PENDAHULUAN
Di balik gizi beras merah yang lebih lengkap dari pada beraas putih namun,
cita rasa olahan beras beras kurang sedap jika dikonsusmsi dibandingan olahan
beras putih. Dimana beras merah memiliki rasa yang kurang seperti agak pahit,
sedangkan pada olahan beras putih memiliki rasa yang enak dan manis jika di
konsumsi. Melihat situasi ini maka penulis mengajukan usulan penelitian dalam apa
saja faktor-faktor yang menentukan permintaan beras merah sebagai kebutuhan
pokok pengganti beras putih di Kabupaten Badung.
TINJAUAN PUSTAKA
Beras merah mengandung sekitar empat kali jumlah serat makanan dari
pada beras putih. Padi beras merah (oryza sativa.l) ialah salah satu jenis padi di
Indonesia yang mengandung gizi yang tertinggi. Padi beras merah mengandung
protein, asam lemak tidak jenuh, beta sterol, camsterol, stgmasterol, isoflavones,
saponin, Zn dan Se, lovastrin, dan mevinolin-HMG-CoA. Menurut Anomin, 2005
unsur terakhir dalam beras merah yaitu reduktase inhibitor yang dapat mengurangi
sintesis koresterol di hati. Pada beras merah tumbuk mengandung protein 7,3%,
besi 4,2% dan vitamin B1 0,34% (nonim, 2005). Beberapa zat gizi yang umumnya
ditemukan pada beras merah termasuk vitamin E, thiamin, magnesium, vitamin B6
dan serat. Selain itu ada, sekitar selusin lebih banyak vitamin dan mineral yang
ditemukan dalam beras merah.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Graminales
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta
pelayanannya (Swastha, 2010). Harga adalah apa yang harus di berikan oleh
konsumen (pembeli) untuk mendapatkan suatu produk (Lamb et.al. 2001). Salah
satu gejala ekonomi yang sangat penting dan berhubungan dengan prilaku petani
baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga (Mubyarto, 1994).
Dalam arti yang paling sempit, harga (price) adalah jumlah uang yang akan di
bebankan atas suatu produk atau jasa. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah dari
seluruh nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau
menggunakan produk atau jasa tersebut (Kotler dan Armstrong, 1999).
Harga memegang peranan penting dalam mengambil keputusan jangka
panjang maupun jangka pendek.Dalam jangka panjang harga-harga itu hendaknya
member optimis untuk alokasi sumber daya dan kepuasan konsumen.Dalam jangka
pendek, harga-harga itu harus memudahkan perdagangan dan arus peredaran yang
tepat waktunya (Kustiah, dkk, 1986). Harga suatu barang dan jumlah barang yang
diperjualbelikan adalah ditentukan dengan melihat keadaan ekuilimbrium dalam
suatu pasar. Keadaan ekuilimbrium tersebut dapat ditunjukan sebagai berikut :
(Sukirno, 2005).
Permintaan akan suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh beberapa faktor,
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Menurut Soekartawi (2002), bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang meliputi: harga barang
yang bersangkutan, harga barang subtitusi atau komplementernya, selera, jumlah
penduduk, tingkat pendapatan, elastisitas barang. Selanjutnya Daniel (2002)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah jumlah permintaan
terhadap suatu barang meliputi: harga, harga barang lain, selera, jumlah penduduk,
tingkat pendapatan dan selera.
4. Tingkat Pendapatan.
Tingkat pendapatan merupakan criteria atau indicator dalam mengukur
tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga atau masyarakat. Jadi jika semakin tinggi
pendapatan menunjukan bahwa kesejahteraan yang semakin baik.Pendapatan ini
merupakan faktor yang sangat penting didalam menentukan corak permintaan ke
atas berbagai jenis barang.Perubahan dalam pendapatan selalu menimbulkan
permintaan atas berbagai jenis barang.
5. Selera
B. Barang Inferior. Barang inferior adalah barang yang banyak diminta oleh
orang-orang yang berpendapatan rendah. Kalau pendapatan bertambah
tinggi, permintaan terhadap barang-barang yang tergolong sebagai barang
inferior akan menurun. Pada pembeli yang mengalami kenaikan pendapatan
akan mengurangi pengeluaran untuk membeli barang inferior dan
menggantikannya dengan barang-barang yang lebih baik mutunya. Efek
pendapatan yang negatif dari barang-barang inferior yang lebih besar dari
pada baiknya jumlah barang yang diminta dapat menimbulkan apa yang
disebut dengan barang gifjen. Barang gifjen yaitu barang uang
permintaannya justru bertambah saat harganya meninggkat dan sebaliknya
apabila harganya turun maka permintaannya akan menurun (Rahardja,
1985).
2.1.5 Elastisitas
2. Elastisitas Silang
Koefisien yang menunjukan sampai dimana besarnya perubahan
permintaan terhadap suatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang
lain dinamakan elastisitas permintaan silang atau dengan ringkas elastisitas silang.
3. Elastisitas pendapatan
Koerfisien yang menunjukan sampai dimana besarnya perubahan
permintaan terhadap sesuatu barang sebagai akibat dari pada perubahan pendapatan
pembelian dinamakan elastisitas pendapatan.
Beras merah merupakan salah satu sumber serat yang cukup baik, hal ini
dikarenakan beras merah umumnya dikonsumsi tanpa melalui proses penyosohan,
melainkan hanya digiling menjadi beras pecah kulit, sehingga kulit arinya masih
melekat pada endosperm. Kulit ari beras merah kaya akan kandungan minyak
alami, lemak essensial dan serat (Santika dan Rozakurniati, 2010). Beras merah
juga mengandung senyawa flavonoid fungsional, elemen mikronutrisi esensial,
lemak fungsional dan penangkap radikal bebas. Salah satu kelompok senyawa
flavonoid yang terkandung adalah kelompok senyawa antosianin (Prastyaharasti
dan Zubaidah, 2014). Berdasarkan penelitian sebelumnya, beras merah varietas
solok memiliki komposisi kimia sebagai berikut yaitu kadar air 11,47%, kadar abu
1,28%, kadar lemak 2,46%, kadar protein 7,21%, dan kadar karbohidrat sebesar
77,59%. Beras merah juga memiliki suhu gelatinisasi sekitar 87,54 oC, daya cerna
pati secara in vitro sekitar 62,06%, fenol sebesar 5,309 ± 0,283 mg GAE/g,
kandungan total flavonoid sebesar 19,245 ± 1,491 mg/g, dan kandungan aktivitas
antioksidan sebesar 8,600 ± 0,825 mg AEAC/g (Akhbar, 2015).
Beras merah memiliki kandungan serat sekitar 5,4%, hal ini dapat dikatakan
cukup tinggi bila dibandingkan beberapa produk padi-padian seperti ketan hitam
yang memiliki kandungan serat sekitar 0,8%, dan bahkan tepung terigu yang
memiliki kandungan serat sebesar 2,7% (Nutrisurvey, 2005). Selain serat, beras
merah memiliki kapasitas antioksidan beras merah sebesar 6,08 mg AEAC/100 g
(bk) (Kristin, 2014).
Selain di jadikan sebagai makan pokok yaitu nasi beras merah, beras merah
dapat di olahan sederhana dari beras merah adalah dengan mengolah menjadi
tepung beras merah. Tepung merupakan bentuk alternatif setengah jadi yang
direkomendasikan karena tepung memiliki keawetan yang baik, mudah dicampur
sebagai komposit, diperkayakan zat gizi (di fortisikasi), dibentuk dan lebih mudah
diaplikasikan pada bentuk-bentuk pangan yang lainnya (Damarjati, dkk., 2000).
Menurut Soesanto dan Saneto (1994), pembuatan tepung beras merah mempunyai
kelebihan yaitu mudah dalam proses penyimpanan dan penyiapan bahan baku suatu
produk dengan daya tahan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk
bijinya.
Permintaan
Beras Merah
Permintaan Beras
Merah di
Kabupaten
Badung
Faktor-faktor
permintaan beras
merah
2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakann sebelumnya maka hipotesis
penelitian ini harga beras, jumlah penduduk, harga sagu, dan harga ubi kayu
berpengaruh terhadap permintaan beras di Kabupaten Badung.
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan :
Ln = Jumlah Permintaan Beras Merah (Rp/Ton)
bo = Konstanta
X1 = Harga beras merah tahun t (Rp/kg)
X2 = JumlahPenduduk tahun t (jiwa)
X3 = Harga tepung beras merah tahun t (Rp/kg)
X4 = Harga beras putih tahun t (Rp/kg)
b1-b4= Koefisien regresi
e = error