalam air = 2000 mg/l (ppm).

Untuk menentukan bahan tersuspensi dalam air, maka digunakan contoh air
yang telah dikocok kuat-kuat sebanyak 1176 cm3. Saringlah benda uji dengan
kertas saring (yang telah dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 + 5)0C
dan ditimbang bersama botol timbang). Residu yang tertinggal kemudian

II - 1
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

ditimbang dan ini merupakan jumlah bahan tersuspensi dalam air. Bahan
tersuspensi yang diijinkan dalam air 2000 mg/l (ppm).

Selanjutnya dengan pengetesan di laboratorium dapat ditentukan kandungan


organik, minyak, dan ion sulfat, chlor. Bahan organik yang diijinkan dalam air
2000 mg/l (ppm), minyak yang diijinkan dalam air = 2% dari berat semen,
Na2So4 dalam air diijinkan = 10.000 mg/l (ppm), dan NaCl dalam air diijinkan
= 20.000 mg/l (ppm).

2. Pasir
Pasir yang digunakan untuk pekerjaan beton adalah pasir kasar yang bebas
dari tanah/Lumpur atau kotoran lainnya.

Untuk mengetahui kondisi pasir tersebut dapat digunakan dua cara:

1 Pasir diberi air sedikit lalu diremas dengan tangan, jika pada telapak
tangan tidak tertinggal bekas tanah/Lumpur, berarti pasir dalam kondisi
bersih.
2 Pasir dimassukkan dalam gealas lalu diberi air. Setelah itu pasir dalam
gelas diaduk, dan dibiarkan mengendap. Jika air dalam gelas keruh
dan berwarna coklat, berarti pasir banyak mengandung tanah/Lumpur

II - 2
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

ANALISA SARINGAN
SNI 1968 - 1990 - F
atau
AASHTO T27 - 74

Material : Pasir
Berat Contoh I : 2037.8 gram Berat Contoh II : 1818.6 gram

No. Kumulatif Kumulatif


Berat Berat
Ayakan Berat Persen Persen Rata-rata Berat Persen Persen
Tertahan Tertahan
(mm) Tertahan Tertahan Lolos Tertahan Tertahan Lolos

37.5 - - 0 100 100 - - 0 100


19.0 - - 0 100 100 - - 0 100
9.5 - - 0 100 100 - - 0 100
4.75 280.9 280.9 13.8 86.2 86.8 231.5 231.5 12.7 87.3
2.36 391.3 672.2 33.0 67.0 68.5 315.6 547.1 30.1 69.9
1.18 334.0 1006.2 49.4 50.6 52.1 297.6 844.7 46.4 53.6
0.425 434.0 1440.2 70.7 29.3 30.9 385.0 1229.7 67.6 32.4
0.075 449.0 1889.2 92.7 7.3 7.8 437.1 1666.8 91.7 8.3

3 1 3
200 100 50 40 30 20 16 10 8 4 /8" /2" /4" 1" 11/2" 21/2"

100 100

90 90

80 80

70 70
Total Persen Lolos

Total Persen Lolos

60 60

50 50

40 40

30 30

20 20

10 10

0 0
0.075 0.425 1.18 2.36 4.75 9.5 19 37.5 mm

Gambar 2.1. Contoh Hasil Saringan Pasir

3. Koral/Kerikil

II - 3
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Pertama-tama harus diperhatikan bahwa ukuran butiran koral/kerikil tidak


homogen, artinya jenis butiran koral/kerikil harus beragam, terdiri dari ukuran
besar sampai halus. Ukuran terbesar harus disesuaikan dengan kondisi jarak
tulangan beton pada cetakan, agar koral/kerikil dapat masuk di antara
tulangan beton.

Untuk memeriksa kebersihan koral/kerikil dapat digunakan cara yang


digunakan pada pemeriksaan pasir.

ANALISA SARINGAN
SNI 1968 - 1990 - F
atau
AASHTO T27 - 74

Material : Batu Pecah 2/3


Berat Contoh I : 4946.5 gram Berat Contoh II : 4490.5 gram

No. Kumulatif Kumulatif


Berat Berat
Ayakan Tertahan Berat Persen Persen Rata-rata Tertahan Berat Persen Persen
(mm) Tertahan Tertahan Lolos Tertahan Tertahan Lolos

37.5 - - 0 100 100 - - 0 100


19.0 4605.5 460.5 93.1 6.9 6.8 4195.0 4195.0 93.4 6.6
9.5 333.5 4939.0 99.8 0.2 0.2 291.5 4486.5 99.9 0.1
4.75 3.5 4942.5 99.9 0.1 0.1 1.0 4487.5 99.9 0.1

II - 4
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

3 1 3
200 100 50 40 30 20 16 10 8 4 /8" /2" /4" 1" 11/2" 21/2"

100 100

90 90

80 80

70 70
Total Persen Lolos

Total Persen Lolos


60 60

50 50

40 40

30 30

20 20

10 10

0 0
1.18 2.36 4.75 9.5 19 37.5 mm

Gambar 2.2. Contoh Hasil Saringan Koral/kerikil

4. Tulangan Baja
Tulangan baja yang digunakan harus dilengkapi dengan sertifikat hasil
pengujian tarik dari laboratorium dan dicocokkan dengan persyaratan yang
ditentukan dalam konsep perhitungan struktur atau persyaratan teknis yang
tercantum dalam kontrak.

Ukuran tulangan baja juga harus diperiksa agar jenis (polos atau ulir) dan
ukuran yang tertera dalam gambar sesuai dengan tulangan yang ada di
lapangan.

Tulangan juga harus bersih dari karat, karena hal ini akan mengurangi daya
lekat anatara baja dan adukan beton. Jika tulangan baja berkarat maka harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan sikat baja.

5. Profil Baja
Profil baja yang digunakan harus memiliki sertifikat pengujian dari
laboratorium dan dicocokkan dengan persyaratan yang ditentukan dalam
konsep perhitungan struktur atau persyaratan teknis yang tercantum dalam
kontrak.

II - 5
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Baja yang dikirim ke lapangan sudah dicat dengan cat anti karat –
zinchromat, baja yang berkarat harus dibersihkan dengan sikat baja atau
dengan sand blast.

Ketebalan badan dan sayap serta dimensi profil lainnya harus diperiksa agar
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.

6. Daya dukung tanah


Pemeriksaan aya dukung tanah dilakukan dengan menggunakan alat sondir
dan pengambilan contoh tanah, yang selanjutnya dianalisis di laboratorium.

Pada pekerjaan pemadatan tanah untuk jalan atau areal parkir, perlu
dilakukan pengetesan California Beraing Ratio (CBR test) untuk menentukan
tingkat kepadatan tanah yang sesuai dengan persyaratan yang tercantum
dalam dokumen kontrak.

II - 6
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

RANGKUMAN BAB - II
Sebagai acuan bagi persyaratan material yang digunakan pada pekerjaan bangunan
gedung digunakan :
a. Standar Nasional Indonesia (SNI) edisi terbaru yanh berkaitan dengan bahan yang
digunakan.
b. Jika bahan yang digunakan belum memiliki SNI atau persyaratan lokal lainnya, maka
digunakan persyaratan yang ditentukan dalam kontrak.
c. Dalan hal diperlukan persyaratan yang lebih rinci dapat mengacu pada persyaratan
internasional, seperti American Standard Testing Material (ASTM), British Standard
(BS), Japanesse Industrial Standard (JIS), DIN (standar Jerman atau Belanda),

LATIHAN
1. Jelaskan langkah yang harus dilakukan untuk menentukan bahan tersuspensi dalam
air !

II - 7
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

BAB III
INSTALASI MESIN PENCAMPUR

A. TUJUAN PENCAMPURAN
Hampir semua jenis beton, untuk pekerjaan kecilpun, diaduk didalam mesin
pengaduk batch dengan berbagai kapasitas. Pengaduk telah dibuat dengan efisiensi
tinggi yang dapat menghasilkan hasil memuaskan dengan biaya pekerja serta energi
minimum. Perubahan kecil pada kecepatan pengaduk berpengaruh sedikit pada
kekuatan beton dan waktu pengadukan, bukan kecepatan berputar pengaduk yang
mempengaruhi kekuatan serta kualitas beton.

Pengujian menunjukkan bahwa kekuatan beton dapat ditingkatkan dengan waktu


pengadukan yang lebih lama. Terdapat suatu peningkatan yang cepat dari kekuatan
dengan waktu pengadukan sampai sekitar dua menit. Tambahan pula pengadukan
yang menyeluruh akan menghasilkan beton yang lebih seragam, beton yang lebih
rapat air dan beton yang lebih mudah dikerjakan. Akan tetapi harus diperhatikan
bahwa pengadukan berlebih, yaitu pengadukan untuk waktu yang terlalu panjang
akan menghasilkan grinding pada agregat selain daripada mengurangi produksi
beton.

Tujuan utama pengadukan adalah untuk menjamin bahwa bahan didistribusikan


secara seragam didalam massa beton yang mengandung bahan-bahan dalam
perbandingan yang disyaratkan.

Untuk mencapai hal ini perlu dijamin bahwa:


1. Bahan dipelihara agar homogen dan tidak saling terpisah sebelum dan pada
waktu batching.
2. Peralatan yang tersedia akan membantu batching bahan secara tepat dalam
jumlah yang diperlukan, dan jumlah tersebut akan dapat diganti dengan mudah
jika dan bila diperlukan.
3. Perbandingan bahan yang diperlukan dipelihara dari batch ke batch lain.
Semua bahan dimasukkan ke dalam pengaduk dalam urutan yang benar.
4. Semua bahan dicampur dengan menyeluruh pada waktu pengadukan dan
semua partikel agregat dilapisi dengan pasta semen.

III - 1
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

5. Beton, bila dikeluarkan dari pengaduk, akan seragam dan homogen dalam tiap
batch dari satu batch ke batch lainnnya.

B. JENIS-JENIS ALAT PENCAMPUR


1. Pencampur Type Silinder Miring
Pencampur jenis ini didesain menghindarkan pencampuran beton dengan
cara manual dalam jumlah yang terbatas. Kedudukan silinder dibuat miring
untuk memudahkan pengisian dan pengadukan material sedangkan pada
bagian dalam terdapat pedal dayung yang diletakkan serong terhadap sumbu
drum untuk memudahkan pencampuran material. Takaran yang dipakai
berdasarkan volume yang ditetapkan dalam rancangan campuran. Umumnya
menggunakan generator kecil yang diletakkan di sampingnya sebagai tenaga
penggerak drum pencampur.

Gambar 3.1. Pencampur Beton Type Silinder Miring

2. Pencampur Tipe Panci


Pencampur ini dikembangkan agar pekerjaan pencampuran dapat berjalan
dengan efektif atau untuk digunakan pada sejumlah kecil macam-macam
beton.

Alat ini hanya membutuhkan waktu pencampuran yang pendek dan


memungkinkan pencampuran yang baik/merata daripada pencampur-
pencampur biasa.

III - 2
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Pedal pencampur (mixing blades) dipasang secara permanen pada saat


digunakan namun kedalamannya dapat diatur secara cepat dan mudah
dikarenakan keausan yang terjadi.

Gambar 3.2. Pencampur Beton Tipe Panci/Mangkok

Perangkat pedal tersebut dipasangkan dengan perangkat karet khusus yang


secara otomatis mengatur pemasangan untuk mengkoreksi sudut tanpa
penggunaan pegas (Springs) dan pada saat yang sama memungkinkan
pedal-pedal tersebut untuk mengayun/memutar batu-batuan besar atau
benda-benda asing lain yang secara tidak sengaja masuk ke dalam
campuran.

C. ADUKAN BETON
1. Beton Ready-Mix
Beton ready-mix harus memenuhi semua persyaratan teknis. Beton ready-
mix mempunyai keuntungan bahwa pengendalian mutu yang baik lebih
mungkin pada plant yang besar daripada di lokasi jembatan dengan kondisi
yang ada. Kebanyakan lokasi beton ready-mix menggunakan weight batching
(berdasarkan berat) untuk pengadukan dan truck-mounted untuk
pencampuran.

III - 3
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Akan tetapi proyek yang lokasinya terpencil dan jauh dari plant, tetap akan
memerlukan batching plant di lokasi. Hal demikian terjadi pada sebagian
besar proyek pelaksanaan jembatan yang dilakukan di Indonesia.

2. Beton Yang Diaduk di Lokasi


Beton yang diaduk setempat (site-batch) dicampur dalam pengaduk mekanis
dilokasi. Tempat pengadukan beton (Concrete mixing plant) paling baik
terletak di lokasi dan pada ketinggian yang mudah bagi pemasukan agregat
ke dalam tabung penyimpan (hopper) dan pengiriman beton yang sudah
dicampur ke lokasi pekerjaan. Tempat paling baik untuk menimbang adalah
antara bak agregat dan pengaduk sehingga penuangan (discharge) dapat
dilakukan langsung kedalam pengaduk.

Weight batching semua bahan (ingredients) beton seharusnya merupakan


persyaratan yang umum. Air dapat diukur berdasarkan volume. Persediaan
air harus dialirkan secara gravitasi dari tempat pengukuran ke countainer
pada mixing plant

Semen dalam kantong harus terlindung dari pengaruh cuaca tiap saat.
Kantong dapat ditumpuk setiap hari pada panggung kayu yang cukup besar
untuk menampung keperluan satu hari dan dapat dipakai secara langsung ke
hopper penimbang atau pencampur. Semen yang tidak dipakai harus
dikembalikan ke tempat penyimpanan pada akhir hari kerja.

Sebelum dimulainya operasi pengadukan, alat harus diperiksa untuk


memastikan kelancaran serta kebersihannya; khususnya harus diperhatikan
drum pengaduk.

Kontraktor harus menghitung kuantitas tiap komponen beton yang diperlukan


untuk tiap tuangan dan harus ada sejumlah itu yang tersedia (termasuk
cadangan untuk kehilangan) sebelum dimulainya pengecoran.

3. Penakaran dan Pencampuran (Batching and Mixing)


a. Batching
Syarat pokok dalam batching adalah bahwa perbanding bahan yang
ditentukan harus dijaga dari batch ke batch dalam batas toleransi
tertentu, untuk menghasilkan beton dengan kualitas yang seragam.

III - 4
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Pengawas harus menjamin bahwa pengujian kadar kelembaban dan


gradasi dilakukan secara teratur dan bahwa sifat-sifat batch disesuaikan
untuk menghasilkan beton dengan kualitas yang seragam.

Pengujian pemeriksaan yang dilakukan sekali-kali oleh pengawas/


teknisi laboratorium akan membantu memperketat langkah-langkah
pengendalian mutu, terutama sehubungan dengan operasi, kondisi dan
ketetapan alat batching.

b. Pengadukan
Hampir semua jenis beton, untuk pekerjaan kecilpun, diaduk didalam
mesin pengaduk batch dengan berbagai kapasitas.

Bahan harus diaduk dalam waktu tidak kurang dari 1.5 menit dalam
mengaduk dan harus dikeluarkan sepenuhnya sebelum pengisian
kembali. Waktu iniharus ditambah (15 detik per 1 m3 kapasitas
pengaduk) untuk pengaduk lebih besar dari 1m3 .

Persyaratan keseragaman untuk campuran beton diberikan pada tabel


di bawah.

Mengurangi waktu pengadukan dibawah 1.5 menit diperbolehkan


apabila dengan pengurangan waktu tersebut campuran dapat
memenuhi secara konsisten persyaratan keseragaman yang diberikan
pada tabel berikut ini.

III - 5
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Persyaratan, dinyatakan
sebagai perbedaan maksimum
Pengujian yang diizinkan antara hasil
pengujian contoh yang diambil
dari 2 tempat dalam batch
beton
Slump
Jika slump rata-rata 80 mm atau kurang 25 mm
Jika slump rata-rata melebihi 80 mm 40 mm
Kadar rongga, persen per volume beton 1.0
Kadar agregat kasar, porsi menurut 6.0
massa dari tiap contoh yang tinggal
pada saringan pengujian 4.75 persen
Massa per unit volume adukan bebas 1.6
udara, persen
Tabel 3.1. Persyaratan Keseragaman Beton

Pengaduk tetap (stationary) harus dilengkapi dengan pelat logam atau


pelat-pelat yang dengan jelas ditandai dengan kecepatan pengadukan
drum atau paddle dan kapasitas volume beton campur. Selanjutnya
pengaduk harus dilengkapi dengan pengukur putaran atau timer.

Pengaduk transit dan pengaduk agitator harus mempunyai pelat logam


yang dipasang pada tempat yang mudah terlihat menunjukan kisaran
(range) kecepatan pengaduk dan jumlah putaran pada tiap kecepatan
pengadukan untuk mendapatkan keseragaman sesuai dengan
spesifikasi pada tabel 3.1.

Bila beton diaduk dalam pengaduk transit volume beton campuran


biasanya tidak melampau 63 persen volume bruto (internal) drum. Bila
beton diaduk di pusat (centrally) dan dikirim dengan pengaduk transit
maka volume beton campur tidak boleh melebihi 80 persen volume
bruto isi container.

III - 6
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Maksud dasar semua pengaduk adalah untuk mengaduk beton secara


seragam dalam waktu yang ditetapkan dan urutan penambahan bahan
harus sesuai untuk pengadukan dalam waktu tersebut. Pada umumnya
air harus ditambahkan pada pengaduk selama masa pemasukan bahan
serta lebih baik dimulai tepat sebelum dan selesai tepat sesudah
pemasukan. Bahan kering harus dimasukkan secepat mungkin tanpa
kehilangan bahan. Bila pengamatan campuran beton atau dari
pengujian slump, bahwa waktu pengadukan tidak cukup maka harus
diadakan pengujian keseragaman pengaduk untuk menentukan waktu
pengadukan yang diperlukan.

Harus dipahami bahwa waktu pengadukan yang lebih besar tidak akan
memperbaiki keseragaman (uniformity). Selain itu dapat mengurangi
keluaran pengaduk, mungkin memperbesar kadar rongga atau dapat
menyebabkan penggerusan (grinding) khususnya untuk agregat yang
lebih lunak. Sebaiknya ditentukan waktu pengadukan maksimum. Jika
batch akan diperlambat lebih lama, pengaduk harus beroperasi hanya
pada (interval) waktu tertentu.

Pengujian slump disyaratkan diambil dari batch pertama beton yang


diaduk sebelum ada pengecoran beton pada pekerjaan. Pengujian
slump juga perlu dilakukan pada batch kedua beton yang diaduk dan
pengujian tambahan pada batch-batch berikut sesuai keperluan.
Penghentian sementara pekerjaan, perubahan cuaca dan keadaan tidak
lazim lainnya yang mempengaruhi kegiatan pengadukan harus selalu
diikuti oleh pembuatan pengujian slump tambahan. Semua pengujian
slump harus dilakukan oleh teknisi laboratorium yang berpengalaman.

Jika ada pengujian slump yang tidak memenuhi syarat teknis, batch
beton yang diwakili olehnya tidak dapat dipakai dalam pekerjaan.

Jika pengadukan dihentikan untuk jangka waktu lebih dari 30 menti,


drum pengaduk harus dibilas secara menyeluruh dengan air bersih.

III - 7
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

D. PENYIMPANAN MATERIAL
1. Semen
Harus disimpan di dalam gudang semen atau bangunan tahan cuaca dan
diatur agar dapat digunakan dengan urutan sesuai pengiriman. Semen yang
disimpan lebih dari empat bulan harus diuji kembali sebelum digunakan

2. Agregat
Agregat harus disimpan dalam bak (bin) atau tempat penimbunan (stockpile)
berdekatan dengan pekerjaan dengan tiap ukuran dipisah dari ukuran lainnya
secara pasti untuk mencegah saling tercampur. Lantai penimbunan harus
kering dan dilapisi kerikil atau bahan serupa untuk mencegah bercampurnya
timbunan dengan tanah

3. Baja Tulangan
Baja tulangan harus ditumpuk dan ditinggikan dari permukaan tanah pada
penyangga kayu yang baik sehingga batang-batang bebas dari lempung atau
bahan lain yang dapat mencegah pengikatan (bonding). Karat permukaan
yang lepas atau debu harus dihilangkan sebelum pemasangan.

Baja tulangan harus diperiksa jauh sebelum waktu pemasangan untuk


menjamin bahwa pekerjaan dapat dipenuhi

E. CAMPURAN TAMBAHAN KIMIA (ADMIXTURE)


Seringkali beberapa sifat semen mungkin dirubah, yaitu dengan menggunakan
bahan tambahan yang disebut pencampur tambahan (admixture).

Sejumlah besar produk keluaran pabrik tersedia, banyak produk yang dipakai secara
tetap oleh ready mix concrete plant besar untuk menghasilkan beton dengan sifat
yang disyaratkan tetapi kadar semen atau agregat halusnya lebih rendah daripada
suatu campuran tanpa pencampur tambahan.

Jenis dan jumlah pencampuran tambahan yang sering dipakai pada pekerjaan besar
memerlukan perhatian khusus, oleh karena itu, pencampur tambahan kimia hanya
dipakai bila disetujui oleh konsultan perencana struktur atau teanaga ahli struktur.

III - 8
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Pencampur tersebut harus memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan.


Pencampur tambahan yang mengandung Kalsium Khlorida tidak boleh digunakan
untuk beton bertulang atau pratekan.
Pencampur tambahan digolongkan sesuai dengan kegunaannya pada pemakaian
pada beton.

ASTM C 494 “Specification for Chemical Admixtures in Concrete” (syarat-syarat


Teknik untuk Pencampur Tambahan Kimia pada Beton), menggolongkan
pencampuran tambahan ke dalam tujuh tipe :

1. Mengurangi Air (tipe A)


2. Memperlambat (tipe B)
3. Mempercepat (tipe C)
4. Mengurangi Air dan Memperlambat (Tipe D)
5. Mengurangi Air dan Mempercepat (tipe E)
6. Mengurangi Air, range tinggi (tipe F)
7. Mengurangi Air, range tinggi dan memperlambat (tipe G)

Pencampur tambahan yang mempercepat (pemercepat) biasanya memperpendek


waktu pengentalan (set) beton, dan juga menambah kekuatan awal beton.
Pemercepat dapat memberikan kekuatan awal tinggi yang serupa dengan yang
diperoleh dari semen tipe III. Namun selain dari itu pemercepat seringkali akan
memberikan pengentalan awal, kadang-kadang dalam waktu hanya beberapa menit.

Pemerlambat pengerasan biasa dipakai untuk menunda pengentalan dan


memungkinkan beton dikerjakan untuk waktu lebih lama setelah pengadukan.
Bahan ini dipakai dimana suhu lebih tinggi dan atau permukaan kerja dari beton
besar dan perlu “menghidupkan” permukaan atau untuk waktu lebih lama, sehingga
mencegah sambungan “dingin”. Harus berhati-hati dalam pemakaian pencampuran
pengerasan dari beton. Selain dari itu pemerlambat (retarder) cenderung
meningkatkan penyusutan plastis dan menimbullkan keretakan.

Pencampur tambahan yang mengurangi air memungkinkan pengurangan rasio air


semen untuk slump tertentu. Bahan ini biasa dipakai untuk mengurangi kadar air
(oleh karena itu meningkatkan kekuatan beton) dan bersamaan dengan itu
menghasilkan campuran yang dapat dikerjakan (workable). Bahan ini dapat dipakai
untuk menambah workability dari campuran untuk kadar air tertentu.

III - 9
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Superplasticiser (atau pencampuran tambahan mengurangi air dengan range tinggi)


mempunyai kemampuan memberikan beton dengan slump sangat tinggi (lebih dari
200 mm) sehingga beton dapat mengalir pada acuan dan membutuhkan sedikit atau
tanpa pemadatan. Hal ini hanya bersifat sementara dan setelah 30 hingga 60 menit,
slump dari beton akan berkurang sampai nilai slump sebelum tambahan
superplasticiser. Bahan ini biasa ditambahkan pada beton di lokasi pekerjaan.
Harganya relatif mahal dan sebaiknya hanya dipakai bila diperlukan untuk suatu
maksud tertentu.

Bahan air entraining memecah udara yang terjebak (entrap) menjadi gelembung
kecil dan memperbaiki workability serta ketahanan campuran. Bahan ini khususnya
bermanfaat untuk pengecoran lantai (jembatan) beton karena masalah yang
khususnya terdapat di Indonesia, yaitu pengecoran pada suhu tinggi dan
ketidakmampuan untuk memadatkan beton pada kondisi demikian.

Pencampuran tambahan harus diukur dengan tepat memakai alat dispenser yang
sesuai yang dikalibrasi dengan teratur. Paket pengiriman dan/atau catatan batching
harus menunjukkan secara jelas nama merek dan tipe bahan pencampur serta
tingkat dosis atau kuantitas total untuk tiap batch.

III - 10
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

RANGKUMAN BAB - III


Hampir semua jenis beton, untuk pekerjaan kecilpun, diaduk didalam mesin pengaduk
batch dengan berbagai kapasitas. Pengaduk telah dibuat dengan efisiensi tinggi yang
dapat menghasilkan hasil memuaskan dengan biaya pekerja serta energi minimum.
Perubahan kecil pada kecepatan pengaduk berpengaruh sedikit pada kekuatan beton dan
waktu pengadukan, bukan kecepatan berputar pengaduk yang mempengaruhi kekuatan
serta kualitas beton.
Tujuan utama pengadukan adalah untuk menjamin bahwa bahan didistribusikan secara
seragam didalam massa beton yang mengandung bahan-bahan dalam perbandingan
yang disyaratkan

LATIHAN
1. Sebutkan dan jelaskan fungsi dari jenis-jenis alat pencampur ?

III - 11
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

BAB IV
PENGECORAN, PEMADATAN DAN PERAWATAN

A. PENANGANGAN BETON
Dalam penanganan beton, keterlambatan harus diperkecil dan beton harus dijaga
supaya tidak mengering atau terjadi pemisahan.

Jika pekerjaan tertunda untuk jangka waktu lama, harus dipikirkan pemakaian set
retarder (memperlambat pengerasan) dalam campuran dan diambil langkah agar
beton dalam keadaan dingin selama masa tertundanya pekerjaan. Dalam hal apapun
beton tidak boleh dicor ke dalam acuan bial tingkat kemudahan pengerjaannya
(workability) telah hilang, yaitu slump asli telah banyak berkurang oleh pengeringan
atau pengerasan awal (initial setting), sebab ini dapat menghasilkan beton berpori
yang lemah. Air tidak boleh ditambahkan pada waktu penanganan sebab tidak dapat
bercampur secara efektif dan dapat memperlemah beton.

Pemisahan (segregation) adalah berpisahnya agregat kasar dari adukan beton


(mortar). Untuk mencegah pemisahan, langkah berikut harus diadakan:

1. Menjamin pengadukan dengan benar


2. Pengangkutan tanpa benturan atau getaran berlebihan
3. Pengecoran beton serapat mungkin pada posisi akhir dalam acuan; jangan
memaksanya mengalir ke samping dengan alat penggetar dalam (interval
vibrator) yang berlebihan. Jika beton harus dipindahkan dalam acuan pakailah
sekop.

Catatan :
Suatu pengecualian adalah beton yang dicor dalam zone angker dari gelegar
pratekan post-tensioned di mana beton mungkin harus dicor bebas dari
penulangan rapat dan dipindah mendatar untuk memungkinkan pengawasan
efektif terhadap pemadatan disekitar angker.

1. Memakai hopper dan talang pengecoran berbentuk pipa jika tinggi jatuh 2 m
atau lebih (lihat gambar 4.1)
2. Menghindari penuangan beton mengenai landasan tulangan vertikal

IV - 1
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

3. Menjamin sambungan acuan terekat rapat untuk menghindari kehilangan air


dan adukan
4. Memasukkan dan mengeluarkan penggetar (vibrator) internal secara vertikal

Gambar 4.1. Penempatan Beton pada Dinding dan Kolom

IV - 2
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

B. PENGECORAN BETON SEGAR


1. Peralatan Pengecoran Beton
Di lokasi, beton dicor langsung pada acuan atau melalui peralatan seperti
pipa tremie, ember kibble yang ditempatkan dengan crane, pompa beton,
katrol, kereta tulang (dump buggies), kereta dorong, talang dan
sebagainyanya.

Pilihan peralatan tergantung pada kondisi dan persyaratan lapangan. Harus


diambil langkah untuk mengurangi pemisahan beton dan pengeringan terlalu
dini.

Cara-cara paling lazim untuk pengecoran adalah dengan ember kibble dan
pompa beton. Beton dalam volume yang sedikit dapat dicor oleh pekerja
dengan menggunakan kereta dorong dan/atau talang. Sistem talang yang
besar lebih efektif bila medan memungkinkan. Sudut kemiringan 25 hingga 30
derajat adalah ideal untuk beton dengan slump 40 sampai 50 mm.

Pengecoran memakai crane dan ember merupakan cara yang sederhana dan
efektif untuk mengecor beton dalam volume yang lebih besar. Ember
berpenampang bulat atau bujur sangkar, dan mempunyai bagian lebih sempit
pada dasar dengan pintu pengatur untuk mengatur aliran beton ke dalam
acuan.

Ember dapat mempunyai talang penuang bersudut untuk pekerjaan di daerah


terbatas, talang penuang lurus lebih sesuai untuk beton dengan slump lebih
rendah.

Beton dapat dicor secara tepat dan menerus dengan pompa yang digunakan
oleh tim yang terdiri dari dua orang yang pertama mengendalikan pompa
sedangkan yang kedua mengarahkan aliran dengan bekerja di depan
operator pengetar dan finisher beton. Pompa biasanya merupakan unit yang
lengkap yang dinaikkan diatas truk dengan kapasitas pengiriman berkisar
antara 10 hingga 100 meter kubik per jam. Pipa penyaluran pada umumnya
terbuat dari baja atau karet dengan penghubung yang mudah dilepas untuk
kemudahan memasang dan mudah mencapai lokasi penyumbatan. Beberapa
unit mempunyai lengan (tiang) sepanjang 30 m.

IV - 3
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Ada beberapa jenis pompa beton. Satu sistem menyalurkan beton dengan
gerakan memijat oleh roller yang digerakkan hidrolis untuk mengeluarkan
beton sepanjang pipa yang elastis. Pada sistem lain, beton dimasukkan
dalam hopper dan didorong melalui pipa penyalur dengan gerakan piston
yang diatur oleh sistem katup masuk dan keluar. Sistem yang biasa dipakai
sekarang adalah sistem kedua.

2. Beton yang Dipompa


Pemompaan sekarang lazim dipakai untuk pengecoran beton. Pemasok
pompa harus dihubungi jauh sebelum pengecoran dan diberi keterangan
mengenai persyaratan slump, tingkat pengecoran dan penempatan pompa
untuk menjamin cukupnya persediaan beton. Desain campuran beton untuk
pemompaan memerlukan keahlian dan biasanya memerlukan kadar pasir
lebih tinggi daripada campuran yang direncanakan untuk pengecoran dengan
crane dan tempat bahan (skip). Akibat-akibat kegagalan pompa harus
dipertimbangkan. Adalah penting menyediakan pompa untuk dalam keadaan
darurat (standby), crane yang diatur untuk meneruskan pengecoran dengan
skip beton atau alternatif lain untuk pengecoran beton.

Harus diperhatikan bahwa campuran dengan desain yang baik dapat lebih
mudah dipompakan pada slump rendah dan menaikan slump pada campuran
demikian dapat membuatnya lebih sulit untuk dipompakan.

3. Pengecoran Beton dalam Acuan


Sebelum pengecoran dimulai, acuan harus dibersihkan secara menyeluruh
dengan penyemprot udara atau air untuk melepaskan sisa-sisa bahan yang
lepas, terutama kawat pengikat. Mungkin perlu menyediakan lubang
sementara untuk membersihkan dasar acuan guna memungkinkan
pembersihan dengan baik.

Pengecoran harus diawasi dengan hati-hati untuk menjamin bahwa acuan


dan tulangan tidak rusak atau berpindah tempat, dan juga beton tidak
terpisah. Bila beton dicor dalam acuan vertikal untuk kolom dan dinding,
tingkat pengecoran harus dikendalikan dengan hati-hati untuk menjamin
bahwa bahwa tingkat itu tidak melebihi tingkat dalam desain acuan.

IV - 4
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Gambar 4.2 dan 4.3 memberi pedoman pengecoran beton yang benar pada
acuan miring dan horizontal.

Cara pengecoran beton dalam acuan harus dapat menutupi seluruh bidang
yang akan dicor. Untuk volume beton yang lebih besar, satu atau lebih
pompa beton atau keran memakai ember dengan dasar dapat dibuka atau
skip dengan kapasitas 0.5 hingga 3.0 m3 lebih mudah dipakai. Untuk volume
lebih kecil, pompa beton, kereta roda karet, atau talang dapat dipakai.
Jembatan kerja untuk kereta dorong harus disesuaikan dengan jalan “pulang”
dan “pergi” ditentukan untuk mencegah halangan dan dengan lebar yang
cukup untuk memiringkan dan membalikkan kereta dimana perlu.

Gambar 4.2. Penempatan Beton pada Permukaan Miring

Gambar 4.3. Penempatan Beton pada Permukaan Horizontal

IV - 5
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Gambar 4.4. Pengecoran Beton untuk Perkerasan Jalan (Permukaan


Horizontal) menggunakan Finisher

4. Pengecoran Beton dibawah Air


Beton dapat dicor dibawah air dengan pemompaan atau menggunakan
tremie (lihat gambar 4.5).

Tremie adalah pipa kedap air berdiameter 150 – 300 mm dengan hopper
dipuncak dan katup atau alat lain didasarnya yang mencegah air sekitarnya
bercampur dengan beton pada pengecoran awal dilakukan dan pipa serta
hopper harus sepenuhnya terisi oleh beton sebelum katup dasar dibuka untuk
pengecoran pertama beton. Ujung bawah treime harus selalu berada di
bawah permukaan beton yang makin meninggi setiap saat.

Tremie harus mampu membuat gerakan terkendali pada ujung cor dalam
arah lateral dan vertikal serta harus dapat diturunkan dengan cepat tiap saat
untuk mengurangi tingkat pengecoran beton. Aliran beton dapat diatur
dengan menyesuaikan kedalaman di mana ujung cor diletakkan di bawah
permukaan yang sudah dicor.

IV - 6
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Beton tremie harus dicor secara kontinyu. Bila terhenti atau dasar tremie
secara tidak sengaja naik diatas permukaan beton, pengecoran harus
dihentikan. Beton kurang baik yang terdapat pada bagian atas pengecoran
harus dibuang, setelah mengeras, sebelum dilakukan pengecoran tambahan
diatasnya. Hal ini memerlukan tenaga penyelam di tempat yang tidak dapat
dikeringkan. Untuk beton tremie dibutuhkan campuran kaya semen (biasanya
beton mutu K225) dengan slump kira-kira 180 mm. slump tinggi ini perlu
untuk memudahkah aliran beton dalam tremie dan mengisi acuan dengan
penuh, terutama melalui penulangan yang ada. Penggetaran tidak boleh
dilakukan karena dapat mengakibatkan pemisahan dalam beton atau
bercampurnya beton kurang baik di atas, yang masih berhubungan dengan
air.

Lapisan atas beton yang dicor dengan pipa tremie dibawah air, biasanya
bermutu rendah dan harus dibuang dengan cara menghancurkan beton
padat, setelah kering, sebelum pengecoran diteruskan.

Di mana beton harus dicor pada pondasi yang tertutup air dangkal,
pengecoran dimulai pada salah satu sudut dan air dipindahkan oleh muka
beton yang semakin maju.

Jika air mengalirn melalui pondasi, air harus dialihkan atau pondasi dipenuhi
dan diperlakukan sebagai pengecoran dibawah air. Cara yang berhasil untuk
menyalurkan aliran melalui dasar adalah memasang pipa pada celah dan
menyalurkan pipa melalui sisi pondasi.

IV - 7
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Gambar 4.5. Pengecoran Beton Dibawah Air

5. Pengaduk Transit
Adalah lebih baik bila pengaduk transit dapat dituangkan langsung ke dalam
acuan sehingga mengurangi pekerjaan. Truk tidak boleh dibiarkan terlalu
lama dibawah panas matahari, hal ini akan mengurangi tingkat kemudahan
pelaksanaan dan mengurangi waktu efektif yang tersedia untuk pengecoran
dan pemadatan. Jika terjadi keterlambatan, pemasok harus dihubungi
dengan segera dan pengiriman dijadwalkan kembali. Sebelum penuangan
beton, pengaduk transit harus dijalankan pada kecepatan pengadukan untuk
sekurang-kurangnya satu menit.

6. Tindakan Pencegahan untuk Pengecoran dalam Cuaca Panas


Suhu tinggi menyebabkan percepatan hidrasi semen yang mengakibatkan
berkurangnya waktu untuk pengerasan. Air juga hilang oleh penguapan,
terutama dalam keadaan banyak angin. Hal ini mengakibatkan hilangnya
kemudahan pengerjaan (workability) beton dan selanjutnya mempersulit
pengecoran, pemadatan dan penyelesaian. Hal ini akan menghasilkan beton
berpori yang lemah dan timbulnya retakan akibat penyusutan. Penyemprotan
lapisan tipis dapat memperlambat penguapan dan memungkinkan pekerjaan
penyelesaian dilakukan dalam waktu yang lebih lama.

Jila suhu sekeliling mungkin melampaui 320C, sebagian atau semua tindakan
pencegahan berikut harus diambil untuk mencegah pengerasan beton lebih
awal.

IV - 8
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

a) Pengecoran beton dilakukan pada waktu suhu udara setempat


kemungkinan di bawah 320C (pada pagi hari atau di waktu malam,
terutama untuk pengecoran pelat lantai)
b) Melindungi timbunan agregat dari panas matahari
c) Menyemprot timbunan agregat kasar dengan air
d) Penambahan pecahan es sebagai pengganti air campuran
e) Penyuntikan nitrogen cair kedalam campuran pada waktu
campuran berada di dalam pengaduk
f) Pembungkusan atau penanaman pipa persediaan air
g) Pengecatan tanki air dengan cat putih
h) Pendinginan penulangan dan acuan dengan semprotan air
i) Melindungi daerah kerja dan tangki air dari panas matahari
j) Pembuatan penahan dingin
k) Mengurangi waktu untuk pengecoran dan penyelesaian
l) Menutupi pekerjaan yang sudah selesai tanpa ditunda-tunda
m) Segera dimulai perawatan

Beton tidak boleh dicor pada pekerjaan bila :


a) Suhu udara setempat diatas 350C
b) Suhu udara setempat mungkin akan melampaui 350C dalam waktu
2 jam setelah pengecoran

7. Sambungan Pelaksanaan Darurat


Untuk pengecoran beton harus diatur sehingga panjang dan luas daerah
kerja dari beton sekecil mungkin, sehingga sambungan pelaksanaan dapat
dibentuk dengan mudah dalam keadaan darurat. Sebelum dimulainya
pengecoran, harus tersedia cukup bahan acuan di lokasi untuk membentuk
sambungan tersebut.

IV - 9
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

C. PEMADATAN BETON
1. Umum
Maksud pemadatan beton adalah untuk memastikan bahwa diperoleh
kepadatan maksimum dan bahwa kontak menyeluruh antara beton dengan
permukaan baja penulangan dan acuan dapat dicapai.

Pemadatan menyeluruh sangat penting karena menghasilkan :


a) kekuatan maksimum
b) beton yang padat dan kedap air
c) pembentukan sudut dengan baik
d) penampilan permukaan yang baik
e) ikatan yang baik dengan penulangan baja, dan
f) selimut (penutup) beton yang padat pada penulangan baja

Beton harus dipadatkan dengan benar untuk menjamin bahwa kekuatan,


ketahanan dan penyelesaian permukaan yang disyaratkan dapat dipenuhi.
Pemadatan dapat dilaksanakan dengan penggetar (vibrator) celup atau
“poker” (Gambar 4.6), penggetar acuan luar (external), penggetar
permukaan, penggetar papan perata atau menggunakan batang tongkat
(hand rodding). (Pemadatan dengan tangan tidak boleh digunakan untuk
beton struktural) .

Di tempat penulangan rapat, seperti pada angker pada pekerjaan post


tensioning beton, langkah-langkah khusus mungkin perlu untuk menjamin
pengecoran dan pemadatan beton yang menyeluruh.

Langkah-langkah tersebut mencakup :


a) desain kembali campuran
b) memperkecil ukuran agregat kasar
c) penggunaan super platiciser atau bahan tambahan lain
d) penyesuaian jarak antara penulangan
e) menaikkan intensitas getaran

Kebanyakan pemadatan dilakukan dengan penggetar berfrekuensi tinggi


yang digetarkan di dalam (internally) atau di uar (externally) massa beton.

IV - 10
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Vibrator luar (external) yang menggunakan listrik atau udara dan dipasang
dengan kencang pada acuan, seringkali dipakai dalam pekerjaan pracetak
dimana penampang melintang tipis dan banyak penulangan. Tujuan
utamanya adalah untuk memberikan suatu penyelesaian permukaan
berstandar tinggi pada unit pracetak. Biasanya dipakai bersamaan dengan
penggetar dalam (internal).

Gambar 4.6. Penggetar Celup


Penggetar acuan luar hanya dipakai pada acuan khusus (purpose-build) yang
ditulangi pada titik-titik penempatan penggetar. Penggunaan penggetar acuan
luar yang salah dapat menyebabkan kerusakan pada acuan dengan
pengaruh terhadap bentuk permukaan beton tadi.

Penggetar dalam (internal) memberikan cara paling efektif untuk pemadatan


beton. Penggetar standar mempunyai poros (shaft) dengan keseimbangan
eksentris dan dijalankan dengan kecepatan tinggi (5.000 hingga 13.000
putaran per menit). penggetar ini digerakkan dengan listrik, udara bertekanan
(kompresi) atau motor internal combustion dan dibuat dalam berbagai ukuran
dengan diameter dari 25 hingga 150 mm.

Papan perata bergetar tidak cukup efektif untuk digunakan tersendiri dan
penggetar permukaan harus dilengkapi dengan penggetar dalam disekitar
pinggir pelat, kereb dan bagian yang tebal lainnya. Hal ini digunakan untuk
membentuk permukaan atas beton dan memerlukan penempatan papan
perata yang tepat untuk memberi profil permukaan yang ditentukan.

IV - 11
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

D. PERAWATAN BETON TERPASANG


1. Tujuan Perawatan
Setelah beton dicor dan dipadatkan, beton harus dilindungi serta dirawat
dengan memadai, sesuai dengan syarat-syarat teknis.

Tujuannya adalah untuk menahan kelembaban di dalam beton pada waktu


semen berhidrasi dan oleh karena itu usahakan tercapai kekuatan struktur
yang diinginkan dan tingkat kekedapan (impermeabilitas) yang disyaratkan
untuk ketahanan. Permukaan beton yagn tidak dirawat akan terkikis lebih
cepat daripada yang dirawat. Dan dalam lingkungan agresif, permeabilitas
tinggi dapat menyebabkan berkaratnya penulangan. Perawatan yang kurang
dapat menyebabkan pula penyusutan beton lebih baik.

Semua sifat-sifat beton seperti kekuatan, kerapatan air, ketahanan terhadap


aus dan stabilitas volume meningkat sesuai dengan umur beton selama
terdapat kondisi yang memadai untuk hidrasi yang berlanjut dari semen.
Peningkatan itu berlangsung dengan cepat pada umur awal tetapi berlanjut
dengan lebih lambat untuk suatu masa yang tidak dapat ditentukan.

Dua kondisi diperlukan :


 adanya kelembaban
 suhu yang memadai

Penguapan air beton yang baru dicor menyebabkan berhentinya proses


hidrasi. Kehilangan air juga dapat menyebabkan beton menyusut, sehingga
menyebabkan tegangan tarik pada permukaan yang mengering. Jika
tegangan tersebut terjadi sebelum beton memperoleh kekuatan yang cukup
dapat terjadi retakan permukaan.

2. Cara-cara Perawatan
Beton dapat dipelihara kelembabannya dengan beberapa cara perawatan
yaitu :

a. Cara-cara yang memberikan tambahan kelembaban pada permukaan


beton pada waktu masa pengerasan awal. Cara-cara ini termasuk

IV - 12
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

menggenangi, menyiram dan menutupi dengan penutup basah (misalnya


karung, tanah, pasir atau jerami)

b. Cara-cara yang mencegah kehilangan kelembaban dari beton dengan


menutup permukaan. Hal ini dapat dilakukan dengan kertas tahan air,
lembaran plastik, cairan pembentuk membran (disemprot) dan acuan-
acuan yang tinggal di tempat.

c. Perawatan suhu tinggi, misalnya perawatan uap dan auto claving. Suhu
tinggi mempercepat reaksi kimia dan kelembaban diberikan oleh uap
atau dipertahankan oleh ruangan auto clave.

Perawatan harus dilanjutkan tanpa gangguan selama mungkin paling sedikit


untuk masa yang disyaratkan (umumnya 7 hari), dimulai dari saat beton telah
diberi penyelesaian awal.

Gambar 14.7. Perawatan awal dengan curing compound


(Bahan campuran)

IV - 13
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Gambar 4.8. Perawatan terakhir dilakukan dengan wet burlap


(membasahi goni) selama 7 hari

3. Perawatan Dengan Uap


Beton kekuatan tinggi, dengan perawatan uap hingga 30 Mpa atau lebih untuk
pemindahan gaya prategang (transfer prestress) atau pembongkaran cetakan,
biasanya tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.

Perawatan uap biasanya hanya dilakukan pada pabrik pracetak, karena


membutuhkan peralatan dan instrumentasi rumit untuk menjamin
pengendalian ketat yang perlu untuk mencegah kerusakan akibat suhu tinggi
pada beton yang baru dicetak. Penguapan tidak boleh dimulai sampai beton
telah mencapai pengerasan (maturity) awal. Suhu beton harus dinaikkan
secara terkendali. Uap tidak boleh mengenai beton secara langsung atau
pada acuan, yang akan menyebabkan pemanasan setempat yang berlebih.

Suhu dibawah penutup uap tidak boleh melampaui 800C dan penutup tidak
boleh dilepas sampai suhu permukaan beton dalam batas 400C dari suhu
setempat. Termometer pencatat, contoh pengujian yang cukup dan catatan
lengkap diperlukan untuk perawatan uap yang memuaskan.

IV - 14
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

RANGKUMAN BAB - IV
Dalam penanganan beton, keterlambatan harus diperkecil dan beton harus dijaga supaya
tidak mengering atau terjadi pemisahan.
Jika pekerjaan tertunda untuk jangka waktu lama, harus dipikirkan pemakaian set retarder
(memperlambat pengerasan) dalam campuran dan diambil langkah agar beton dalam
keadaan dingin selama masa tertundanya pekerjaan. Dalam hal apapun beton tidak boleh
dicor ke dalam acuan bial tingkat kemudahan pengerjaannya (workability) telah hilang,
yaitu slump asli telah banyak berkurang oleh pengeringan atau pengerasan awal (initial
setting), sebab ini dapat menghasilkan beton berpori yang lemah. Air tidak boleh
ditambahkan pada waktu penanganan sebab tidak dapat bercampur secara efektif dan
dapat memperlemah beton

LATIHAN
1. Sebutkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah berpisahnya agregat
kasar dari adukan beton (mortar) !
2. Sebutkan langkah-langkah khusus untuk menjamin pengecoran dan pemadatan beton
yang menyeluruh !

IV - 15
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

BAB V
PEMERIKSAAN MUTU BETON

A. PENGAMBILAN CONTOH CAMPURAN BETON SEGAR


Untuk keperluan evaluasi mutu pelaksanaan, selama pelaksanaan harus dilakukan
pengambilan benda uji dengan ketentuan-ketentuan seperti berikut :

1. Untuk Jumlah Kubikasi Beton < 60 m3


Jumlah benda uji diambil sebanyak 20 buah, pengambilan dilakukan
X
1 buah setiap m3 beton (X = jumlah kubikasi beton).
20
Contoh :
Misalkan jumlah kubikasi beton 40 m3
Pengambilan benda uji 1 buah setiap :
X 40
20 20

2. Untuk Jumlah Kubikasi Beton > 60 m3


Permulaan sampai kubikasi beton 60 m3, pengambilan benda uji dilakukan
setiap 3 m3 beton kemudian pengambilan benda uji dilanjutkan 1 buah setiap
5 m3 beton.
Atau jumlah benda uji diambil sebanyak :
60 y - 60
3 5

Catatan : y = jumlah kubikasi beton.


Contoh :
Misalkan kubikasi beton 100 m3
Jumlah benda uji diambil sebanyak
60 y – 60 60 100 - 60
3 5 3 5

V-1
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

B. PENGUJIAN KONSISTENSI
Konsistensi merupakan keenceran atau kekentalan campuran beton yang lazim
disebut slump beton adalah salah satu besaran atau parameter suatu campuran
beton semen yang menunjukkan tingkat kemudahan pengerjaan (workability).
Workability dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu : sedang, baik dan amat baik.

Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya slump yang dibutuhkan untuk


mendapatkan workability yang optimal, antara lain adalah sebagai berikut :

1 Kerumitan bentuk dan letak tulangan konstruksi beton


2 Diperlukan atau tidaknya pompa dalam pengecoran beton
3 Jarak dan waktu transportasi campuran beton
4 Digunakan atau tidaknya bahan aditive dalam campuran beton
5 Jenis peralatan yang dipergunakan.

Dari banyak pengalaman khusus untuk perkerasan jalan beton semen,


menunjukkan data slump yang baik sebagai berikut :
− Untuk perjalanan 60 menit dari plant ke site pengecoran :
Slump di plant = 6.5 cm dan di lokasi = 4.0 cm.
− Untuk perjalan 10 menit dari plant ke site pengecoran :
Slump di plant = 4.5 cm dan di lokasi = 4.0 cm.

Gambar 5.1. Contoh slump terlalu tinggi (encer)

V-2
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Gambar 5.2. Contoh slump tidak terlalu tinggi

C. PENGUJIAN KUAT TEKAN


1. Mempersiapkan benda uji
Pada pembelajaran metode pengujian campuran beton dan beton terpasang,
benda uji kuat tekan dipersiapkan dalam cetakan silinder berdiameter 15 cm
dan tinggi 30 cm.
Untuk pembelajaran pengendalian mutu campuran beton pada proses
produksi, ditampilkan benda uji berbentuk kubus berukuran 20 x 20 x 20 cm.

Seperti kita ketahui bahwa cara pembuatan benda uji yang salah akan
memberikan hasil kekuatan beton/evaluasi mutu beton dan mutu
pelaksanaan yang salah pula. Berdasarkan hal ini perlu dilakukan
pemeriksaan cara pembuatan benda uji.

2. Cara Melakukan
Isilah cetakan dengan beton muda sampai ½ tinggi (10 cm) kemudian
padatkan dengan tongkat pemadat baja Φ 5/8” panjang 60 cm (ujung
bulatkan) sebanyak 29 x tusukan secara merata. Tongkat pemadat masuk
sampai permukaan dasar cetakan.

Isilah cetakan beton muda sampai jenuh, padatkan lagi dengan tongkat
pemadat sebanyak 29 x tusukan secara merata. Tongkat pemadat masuk
sampai permukaan lapisan bawahnya.

V-3
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Ketuk sisi cetakan sampai kelihatan beton mengkilat atau tidak kelihatan
timbul gelembung-gelembung udara.

Ratakan permukaan beton, tutup dengan plastik/karung lembar kemudian


simpan ditempat yang teduh dan bebas getaran selama 24 jam.

Setelah 24 jam buka cetakan dan contoh kubus/benda uji direndam dalam air
(pematangan) atau disimpan dalam pasir basah sampai dilakukan
pemeriksaan kekuatan beton pada umur yang dikehendaki.

Catatan :
Cara pembuatan benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 15 x 15 x 15 cm,
sama seperti di atas, tetapi untuk pemadatan digunakan tongkat pemadat Φ
3/8”, panjang 30 cm (ujung dibulatkan) dan jumlah pemadatan sebanyak 32 x
tusukan.

Pengambilan beton muda untuk pembuatan benda uji sesuai menurut ASTM
C 172 – 71.

3. Pengiriman Benda Uji ke Laboratorium


Mutu beton bisa menjadi turun apabila cara pengiriman benda uji ke
laboratorium (untuk pemeriksaan) tidak melebihi syarat yang ditetapkan yaitu
benda uji selama di perjalanan harus tetap berada dalam kondisi pematangan
(curing). Seperti telah diketahui apabila benda uji selama pengiriman tidak
dalam kondisi pematangan akan menyebabkan turunnya mutu beton.

Berdasarkan hal ini perlu diperiksa apakah benda uji yang dikirim ke
laboratorium harus dilengkapi dengan informasi yang lengkap antara lain
mengenai perbandingan campuran beton, slump, tanggal/jam pembuatan,
umur pemeriksaan yang diminta, mutu beton yang diminta, bahan campuran
beton yang digunakan, lokasi pengambilan benda uji, benda uji diambil oleh
dan lain-lain.

Informasi ini diperlukan antara lain di dalam pengambilan kesimpulan dan


pemberian saran-saran dari hasil-hasil pemeriksaan tanda uji.

V-4
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Pada waktu pengiriman benda uji perlu juga diadakan pemeriksaan bahwa
benda uji selama pengiriman tidak akan mengalami kerusakan/pecah.

4. Melakukan Pengujian Kuat Tekan Terhadap Benda Uji


Biasanya, penerimaan mutu beton dihubungkan dengan kekuatan 28 hari.
Akan tetapi oleh karena urutan pelaksanaan berlangsung dalam waktu yang
singkat, dan pengecoran lebih lanjut akan disambung pada beton yang ada
kurang dari 28 hari setelah pengecoran sebelumnya, pengujian tambahan
yang lebih awal dari 28 hari mungkin diperlukan. Pengawas pelaksanaan
harus mengusahakan bahwa tiap bagian beton mempunyai kekuatan dan
mutu yang memadai sebelum dibangun di atasnya oleh bagian beton yang
lain, karena ini menyebabkan langkah perbaikan sukar dilaksanakan
bilamana kelak ditemukan beton dengan kekuatan kurang (understrength).
Dalam hal demikian pengawas pelaksana harus menentukan, dengan
pengujian sebelumnya, kurva ‘peningkatan kekuatan terhadap waktu’ untuk
beton yang dipakai sehingga penilaian perbandingan dapat dilakukan pada
waktu kurang dari 28 hari. Benda uji dari hubungan ini ditunjukkan pada
Gambar 5.3., tetapi tabel ini tidak cukup tepat untuk pemakaian di lapangan.
Hubungan ini harus diperiksa pada awal pekerjaan untuk menentukan
perbandingan kekuatan 3 hari, 5 hari, 7 hari, dan 28 hari. Suatu petunjuk
variasi dalam peningkatan kekuatan dengan cara perawatan yang berbeda
juga ditunjukan.

Cara melakukan pengujian mengikuti metode ASTM C – 39 seperti yang


dijelaskan dalam pembelajaran metode pengujian campuran beton dan beton
terpasang.

V-5
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Gambar 5.3. Grafik Umur Beton dan Kekuatan

D. EVALUASI MUTU BETON PELAKSANAAN


Beton adalah bahan dengan kekuatan variabel dan cara normal untuk menyatakan
kekuatan yang perlu adalah 95 persen atau kekuatan “karakteristik”, yaitu kekuatan,
dimana 95% dari semua pengujian akan melampaui kekuatan yang disyaratkan
(dan 5% akan di bawah kekuatan yang disyaratkan).

Untuk pengujian dalam jumlah besar (lebih dari 40) kekuatan karakteristik aktual
dari beton dapat dinyatakan sebagai berikut :

Kekuatan karakteristik (σbk) = kekuatan yang ditargetkan – 1.64 x Deviasi Standar


dari semua hasil pengujian (S)
Rumus yang sesuai untuk perhitungan deviasi standar adalah :

Σ
Di mana :
S = deviasi standar.
σb = pengujian kekuatan tekan individual dari benda uji beton.
σbm = Rata-rata dari pengujian kekuatan tekan dari benda uji beton.

V-6
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

N = jumlah benda uji beton (N harus lebih besar dari 10 untuk


ketepatan statistik).

Kekuatan yang ditargetkan dipilih berdasarkan derajat pengendalian mutu yang


diharapkan pada bahan dan penanganan beton di lapangan. Syarat-syarat Teknik
harus diteliti untuk pedoman mengenai pilihan deviasi standar dan keadaan yang
menyebabkan penolakan terhadap beton.

Tabel 5.1. Hasil Pemeriksaan Kekuatan Tekan Beton

No. Perbandingan Slump Berat Diameter Tinggi Luas Berat Isi Umur Beban Kekuatan
Benda Campuran (cm) (kg) (cm) (cm) Penampang (kg/cm3) (hari) Maksimum Tekan Cacad
Uji (cm2) (kg) (kg/cm2)

1 1: 2 : 3 6 13.0 15.2 30.4 182.3 2.35 28 50.000 274


50
2 1: 2 : 3 8 12.8 15.2 30.4 182.3 2.31 28 50.000 276
50

CATATAN :
P.C = Ex. Gresik
Agregat Halus = Ex. Jatiwangi
Agregat Kasar = Ex. DPMJ/Crusher Plant
Air = Ex. PAM

V-7
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

RANGKUMAN BAB - V
Untuk keperluan evaluasi mutu pelaksanaan, selama pelaksanaan harus dilakukan
pengambilan benda uji dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Konsistensi merupakan keenceran atau kekentalan campuran beton yang lazim disebut
slump beton adalah salah satu besaran atau parameter suatu campuran beton semen
yang menunjukkan tingkat kemudahan pengerjaan (workability). Workability dapat dibagi
dalam tiga kategori yaitu : sedang, baik dan amat baik.

LATIHAN
1. Sebutkan dan jelaskan syarat atau ketentuan pengambilan benda uji untuk keperluan
evaluasi mutu pelaksanaan !
2. Jelaskan tentang cara-cara pembuatan benda uji.

V-8
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

BAB VI
JENIS KERUSAKAN DI LAPANGAN

A. KERUSAKAN PADA KOLOM


Karena pelaksanaan yang kurang sempurna maka pada tulangan pada kolom
beton terlihat dan sebagian adukan beton tidak rata dan keropos.

Proses perbaikannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

1. Bobok yang keropos

2. Betulkan tulangan

3. Pasang papan acuan


dan cor dengan
chemical aditivie non
shrink grout

Gambar 6.1. Perbaikan kolom keropos

VI - 1
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

B. CONTOH KERUSAKAN PADA RUMAH SUSUN


• Gambar-gambar contoh yang akan ditunjukkan di bawah ini berupa foto-foto
jenis kerusakan pada pekerjaan struktur, baik pada pekerjaan pelat beton,
tangga, dinding, kolom, sambungan balok, balok, sambungan tangga.

Gambar 6.2.
Permukaan plat beton pada atap, tidak rata (kasar) mutu beton kurang baik

Gambar 6.3.
Pada tempat kedudukan / tumpuan Hand rail
di tangga terjadi retak yang membahayakan

VI - 2
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Gambar 6.4.
Kerusakan pada tangga, beton keropos dan selimut beton sudah hancur

Gambar 6.5.Sambungan kolom dan balok,


kondisi beton keropos berlubang terlihat batu pecahnya

Gambar 6.6.
Pada sambungan balok, beton keropos dan berlubang

VI - 3
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Gambar 6.7.
Bentuk dari ujung kolom praktis yang dipotong dengan maksud untuk memperlbar
ruangan tetapi tidak dirapihkan

Gambar 6.8.
Retak pada sambungan antara tangga dan bordes

VI - 4
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Gmbar 6.9.Keretakan pada tangga seperti hal diatas

• Dari gambaran pekerjaan struktur di atas pada umumnya jenis kerusakan


struktur beton berupa :
1. Keropos, berlubang
2. Retak
3. Rusak dan cacat
4. Runtuh, hancur

• Sebagai kesimpulannya kerusakan struktur beton pada umumnya disebabkan


karena :
1. Mutu beton kurang baik (jumlah campuran semen kurang, mutu dari pasir
dan kerikil tidak baik, serta air yang digunakan tidak sesuai dengan
persyaratan di SNI).
a. Jumlah air pada campuran beton tidak sesuai dalam persyaratan SNI
(kurang/terlalu banyak).
b. Ketebalan beton kurang, tidak sesuai dengan design.
c. Ketebalan selimut beton kurang, tidak mengikuti syarat ketebalan di dalam
SNI.
d. Pembesian tidak sesuai dengan gambar design (baik dimensi besi, jarak
tulangan, jumlah tulangan, bentuk pembesian).
e. Cara pelaksanaan pengecoran beton tidak baik.
f. Tidak dipadatkan dengan vibrator atau cara penggunaan vibrator salah.
g. Bahan cetakan dan perancah kurang / tidak baik.
h. Jumlah tiang perancah kurang dan tidak diberi pengaku, tidak
memperhitungkan beban yang bekerja (baik betonnya sendiri maupun beban
lain untuk pelaksanaan).
i. Perawatan beton selama proses pengeringan kurang atau tidak
dilaksanakan.
j. Pembukaan cetakan ceroboh tidak hati-hati, sehingga beton rusak dan
cacat.
k. Pembukaan perancah/penyangga terlalu cepat tidak mengikuti petunjuk
sehingga beton runtuh/hancur.
l. Setelah selesai pengecoran dan terjadi hujan, beton tidak dilindungi dengan
tenda/plastik sehingga mutu beton menjadi tidak baik.

VI - 5
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

C. PENCEGAHAN KERUSAKAN

Pencegahan atas kerusakan yang terjadi dapat dilakukan dengan mengikuti tata
cara baku tindakan pencegahan

Tabel 6.1. Tindakan Pencegahan

Adapun bagan alir tindakan pencegahan atas kerusakan dapat terlihat pada
Gambar 6.10., dan contoh formulirnya dapat dilihat pada Gambar 6.11.

VI - 6
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Gambar 6.10. Bagan Alir Tindakan pencegahan Kerusakan

VI - 7
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Gambar 6.11. Formulir Tindakan Pencegahan

VI - 8
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

RANGKUMAN BAB - VI
Pertama-tama secara umum dijelaskan tentang pengujian awal dan pengujian pada saat
pelaksanaan pekerjaan. Pengujian awal meliputi pengujian bahan yang akan digunakan,
seperti baja, air, semen, agregat (pasir dan kerikil) dan kayu. Pengujian ini biasanya
dilakukan di laboratorium. Sedang pengujian di lapangan dilakukan dengan menggunakan
peralatan, seperti hammer test, non destructive test ,atau infra red imaging.

Persyaratan dan tata cara pemeriksaan mutu bahan juga dijelaskan berikut beberapa
contoh laporan hasil tesnya.

Untuk memperoleh bahan yang baik, di samping mutu bahan terjamin, juga diperlukan
peralatan yang sesuai dan dapat berfungsi. Khususnya untuk bahan beton diperlukan
mesin pencampur dan adukan beton yang dihasilkan berikut persyaratannya.

Jika telah diperoleh mutu adukan yang baik, maka tata cara dan persyaratan peleksanaan
juga diperlukan, mulai dari pengecoran, pemadatan sampai dengan tahapan
pengeringan/perawatannya untuk mencegah keretakan atau kerusakan. Perawatan ini
dapat menggunakan penyiraman air, dengan cairan kimia atau dengan uap.

Setelah beton kering, maka mutu beton juga diperiksa, yaitu melalui pengetesan benda uji
yang telah dipersiapkan bersamaan dengan pelaksanan pengecoran. Dijelaskan pula
tentang cara menentukan jumlah benda uji dan proses perhitungan mutu beton.

Selanjutnya, dijelaskan tentang kerusakan pada beton, cara perbaikannya dan tindakan
pencegahan kerusakan, berikut beberapa ilustrasi di lapangan (di rumah susun).

VI - 9
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

LATIHAN

1. Mengapa diperlukan agregat dengan ukuran butiran yang bergradasi (tidak sama
besarnya)?

2. Untuk meningkatkan workability, adukan beton diencerkan, tetapi penambahan air


akan mengurangi kekuatan beton. Bagaimana caranya meningkatkan workability
tetapi kekuatan beton tidak berkurang?

3. Setelah cetakan kolom beton dibuka, ternyata pada bagian bawah kolom dijumpai
keropos (honey comb) ada terlihat butiran agregatnya. Apa yang menyebabkan hal ini
terjadi?

4. Apa saja yang memungkinkan terjadinya keretakan pada pelat beton!

5. Pada bangunan yang terkena gempa bumi, sering kali dijumpai ada bagian balok atai
kolom yang retak. Bagaimana dan dengan peralatan apa pemeriksaan dilakukan
untuk mengetahui kondisi kekuatan beton?

VI - 10
SM-12 MODUL XII
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGUJIAN DAN KENDALI MUTU
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

DAFTAR PUSTAKA

DR.Ir.F.X. Supartono, DEA. “Beton, Bahan Dasar dan Unsur Kekuatannya”, Penerbit
Yayasan JOHN HII-TECH IDETAMA bermitra dengan Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press), Jakarta, 2001

DPD Riau Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia, “Perencanaan Campuran Beton”,


Kursus Singkat Perkerasan Beton Semen Pekanbaru, 2000

DPD Riau Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia, “Perencanaan Campuran Beton


Semen”, Kursus Singkat Perkerasan Beton Semen Pekanbaru, 2000.

Mektan Babakan Tujuh Konsultan PT, Testing Equipment For Soil, Concrete and
Asphalt”, 7th Edition Catalogue

ELE International, “Contruction Materials Testing Equipment”, 10Th Edition

Ir. Imam Soekoto, “Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi”, Penerbit Inter Grafika,


Jakarta, 1985

American Association of State Highway and Transportation Officials “Standard


Specifications for Transportation Materials and Methods of Sampling and Testing,
Part II Test, Nineteenth Editions 1998.

Departemen Pekerjaan Umum, “Pekerjaan Struktur,” Materi Pembekalan Sertifikasi


Tenaga Inti Konsultan Supervisi, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai