Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang
mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau
dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku
menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan
diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi pasif
dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi
diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri,
semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial
dan emosional dengan orang lain. Dalam membina hubungan sosial, individu
berada dalam rentang respon yan adaptif sampai dengan maladaptif. Respon
adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya.
Respon sosial dan emosional yang maladaptif sering sekali terjadi dalam
kehidupan sehari hari, khususnya sering dialami pada pasien menarik diri sehingga
melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif penulis berusaha
memberikan asuhan keperawatan yang semaksimal mungkin kepada pasien
dengan masalah keperawatan utama kerusakan interaksi sosial : menarik diri.
Menurut pengajar Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Surjo Dharmono, penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di
perbagai Negara menunjukkan, sebesar 20-30 persen pasien yang datang ke
pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa. Bentuk yang
paling sering adalah kecemasan dan depresi.
Dari segi kehidupan sosial kultural, interaksi sosial adalah merupakan hal

1
yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya kerusakan
interaksi sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar dalam fenomen
kehidupan, yaitu terganggunya komunikasi yang merupakan suatu elemen penting
dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana asuhan keperawatan jiwa tentang isolasi sosial ?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan jiwa


terutama pada pasien isolasi sosial.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis


untuk dikaji dan dianalisis, sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual dapat teratasi. Pengkajian
merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Hal yang perlu
diperhatikan dalam tahap pengkajian adalah memahami secara keseluruhan situasi
yang sedang dihadapi oleh klien, pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa data
dan diagnosa keperawatan (Yani, 2013: 35).
1. Pengumpulan Data
Tujuan dari pengumpulan data adalah menilai status kesehatan dan kemungkinan
adanya masalah keperawatan yang memerlukan intervensi dari perawat. Data yang
dikumpulkan bisa berupa data objektif yaitu data yang dapat secara nyata melalui
observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat. Sedangkan data subjektif yaitu data
yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarganya. Data ini didapat melalui
wawancara perawat kepada klien dan keluarganya. Untuk dapat menyaring data yang
diperlukan, umumnya yang dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis
pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. Sistematika pengkajian, meliputi:
1. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, alamat,
tanggal masuk, tanggal pengkajiannya nomor rekam medik, diagnosa medis dan
identitas penanggung jawab.
2. Keluhan utama dan alasan masuk, tanyakan pada klien atau keluarga apa yang
menyebabkan klien datang ke rumah sakit saat ini serta bagaimana hasil dari
tindakan orang tersebut.
3. Faktor predisposisi, menanyakan kepada klien atau keluarganya :
a) Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa atau tidak
b) Apakah ya, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya.
c) Klien pernah melakukan, mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik,

3
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal.
d) Apakah anggota keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa.
e) Pengalaman klien yang tidak menyenangkan (kegagalan yang terulang lagi,
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis) atau faktor lain,
misalnya kurang mempunyai tanggung jawab personal.
4. Aspek fisik atau biologis, observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
pernafasan klien), ukur tinggi badan dan berat badan klien.
5. Psikososial, membuat genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga. Masalah yang terkait dengan komunikasi
pengembalian keputusan dan pola asuh.
6. Status mental meliputi pembicaraan, penampilan, aktivitas motorik, alam perasaan,
afek, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, emosi, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan
daya tilik diri.
7. Kebutuhan persiapan pulang, kemampuan klien dalam makan, BAB/BAK, mandi,
berpakaian, istirahat, tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas di
dalam rumah dan di luar rumah.
8. Mekanisme koping, didapat melalui wawancara pada klien atau keluarga baik adaptif
maupun maladaptif.
9. Masalah psikososial dan lingkungan, di dapat dari klien atau keluarga bagaimana tentang
keadaan lingkungan klien, masalah pendidikan dan masalah pekerjaan.
10. Pengetahuan, apakah klien mengetahui tentang kesehatan jiwa.
11. Aspek medik, obat-obatan klien saat ini baik obat fisik, psikofarmako dan therapi lain.

Masalah keperawatan
Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari kelompok data yang
dikumpulkan, kemungkinan kesimpulan adalah sebagai berikut :
Isolasi sosial : menarik diri
1) Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran
2) Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri

4
3) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
4) Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik
5) Defisit perawatan diri
6) Ketidakefektifan koping keluarga
7) Gangguan pemeliharaan kesehatan, (Keliat, 2010 )

Analisa data
Pengelompokan data adalah pengelompokan data-data klien atau keadaan tertentu
dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan
kriteria permasalahannya.

A. Data subjektif
a) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain
b) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c) Klien mengatakan hubungan yang tidak aman berada dengan orang lain
d) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.

B. Data objektif
a) Klien banyak diam dan tidak mau berbicara
b) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang dekat
c) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal

2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau keputusan klinik mengenai respon
klien, keluarga, dan respon komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual dan potensial, diagnosa keperawatan juga bagian integral dari
proses keperawatan, dan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasidata yang
diperoleh dari pengkajian keperawatan klien (Yani, 2013 : 38-39)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan isolasi sosial menurut
Iyus Yosep (2009) adalah :

5
a) Isolasi sosial
b) Harga diri rendah kronis
c) Perubahan sensori persepsi : halusinasi
d) Koping keluarga tidak efektif
e) Koping individu tidak efektif
f) Intoleransi aktivitas
g) Defisit perawatan diri
h) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

2.3 Intervensi

Dalam hal ini adanya perhatian dan kerja sama antara klien dan tim
kesehatan lain sangat diperlukan agar tujuan dapat dicapai dengan baik Rencana
Asuhan Keperawatan dengan isolasi sosial sosial .

6
Perencanaan
No DiagnosaKeperawatan Rasional
Tujuan KriteriaEvaluasi Intervensi
1. Isolasi sosial Klienmampu : Setelah….x pertemuan SP 1 (Tgl ……… ) a. Dengan membina
a. Menyadari klien dapat : a. Bina hubungan saling percaya
penyebab a. Membina Saling percaya memudahkan
isolasi sosial hubungan Dengan teknik intervensi
b. Berinteraksi salingpercaya terapeutik baik verbal maupun non selanjutnya
dengan orang b. Menyadari verbal
lain penyebab b. Dengan
isolasi sosial, b. Identifikasipenyebab mengidentifikasi
keuntungan dan 1. Siapa yang satu rumah penyebab
dengan klien diharapkan akan
kerugian 2. Siapa yang dekat dengan menyadarkan klien
berinteraksi klien? Apa penyebabnya? terhadap masalah
dengan 3. Siapa yang tidak dekat yang terjadi.
oranglain dengan klien apasebabnya?
c. Melakukan 4. Tanyakan keuntungan dan c. Mendiskusikandengan
interaksi dengan kerugian berinteraksidengan klien keuntungan
orang lain orang lain berhubungan sosial
secarabertahap c. Tanyakan pendapat kliententang maka klien akan
kebiasaan berinteraksi dengan berintera dengan orang
oranglain lain.
1. Tanyakan
apayang menyebabkanklien d. Menambah
tidak inginberinteraksi pengetahuan dan
dengan oranglain keterampilan klien
2. Diskusikan keuntungan dalam berkenalan
bila klien denganorang lain.
memilikibanyak
temandan bergaulakrab
dengan mereka
3. Diskusikan kerugian bila

7
klien hanya mengurung e. Dengan membuat
diri dan tidak bergaul dengan jadwal kegiatan
orang lain klien, klien dapat
4. Jelaskan pengaruh isolasi mengatur kegiatan
sosial terhadapkesehatan secara kontinu
fisik klien

d. Latih berkenalan
1. Jelaskan kepada klien cara
berinteraksi dengan orang
lain
2. Berikan contoh cara
berinteraksi dengan orang
lain
3. Beri kesempatan klien
mempraktekan cara
berinteraksi dengan orang
lain yang dilakukan
dihadapan perawat
4. Mulailah bantu klien
berinteraksi dengan satu
orang teman / anggota
keluarga
5. Bila klien sudah menunjukan
kemajuan
6. tingkatkan jumlah interaksi
dengan 2, 3, 4 orang dan
seterusnya
7. Beri pujian untuk setiap
kemajuan interaksi yang
telah dilakukan oleh klien
8. Siap mendengarkan ekspresi

8
perasaan klien setelah
berinteraksi dengan orang
lain,mungkin klien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya, beri dorongan
9. terus menerus agar klien
tetap semangat
mengingatkan interaksinya

e. Masukan dalam jadwal kegiatan


klien

SP 2 (Tgl )
a. Evaluasi kegiatan yang a. Mengetahui
lalu(SP 1) perkembangan klien
b. Latih cara berkenalan dan data
dengan dua orang atau lebih dasar
c. Masukkan dalam jadwal intervensi
kegiatan klien selanjutnya.

b. Menumbuhkan
keterbiasaan dan
motivasi untuk
berinteraksi

c. Mendisiplinkan dan

9
melaitih klien untuk
terus berkenalan

SP 3 ( Tgl ) a. Mengetahui
a. Evaluasi kegiatanyang lalu perkembangan klien
(SP 1 & 2) dan data dasar
b. Latih cara berkenalan untuk intervensi
dengan dua orang atau lebih selanjutnya

b. Menumbuhkan
keterbiasaan dan
motivasi untuk
berinteraksi dengan
orang yang lebih
banyak.
c. Memotivasi klien
untuk terus
berinteraksi dengan
orang lain

10
a. Dengan
Keluarga mampu Setelah,,,x pertemuan SP 1 Keluarga mengidentifikasi
merawat klien isolasi keluarga mampu untuk a. Identifikasi masalah yang masalah diharapkan
sosial di rumah menjelaskan tentang dihadapi keluarga dalam keluarga tidak
a. Masalah isolasi merawat klien. mengalami kesulitan
sosial dan
dalam merawatklien
Dampak pada b. Jelaskan tentang isolasisosial
klien
b. Penyebab isolsi c. Jelaskan cara b. Dengan menjelaskan
sosial merawat klien isolasi sosial tentang isolasi
c. Sikap keluarga sosial diharapkan
dalam keluarga mengerti
membantu tentang
mengatasi klien penatalaksanaan
isolasisocial pada klien isolasi
d. Pengobatan sosial dirumah
yang
berkelanjutan c. Diharap keluarga
dan mencegah dapat merawat
putus obat kliendengan isolasi
e. Tempat rujukan sosial dirumah
dan fasilitas
kesehatan yang
tersediabagi SP 2 Keluarga a. Diharapkan keluarga
klien a.Evaluasi SP 1 mengingat cara
b.Latih (langsungpadaklien) merawat klien
c.RTLkeluarga/ jadwal keluarga denganbenar
untuk merawat klien
b. Dengan melatih
langsung kepada
klien diharapkan
keluarga terbiasa
dengan tindakan

11
yangdilakukan

c. Dengan membuat
jadwal kegiatan
keluarga dapat
meningkatkan dan
mengatur kegiaatan
secara
berkesinambung an

SP 3 Keluarga a. Diharapkan
a. Evaluasi SP 1 dan SP 2 keluarga mampu
b. Latih (langsungpadaklien) mengingat,
c. RTL keluarga/jadwalkeluarga mengulangi dan
untuk merawat klien mengerti SP
1dan SP 2 yang
telah diajarkan
b. Dengan melatih
langsung kepada
klien diharapkan
keluarga dapat
terbiasa dengan
tindakan yang
dilakukan

a. Dengan membuat
jadwal kegiatan

12
SP 4 Keluarga keluarga dapat
a. Evaluasikemampuankeluarga meningkatkan dan
b. Evaluasikemampuanklien mengatur kegiatan
c. Rencana tindaklanjut secara
- Rujukan berkesinambung
- Follow up anDiharapkan
keluarga dapat
mengetahui
kemampuan yang
dimiliki dalam hal
yang telah diajarkan
di SP 1, 2 dan3
b. Diharapkanklien
dapat mengetahui
kemampuan yang
dimiliki dalam hal
yang telah diajarkan di
SP 1, 2 dan3
c. Dengan follow up
dapat mengetahui
tingkat keberhasilan
pengobatan dan
tindakan keperawatan
yangdilakukan.

13
2.4 Implementasi pada Isolasi Sosial

Tindakan keperawatan untuk klien


Tujuan :
Setelah tindakan keperawatan klien mampu :
a) Membina hubungan saling percaya
b) Menyadari penyebab isolasi sosial
c) Berinteraksi dengan orang lain
a. Tindakan Keperawatan untuk Klien
1. Membina hubungan saling percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya
adalah:
a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
b) Berkenalan dengan klien : perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan
perawat serta tanyakan nama lengkap dan nama panggilan klien.
c) Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.
d) Buat kontrak asuhan apa yang perawat akan lakukan bersama klien, berapa
lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana.
e) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi.
f) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap klien.
g) Penuhi kebutuhan dasar klien bila memungkinkan.
Untuk membina hubungan saling percaya pada klien isolasi sosial kadang-kadang
perlu waktu yang lama dan interaksi yang singkat dan sering tidak mudah bagi klien
untuk percaya pada orang lain. Untuk itu sebagai perawat harus konsisten bersikap
terapeutik kepada klien. Selalu penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa
dilakukan. Pendekatan yang konsisten akan membuahkan hasil. Bila klien sudah
percaya dengan perawat program asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan.
2. Membantu klien mengenal penyebab isolasi social
Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut:
a) Menanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang

14
lain.
b) Menanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain.
c) Membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila klien memiliki
banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka.
3. Membantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan, dilakukan dengan cara :
a) Mendiskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain.
b) Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien
c) Membantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
Secara rinci tahapan melatih klien berinteraksi dapat Saudara lakukan sebagai berikut :
a) Beri kesempatan klien mempraktekan cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan dihadapan anda.
b) Mulailah bantu klien menunjukkan dengan satu orang (klien, perawat dan
keluarga).
c) Bila klien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan, jumlah interaksi dengan dua,
tiga, empat dan seterusnya.
d) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh klien.
e) Siap mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi dengan orang lain.
Mungkin klien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri
dorongan terus menerus agar klien tetap semangat meningkatkan interaksinya.

b. Tindakan keperawatan untuk keluarga


1. Tujuan setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat klien isolasi social
2. Tindakan : Melatih keluarga merawat klien isolasi social
3. Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat klien isolasi sosial di rumah meliputi :
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b. Menjelaskan tentang :
1) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada klien
2) Penyebab isolasi sosial

15
Cara-cara merawat klien dengan isolasi sosial, antara lain:
a) Membina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara bersikap
peduli dan tidak ingkar janji
b) Memberikan semangat dan dorongan kepada klien untuk bisa melakukan
kegiatan bersama-sama dengan orang lain, yaitu dengan tidak mencela
kondisi klien dan memberikan pujian yang wajar.
c) Tidak membiarkan klien sendiri di rumah
d) Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan klien
e) Memperagakan cara merawat klien dengan isolasi sosial
f) Membantu keluarga mempraktekan cara merawat yang telah dipelajari dan
mendiskusikan yang dihadapi
g) Menyusun perencanaan pulang bersama keluarga
(MPKP Keliat, 2010: 98-104).

2.5 Evaluasi
Evaluasi proses yang berkelanjutan untuk melihat efek dari tindakan
keperawatan klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu
evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan,
evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada
tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.
S = Respons subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

O = Respons objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

A = Analisa ulangan atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah

masalah masih tetap atau muncul masalah baru ada data yang kontradiksi

dengan masalah yang ada.

P = Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respons klien.

Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat

16
perubahan dan berupaya mempertahankan dan memelihara. Pada evaluasi sangat

diperlukan reincorcement untuk menguatkan perubahan yang positif. Klien dan

keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self reinforcement (Keliat, 2006).

Kemungkinan evaluasi yang terjadi setelah perawat memberikan tindakan

keperawatan menurut Keliat (2006) adalah :

a. Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah


b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi
hasil belum memuaskan.
c. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan
masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkan.
d. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan
adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.
Hasil evaluasi yang diharapkan:
a) Terbina hubungan saling percaya
b) Klien mampu menyadari penyebab menarik diri
c) Klien mampu berinteraksi dengan orang lain.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena
merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi
rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara
spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada
perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman. Prinsip Keperawatan pada isolasi
social yang harus diperhatikan diantaranya : Psikoterapeutik, Berkomunikasi dengan
pasien secara jelas dan terbuka, Kenal dan dukung kelebihan klien, Bantu klien
mengurangi ansietasnya ketika hubungan interpersonal, Kegiatan hidup sehari-hari
(ADL)

3.2 Saran
Pada asuhan keperawatan jiwa khususnya dengan gangguan isolasi sosial, perawat
atau mahasiswa di harapkan dapat mendekatkan diri dengan klien dan dapat melakukan
asuhan keperawatan dengan berawal membina hubungan saling percaya. Asuhan
keperawatan teori ini tentang isolasi sosial untuk membantu perawat atau mahasiswa
memahami dan mengerti tentang memberikan asuhan keperawatan jiwa terhadap
pasien isolasi sosial.

18
DAFTAR PUSTAKA

Erlinafsiah, 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa, Jakarta: Trans
Info Media.
Keliat, A., 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Maramis, 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.
RSU Kota Banjar, 2016. Catatan Rekam Medik Ruang Tanjung Rumah Sakit Umum
Kota Banjar.
Stuart, 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC.
Tim Diklat Cimahi, 2011. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: RSJ
Cimahi. Yani, A., 2013. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Yosep, I., 2009. Teknik Prosedural Keperawatan. Jogjakarta: D-Medika.

19

Anda mungkin juga menyukai