Anda di halaman 1dari 22

TEMPO.

CO, Jakarta - Duta Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi,
mengatakan ada yang unik dan luar biasa dari TKI yang bekerja di Korea Selatan. Bukti dari
keunikan dan luar biasa itu adalah 11 TKI yang diwisuda pada pertengahan Agustus lalu.

"Mereka tekun dan sadar bahwa dengan ilmu pengetahuan mereka bisa maju," kata Dubes Umar
Hadi memuji para TKI yang bekerja keras dan masih membagi waktunya untuk menambah ilmu
dengan kuliah di Universitas Terbuka di Korea Selatan.

Selain itu, menurut Dubes, kebijakan pemerintah Korea Selatan yang memberlakukan kesetaraan
terhadap tenaga kerja asing termasuk TKI dengan tenaga kerja warganya sendiri telah
memberikan motivasi bagi TKI untuk bekerja dengan baik. Berikut hasil wawancara Dubes
Umar Hadi dengan Maria Rita Hasugian dari Tempo.co via surat elektronik pada 16 Agustus
2017 yang dimuat secara lengkap.

Dari beberapa press rilis yang kami terima, muncul kesan sikap pemerintah Korea Selatan
terhadap TKI lebih baik dibandingkan Malaysia dan Timur Tengah. Bagaimana menurut
Bapak?
Saya berpandangan bahwa kebijakan Pemerintah Korea Selatan mengenai tenaga kerja asing
cukup baik. Salah satu hal yang paling mengemuka adalah persamaan hak dan kewajiban tenaga
kerja asing, termasuk TKI, dengan tenaga kerja warga Korea Selatan sendiri. Dalam hal ini,
misalnya, termasuk soal gaji, asuransi dan perlindungan hukum. Pengaturan tenaga kerja asing di
Korea Selatan dilakukan secara G-to-G.

Selain dengan Indonesia, Pemerintah Korea Selatan juga memiliki skema yang sama dengan 15
negara lainnya, yaitu Bangladesh, Kamboja, Timor Leste, Myanmar, Nepal, Pakistan, Filipina,
Thailand, Sri Lanka, Mongolia, Cina, Uzbekistan, Kyrgystan, Laos dan Viet Nam. Saya cukup
sering berkonsultasi dengan para duta besar dari negara-negara tersebut untuk mendapat
perbandingan tentang situasi para tenaga kerja dari negara masing-masing. Dengan begitu, kita
ada bahan perbandingan untuk terus meningkatkan pelayanan dan perlindungan para TKI di sini.
Saya berharap pengiriman TKI dengan skema G-to-G ke Korea Selatan ini bisa menjadi referensi
untuk pengiriman TKI ke negara-negara lainnya.

Apa saja kesepakatan-kesepatan bilateral yang telah dan akan dibuat antara pemerintah
Indonesia dan pemerintah Korea Selatan berhubungan dengan TKI?
Pengiriman TKI ke Korea Selatan merupakan implementasi dari MoU antara kedua Pemerintah.
Korea Selatan membutuhkan TKI semi-terampil (semi-skilled) untuk bidang tertentu, seperti
industri manufaktur, Indonesia bisa memenuhinya. Para TKI yang bisa berangkat ke Korea
Selatan harus melalui ujian yang diawasi oleh kedua Pemerintah. Dengan demikian, skema ini
relatif lebih aman dari praktek percaloan dan pemalsuan identitas.

Tentu saja skema ini belum sempurna. Masih banyak hal yang bisa diperbaiki. Misalnya, ketika
seorang TKI mengalami sakit di luar area kerja atau bahkan mengalami kematian di luar jam
kerja, semestinya juga menjadi tanggung jawab perusahaan tempatnya bekerja. Demikian pula
dalam hal jaminan keselamatan kerja, masih perlu diperbaiki mekanisme pengawasannya. Hal-
hal seperti ini penting untuk dimuat dalam MoU yang diperbaharui secara berkala, agar TKI kita
semakin terjaga, aman, dan dapat kembali ke Indonesia dalam keadaan sehat walafiat.
Di sektor apa saja TKI bekerja di Korea Selatan? Dan jumlah TKI terbanyak ada di
sektor apa? Mengapa sektor itu terbanyak dimasuki TKI?
Sektor pekerjaan bagi TKI cukup beragam, seperti manufaktur, pertanian, konstruksi, tambak
dan perikanan. Sekitar 80 persen TKI bekerja di sektor manufaktur karena memang industri
manufaktur merupakan tulang punggung perekonomian Korea Selatan.

Berapa besar kasus TKI bermasalah yang terjadi di Korea Selatan setiap tahunnya?
Kasus-kasus yang melilit mereka, dan cara penyelesaiannya terbanyak melalui mekanisme
hukum atau di luar hukum?
TEMPO.CO, Jakarta - Duta besar Korea Selatan untuk Indonesia Cho Tai-Young
mengungkapkan kekaguman dan kecintaannya kepada Indonesia. Sebagai bukti cintanya, ia
mengaku belajar bahasa Indonesia serta menyanyikan lagu-lagu pop Indonesia, bahkan lagu
kebangsaan Indonesia Raya tanpa teks.

"Saya bisa menyanyikan 15 lagu lama, seperti, Gereja Tua dan Benci tapi Rindu. Saya juga bisa
nyanyi Indonesia Raya tanpa teks, Satu Nusa Satu Bangsa, Garuda Pancasila," kata Cho sambil
tersenyum, yang kemudian diiringi tepuk tangan para tamu yang diundang untuk menyambut
Tahun Baru 2017 di Kedutaan Korea Selatan, Kamis malam, 19 Januari 2017.

Cho juga mengaku belajar bahasa Indonesia secara otodidak. "Sekarang saya menguasai 3.000
kata. Saya belajar dengan sepenuh hati," kata Cho.

Beberapa saat kemudian, Cho mengajak para tamu memandang slide yang menampilkan
gambar-gambar yang mewakili kekagumannya kepada Indonesia. Awalnya, muncul gambar
Garuda Pancasila. Cho menuturkan, ia takjub terhadap keberagaman di Indonesia yang dikenal
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda dengan Korea Selatan yang homogen.

"Di Korea hanya ada satu suku, (sedangkan) di sini banyak sekali. Ini sangat luar biasa. Saya
sungguh-sungguh mengatakannya," kata Cho.

Gambar berikutnya berupa jalan-jalan yang macet di Jakarta. Cho dan para tamu tertawa
bersama. Namun, kata Cho dengan mimik wajah serius, ia sangat kagum dengan sikap warga
Indonesia yang tetap tersenyum dan sabar menghadapi kemacetan di jalan.

Cho menjelaskan, Korea menempatkan Indonesia sebagai mitra utamanya. Sejak 1992, Korea
telah berinvestasi di beberapa daerah di Indonesia. "Bagi Korea, Indonesia merupakan nomor
satu," ujar Cho.

Indonesia, menurut Cho, merupakan negara pertama yang membeli kapal selam buatan Korea
Selatan. Selain itu, Indonesia merupakan negara pertama yang bekerja sama dengan Korea
Selatan dalam memproduksi jet tempur.

"I love Indonesia," ucap Cho mengakhiri pujiannya.

Untuk menghibur para tamu, Kedutaan Besar Korea Selatan di Jakarta menyuguhkan acara
budaya dengan menampilkan lagu-lagu tradisional Korea dan lagu Indonesia serta kuliner Korea.
TEMPO.CO, Seoul - Perusahaan bahan sepatu Korea Selatan, Dong-Jin Textile Co. LTD
menanamkan modalnya sekitar Rp 330 miliar di Karawang, Jawa Barat. Sebagai langkah awal
dari investasi itu, perusahana modal asing itu akan mulai membangun pabriknya di Karawang
pada tahun 2018.

Perusahaan ini akan memproduksi tekstil bahan sepatu "sneaker". Tahapan produksi akan dim
mulai awal tahun 2019 dengan memperkerjakan sekitar 500 karyawan.

Baca: Indonesia-Korea Sepakati Kerja Sama 7 Bidang

Presiden sekaigus pemilik Dong-Jin Textile Co Ltd, Choi Woo-Chui menjelaskan hal itu saat
menerima kunjungan Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi di kantornya di
Busan pada hari Rabu, 23 Agustus 2017.

Dubes Umar Hadi menyampaikan kepeduliannya terhadap investasi dari Korea Selatan yang
selain menyerap banyak tenaga kerja juga sebagai substitusi impor dan menambah komoditas
ekspor.

"KBRI Seoul akan membantu menghubungkan perusahaan dengan lembaga-lembaga pendidikan


seperti SMK dan Sekolah Tinggi Tekstil di Indonesia agar bisa mulai merekrut tenaga-tenaga
terampil," kata Dubes Umar seperti dikutip dari rilis KBRI di Seoul, Kamis, 24 Agustus 2017.

Baca: Jokowi Penggemar Kuliner dan Musik Korea

Pimpinan Dong-Jin menjelaskan, pabriknya di Karawang akan menjadi fasilitas produksi ke 4 di


luar Korea Selatan. Sebelumnya, 3 pabrik sudah dibangun dan berproduksi di Vietnam.

Produk Dong-Jin adalah tekstil sintetis bahan sepatu 'sneakers' yang sebagian besar menjadi
pasokan bagi merek terkenal seperti Nike dan Adidas. Tekstil produksinya dikenal berkualitas
tinggi, ringan, dan nyaman di kaki (breathable). Teknologi tinggi diterapkan, baik dalam desain
produk maupun proses produksinya.

Pabrik yang akan didirikan di Karawang akan menerapkan standar teknologi yang sama dengan
di Korea Selatan, termasuk dalam soal pengolahan limbah.

Baca: Ridwan Kamil Tandatangani MOU Kerja Sama dengan Kota Seoul

Pada kesempatan kunjungan ke pabrik Dong-Jin, Dubes Umar diperkenalkan kepada 8 TKI yang
bekerja di sana. Imam, 27 tahun, asal Ngawi, yang sudah bekerja hampir 2 tahun,
mengungkapkan, meskipun kerjanya berat, dia merasa senang karena gaji cukup besar, dapat
kamar asrama di lokasi pabrik, dan dapat makan tiga kali sehari.

"Kami tidak ada keluhan apa pun Pak," kata Imam kepada Dubes Umar.

Dubes Umar lalu berpesan agar Imam dan TKI lainnya menjaga kesehatan dan disiplin dalam hal
keselamatan kerja. "Setelah bekerja di sini sesuai kontraknya, adik-adik harus bisa pulang ke
kampung halaman dengan badan sehat, pengalaman kerja, dan tabungan banyak, sehingga bisa
buka usaha sendiri nantinya," pesan sang Dubes.

Saat ini, terdapat sekitar 2000-an perusahaan Korea Selatan beroperasi di Indonesia. Sementara
ada 36 ribu TKI bekerja di berbagai perusahaan di Korea Selatan.
TEMPO.CO, Bandung - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menjajaki kerja sama bisnis
dengan Pemerintah Kota Seoul, Korea Selatan. Salah satu kerja sama yang dijalin dalam
kunjungannya ke Negeri Ginseng pekan lalu itu adalah bidang ekonomi dan budaya.

Sebagai wujud nyata kerja sama kedua kota, Ridwan berencana membuat pusat perdagangan dan
kebudayaan bertema Korea Selatan di Kota Bandung. "Ada rencana hubungan ekonomi dan
budaya dengan Korea Selatan, nanti ada Korea Street di Bandung. Sedang kami cari lokasinya di
mana," katanya di Graha Sanusi Universitas Padjadjaran, Dipatiukur, Kota Bandung, Senin, 10
Oktober 2016

Ridwan mengatakan bangunan-bangunan pada pusat ekonomi dan kebudayaan Korea Street
tersebut akan disewa pengusaha-pengusaha asal Korea Selatan. "Penyewa-penyewa bangunan
adalah pengusaha-pengusaha Korea Selatan sehingga nanti bisa hadir hubungan dengan Korea
Selatan yang lebih konkret," ujarnya.

Namun para pengusaha lokal asal Bandung tidak perlu khawatir akan kedatangan pedagang asal
Korea Selatan ke Kota Bandung. Menurut Ridwan, Bandung adalah kota yang selalu terbuka
untuk perdagangan.

"Dunia sekarang terbuka. Yang namanya kota adalah trading. Tidak perlu dengan perspektif
kalau orang datang kita khawatir. Kota ini kota internasional, siapa pun boleh dan bisa berbisnis
selama ikut aturan," tuturnya.

Keberadaan Korea Street diyakini akan membawa keuntungan untuk Bandung di dunia
internasional dan membuka lapangan pekerjaan. "Menambah kesempatan dan membuat interaksi
global semakin baik," katanya.
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia bersama Korea Selatan sepakat meningkatkan
kerja sama di tujuh bidang. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan kesepakatan itu
meliputi bidang maritim, industri kreatif, olahraga, geospasial, kawasan ekonomi khusus,
restorasi lahan gambut, dan pemberantasan korupsi.

Pada pertemuan di Seoul, ada sekitar 500 pengusaha Korea Selatan yang datang dalam acara
bertajuk bisnis forum. "Kesepakatan kerja sama yang dihasilkan mencapai nilai US$ 18 miliar,"
ucap Retno setelah tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu, 21 Mei 2016. Kendati
demikian, Indonesia-Korea sepakat untuk fokus mengakselerasi sektor industri dan industri
kreatif.

Adapun hasil kunjungan dari Rusia, ujar Menteri Retno, Presiden Rusia Vladimir Putin begitu
tertarik bekerja sama di sektor kelapa sawit, maritim, dan pariwisata. Sektor energi sudah
menghasilkan komitmen yang jelas, yaitu pembangunan kilang minyak di Tuban, Jawa Timur.
Perusahaan minyak Rusia, Rosneft, menyiapkan dana segar US$ 13 miliar untuk membantu
pembangunan kilang.

Selain itu, pemerintah ingin membangun integrasi ekonomi bersama Rusia. Presiden Joko
Widodo berharap kerja sama antara negara-negara Asia Tenggara dan Rusia bisa memberikan
kontribusi besar kepada ekonomi global. "Kami juga meminta dukungan Rusia mengenai konsep
arsitektur keamanan," tutur Retno.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menyatakan
kunjungan pemerintah Indonesia ke Korea Selatan dan Rusia tak sekadar mendatangi pertemuan
semata. Dari pertemuan dengan para pengusaha, menurut dia, banyak investor yang serius ingin
menanamkan modalnya. "Pertemuan kali ini tidak sekadar janji," kata Darmin.

Sebagai contoh, perusahaan asal Rusia, Rusian Railways dan VI Holding, masing-masing ingin
mengembangkan sektor kereta api dan tambang. Untuk melihat lebih dekat tawaran Rusian
Railways, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno sedang mengunjungi pabrik kereta
di sana. Sedangkan VI Holding ingin meningkatkan pengembangan mineral feronikel.

https://bisnis.tempo.co/read/772933/indonesia-korea-sepakati-kerja-sama-7-bidang
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf mendapat anugerah
tertinggi Gwanghwa Medal dari Pemerintah Korea Selatan. Menanggapi, Ia menyoroti
pentingnya hubungan Indonesia dengan negara tersebut.

Ia sadar ke depan posisinya akan semakin penting, karena jumlah investasi Korsel di Indonesia
sangat besar. Diketahui, Negeri Ginseng merupakan rekan dagang terbesar ke-5 bagi Indonesia.
Sementara Indonesia menduduki peringkat rekan dagang terbesar ke-12 bagi Korsel.

"Investasi Korsel di Indonesia itu sangat besar, jadi banyak sekali permasalahan yang dihadapi
setiap hari. Dan saya bersedia [menjalankan tugas] dan telah melakukan itu, walaupun belum
maksimal," ujarnya di Auditorium Kedutaan Besar Korsel, Jakarta, Rabu (17/5).
Dalam sambutannya itu, Triawan juga menyebut Indonesia masih perlu belajar lebih banyak
kepada Korsel, khususnya dalam bidang industri kreatif yang sudah sangat maju dan sinergis.

"Ke depan [saya] akan melakukan lebih banyak lagi tugas-tugas untuk memperlancar investasi
Korea [di Indonesia], maupun Indonesia di Korea," katanya.

Penghargaan itu diberikan karena Triawan dianggap berjasa meningkatkan hubungan bilateral
kedua negara, khususnya di bidang industri kreatif.

Gwanghwa Medal merupakan medali diplomatik tertinggi yang diberikan Pemerintah Korsel
kepada warga negara asing (WNA) yang dianggap berperan penting dalam meningkatkan
hubungan bilateral Korsel dengan negaranya.

Penghargaan diberikan langsung oleh Duta Besar Korsel untuk Indonesia Cho Tai Young. Ia pun
menyampaikan rasa terima kasih atas kerja keras Triawan dalam memperdekat hubungan
bilateral kedua negara selama ini, baik sebagai Kepala Bekraf maupun Senior Liaison Officer
khusus untuk Korsel.

Selain jasanya di bidang industri kreatif, Triawan pun dianggap telah mendorong terwujudnya
kerja sama kedua negara di bidang ekonomi serta perdagangan dan membantu perusahaan-
perusahaan Korea untuk memperluas bisnis di Indonesia. Ia juga disebut mendukung promosi
investasi Korsel di Indonesia sejak 2015.

"Triawan merupakan Senior Liaison Officer antara Indonesia dan Korsel. Dia ditunjuk langsung
oleh Presiden Jokowi untuk menjalankan tugas itu. Karenanya, jika kami punya masalah, kami
akan menghubunginya," ujar Cho Tai Young setelah memasangkan medali dan mengalungkan
selempang penghargaan kepada Triawan.

Ia melanjutkan, "Dia seorang pemecah masalah ulung dan memainkan peran besar di area itu,
sehingga saya mengapresiasi keberadaannya."

Triawan menyatakan dirinya "sungguh merasa terhormat. Sebetulnya saya merasa ini berlebihan,
karena masih banyak yang harus saya lakukan, tapi mungkin memang ada persepsi yang telah
mereka pertimbangkan dengan matang."

"Saya terima tentunya. Tapi ini menjadi pemacu saya dan Bekraf untuk berbuat lebih banyak lagi
dalam mengharmonisasikan hubungan kedua negara," ujar Triawan.
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20170517185451-106-215561/terima-investasi-
besar-ri-soroti-hubungan-dengan-korsel
SEOUL, KOMPAS.com - Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berharap Indonesia dapat
membantu Korsel untuk meningkatkan kerja sama tidak hanya secara bilateral, tapi juga
multilateral di kawasan Asia dan Asia Tenggara.

Hal itu diungkapkan Presiden Moon kepada Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri dalam
pertemuan di Istana Kepresidenan Korea Selatan di Seoul, Senin (29/5/2017).

Megawati bertemu Presiden Moon sebagai kunjungan kehormatan dalam rangkaian kegiatan
Megawati sebagai pembicara dalam Jeju Forum for Peace and Prosperity.

(Baca: Megawati Akan Bertemu Presiden Korsel, Bahas Upaya Reunifikasi Korea)

Menurut Megawati, kerja sama Indonesia dan Korea Selatan saat ini sudah berjalan baik.
Namun, Korsel berharap dapat juga meningkatkan kerja sama dengan negara-negara anggota
ASEAN.

"Sekarang ingin diperluas. Indonesia sebagai suatu negara ASEAN diharap juga bisa mengikat
(Korsel) dengan negara ASEAN yang lain," ujar Megawati saat berbincang kepada wartawan di
Korsel, Selasa (30/5/2017).

Selain itu, Korsel juga berharap bisa meningkatkan kerja sama dengan negara di Asia Selatan,
terutama India.

Menurut Megawati, langkah ini dilakukan setelah selama beberapa waktu terakhir Korsel telah
meningkatkan kerja sama di kawasan Asia Timur, yaitu dengan Jepang dan China.

"Sehingga saya kira ini suatu perubahan dalam hubungan diplomatik Korsel dengan Indonesia,"
tutur Megawati.

Dalam pertemuan, Presiden Moon juga mengungkap keinginan Korsel untuk mewujudkan
reunifikasi dengan Korea Utara.

(Baca: Korsel Minta Megawati Bantu Wujudkan Upaya Reunifikasi Korea)

Presiden Moon pun berharap Megawati dapat menjadi jembatan upaya reunifikasi, mengingat
kedekatan Megawati dengan mantan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Il, yang merupakan ayah
dari Pemimpin Korea Utara saat ini, Kim Jong Un.

Megawati menyatakan, penawaran itu diberikan bukan dalam kapasitasnya sebagai individu.

"Tapi sebagai utusan dari Indonesia," ujarnya.

http://nasional.kompas.com/read/2017/05/30/12103621/moon.jae-
in.harap.indonesia.bisa.pererat.hubungan.korsel-asean
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kehormatan Utusan Khusus Presiden Republik
Korea untuk ASEAN Park Wonsoon yang juga merupakan Wali Kota Seoul di Istana
Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin 23 Mei 2017.

Dalam pertemuan itu, Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi
dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.

Usai pertemuan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan bahwa pemerintah
Republik Korea berkomitmen untuk terus menjaga hubungan bilateral kedua negara. Apalagi
Republik Korea memandang Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN yang memiliki peran
penting dalam perkembangan kawasan ASEAN.

“Komitmen dari pemerintah Korea Selatan yang baru untuk terus meningkatkan hubungan
dengan Indonesia sebagai negara yang paling besar di ASEAN dan tentunya ASEAN sebagai
satu kelompok,” ujar Retno.

Bagi Indonesia, Republik Korea adalah salah satu mitra penting dalam pertumbuhan ekonomi di
Tanah Air. Sejalan dengan hal itu, pemerintah Republik Korea bertekad untuk terus
meningkatkan hubungan kerja sama kedua negara utamanya di bidang perdagangan dan
investasi.

“Utusan khusus membawa pesan mengenai komitmen pemerintah Korea Selatan untuk
meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi terutama perdagangan dan investasi,” ungkap
Retno.

Para delegasi sekaligus menyampaikan undangan Presiden Moon untuk melakukan pertemuan
bilateral dengan Presiden Joko Widodo. Rencananya, kedua Kepala Negara akan bertemu di
sela-sela pertemuan G-20 di Hamburg, Jerman, pada bulan Juli mendatang.

“Saat pertemuan G-20 di Hamburg, Jerman, bulan Juli, Presiden Moon juga ingin melakukan
bilateral dengan Presiden Joko Widodo,” ucap Retno.

Seperti diketahui, hubungan bilateral dan kerja sama antara Indonesia dan Republik Korea sudah
terjalin dengan baik. Bahkan Presiden Joko Widodo mendapatkan penghargaan honour
citizenship dari Kota Seoul saat berkunjung pada tahun 2016 lalu.

“Setahun lalu Presiden Joko Widodo berkunjung ke Korea Selatan, beliau juga mendapatkan
honour citizenship dari Kota Seoul dan sudah ada juga hubungan kerja sama antara Seoul dengan
Jakarta,” kata Retno.

http://presidenri.go.id/berita-aktual/indonesia-korsel-komitmen-tingkatkan-kerjasama-
ekonomi.html
VIVA.co.id – Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada hari Rabu, 2 Agustus 2017, berjanji
untuk meningkatkan hubungan negaranya dengan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara
lainnya. Peningkatan hubungan ini ia tingkatkan hingga setara dengan negara-negara paling kuat
di dunia.

"Saya sangat senang melihat hubungan Korea Selatan dan Indonesia berkembang," kata Moon,
seperti disampaikan oleh sekretaris persnya Yoon Young-chan dan diberitakan oleh Yonhap
News, Rabu, 2 Agustus 2017.

"Saya berharap kerja sama semacam itu akan terus berlanjut untuk membantu memperkuat
kemampuan pertahanan Indonesia," Moon menambahkan.

Ucapan Moon disampaikan dalam sebuah pertemuan dengan Menteri Pertahanan Indonesia
Ryamizard Ryacudu, yang mengunjungi Korea Selatan untuk menghadiri sebuah upacara yang
menandai pengiriman pertama kapal selam buatan Korea Selatan ke Angkatan Laut Indonesia.

Pertemuan tersebut diadakan di sebuah tempat peristirahatan Presiden Korsel di Jinhae, sekitar
410 kilometer tenggara Seoul, di mana Presiden Korea Selatan menghabiskan cuti lima hari.

"Presiden Moon kemudian menegaskan kembali bahwa negaranya akan mengembangkan


hubungannya dengan Indonesia dan negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia
Tenggara lainnya (ASEAN) ke tingkat hubungan dengan empat kekuatan dunia," kata Yoon
dalam sebuah konferensi pers di Seoul. Keempat kekuatan utama tersebut mengacu pada
Amerika Serikat, Jepang, China dan Rusia.

Moon juga menyatakan harapannya bahwa kerja sama pertahanan bilateral antara negaranya dan
Indonesia akan diperluas untuk mencakup pertukaran teknologi dan pelatihan pertahanan,
menurut Yoon.

Presiden Korea Selatan juga menyampaikan salamnya kepada Presiden Joko Widodo, dan
mengungkapkan harapan bisa segera menemui Jokowi untuk diskusi mengenai cara-cara
memperbaiki hubungan persahabatan negara mereka, juru bicara tersebut menambahkan. (ase)

https://www.viva.co.id/berita/dunia/942368-korsel-janji-hubungan-dengan-ri-akan-setara-
negara-kuat
POLITIK

Tahun 2014 hubungan diplomatik Republik Indonesia-Republik Korea menginjak usia yang ke-
41. Hubungan diplomatik kedua negara dibuka pada tahun 1973, sementara hubungan konsuler
dibuka 7 tahun sebelumnya yakni pada 1966. Kedua negara terus berupaya meningkatkan
hubungan dan kerja sama baik bilateral, regional maupun multilateral. Hubungan dan kerja sama
bilateral memasuki babak baru-kemitraan strategis pada 2006 dengan ditandatanganinya "Joint
Declaration on Strategic Partnership to Promote Friendship and Cooperation between Republic
of Indonesia and the Republic of Korea".

Meningkatnya hubungan dan kerja sama bilateral tersebut antara lain didukung oleh sifat
komplementaritas sumber daya dan keunggulan yang dimiliki masing-masing disamping proses
kemajuan ekonomi dan politik kedua negara yang sangat baik yang membuka peluang kerja sama
di berbagai sektor semakin terbuka lebar. Bagi Indonesia, Republik Korea menawarkan peluang
yang baik sebagai sumber modal/investasi, teknologi dan produk-produk teknologi. ROK menjadi
alternatif sumber teknologi khususnya di bidang heavy industry, IT dan telekomunikasi. Di lain
pihak, Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup "robust" dalam dekade terakhir
menawarkan peluang pasar yang sangat besar, sumber alam/mineral, dan tenaga kerja. Menlu Yun
Byung-se saat kunjungannya ke Jakarta, 9 Oktober 2014, memandang Indonesia sebagai mitra
yang sangat penting bagi ROK seperti halnya RRT dan Jepang. Disampaikan bahwa ROK-RI
akan berupaya keras untuk meningkatkan kerjasama multilateral, bilateral, dan regional.

Kedua negara berkepentingan terhadap perdamaian, stabilitas, keamanan kawasan Asia sebagai
prasyarat keberlanjutan proses pembangunan nasional masing-masing. Selain itu juga saling
dukung di berbagai forum-forum baik regional maupun internasional seperti pencalonan-
pencalonan pada organisasi internasional.

Kedekatan hubungan dan kerjasama kedua negara dapat dilihat misalnya dari intensitas saling
kunjung "high dignitaries". Sejumlah kunjungan penting dari Indonesia ke Korea Selatan misalnya
kunjungan Presiden RI ke Busan dalam rangka Commemorative Summit ASEAN-ROK ke-25 dan
Pertemuan Bilateral, 10-12 Desember 2014, kunjungan Presiden RI ke-6 Dr. Susilo Bambang
Yudhoyono dan menerima penghargaan The "The Grand Order of Mugunghwa" yang merupakan
penghargaan tertinggi ROK dari Presiden Park Geun-hye pada 19 November 2014, kunjungan
Bapak Jusuf Kalla Wakil Presiden RI pada 26 s/d 30 Agustus 2015, kunjungan Ibu Megawati
Sukarnoputri Presiden RI ke-5 pada 14-18 October 2015, kunjungan Ketua MPR RI Dr. Zulkifli
Hasan pada 22-24 October 2015 dan kunjungan Wakil Ketua Sementara KPK Bapak Johan Budi
pada 8-11 November 2015.

Sebaliknya, dari Korea Selatan ke Indonesia diantaranya adalah kunjungan Speaker Chung Ui-
hwa ke Jakarta pada 22 Desember 2014, kunjungan Deputy Prime Minister H.E. Hwang Woo-yea
during the Commemoration of the 60th Anniversary of the Asian African Conference and the 10th
Anniversary of the New Asian-African Strategic Partnership (NAASP), AA Summit and
Ministerial Meeting, April 2015, dan Kunjungan Kerja Vice Chairperson Presidential Committee
for Unification Preparation H.E. Chung, Chong-Wook ke Jakarta pada 12 -14 Oktober 2015.
Pada pertemuan bilateral antara Presiden Jokowi dan Presiden Park Geun-hye pada 11 Desember
2014, kedua Pemimpin sepakat antara lain:

 Untuk menghidupkan kembali Joint Commission Meeting (JCM) pada tingkat Menlu
kedua negara dan pertemuan akan dilaksanakan pada tahun 2015. Dengan adanya
mekanisme JCM ini maka lebih mudah bagi kedua negara untuk memantau
perkembangan kerjasama kedua negara dan menindaklanjuti kesepakatan yang disetujui
pada tingkat Leader.

 Untuk meningkatkan kerjasama industri pertahanan, transfer pengetahuan dan teknologi


terkait dengan pembangunan bersama kapal selam dan pesawat tempur yang telah
berjalan saat ini.

 ROK menyatakan komitmennya untuk berpartisipasi dalam pembangunan Kesatuan


Penjaga Pantai dan galangan kapal di Indonesia.

 Kedua Pemimpin menyambut baik penandatanganan Persetujuan Pembentukan Komite


Bersama di bidang e-Government dan reformasi birokrasi.

 Presiden RI mendukung penuh upaya menciptakan perdamaian dan stabilitas pada tingkat
kawasan dan global, termasuk di Semenanjung Korea.

Sebagai tindak lanjut kesepakat Pemimpin kedua negara, kedua negara selanjutnya telah
menyepakati untuk melaksanakan Joint Commission Meeting (JCM) ke-2 di Seoul pada 18
Desember 2015

Hubungan dan kerjasama yang erat juga terlihat di berbagai forum global, regional yang menjadi
kepentingan bersama.

EKONOMI

Presiden Republik Indonesia dan Presiden Republik Korea telah menandatangani the Joint
Declaration on Strategic Partnership to Promote Friendship and Cooperation in the 21st Century
di Jakarta pada tanggal 4-5 Desember 2006. Joint declaration tersebut meliputi 3 pilar kerjasama,
yaitu: kerjasama politik dan keamanan; kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi; serta
kerjasama sosial budaya. Joint declaration tersebut mendorong kedua negara untuk lebih
mempererat persahabatan dan menciptakan kerjasama yang lebih kongkrit. Sejak saat itu, tren
investasi dan perdagangan antara kedua negara terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Untuk mewujudkan pilar kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi, kedua negara setuju
untuk membentuk Indonesia-Korea Joint Task Force on Economic Cooperation (JTF-EC) yang
telah menyelenggarakan pertemuan tahunan sejak tahun 2007. Pada tahun 2011, Indonesia-Korea
JTF-EC direvitalisasi menjadi Working Level Task Force Meeting (WLTFM) yang melakukan
pertemuan dua kali setahun untuk mengakomodasi perkembangan yang signifikan dalam
kerjasama ekonomi kedua negara. Pertemuan pertama WLTFM telah dilaksanakan di Bali pada
tanggal 18-19 Mei 2011.

Untuk memonitor implementasi dari berbagai kesepakatan yang dicapai oleh setiap working
group, kedua negara sepakat untuk mendirikan sekretariat bersama WLTFM di Jakarta. Upacara
peresmian sekretariat bersama dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2012 pada saat pertemuan
ke-3 WLTFM di Jakarta. Anggota dari sekretariat bersama adalah pejabat dari Kementerian
Koordinator bidang Perekonomian RI dan Kementerian Knowledge Economy Republik Korea
sebagai focal point WLTFM untuk masing-masing negara.

Dengan terbinanya hubungan ekonomi yang erat selama bertahun-tahun di antara kedua negara,
masyarakat Korea Selatan telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian
Indonesia. Data menunjukkan bahwa nilai realisasi investasi Korea Selatan di Indonesia terus
meningkat pada tahun 2013. Pada tahun tersebut, nilai investasi dari Korsel mencapai USD 2,2
miliar. Nilai tersebut telah melebihi nilai investasi Korsel pada tahun 2012 dan menempatkan
Korsel sebagai investor terbesar ke-4 setelah Jepang, Singapura dan Amerika Serikat.

Investasi Korsel di Indonesia terutama pada sektor industri elektronik, telekomunikasi,


konstruksi, otomotif, pertambangan, migas, air bersih, perbankkan dan perhotelan. Baru-baru ini,
terdapat investasi yang bernilai miliaran US dolar dari perusahaan-perusahaan besar Korsel
seperti POSCO, Hankook Tire, Lotte Group dan Cheil Jedang Group di Indonesia. Hal tersebut
membuktikan adanya kepercayaan yang tinggi dari para investor Korsel kepada Indonesia.
Keputusan investasi tersebut diikuti bukan hanya oleh perusahaan afiliasi dan perusahaan vendor
dari perusahaan besar Korsel, tetapi juga oleh perusahaan Korsel lainnya.

Setelah mencapai puncaknya pada tahun 2011, volume perdagangan antara kedua negara
mengalami penurunan akibat melemahnya perekonomian global yang dirasakan dampaknya oleh
banyak negara di dunia. Total volume perdagangan antara Indonesia – Korea tahun 2013
sebesar US$ 23 milyar, turun dari tahun 2012 dimana nilai perdagangan mencapai US$ 27,02
milyar. Walaupun tampak ada gejala penurunan pada angka perdagangan bilateral, kedua
pemerintahan tetap melakukan upaya untuk meningkatkan volume perdagangan bilateral dan
telah menargetkan bahwa nilai perdagangan kedua negara akan mencapai US$50 milyar pada
tahun 2015 dan US$100 milyar pada tahun 2020.

Pencapaian target ini didukung oleh rencana kedua negara untuk membentuk Comprehensive
Economic Partnership Agreement (CEPA) untuk melengkapi perjanjian ASEAN-ROK Free
Trade Area (FTA) yang telah ada sebelumnya. Sebuah kelompok studi untuk menilai kelayakan
CEPA telah dibentuk pada saat kunjungan Menteri Koordinator bidang Perekonomian RI ke
Seoul pada bulan Februari 2011. Setelah beberapa kali pertemuan kelompok studi, laporan akhir
kelompok studi tersebut disahkan pada pertemuan pertama WLTFM di Seoul bulan Oktober
2011. Rangkaian seminar telah dilaksanakan di masing-masing negara pada akhir tahun 2011
sampai dengan awal tahun 2012 untuk mensosialisasikan hasil studi kelayakan kelompok studi
kepada masing-masing pemangku kepentingan nasional.

Di sela-sela Nuclear Security Summit di Seoul pada bulan Maret 2012, kedua Pemimpin negara
melakukan pertemuan bilateral dan sepakat untuk memulai perundingan Indonesia-Korea CEPA
(IK-CEPA). Perundingan pertama IK-CEPA dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2012 di Jakarta
untuk membahas Term of Reference negosiasi IK-CEPA dan cakupan IK-CEPA, yaitu: Trade in
Goods, Rules of Origin, Custom, Trade Facilitation, Investment, Intellectual Property Rights,
Sustainable Development and Competition. Isu Trade Remedies and Cooperation masih
merupakan isu pending yang akan didiskusikan pada negosiasi berikutnya. Sebagai tindaklajut,
negosiasi kedua IK-CEPA telah dilaksanakan pada bulan Desember 2012.

Negosiasi IK-CEPA merupakan awal babak baru dari hubungan bilateral Indonesia dan Korea.
Menurut laporan kelompok studi, kedua negara akan menikmati keuntungan dari IK-CEPA,
dimana Indonesia akan menikmati manfaat ekonomi sebesar USD 10,6 miliar dan peningkatan
PDB sebesar 4,37%. Sementara itu, Korsel akan mendapatkan manfaat ekonomi sebesar USD
1,5 miliar dan peningkatan PDB sebesar 0,13%.

Perundingan Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IKCEPA)


putaran Ketujuh telah terlaksana di Seoul, Korea, pada tanggal 21-28 Februari 2014. Putaran ini
sebagai lanjutan dari putaran keenam IKCEPA yang diadakan di Bali pada tanggal 4-8 Nopember
2013.

Pada tanggal 29-30 September 2014 di Seoul, telah diadakan pertemuan ke-5 Indonesia-Korea
Working Level Task Force (WLTF) on Economic Cooperation yang dipimpin bersama oleh
Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian RI dan Deputy Minister for Trade, Ministry of Trade, Industry and Energy Korea.
Pertemuan ke-5 WLTF didahului oleh pertemuan enam Working Group terdiri dari WG on Trade
and Investment; WG on Industrial Cooperation, WG on Construction and Infrastructure, WG on
Environment Cooperation, WG on Agriculture, Forestry and Fisheries dan WG on Policy
Support and Financing dan 3 Working Group yang telah bertemu pada bulan Juni dan awal
September 2014 yaitu WG on Energy and Mineral Resorces, WG on Defense Industry, dan WG
on Green Car.
Dalam pertemuan ke-5 WLTF tersebut, kedua pihak telah membahas berbagai proyek yang
sedang berlangsung maupun proyek-proyek baru yang akan dikerjasamakan. Kedua pihak
sepakat untuk mengakselerasi kerjasama bilateral dengan memprioritaskan 10 proyek utama
yaitu Kerjasama Kawasan Ekonomi Khusus, Kerjasama Industri Perkapalan, Agro-based Multi-
Industry Cluster (MIC), kerjasama mesin-mesin pertanian, Jakarta Giant Sea Wall, Pekanbaru
City Water Suppy, Restorasi Kali Ciliwung di Jakarta, Restorasi Sungai Citarum, Karian Water
Conveyance dan Coal-fired Steam Power Plant.

Pertemuan ke-5 Plenary WLTF juga sepakat untuk memperpanjang TOR pembentukan Joint
Secretariat yang akan segera berakhir sehingga Joint Sekretariat yang telah berjalan sejak bulan
Februari tahun 2012 tersebut dapat terus berjalan untuk menjembatani berbagai kerjasama antara
kedua negara. Pertemuan sepakat untuk melaporkan hasil pertemuan WLTF ini pada pertemuan
tingkat Menteri antara kedua negara yang akan diadakan di Indonesia pada tahun 2015.

SOSIAL BUDAYA

Di sektor sosial budaya terdapat sejumlah program saling kunjung antara kelompok seni budaya
kedua negara. Korsel sangat aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan promosi budaya
internasional di berbagai kota di Korea dan kesempatan ini telah dimanfaatkan oleh sejumlah
kelompok seni tari dan budayawan Indonesia untuk berpromosi di negeri ginseng ini. Beberapa
ajang promosi budaya yang cukup besar di Korsel adalah Korea Travel Fair, Hi Seoul, Busan
Travel Fair, Busan Film Festival dan lainnya.

Indonesia telah meratifikasi perjanjian kerjasama kedua negara di bidang budaya yang
ditandatangani tahun 2000. MOU di bidang pariwisata juga telah disepakati oleh kedua negara
tahun 2006. Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tersebut, bulan Mei 2008 telah diadakan
Pertemuan Komite Budaya Indonesia Korsel di Yogyakarta.

Di bidang pendidikan, Indonesia dan Korsel telah menandatangani MOU di bidang pendidikan
dalam kunjungan Presiden Lee Myung Bak ke Jakarta tahun 2009. Bentuk kerjasama dalam
MOU tersebut adalah proyek penelitian bersama, pertukaran pengajar, pelajar, peneliti dan ahli
lainnya, pertukaran informasi, pertemuan berkala, konperensi, seminar, pameran, pertukaran
bahan-bahan yang diperlukan, pendirian pusat riset bersama, pendidikan, pelatihan dan bentuk
kerjasama pendidikan lainnya.

Terakhir Indonesia dan Korsel juga telah menandatangani MOU kerjasama di bidang industri
kreatif pada kunjungan presiden Park Geun Hye ke Jakarta tahun 2013. MOU tersebut adalah
untuk meningkatkan kerjasama di bidang industri kreatif. Setelah MOU tersebut di tandatangani
diharapkan kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Korea Selatan dapat lebih meningkat lagi
terutama di bidang seni, kerajinan, musik, film, dan video games.

Jumlah mahasiswa dan pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di Korsel terus meningkat setiap
tahun. Tahun 2004 jumlah mahasiswa Indonesia di Korsel hanya sekitar 70 orang meningkat
menjadi 1200 siswa sampai bulan November 2014.

Jumlah mahasiswa Korsel yang belajar di Indonesia juga terus bertambah setiap tahun, tersebar
di berbagai perguruan tinggi diseluruh Indonesia. Mahasiswa Korsel yang belajar di Indonesia
melalui program Darmasiswa yang disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
juga terus meningkat. Selain itu terdapat program pendidikan singkat dari Kementeri Luar Negeri
yaitu Beasiswa Budaya Indonesia yang bertujuan lebih mengenalkan seni budaya Indonesia
kepada generasi muda Korsel. Minat mahasiswa Korsel untuk mempelajari bahasa Indonesia
juga meningkat terlihat dari banyaknya pendaftar untuk mengikuti program pendidikan bahasa
Indonesia di BIPA Universitas Indonesia.

Potensi pariwisata Korsel sangat tinggi. Menurut data Korea Tourism Organization jumlah orang
Korsel yang berwisata ke luar negeri setiap tahunnya lebih dari 14 juta orang (tahun 2014).
Tingginya tingkat kemakmuran dengan pendapatan percapita lebih dari US$ 33.100 berdasarkan
purchasing power parity yang di keluarkan oleh IMF, menyebabkan kebutuhan untuk berwisata
ke luar negeri tidak lagi kebutuhan sekunder tapi merupakan kegiatan yang dipersiapkan setiap
tahun. Jumlah wisatawan Korsel ke Indonesia terus mengalami peningkatan dalam lima tahun
terakhir, walaupun sedikit berfluktuasi akibat sejumlah peristiwa di dalam negeri Indonesia
antara isu terorisme, bencana alam dan wabah penyakit flu burung. Data terakhir tahun 2014
jumlah wisatawan Korsel yang berkunjung ke Indonesia sebanyak 328.122 orang, keenam
terbesar setelah wisatawan Singapura, Malaysia, Australia, Tiongkok dan Jepang.

Pada tahun 2013 lalu Indonesia dan Korsel merayakan 40 tahun hubungan diplomatik. Acara
puncak dari perayaan itu adalah Gala Dinner yang diadakan di hotel Lotte Seoul pada tanggal 25
September 2013. Gala Dinner ini dihadiri oleh lebih dari 400 undangan dari berbagai kalangan
setempat termasuk Menteri Perdagangan dan Industri Korsel. Menko Perekonomian RI Hatta
Rajasa hadir dalam Gala Dinner usai mengikuti pertemuan CEPA hari sebelumnya. Menko
didampingi oleh Menteri Perindustrian MS Hidayat dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan
serta Agus Yudhoyono menjadi tamu kehormatan dalam Gala Dinner tersebut. Batik fashion
show oleh Alleira dengan menampilkan Anissa Pohan sebagai model utama merupakan salah
satu acara gala dinner. Artis Indonesia lainnya yang tampil malam itu adalah Angels Percussion
dan kelompok angklung Daeng Udjo. Selain itu ada artis Korsel yaitu Eru yang tampil bersama
Atiqah Hasiholan dan Taejina yang menyanyikan sejumlah lagu. Acara ini merupakan salah satu
bentuk soft power diplomacy yang di selenggarakan KBRI Seoul dalam rangka mempromosikan
dan memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat Korea Selatan.

Masih dalam rangkaian peringatan 40 tahun hubungan diplomatik RI-Korea, pada tanggal 26
September 2013, Menko Perekonomian meresmikan pembukaan Festival Film Indonesia di
bioskop CGV Seoul. Dalam festival film yang pertama kali diadakan di Korsel, sebanyak 9 film
Indonesia diputar selama 10 hari di bioskop CGV di kota Seoul dan Ansan. Ini adalah terobosan
baru dalam mempromosikan film Indonesia di negerinya K-Pop.

Pada tahun 2013 untuk melakukan branding, positioning dan memperkenalkan Indonesia kepada
masyarakat Korea Selatan, Duta Besar RI Seoul menyadari bahwa melalui celebriti-celebriti
Korea Selatan merupakan media yang paling baik dan efektif karena otomatis akan di siarkan
oleh banyak media masa bahkan oleh televisi Korea Selatan. Olah karenanya pada bulan Juni
2013, KBRI Seoul mengangkat seorang artis terkenal Korsel, Lee Beum Soo dan istrinya Lee
Yoon Jin menjadi Ambassador of Goodwill Indonesia yang tugasnya antara lain membantu
memperkenalkan dan mempromosikan Indonesia kepada masyarakat Korsel. Pada saat acara
pengangkatan Lee Beum Soo tersebut diberitakan oleh berbagai media cetak dan televisi Korea
Selatan. Peristiwa ini juga dilakukan karena KBRI melihat bahwa Negara ini mempunyai potensi
bagus untuk menjadi lahan promosi budaya Indonesia. Pendapatan perkapita yang cukup tinggi
dengan predikat sebagai Negara maju membuat masyarakat Korsel mempunyai keingintahuan
yang besar terhadap budaya asing.

Selanjutnya pada bulan Januari 2014, untuk lebih mempromosikan dan memperkenalkan
Indonesia dikalangan masyarakat Korsel, KBRI Seoul mengangkat Tae Jin A seorang artis terkenal
sebagai Spesial Friend of Indonesia. Pada acara pemberian plakat penghargaan tersebut juga
ditayangkan lebih dari 10 media cetak dan televisi di Korsel. Sebagai Spesial Friend of Indonesia,
Tae Jin A berkenan menjadi media promosi bersama anaknya Eru yang juga merupakan penyanyi
muda cukup terkenal di Korsel dan Indonesia. Salah satunya ialah memasang photo keduanya di
depan Kantor KBRI Seoul dengan tanpa biaya.

Lalu pada bulan Agustus 2014, KBRI Seoul juga memberikan penghargaan Special Friend of
Indonesia kepada putra Tae Jin A yang merupakan penyanyi Korea Selatan terkenal Eru karena
telah banyak berperan dalam mempromosikan dan mempererat hubungan antara Indonesia dan
Korea melalui pertukaran kebudayaan.

Selama tahun 2014 -2015 dalam rangka mempromosikan Indonesia kepada masyarakat Korea
Selatan, selain kegiatan-kegiatan promosi rutin ada beberapa kegiatan besar yang dilakukan KBRI
Seoul antara lain Open House Seoul yang bekerjasama dengan pemda kota Seoul pada bulan
Agustus 2014, Indonesia Food Festival yang bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi kreatif pada bulan Oktober 2014, Pameran lukisan dari salah satu pelukis ternama Asia
Tenggara asal Indonesia, Christine Ay Tjoe pada April 2015, Mengikuti Bazaar Hi Seoul
pada Mei 2015, Pameran Promosi Pariwisata pada event Embassy Day in Seoul 2015 pada Juni
2015, Pameran Batik Indonesia di Museum Kyungwoon bekerja sama dengan salah satu pencinta
batik Indonesia asal Korea Selatan Mrs. Jung Okji pada 21 Oktober 2015.

Selain pertunjukan seni budaya dalam rangka mempromosikan Indonesia kepada masyarakat
Korea Selatan, pada tahun 2014, Duta Besar RI juga memberikan kuliah umum mengenai
Indonesia dibeberapa universitas terkemuka di Korea Selatan, yaitu antara lain di Kyung Hee
University, Sookmyung Woman's University, Kyungsung University, Seoul National University
(SNU) dan Korea Institute of Science and Technology (KIST).

Selanjutnya pada tahun 2015, Bapak Duta Besar juga melakukan ceramah dan presentasi di depan
kalangan akademisi dan mahasiswa yaitu pada Maret 2015, pada kelas eksekutif dari Universitas
Yonsei, dimana sebagian besr dari pesertanya adalah para CEO perusahaan-perusahaan di Korea.
Pada bulan Juni 2015, Duta Besar RI kembali menyampaikan ceramah di depan kalangan
akademisi dari Universitas Yonsei. Pada setiap kuliah umum yang dilakukan selalu dipadati oleh
dosen dan mahasiswa Korea yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Indonesia.

Selain acara diatas, KBRI Seoul juga mengadakan beberapa acara promosi budaya dengan
bekerjasama dengan masyarakat Indonesia antara lain seperti acara One Indonesia Day bulan
Agustus 2014 yang dihadiri oleh 5000 masyarakat Indonesia di Korea Selatan dan diperkirakan
ada sekitar 1000 pengunjung warga Korea datang pada kegiatan tersebut, Indonesian Week di
Kyunghee University bulan Juni 2014 yang diperkirakan dikunjungi oleh sekitar 500 pengunjung
dan Indonesian Week pada bulan November 2014 di Seoul National University yang dikunjungi
oleh lebih dari 1000 pengunjung. Selanjutnya pada tahun 2015 juga diadakan beberapa acara
kebudayaan yang cukup besar seperti Khamsahamnida Korea bekerja sama dengan Perpika
pada Mei 2015 dan Kegiatan Pentas kebersamaan Satu Negeri yang dihadiri juga oleh Ka MPR
pada Oktober 2015.

KETENAGA-KERJAAN

Korea Selatan sebagai negara industri memerlukan berbagai sumber daya, tidak hanya sumber
daya alam yang sebagian diimpor karena sangat sedikitnya sumber daya alam Korsel, negara ini
juga mendatangkan tenaga kerja asing untuk menjalankan mesin-mesin industrinya. Disamping
kurangnya angkatan kerja yang tersedia, masyarakat Korsel yang sudah mempunyai tingkat
kemakmuran yang tinggi umumnya kurang berminat untuk bekerja di sektor industri terutama
bagian pekerjaan yang berkategori dangerous, dirty dan difficult (3D). Untuk memenuhi
kebutuhan sektor industri yang sebagian besar adalah usaha kecil dan menengah maka dibukalah
pintu masuk bagi tenaga kerja asing. Sampai saat ini terdapat 15 negara termasuk Indonesia yang
mengirimkan tenaga kerjanya ke negeri ginseng ini.
Indonesia mulai mengirim TKI ke Korsel sejak tahun 1994 melalui mekanisme yang disebut
Industrial Trainee Program. Disebut sebagai trainee karena waktu itu undang-undang
ketenagakerjaan Korsel belum membolehkan tenaga kerja asing bekerja di Korsel. Baru tahun
2004 Korsel menerima secara resmi kehadiran tenaga kerja asing melalui skema EPS =
Employment Permit System. Indonesia menandatangani MOU EPS dengan pihak Korsel 13 Juli
2004 untuk pengiriman TKI dengan format G to G. MOU ini sudah diperpanjang dua kali yaitu
tahun 2008 dan 2012. Dibawah MOU ini, pengiriman dan penerimaanTKI dilakukan pemerintah
Indonesia (BNP2 TKI) dan pemerintah Korsel (HRDK) sehingga tidak ada keterlibatan Pengerah
Jasa TKI dalam pengiriman TKI ke Korsel sejak skema EPS yang G to G dijalankan.

Sampai akhir 2015 terdapat sekitar 40 ribu tenaga kerja Indonesia di Korsel. Kurangnya
ketersediaan tenaga kerja lokal untuk jenis pekerjaan industri kecil menjadi peluang yang
potensial bagi tenaga kerja asing. Korsel sedikitnya membutuhkan 100 ribua tenaga kerja asing
setiap tahun. Setiap negara tidak dapat menyuplai tenaga kerja sebanyak-banyaknya ke Korsel
karena adanya kuota bagi setiap negara yang ditetapkan oleh pemerintah Korsel. Indonesia
mempunyai kuota sebesar 9000 orang setiap tahun.

Sebaliknya, saat ini terdapat sekitar 50 ribu warga negara Korsel di Indonesia dengan sekitar
2.500 perusahaan untuk segala ukuran. Saat ini warga Korea Selatan merupakan warga asing
terbanyak di Indonesia. Dalam tiga tahun terakhir, investasi Korsel di Indonesia meningkat pesat
sehingga kini Korsel investor ketiga terbesar setelah Singapura dan Jepang.

https://www.kemlu.go.id/seoul/id/Pages/HUBUNGAN-BILATERAL.aspx

Anda mungkin juga menyukai