Disusun oleh :
1. Viki Azimatul Khusna (1401416199)
2. Rani
3. Mesi
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen sekolah?
2. Bagaimana tujuan manajemen sekolah?
3. Bagaimana fungsi dari manajemen sekolah?
4. Bagaimana prinsip dalam manajemen sekolah?
5. Bagaimana ruang ligkup dalam manajemen sekolah?
6. Apa yang dimaksud dengan manajemen berbasis sekolah?
7. Bagaimana tujuan manajemen berbasis sekolah?
8. Bagaimana prinsip dari manajemen berbasis sekolah?
9. Bagaimana karakteristik manajemen berbasis sekolah?
10. Bagaimana implementasi manajemen berbasis sekolah dalam pendidikan?
11. Bagaimana dampak dari penerapan manajemen berbasis sekolah?
3. Tujuan
1. Menganalisis definsi manajemen sekolah.
2. Menganalisis tujuan manajemen sekolah
3. Menganalisis fungsi manajemen sekolah.
4. Menganalisis prinsip dalam manajemen sekolah.
5. Menganalisis rung lingkup manajemen sekolah.
6. Menganalisis definisi manajemen berbasis sekolah.
7. Menganalisis tujuan manajemen berbasis sekolah.
8. Menganalisis prinsip dari manajemen berbasis sekolah.
9. Menganalisis karakteristik manajemen sekolah.
10. Menganalisis implementasi manajemen berbasis sekolah dalam pendidikan.
11. Menganalisis dampak dari penerapan manajemen berbasis sekolah.
B. Pembahasan
1. Pengertian manajemen sekolah
Perkembangan teori manajemen erat kaitanya dengan perkembangan administrasi di
negara negara maju sebagai akibat dari perkembangan industri. Dalam perkembanganya
istilah manajemen disamakan secara subtansial dengan istilah administrasi . Perbedaan
keduanya terletak pada ruang lingkupnya saja. Administrasi lebih luas ruang lingkupnya
dibanding dengan manajemen. Keduanya menekan pada tercapainya efisiensi dan efektivitas
kerja untuk keuntungan yang lebih besar.
Menurut asal katanya , management berasal dari kata latin “ manus “ yang artinya “ to
control by hand” atau “gain result” . Kata manajemen mungkin juga berasal dari bahasa italia
maneggiare yanng berarti “mengendalikan”, kata ini merupakan kata yang mendapat
pengaruh dari bahasa Perancis manege yang berrarti “ kepemilikan kuda” (yang berasal dari
bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana dalam istilah inggris, ini juga
berasal dari bahasa italia . Bahasa Perancis kemudian mengadopsi kata ini dari bahasa inggris
menjadi menagement, yang berarti seni melakukan dan mengatur.
Manajemen dapat didefinisikan sebagai “proses perencanaan pengorganisasian,
pengisisan staf, pemimpinan , dan pengontrolan untuk optimasi penggunaan sumber sumber
yang ada dan pelaksanaan tugas tugas dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien”.manajemen merupakan suatu proses dalam rangka mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan dengan bekerja sama melalui oprang orang dan sumber daya organisasi lainya.
Selain itu, ada beberapa definisi manajemen menurut beberapa ahli, antara lain .
Menurut Mary Parker Follet, manajemen adalah sebagai seni menyelesaian pekerjaan melalui
orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin, menyatakan bahwa manajemen adlah sebagai sebuah proses
perencaan , pengorganisasian , [engkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk
mencapai sasaran efektifn dan efisien. Efektif mengandung arti bahwa tujuan dapat dicapaii
sesuai dengan perencanaan, sdenagkan efisian berarti bahwa tugas yang ada dilakasanakan
secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Sedangakan menurut Drs. Oey Liang Lee mmanajemen adalah seni dan ilmu
perencanaan perngorganisasian, penyusunannnnnnnnnnnnnnnn, pengarahan dan pengawasan
daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapakan.
Prof. Eiji Ogawa mendefinisikan manajemen adalah perencanaan,
pengimplementasian dan pengendalian kegiatan kegiatan termasuk sistem perbuatan barang
yang telah dilalukan oleh organisasi udaha dengan terlebih dahulu telah menetapkan sasaran
sasaran untuk kerja yang dapat disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan yang
berubah.
Pengertian umum tentang manajemen yang disampaikan oleh beberapa ahli, dari
Kathryn, M. Bartol dan David C. Mrtin yang dikutip oleh A.M Kadarman SJ dan Jusuf
Udaya (1995) memberikan rumusan bahwa : “Manajemen adalah proses untuk mencapai
tujuan tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu
merencanakan (palnning) , mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan
mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang
berkesinambungan.
Dari beberapa definisi menurut asal kata dan definisi dari pendapat ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan dalam mengelola sumber daya yang berupa man, money, materials,
machines, market, minute dan information untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
Pengertian manajemen sekolah sebenarnya merupakan aplikasi ilmu manajemen
dalam bidang persekolahan. Manakala istilah manajemen diterapkan dalam bidang
pemerintahan akan men jadi manajemen perhotelan , dalam bidang pendidikan menjadi
manajemen pendidikan , dan dalam bidang bisnis menjadi manajemen bisnis. Demikian pula
istilah administrasi pendidikan, merupakan aplikasi ilmu administrasi ke dalam bidang
pendidikan. Manakala istilah administrasi diterapkan dalam bidang pemerintahan menjadi
administrasi pemerintahan, dalam bidang persekolahan menjadi administrasi sekolah dan
seterusnya.
Administrasi sekolah – manajemen sekolah. Penggunaan istilah administrasi dan
manajemen dalam bidang persekolahan secara subtansional sebenarnya tidak jauh berbeda.
Keduanya dapat dipandang secara esensial dalam tiga sudut pandang yakni, sebagai ilmu,
sebagai seni, sebagai suatu proses kegiatan.
Baik administrasi maupun manajemen sebagai suatu ilmu, keduanya telah memnuhi
persyaratan suatu ilmu yakni : pertama, keduanya dapat disebut sebagai suatu ilmu karena
ada objek yang dipelajari yakni kerjasama sekelompok orang, kemudian memiliki metode
dalam mempelajarinya, dan memiliki sistematika baik dalam mempelajari maupun dalam
aplikasinya.
Administrasu maupun manajemen dipandang sebgai suatu seni, disebut seni , lebih
ditekankan pada bagaimana seseorang manajer daoat mempengaruhi dan mengajak orang lain
untuk bersama sama menyelesaikan suatu pekerjaan. Dalam hal ini seorang administrator
dapat dilakukan peran kepemimpinanya . Karena kepemimpinanya merupakan jantungnya
manajemen.
Administrati maupun manajemen dipandang sebagai suatu proses kegiatan ,
didalamnya terdiri kegiatan yang bersifat manajerial dan kegiatan yang bersifat operatif.
Kegiatan manajerial adalah kegiatan seyogyanya dilakukan oleh orang orang yang memiliki
status dan kewenangan sebagai manajer. Sedangkan kegiatan operatif yaitu pekerjaan
pekerjaan yang seharusnya diselesaikan oleh para pelaksana lapangan. Kegiatan operatif
ditujukan pada proses pemberdayaan sumber sumber daya yang ada dalam suatu organisasi
merupakan suatu hal yang mutlak harus dilakukan manakala organisasi ingin berkembang
secara optimal.
Kegiatan kegiatan manajerial mauoun kegiatan operatif dapat berjalan manakala ada
suatu wadah yang dinamakan organisasi , dan yang di dalamnya ada suatu proses kegiatan
yang disebut proses pengorganisasian. Dengan demikian organisasi itu akan berkembang
secara dinamis.
Administrasi sekolah manakala dipandang dari sisi sebagai ilmu merupakan aplikasi
dari ilmu administrasi dalam bidang persekolahan, karenanya keduanya telah memenuhi
syarat srbagai suatu ilmu. Manakala dipandang sebagai suatu seni , maka pengelola sekolah
dapat memerankan perananya sebagai pemimpin yang mampu mempengaruhi dan mengajak
orang lain utnuk bekerjasama . Manakala dipandang sebagai suatu proses kegiatan maka
setiap orang terlibat dalam proses kerjasama dalam bidang persekolahan harus dapat
melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsi dan perananya secara proposional.
Administrasi dengan Tata Usaha(Administration to Administratie). Administrasi
berasal dari kata Latin “ad” dan “ministrate” yang berarti membantu, melayani atau
memenuhi. Dalam bahasa inggris adalah “Administration” yang sampai sekarang tetap
dipergunakan dan dalam bahasa indonesia diterjemahkan menjadi Administrasi . Namun,
karena selama lebih kurang 350 tahun indonesia dijajah Belanda, Maka sedikit banyak istilah
yang digunakan Belanda terinfitrasi ke dalam bahasa Indonesia. Salah satu contohnya adalah
“Administratie” yang menurut Pariatra Westra dkk, definisinya adalah setiap penyusunan
keterangan keterangan secara sistematis dan pencatatanya secara tertulis dengan maksud
untuk memperoleh suatu ikhtisar mengenai keterangan keterangan itu dalam keseluruhan nya
dan dalam hubungannya satu sama lain. Dalam bahsa indonesia , pengertian tersebut pada
hakekatnya pada hakekatnya adalah pengertian dari tata usaha. Menurut sudut pandang
penulis, bahwa tata usaha itu merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dan informasi dan
dilakukan pencatatan secara sistematis dal;am suatu organisasi untuk menghasilkan kumpulan
keterangan yang dibutuhkan. Jadi sekarang dapat dipahami, bahwa kegiatan tata usaha masih
termasuk dalam unsu administrasi dalam arti luas dan bukan merupakan faktor dari
administrasi. Dengan demikian , apabila kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan tata usaha,
seyogyanya kita tidak menggunakan istilah administrasi agar tidak menimbulkan bisa antara
kedua istilah ini.
Cakupan dari kegiatan administrasi sangatlah luas , yaitu keseluruhan proses mulai
dari menentukan bentuk dan tujuan organisasi, cara mencapaitujuan, siapa saja yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan pencapaian tujuan ini, pengendalian proses
pelaksanaan, sampai bagaimana mendayagunakan instrumen atau sumber yang terbatas. Pada
dasarnya, cakupan dari kegiatan penataan usaha ini adalah bagian dari disiplin ilmu lain, oleh
karenanya kegiatan ilmu administrasi hanya dibatasi pada aktivitas aktivitas
penyeklenggarakan atau pelaksanaan saja yang direpresentatifkan dengan penataan usaha.
Dengan dmeikian pula, dapat disimpulkan bahwa kegiatan administrasi dalam arti sempit
adalah kegiatan yang dilakukan oleh para adminitrator(pimpinan) dan dalam arti luasnya
adalah keseluruhan kegiatan dalam organisasi.
2. Tujuan manajemen sekolah
Pada hakikatnya tujuan menejemen sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan sekolah
sebagai suatu organisasi. Sekolah sebagai suatu organisasi memiliki tujuan institusional
(kelembagaan) baik tujuan institusional umum, maupun tujuan institusisonal khusus. Tujuan
institusional umum mengacu pada jenjang dan jenis pendidikan, sedang tujuan institusional
khusus diwarnai oleh penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Sebagai contoh : SMP
memiliki tujuan institusional umum yang sama, tetapi SMP yang diselenggarakan oleh
negara dan yang diselenggarakan oleh yayasan tertentu akan memiliki tujuan institusional
khusus yang berbeda.
Suatu tujuan institusional baik umum ataupun khusus akan tercapai manakala ada
suatu proses kegiatan dalam lembaga (organisasi sekolah).Tujuan Institusional akan dapat
tercapai tergantung dari bagaimana lembaga tersebut melakukan tugas
kelembagaannya.Dalam melakukan tugas kelembagaan diperlukan adanya proses menejemen
yang baik.Proses menejemen yang baik manakala didalamnya terdapat kegiatan manajerial
dan operatif. Tujuan akhir dari manajemen sekolah adalah membantu memperlancar
pencapaian tujuan sekolah agar tercapai secara efektif dan efisien. Kehadiran menejemen
dalam proses persekolahan sebagai salah satu alat untuk membantu memperlancar pencapaian
tujuan.
Pencapaian tujuan sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor yang harus
dipertimbangkan dalam proses kegiatan sekolah.Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Karakteristik
b. Kemampuan dan keyakinan guru-guru
c. Harapan-harapan masyarakat
d. Aktifitas pemerintah
e. Aturan-aturan dan hukum-hukum yang berlaku di masyarakat
f. Masalah-masalah dan persoalan serta pengaruh-pengaruh masyarakat
Tidak kalah pentingnya dari semuanya adalah sumber daya masyarakat, baik sumber
daya alamnya maupun sumber daya manusianya.Faktor administrator dan kepemimpinan
para pengelola yang ada dalam organisasi sekolah turut menentukan keberhasilan dan
ketercapaian tujuan sekolah. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dari administrator dan
kepemimpinan antara lain faktor pandangan hidupnya, ide-idenya, kemampuannya, gagasan-
gagasannya maupun faktor keterampilannya. Dengan demikian diperlukan adanya
keterlibatan semua komponen (man,material,money dan message) secara berdaya guna dan
hasil guna. Kegiatan menejemen tidak hanya diperlukan pada lingkup institusi atau
kelembagaan saja,namun pada setiap tingkatan diperlukan aktivitas menejemen.
Tujuan utama penerapan Manajemen Sekolah pada intinya adalah untuk
penyeimbangan struktur kewenangan antara sekolah, pemerintah daerah pelaksanaan proses
dan pusat sehingga manajemen menjadi lebih efisien. Kewenangan terhadap pembelajaran di
serahkan kepada unit yang paling dekat dengan pelaksanaan proses pembelajaran itu sendiri
yaitu sekolah.
Tujuan penerapan Manajemen sekolah adalah untuk memandirikan atau
memberdayakan sekolah melalui kewenangan kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk
melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif.
Manajemen sekolah juga bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggarakan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah
tentang mutu sekolahnya.
d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan
dicapai.
Secara lebih rinci tujuan khusus dilaksanakannya manajemen sekolah yang baik
agar: Pertama, pada setiap jenis dan jenjang pendidikan terjadi adanya efektivitas
produksi. Kedua, tercapinya efisiensi penggunaan sumber daya dan dana, tidak terjadi
pemborosan baik waktu, tenaga maupun uang dan lainnya. Ketiga, para lulusannya mampu
menyesuaikan diri dalam kehidupan di masyarakat. Keempat, terciptanya kepuasan kerja
pada setiap anggota warga sekolah.
3. Fungsi manajemen sekolah
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu : (1) planning
(perencanaan); (2) organizing (pengorganisasian); (3) actuating (pelaksanaan); dan (4)
controlling (pengawasan).Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen,
meliputi : (1) planning (perencanaan); (2) organizing (pengorganisasian); (3) commanding
(pengaturan); (4) coordina ting (pengkoordinasian); dan (5) controlling (pengawasan).
Sementara itu, Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi
manajemen, mencakup : (1) planning (perencanaan); (2) organizing (pengorganisasian); (3)
staffing (penentuan staf); (4) directing (pengarahan); dan (5) controlling (pengawasan).
Selanjutnya, L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu : (1) planning
(perencanaan); (2) organizing (pengorganisasian); (3) staffing (penentuan staf); (4) directing
(pengarahan); (5) coordinating (pengkoordinasian); (6) reporting (pelaporan); dan (7)
budgeting (penganggaran).
Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di bawah
akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif
persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi : (1) perencanaan
(planning); (2) pengorganisasian (organizing); (3) pelaksanaan (actuating) dan (4)
pengawasan (controlling) :
a. Planning
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan
dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh
Louise E. Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa: planning may be defined as the proses
by which manager set objective, asses the future, and develop course of action designed to
accomplish these objective. Sedangkan T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa : “
Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan
strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam
fungsi ini.”
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap
kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan
seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan
bahwa perencanaan: (a) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan; (b) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada
masalah-masalah utama; (c) memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran;
(d) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat; (e) memberikan cara pemberian
perintah untuk beroperasi; (f) memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara
berbagai bagian organisasi; (g) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah
dipahami; (h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan (i) menghemat waktu,
usaha dan dana.
2) Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya
manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.
Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa terdapat empat
tahap dalam perencanaan, yaitu : (a) menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan; (b)
merumuskan keadaan saat ini; (c) mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan; (d)
mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.
Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan
bahwa atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu
perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : (1) rencana
global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang, (2)
rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan
kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka
panjang, dan (3) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang
berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam
perencanaan global maupun perencanaan strategis.
1) Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah
dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci manajer
puncak. Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-
nilai ini dapat mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah
umum seperti macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau cara pengoperasian
perusahaan.
b. Pengorganisasian (organizing)
Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga langkah
dalam proses pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total
menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu orang; dan (c)
pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para
anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.
c. Pelaksanaan (actuating)
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan
usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-
anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-
sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan
pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai
dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah
bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa
yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat
bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih
penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang
bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
d. Pengawasan (controlling)
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait
antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses
manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi
antara berbagai fungsi manajemen.
Dalam penerapan MBS ini perlu diadakan pelatihan kepada pihak-pihak yang
bersangkutan mengenai dinamika dalam kelompok, bagaimana cara dalam pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, komunikasi antar pribadi, teknik presentasi, dan
penanganan konflik. Empat faktor penting yang perlu diperhatikan dalam implementasi MBS
yaitu :
2. MBS perlu diterapkan secara bertahap agar kemungkinan berhasil lebih baik.
3. Diperlukan waktu kurang lebih 5 tahun untuk dapat menerapkan MBS secara berhasil.
4. Kantor dinas beserta staf sekolah perlu pelatihan penerapan MBS serta harus
menyesuaikan diri dengan peran dan saluran komunikasi yang baru.
5. Perlu disediakan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan waktu untuk saling
bertemu dengan antar staf secara teratur.
6. Pemerintah pusat dan daerah harus memberikan wewenangnya kepada kepala sekolah
kemudian selanjutnya membagikan wewenang ini kepada guru dan orang tua atau
wali murid.
Contoh dari MBS sendiri yaitu adanya beberapa bantuan yang diberikan oleh lembaga
bantuan Australia (AusAID), sehingga pada tahun 2004 program tersebut telah berkembang
ke 40 kabupaten di 9 propinsi dengan 1479 SD/MI. Replikasi program juga telah
dilaksanakan oleh pemerintah pusat (Depdiknas) di 30 propinsi di Indonesia di bawah
lambang “MBS”. Juga, USAID – lembaga bantuan dari pemerintah Amerika Serikat juga
telah mengembangkan program MBS sejenis di Jawa Timur dan Jawa Tengah yaitu
Managing Basic Education (MBE), serta pada tahun 2004 model MBS juga dilaksanakan di
tiga kabupaten Jawa Timur dengan dukungan Indonesia – Australia Partnership in Basic
Education (IAPBE). Mulai tahun 2005, USAID juga memberikan bantuan untuk model MBS
ini di 7 propinsi di Indonesia melalui program Decentralized Basic Education (DBE).
Penerapan MBS secara spesifik diintifikasi oleh Gunawan, 2010 (dalam Laili, 2011) :
a. Memberikan peluang kepada tenaga pendidik dan kependidikan yang kompeten untuk
ikut terlibat dalam pengambilan keputusan dalam peningkatan pembelajaran.
b. Memberi peluang kepada seluruh pihak dalam sekolah untuk ikut andil dalam
pengambilan keputusan yang penting.
d. Memberdayakan kembali sumber daya pendidikan yang ada dalam mendukung tujuan
yang dikembangkan sekolah.
e. Membuat rencana anggaran yang realistik sesuai kebutuhan karena harus bersifat
terbuka dan memenuhi tanggung jawab penggunaan biaya sekolah.
MBS menyebabkan kepala dinas, pejabat atau staf pusat serta jajarannya berperan
sebagai fasilitator pengambilan keputusan di sekolah. Pemerintah pusat hanya berperan
dalam menetapkan standar pendidikan nasional yang mencakup standar fasilitas, standar
kompetensi, standar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dan sebagainya. Dalam
menerapkan standar yang ditetapkan oleh pemerintah, hal ini disesuaikan dengan keadaan di
daerahnya. Standar tersebut diterapkan dengan mempertimbangkan ciri khas dan potensi dari
wilayah tersebut sehingga pemerintah tidak mengekang kreativitas dan inovasi dari setiap
sekolah.
Beberapa orang tidak menginginkan tugas tambahan diluar tugas pekerjaan yang telah
mereka lakukan. Karena sebagian orang beranggapan dengan adanya penerapan MBS maka
hanya akan menambah beban. Pihak sekolah menjadi lebih banyak menggunakan watunya
untuk mengatur perencanaan dan anggaran. Akibatnya pihak sekolah kurang memiliki waktu
untuk memikirkan aspek-aspek lain dari pekerjaan mereka. Serta tidak semua guru mau untuk
ikut andil dalam proses penyusunan anggaran.
2. Tidak efisien
Pengambilan keputusan dalam sistem kerja MBS dilakukan secara partisipatif sehingga
menimbulkan frustasi dan kebanyakan memakan waktu yang lebih lamban jika dibandingkan
dengan cara yang sentralis.
Pihak pihak sekolah yang ikut andil dalam MBS sebagian ternyata belum berpengalaman
dalam menerapkan model MBS ini. Kebanyakan pihak yang ikut andil ternyata tidak
memiliki keahlian dan kemampuan terkait hakikat MBS yang sebenarnya serta bagaimana
pengelolaannya.
Pihak sekolah yang selama ini belum menggunakan model MBS, akan terkejut an
kebingungan dengan sistem dalam MBS. Hal ini dapat menimbulkan keraguan dalam
memikul tangung jawab pengambilan keputusan. Sehingga, penerapan MBS dapat mengubah
peran serta tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan.
5. Kesulitan koordinasi
Sistem kerja MBS yang partisipatif mengharuskan adanya koordinasi yang efisien dan
efektif. Maka dibutuhkan koordinasi antar pihak yang berkepentingan untuk bekerja sama
dalam mencapai tujuan masing-masing. Dua hal yang penting adalah pelatihan atau trainee
tentang apa itu MBS serta penjelasan peran dan tanggung jawab serta hasil yang dibutuhkan
semua pihak yang berkepentingan.
Hal ini disebabkan karena kepala sekolah sudah terbiasa dengan pola manajemen lama yang
terasa sentralistis. Selain itu, tenaga pendidik kurang memahami bagaimana menyelaraskan
antara MBS dengan proses pembelajaran di sekolah. Terdapat juga kepala sekolah yang
hanya sebatas membentuk komite sekolah tetapi dalam pengelolaannya masih dimonopoli
oleh kepala sekolah.
a. Meningkatkan mutu SDM dan profesionalitas kepala sekolah, guru, dan pengawas
dengan cara melibatkan stakeholder dalam berbagai pelatihan di sekolah.
d. Mendorong siswa untuk lebih meningkatkan cara belajarnya agar menjadi cara belajar
yang efektif dan efisien.
C. Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sutomo., dkk. 2016. Manajemen Sekolah. Semarang: UNNES Press.
https://currikicdn.s3-us-west-2.amazonaws.com/resourcedocs/54d376fea521d.pdf
http://digilib.unila.ac.id/8752/77/BAB%20II.pdf
https://istighfarahmq.wordpress.com/2016/11/29/makalah-manajemen-berbasis-sekolah-mbs/
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/03/konsep-manajemen-sekolah/