102015107
Abstrak
Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari dan telapak kaki.
Keadaan lembab dan hangat pada sela jari kaki karena bersepatu dan berkaos kaki disertai daerah
tropis yang lembab mengakibatkan pertumbuhan jamur makin subur. Penyebab utama dari tinea pedis
adalah Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, dan Epidermophyton floccosum.
Gambaran klinis dari tinea pedis dapat dibedakan berdasarkan tipe: Interdigitalis, Moccasin
foot (plantar), Lesi Vesikobulosa, Tipe Ulseratif. Diagnosis banding dari tinea perdis antara lain
Candidiasis intertriginosa, Intertrigo (Dermatitis Intergenosa).
Abstract
Tinea pedis is a dermatophyte infection of the feet, especially on the toes and soles of the feet. When
moist and warm on the toes for shoes and foot wear an undershirt with the humid tropics lead to
fungal growth more fertile. The main cause of tinea pedis are Trichophyton rubrum, Trichophyton
mentagrophytes, and Epidermophyton floccosum. Clinical features of tinea pedis can be distinguished
by type: Interdigitalis, Moccasin foot (plantar), lesions Vesikobulosa, Ulcerative mode. The
differential diagnosis of tinea pedis among others Candidiasis intertriginous, Intertrigo (Dermatitis
Intergenosa).
1|Page
Pendahuluan
Skenario seorang perempuan berusia 21 tahun, pekerjaan tukang cuci baju, datang ke
puskesmas dengan keluhan gatal pada sela-sela jari kaki kanan dan kiri, sejak 2 bulan yang
lalu. Pada pemeriksaan dermatologis, tampak fisura-fisura pada sela-sela jari kaki, dan
tampak maserasi.
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita. Dermatofitosis dibagi oleh beberapa penulis, misalnya SIMONS dan GOHAR
manusia yang terserang. Pembagian yang lebih praktis dan dianut oleh para spesialis kulit
adalah yang berdasarkan lokasi. Terdapat bentuk-bentuk tinea kapitis, tinea barbae, tinea
kruis, tinea pedis, tinea unguium, tinea korporis.1 Dalam makalah ini akan dibahas tinea
pedis, yang merupakan dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak
kaki.
. Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis adalah komunikasi dua arah yang dilakukan dokter dengan pasien atau
dengan keluarga pasien untuk mengetahui keluhan riwayat penyakit pasien sekarang, riwayat
penyakit dahulu dan riwayat penyakit dalam keluarganya. Hal ini penting diketahui agar lebih
Identitas pasien seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
2|Page
Keluhan
Keluhan utama, yaitu keluhan yang menyebabkan penderita datang berobat. Pada
kasus ini keluhan utama adalah gatal pada sela-sela jari kaki sejak 2 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit
Kapan gejala timbul dan apakah munculnya mendadak atau bertahap. Karakter, lama,
frekuensi, dan beratnya gejala. Waktu timbulnya gejala seperti pada pagi, siang, atau
malam hari.
Pemeriksaan Fisik
Tinea ini sering diketemukan pruritus dalam berbagai derajat, nyeri, deskuamasi epitel
putih dan sedikit eksudat. Nilai dari pengobatan dan pengenalan ini sebaian terletak pada
pengembalian integritas sawar epitel dan dengan demikian mencegah masuknya bakteri
Tinea Pedis
penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk atau stratum korneum pada lapisan
epidermis di kulit, rambut dan kuku yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita.
Dermatomikosis merupakan arti umum, yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit.1-3
Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari dan
telapak kaki sedangkan yang terdapat pada bagian dorsal pedis dianggap sebagai
tinea korporis. Keadaan lembab dan hangat pada sela jari kaki karena bersepatu dan berkaos
kaki disertai daerah tropis yang lembab mengakibatkan pertumbuhan jamur makin subur.
Efek ini lebih nyata pada sela jari kaki keempat dan kelima, dan lokasi ini paling sering
terkena. Kenyataaannya, tinea pedis jarang ditemukan pada populasi yang tidak
menggunakan sepatu. Sinonim dari tinea pedis adalah foot ringworm, athlete foot,
foot mycosis.2,3
3|Page
Epidemiologi
Tinea pedis adalah dermatofitosis yang paling umum. Prevalensi pada laki-laki lebih
tinggi dari pada perempuan. Insidens meningkat sesuai dengan meningkatnya usia, dan
umumnya terjadi pasca pubertas. Tinea pedis terdapat di seluruh dunia sebagai dermatofitosis
yang paling sering terjadi. Meningkatnya insidensi tinea pedis mulai pada akhir abad ke-19
prevalensi tinea pedis secara nyata diketahui karena pasien tidak mencari nasihat medis
kecuali kualitas hidup mereka dipengaruhi, karena ini bukan penyakit yang
mengancam jiwa. Diperkirakan 10% dari jumlah penduduk di banyak negara menderita
penyakit ini. Frekuensi tinea pedis di Eropa dan Amerika Utara berkisar 15-30% dan pada
beberapa masyarakat tertentu lebih tinggi, misalnya buruh tambang (sampai 70%) dan atlit.
Tinea pedis lazim ditemukan pada daerah beriklim tropis dan sedang.3
Tinea pedis lebih sering terjadi pada usia dewasa daripada anak remaja terutama pada
laki-laki dan jarang pada perempuan dan anak-anak. Kemungkinan infeksi berkaitan dengan
paparan ulangan dermatofita sehingga orang yang menggunakan fasilitas mandi umum
Etiologi
Tinea pedis merupakan salah satu penyakit dermatofitosis yang artinya penyakit pada
jaringan yang mengandung zat tanduk misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan
kuku yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. Berdasarkan sifat morfologi,
Microsporum. Dari ketiga genus tersebut diketahui sekitar 20 spesies penyebab yang tersebar
4|Page
Penyebab utama dari tinea pedis adalah Trichophyton rubrum, Trichophyton
mentagrophytes, dan Epidermophyton floccosum. Hifa T.rubrum halus. Jamur ini membentuk
banyak mikronidia. Mikronidianya kecil, berdinding tipis dan berbentuk lonjong. Mikronidia
ini terletak pada konidiofora yang pendek dan tersusun secara satu per satu pada sisi hifa (en
thyrse). Makronidia T.rubrum berbentuk seperti pensil dan terdiri atas beberapa sel.4,10
tebal dan terdiri atas 2-4 sel. Beberapa makronidia ini tersusun pada satu konidiofora.
Gambar 2. E.floccosum8
Pada T.mentagrophytes, mikronidia berbentuk bulat dan jamur ini banyak membentuk
5|Page
Gambar 3. T.mentagrophyte8
Patogenesis
Jamur superfisial harus menghadapi beberapa kendala saat menginvasi jaringan keratin.
Jamur harus tahan terhadap efek sinarultraviolet, variasi suhu dan kelembaban, persaingan
dengan flora normal, asam lemak fungistatik dan sphingosines yang diproduksi oleh
keratinosit. Setelah proses adheren, spora harus tumbuh dan menembus stratum korneum
dengan kecepatan lebih cepat daripada proses-proses deskuamasi. Proses penetrasi ini
dilakukan melalui sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang juga memberikan
nutrisi. Trauma dan maserasi juga membantu terjadinya penetrasi. Mekanisme pertahanan
baru muncul setelah lapisan epidermis yang lebih dalam telah dicapai, termasuk kompetisi
dengan zat besi oleh transferin tidak tersaturasi dan juga penghambatan pertumbuhan jamur
oleh progesteron. Di tingkat ini, derajat peradangan sangat tergantung pada aktivasi sistem
Keadaan basah dan hangat dalam sepatu memainkan peran penting dalam pertumbuhan
jamur. Selain itu hiperhidrosis, akrosianosis dan maserasi sela jari merupakan faktor
predisposisi timbulnya infeksi jamur pada kulit. Sekitar 60-80% dari seluruh penderita
dengan gangguan sirkulasi (arteri dan vena) kronik akibat onikomikosis dan/atau tinea pedis.
Jamur penyebab ada di mana-mana dan sporanya tetap patogenik selama berbulan-bulan
6|Page
di lingkungan sekitar manusia seperti sepatu, kolam renang, gedung olahraga, kamar mandi
dan karpet. 5
dermatofita sela jari. Keadaan basah tersebut menunjang pertumbuhan jamur dan merusak
stratum korneum pada saat yang bersamaan. Peningkatan flora bakteri secara serentak
mungkin dan bisa juga memainkan peran. Terdapat bukti tambahan bahwa selama beberapa
episode simtomatik pada tinea pedis kronik, bakteri seperti coryneform bisa berperan sebagai
ko-patogenesis penting, tetapi apakah bakteri tersebut membantu memulai infeksi baru masih
belum diketahui.5,7
Gambaran Klinis
Interdigitalis
Bentuk ini adalah yang tersering terjadi pada pasien tinea pedis. Di antara jari IV dan
V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari
(subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka
sering terdapat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian
kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah
diserang oleh jamur. Jika perspirasi berlebihan (memakai sepatu karet/boot, mobil yang
terlalu panas) maka inflamasi akut akan terjadi sehingga pasien terasa sangat gatal. Bentuk
klinis ini dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan sama
sekali. Kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis,
7|Page
Gambar 4. Tinea pedis tipe interdigiti
(sumber: www.medicapicture.com)
Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit
menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi
lesi. Dibagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel. 1 Bila
terjadi hyperkeratosis hebat dapat terjadi fisura yang dalam pada bagian lateral
telapak kaki1,9
(sumber: http://tipsdokterumum.com/2012/05/tinea-pedis.html)
Lesi Vesikobulosa
mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Isi
vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel tersebut
8|Page
Gambar 6. Tinea pedis; vesikel yang meluas ke punggung kaki
(sumber:www.medicapicture.com)
Tipe Ulseratif
Tipe ini merupakan penyebaran dari tipe interdigiti yang meluas ke dermis akibat
maserasi dan infeksi sekunder (bakteri); ulkus dan erosi pada sela-sela jari; dapat dilihat pada
(sumber:www.medicpicture.com)
Pemeriksaan penunjang
9|Page
Pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH) pada kerokan sisik kulit akan terlihat hifa
digunakan untuk mengencerkan jaringan epitel sehingga hifa akan jelas kelihatan di
bawah mikroskop. Kulit dari bagian tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit di
luar kelainan sisik kulit dikerok dengan pisau tumpul steril dan diletakkan di atas
gelas kaca, kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH dan ditunggu selama 15-20
pedis tipe vesikobulosa, kerokan diambil pada atap bula untuk mendeteksi hifa.2
Kultur jamur dapat dilakukan untuk menyokong pemeriksaan dan menentukan sepsis
jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanam bahan klinis pada media
buatan. Yang dianggap paling baik adalah medium agar dekstrosa Sabouraud. Media
10 | P a g e
Gambar 9. Trichophyton rubrum; koloni Downy
Sumber: http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/pemeriksaan-untuk-penyakit/
Pemeriksaan lampu Wood pada tinea pedis umumnya tidak terlalu bermakna karena
banyak dermatofita tidak menunjukkan fluoresensi kecuali pada tinea kapitis yang
disebabkan oleh Microsporum sp. Pemeriksaan ini dilakukan sebelum kulit di daerah
Diagnosis
Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki, terutama sela-sela jari dan telapak kaki.
Penyakit ini sering menyerang orang dewasa yang banyak bekerja ditempat basah seperti
tukang cuci, pekerja di sawah, atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang
tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai
dengan rasa gatal yang hebat dan rasa nyeri bila ada infeksi sekunder.1
Diagnosis Banding
11 | P a g e
Candidiasis intertriginosa
Kadidiasis intergrinosa menimbulkan lesi-lesi yang timbul biasanya pada daerah-daerah
lipatan kulit, seperti ketiak, bawah payudara, lipatan paha, intergluteal, antara jari-jari tangan
Lesi-lesi tersebut sering dikelilingi oleh lesi-lesi satelit berupa vesikel-vesikel dan pustula
milier, yang bila memecah meninggalkan daerah-daerah yang erosi dan selanjutnya dapat
berkembang menyerupai lesi-lesi primernya. Kelainan pada sela-sela jari sering ditemukan
pada orang yang banyak berhubungan dengan air, seperti tukang cuci baju atau petani di
Kadidiasis pada kaki dan sela-sela jari ini sering dikenal dengan nama kutu air. Kulit di
sela-sela jari menjadi lunak, terjadi maserasi dan dapat mengelupas menyerupai kepala susu.
Faktor predisposisi pada kadidiasis adalah orang yang menderita diabetes melitus,
Intertrigo merupakan kelainan radang kulit di daerah lipatan, seperti lipatan tubuh
akibat banyak berkeringat, kegemukan, dan gesekan kulit. Bisa terjadi sejak usia bayi sampai
usia tua. Gejalanya berupa bercak kemerahan dan sembab di lipatan kulit, leher, ketiak,
lipatan payudara dan lipatan bokong/pantat. Dalam keadaan ini mudah sekali terjadi infeksi
Penatalaksanaan
Imidazol Topikal. Efektif untuk semua jenis tinea pedis tetapi lebih cocok pada
pengobatan tinea pedis interdigitalis karena efektif pada dermatofit dan kandida.11
Klotrimazole 1 %. Antifungal yang berspektrum luas dengan menghambat
pertumbuhan bentuk yeast jamur. Obat dioleskan dua kali sehari dan diberikan sampai
12 | P a g e
waktu 2-4 minggu. Efek samping obat ini dapat terjadi rasa terbakar, eritema, edema
dan gatal.
Mikonazol krim, bekerja merusak membran sel jamur dengan menghambat biosintesis
nutrisi jamur hingga berakibat pada kematian sel jamur. Lotion 2 % bekerja pada
dermatofitosis tapi tidak efektif terhadap kandida. Digunakan secara lokal 2-3 kali sehari.
Rasa gatal akan hilang dalam 24-72 jam. Lesi interdigital oleh jamur yang rentan dapat
sembuh antara 7-21 hari. Pada lesi dengan hiperkeratosis, tolnaftat sebaiknya diberikan
antidermatofit, antibakteri dan antijamur sehingga dapat digunakan dalam berbagai jenis
jamur.12
Sikolopiroksolamin. Pengunaan kliniknya untuk dermatofitosis, kandidiasis dan tinea
lesi 2 kali sehari. Reaksi iritatif dapat terjadi walaupun jarang terjadi.
Alilamin Topikal. Efektif terhadap berbagai jenis jamur. Obat ini juga berguna pada tinea
dengan terbinafine 10% dalam mengobati tine pedis namun dalam dosis yang lebih
13 | P a g e
Asam benzoat dan asam salisilat. Kombinasi asam benzoat dan asam salisilat dalam
keratolitik. Asam benzoat hanya bersifat fungistatik maka penyembuhan baru tercapai
setelah lapisan tanduk yang menderita infeksi terkelupas seluruhnya. Dapat terjadi
iritasi ringan pada tempat pemakaian, juga ada keluhan yang kurang menyenangkan
dalam dosis tinggi dan pemakaian yang lama dapat memberikan efek fungisidal. Obat
ini tersedia dalam bentuk salep campuran yang mengangung 5 % undesilenat dan
kekuningan, sukar larut dalam air tetapi larut dalam alkohol. Haloprogin tersedia
Pemberian antifungal oral dilakukan setelah pengobatan topikal gagal dilakukan. Secara
umum, dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi dengan pemberian beberapa obat
partikel utuh dapat diberikan dengan dosis 0,5 – 1 g untuk orang dewasa dan 0,25 - 0,5 g
untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/kg BB. Lama pengobatan bergantung pada lokasi
penyakit, penyebab penyakit, dan imunitas penderita. Setelah sembuh klinis dilanjutkan 2
minggu agar tidak residif. Dosis harian yang dianjurkan dibagi menjadi 4 kali sehari. Di
dalam klinik cara pemberian dengan dosis tunggal harian memberi hasil yang cukup baik
penyembuhan klinis. Efek samping dari griseofulvin jarang dijumpai, yang merupakan
keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15 % penderita. Efek samping yang lain
14 | P a g e
dapat berupa gangguan traktus digestivus yaitu nausea, vomitus dan diare. Obat tersebut
yang bersifat fungistatik. Kasus-kasus yang resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan
obat tersebut sebanyak 200 mg per hari selama 10 hari – 2 minggu pada pagi hari setelah
pengganti ketokonazole yang bersifat hepatotoksik terutama bila diberikan lebih dari
mengahambat sitokorm P-45 yang dibutuhkan dalam sintesis ergosterol yang merupakan
komponen penting dalam sela membran jamur. Pemberian obat tersebut untuk penyakit
kulit dan selaput lendir oleh penyakit jamur biasanya cukup 2 x 100-200 mg sehari dalam
selaput kapsul selama 3 hari. Interaksi dengan obat lain seperti antasida (dapat
pengganti griseofulvin selama 2-3 minggu, dosisnya 62,5 mg – 250 mg sehari bergantung
lambung, diare dan konstipasi yang umumnya ringan. Efek samping lainnya dapat berupa
gangguan pengecapan dengan presentasinya yang kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian
atau seluruhnya setelah beberapa minggu makan obat dan bersifat sementara. Sefalgia
ringan dapat pula terjadi. Gangguan fungsi hepar dilaporkan pada 3,3 % - 7 % kasus.(1)
Terbinafin baik digunakan pada pasien tinea pedis tipe moccasion yang sifatnya kronik.
15 | P a g e
Pada suatu penelitian ternyata ditemukan bahwa pengobatan tinea pedis dengan
Menggunakan obat secara teratur, segera keringkan kaki yang basah, dan istirahat.12
Pencegahan1,6
Komplikasi
Selulitis.
Selulitis dapat terjadi pada daerah ektermitas bawah. Selulitis merupakan infeksi bakteri
pada daerah subkutaneus pada kulit sebagai akibat dari infeksi sekunder pada luka. Faktor
predisposisi selulitis adalah trauma, ulserasi dan penyakit pembuluh darah perifer. Dalam
keadaan lembab, kulit akan mudah terjadi maserasi dan fissura, akibatnya pertahanan
kulit menjadi menurun dan menjadi tempat masuknya bakteri pathogen seperti β-
pneumoniae, dan basil gram negatif. Apabila telah terjadi selulitis maka diindikasikan
pemberian antibiotik. Jika terjadi gejala yang sifatnya sistemik seperti demam dan
menggigil, maka digunakan antibiotik secara intravena. Antibiotik yang dapat digunakan
Tinea Ungium.
Tinea ungium merupakan infeksi jamur yang menyerang kuku dan biasanya
dihubungkan dengan tinea pedis. Seperti infeksi pada tinea pedis, T. rubrum merupakan
16 | P a g e
jamur penyebab tinea ungium. Kuku biasanya tampak menebal, pecah-pecah, dan tidak
Dermatofid.
imunologik sekunder tinea pedis dan juga penyakit tinea lainnya. Hal ini dapat
menyebabkan vesikel atau erupsi pustular di daerah infeksi sekitar palmaris dan jari-
jari tangan. Reaksi dermatofid bisa saja timbul asimptomatis dari infeksi tinea pedis.
Reaksi ini akan berkurang setelah penggunaan terapi antifungal. Komplikasi ini
biasanya terkena pada pasien dengan edema kronik, imunosupresi, hemiplegia dan
paraplegia, dan juga diabetes. Tanpa perawatan profilaksis penyakit ini dapat kambuh
kembali.9
Prognosis
Tinea pedis pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Beberapa minggu setelah
pengobatan dapat menyembuhkan tinea pedis, baik akut maupun kronik. Kasus yang lebih
berat dapat diobati dengan pengobatan oral. Walaupun dengan pengobatan yang baik, tetapi
Kesimpulan
Tinea pedis merupakan salah satu infeksi jamur dermatofita yang menyerang pada bagian
microsporum. Penyakit ini dikarenakan kondisi kaki yang lembab sehingga mempermudah
jamur untuk hidup dan berkembang. Prognosis dari tinea pedia sangat baik dengan terapi
topical maupun oral, dan juga harus dilakukan pencegahan agar tidak terjadi reinfeksi.
Daftar Pustaka
17 | P a g e
1. Unandar B. Mikosis. In. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit
dan kelamin. 5th ed. Jakarta: Balai penerbitan FKUI; 2007. p. 89- 104.
2. Verma S, Heffernan MP. In. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller
AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatric’s. Dermatology in general medicine. 7th ed. New
3. Houghton AR, Gray D. Gejala dan tanda dalam kedokteran klinis pengantar
EGC; 2005
7. Hall JC. Dermatology Mycology. In. Hall JC, editor. Sauser’ manual
18 | P a g e