Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus,
atas berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah dengan judul ”PERAN KOMUNIKASI DALAM GEREJA ”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lily Grace Mantiri selaku
Dosen mata kuliah Komunikasi Dasar yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan makalah ini, serta rekan-rekan yang turut serta membantu dan
bekerja sama dalam menyusun makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terbatas dan jauh
dari sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan
waktu yang dimiliki. Untuk itu apabila ada kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan makalah ini penulis mohon maaf sebesar–besarnya dan juga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.

Tuhan Memberkati,

Penulis,

1
PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk yang bersosial, bermasyarakat dan makhluk


hidup yang berkelompok. Sepanjang manusia itu masih menjunjung tinggi nilai
manusiawi, akan nyata bahwa ia tidak ingin berpisah dari sesamanya dan
berinteraksi dengan sesamanya.
Untuk menghubungkan diri antara manusia itu, perlu ada jalinan
komunikasi. Agar manusia saling mengerti, perlu komunikasi, begitu pula dalam
gereja, jemaat yang satu dengan jemaat yang lain perlu komunikasi. Pengkhotbah
dan jemaat juga perlu komunikasi, dalam komunikasi pentingnya komunikator
harus mengerti siapa lawan bicaranya (komunikan).

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................... 1
Pendahuluan........................................................................................................... 2
Daftar Isi..................................................................................................................3
BAB I PENGERTIAN KOMUNIKASI DALAM GEREJA..................................4
A. Pengertian Komunikasi Dalam Gereja..................................................4
B. Proses Komunikasi Dalam Gereja.........................................................4
BAB II JENIS-JENIS KOMUNIKASI DALAM GEREJA....................................6
A. Jenis-jenis Komunikasi Dalam Gereja...................................................6
B. Fungsi Komunikasi Menurut Mudjito..................................................10
C. Tujuan Komunikasi..............................................................................10
D. Metode Komunikasi.............................................................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................12
A. Kesimpulan..........................................................................................12
B. Saran....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

3
BAB I
PENGERTIAN KOMUNIKASI DALAM GEREJA

A. Pengertian Komunikasi dalam Gereja


Komunikasi dalam gereja adalah proses penyampaian gagasan, harapan
dan pesan yang disampaikan komunikator kepada jemaat dalam suatu komunitas
orang Kristen ditempat peribadatan yang dilakukan secara teratur dalam interaksi
Kristen, dalam penyampaian Firman Tuhan dan dapat dipahami dan dimengerti
dengan baik.
Sedangkan peranan komunikasi jemaat sebagai pendengar berita yang
disampaikan oleh pengkhotbah dan juga jemaat disamping dia mendengar juga
harus memahami Firman Tuhan dan meresponi Firman Tuhan itu dengan
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari–hari.

B. Proses Komunikasi dalam Gereja

Proses komunikasi dalam gereja terbagi menjadi dua tahap yakni :

a. Proses Komunikasi Secara Primer


Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai
media primer dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut :
 Bahasa adalah media yang paling banyak digunakan dalam
komunikasi karena hanya bahasalah yang mampu
“menerjemahkan“ pikiran seseorang kepada orang lain, apakah
itu bentuk ide, informasi atau opini.
 Kiat (gesture), dapat menerjemakan pikiran seseorang sehingga
terekspresikan secara fisik, misalnya memainkan jari jemari,
mengedipkan mata, atau menggerakkan anggota tubuh tetapi
hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat
terbatas).
 1lonceng dan lain-lain. Lambang itu amat terbatas
kemampuannya dalam mentranmisikan pikiran seseorang
kepada orang lain.
 Gambar, lambang yang banyak digunakan dalam komunikasi
misalnya : salib, (Alpha) L dan (Omega) W, ragi dan anggur.
Hal seperti ini dapat kita jumpai dalam gereja yang dimana
dalam tata peribadatan gereja banyak digunakan lambang-

4
lambang seperti kain berwarna merah, hijau, putih dan lain-
lain, yang mempunyai makna yang berbeda.

b. Proses Komunikasi Secara Sekunder


Proses komunikasi secara sekunder ialah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah
memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator
menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya
karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif
jauh atau jumlahnya banyak. Misalnya : surat, telepon, surat kabar,
majalah, radio, televise, film, dan banyak lagi media kedua yang
digunakan dalam komunikasi.

5
BAB II
JENIS-JENIS KOMUNIKASI DALAM GEREJA

A. Jenis-jenis Komunikasi dalam Gereja

1. Komunikasi Verbal antara Pendeta dengan Jemaat


Komunikasi verbal yang terjadi dalam Gereja yaitu secara formal maupun
informal. Komunikasi dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Dari forum
yang dihadiri oleh majelis maupun jemaat tersebut terjadilah komunikasi yang
bersifat formal dimana pertukaran pesan berlangsung terikat oleh ruang dan waktu
biasanya hanya membahas seputar masalah jemaat atau pun keadaan gereja.
Komunikasi verbal dengan pengurus atau jemaat lainnya terjadi baik secara
langsung, sms telephone, email maupun undangan ketika ada pemberitahuan rapat
atau pengumuman kegiatan.
Komunikasi verbal secara langsung yang bersifat formal biasanya terjadi
ketika ada ibadah baik di gereja maupun ibadah rumah tangga di wilayah masing-
masing. Komunikasi verbal yang terjadi baik antar jemaat maupun majelis dengan
jemaat secara langsung juga bersifat informal, karena dalam pertukaran pesan
antara yang satu dengan yang lain tidak terikat oleh ruang dan waktu biasanya
terjadi dengan spontanitas ketika bertemu dengan jemaat lain di luar kegiatan
ibadah baik di gereja maupun ibadah di wilayah.
Komunikasi verbal yang terjadi antara pendeta, majelis dan jemaat umumnya
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Shalom merupakan bahasa
verbal yang digunakan umat Kristiani untuk menyapa ketika bertemu dengan
jemaat lain, baik di dalam ruang ibadah di gereja maupun ibadah rumah tangga di
wilayah.
Ketika seseorang mengucapkan Shalom aleichem kepada orang lain maka kata
balasan yang sesuai ialah aleichem shalom. Shalom yang merupakan bahasa
verbal yang digunakan dalam komunikasi tidak menjadi sebuah kewajiban yang
harus di ucapkan ketika bertemu dengan jemaat lain sehingga penggunaan kata

6
shalom lebih jarang diucapkan, lebih banyak menggunakan kata sapaan pada
umumnya seperti selamat pagi selamat siang dan selamat malam.
2. Komunikasi Nonverbal antara Pendeta dengan Jemaat
Komunikasi nonverbal yang terjadi baik antar jemaat maupun majelis dengan
jemaat secara langsung juga bersifat formal dan informal ketika ada ibadah baik di
gereja maupun ibadah rumah tangga di wilayah masing-masing. Kedekatan antara
pendeta maupun majelis terhadap para jemaat juga merupakan simbol non verbal
yang muncul ketika mereka melakukan komunikasi.
Berjabat tangan merupakan simbol komunikasi nonverbal yang terjadi baik
antar jemaat maupun majelis dengan jemaat. Berjabat tangan bisa dilakukan
secara spontanitas ketika bertemu dengan jemaat lain di luar ibadah. Berjabat
tangan juga dilakukan ketika ibadah, jadi dalam satu rangakaian acara ibadah
seluruh jemaat saling berjabat tangan, tidak setiap minggu ada seperti itu, setiap
minggu itu hanya sesekali, dalam satu rangkai ibadah tiap minggu itu ada bagian
yang dinamakan dengan salaman.
Prinsipnya di gereja itu setiap minggu ada doa pertobatan yang artinya warga
di ajak untuk mengakui dosanya baik di had apan Tuhan maupun sesamanya,
kemudian seluruh jemaat berdoa, setelah berdoa jemaat akan disegarkan dengan
firman Tuhan artinya yang menyatakan tentang pengampunan dosa itu.
Harapannya orang yang benar-benar bertobat dan kemudian yakin bahwa Tuhan
sudah mengampuni dosanya maka dia akan merasakan suka cita dan kegembiraan,
suka cita dan kegembiraan itu digambarkan dengan saling bersalaman itu tadi.
Selain berjabat tangan, simbol non verbal yang di gunakan saat berkomunikasi
antara pendeta dengan jemaat adalah simbol pendeta mengangkat kedua
tangannya yang diarahkan kepada para jemaatnya. Simbol tersebut merupakan
makna sebuah berkat dan hanya pendeta yang di tabliskan untuk mengangkat
kedua tanganya tersebut sesuai dengan peraturan gereja.
Pakaian juga merupakan simbol komunikasi non verbal yang bisa ditampilkan.
Lambang dari warna maupun gambar yang ada di setiap pakaian dapat memiliki
makna yang berbeda. Pakaian tersebut juga merupakan bentuk komunikasi non
verbal, yang bertujuan untuk menunjukkan identitas diri atau kelompok. Ada

7
pakaian khusus atau seragam khusus untuk jemaat yang digunakan saat ibadah.
Selain simbol non verbal yang sudah disebutkan di atas, majelis gereja tersebut
juga mempertegas identitasnya dengan menggunakan stola.
Stola merupakan semacam syal yang dikenakan menutupi bahu dan menjuntai
di bagian depan tubuh disampirkan pada tengkuk dan membiarkan kedua
ujungnya menjuntai pada dada. Dalam gereja-gereja Protestan, stola sangat sering
dipandang sebagai lambang tahbisan dan jabatan pelayanan Firman dan
Sakramen. Pakaian merupakan simbol non verbal yang dipakai oleh pendeta
maupun majelis jemaat, dari warna stola yang dipakai saat ibadah itu dapat
mewakili peristiwa yang terjadi. Stola dengan warna merah melambangkan api
atau berani digunakan saat ibadah khusus. Stola dengan warna hijau berarti damai
digunakan saat ibadah penciptaan. Stola dengan warna putih berarti suci
digunakan saat minggu biasa, tidak ada perayaan apapun. Stola dengan warna
ungu artinya suasana duka biasanya digunakan saat paskah. Untuk majelis jemaat
juga mempunyai stola dengan 4 warna yang telah disebutkan, namun lambangnya
berbeda.
Untuk pendeta menggunakan lambang huruf XP itu artinya melambangkan
Yesus Kristus. Untuk guru injil menggunakan lambang kitab yang terbuka itu
artinya orang yang mendidik. Untuk Penatua menggunakan lambang perahu
artinya orang yang ditugaskan sesuatu atau harus bekerja. Dan untuk Diaken
menggunakan lambang ikan yang artinya berbagi.
Simbol non verbal yang juga di tampakkan ketika melakukan ibadah yaitu
memejamkan mata dan menundukkan kepala saat doa sedang dibacakan oleh
pendeta di atas mimbar. Makna dari memejamkan mata dan menundukkan kepala
tersebut adalah simbol konsentrasi.
Dari pemikiran Blumer mengenai interaksi simbolik dengan tiga dasar pemikiran
penting, yang di konfirmasikan dengan temuan yang ada, yaitu:

 Manusia berperilaku terhadap hal-hal berdasarkan makna yang dimiliki


hal-hal tersebut baginya. Hal ini juga dilakuka n oleh pendeta dan jemaat,

8
mereka memberikan makna terhadap apa yang mereka ketahui tentang hal
tersebut, misalnya pendeta dan jemaat memaknai warna stola ungu sebagai
warna berkabung atau duka yang biasa digunakan ketika hari paskah
dimana hari tersebut dimaknai sebagai hari kesengsaraan ketika Yesus
disalib. Simbol pendeta mengangkat kedua tangannya yang diarahkan
kepada para jemaatnya. Simbol tersebut dimaknai oleh seluruh jemaat
sebagai sebuah berkat dan hanya pendeta yang di tabliskan untuk
mengangkat kedua tanganya tersebut sesuai dengan peraturan gereja.

 Makna hal-hal itu berasal dari, atau muncul dari, interaksi sosial yang
pernah dilakuka n dengan orang lain. Ketika jemaat bertemu dengan
jemaat lain kemudian mereka saling berjabat tangan secara spontanitas,
maka berjabat tangan dimaknai sebagai simbol komunikasi nonverbal saat
menyapa ketika bertemu yang terjadi baik antar jemaat maupun majelis
dengan jemaat. Ketika jemaat bertemu dengan jemaat lain kemudian
mengucapkan shalom, maka shalom itu dianggap sebagai ucapan teguran
atau sapaan ketika bertemu dengan jemaat lain yang juga Kristen. Ketika
jemaat yang lain memejamkan mata dan menundukkan kepala ketika
berdoa, hal itu dimaknai sebagai etika ketika berdoa dan simbol
konsentrasi untuk pemusatan batin untuk berdoa dengan Tuhannya. Makna
yang diberikan terhadap sesuatu hal muncul ketika ada interaksi dengan
orang lain dan menggunakan simbol tersebut sebagai bagian dari
komunikasi yang dilakukannya.

 Makna-makna itu dikelola dalam, dan diubah melalui proses penafsiran


yang dipergunakan oleh orang yang berkaitan dengan hal-hal yang
dijumpainya. Shalom ketika di ucapkan di luar konteks ibadah
penggunaannya lebih dimaknai sebagai ucapan sapaan seperti selamat pagi
selamat siang dan selamat malam. Bagi orang lain mungkin shalom
dimaknai sebagai doa kepada orang lain. Makna tersebut diberikan ketika

9
diucapkan dalam konteks rangkaian ibadah. Makna yang diberikan
terhadap kata shalom dari tiap orang berbeda ketika mereka menjumpainya
dalam interaksi yang berbeda. Teori interaksionisme simbolik berorientasi
pada prinsip bahwa orang- orang merespon makna yang mereka bangun
sejauh mereka berinteraksi satu sama lain. Hal ini berarti manusia
berkomunikasi menggunakan verbal dan non verbal. Verbal merupakan
simbol, non verbal juga merupakan simbol. Begitu penting bagi manusia
untuk menggunakan simbol dengan tepat sasaran dan saling dimengerti
oleh komunikan dan komunikator.

B. Fungsi Komunikasi menurut Mudjito


Menurut Mudjito didalam bukunya fungsi komunikasi adalah :
 Komunikasi merupakan alat suatu organisasi sehingga seluruh
kegiatan dapat menjadi tujuan.
 Komunikasi merupakan alat untuk merubah perilaku para
komunikasi.
 Komunikasi adalah alat agar informasi dapat disampaikan kepada
seluruh komunikan.

C. Tujuan Komunikasi
Apa dan bagaimana komunikasi itu harus diarah pandangkan kepada
apa tujuan komunikasi tersebut. Dalam hal ini ada 4 tujun utama
komunikasi, yakni :
 Untuk menciptakan perubahan dan partisipasi sosial.
 Untuk menciptakan perubahan sikap / pola hidup.
 Untuk menciptakan perubahan pendapat / sikap pandang.
 Untuk menciptakan perubahan tingkah laku.
Dalam kaitannya dengan gereja, komunikasi memiliki
tujuan agar komunikan yang mendengarkan pesan yang positif dari
komunikator (khotbah) maka jemaat itu dapat merubah diri atau

10
usaha itu dapat mempengaruhi komunikan (jemaat) sehingga pola
hidupnya dapat disesuaikan dengan apa yang diharapkan oleh
pesan tersebut.

D. Metode Komunikasi
Banyak metode-metode yang bermunculan sebagai perkembangan
metode komunikasi yang semuanya itu menunjukkan betapa komunikasi
semakin hari semakin maju sesuai dengan perkembangan zaman dan
teknologi, misalnya : jurnalistik, iklan, pameran / eksposisi dan
sebagainya.
Komunikasi dalam gereja membutuhkan metode-metode,
misalnya: liturgy dalam kebaktian dan juga tata ibadah, pelaksanaan PA
dan menggunakan music-musik juga berfungsi untuk melayani, karena
music dapat membangkitkan rohani seseorang.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa
komunikasi dalam gereja adalah proses penyampaian gagasan, harapan
dan pesan yang disampaikan oleh pengkhotbah atau pemimpin gereja
(komunikator) kepada jemaat (komunikan), dalam suatu komunitas orang
Kristen di tempat peribadatan yang biasanya disampaikan melalui khotbah
(lisan). Tetapi selain dari pada itu penyampaian gagasan dan harapan
maupun pesan tersebut dapat juga disampaikan melalui komunikasi
tertulis. Komunikasi dapat disampaikan secara lisan dan tulisan tergantung
bagaimana kondisi fisik komunikan.

B. Saran
Dari pemaparan kita tahu bahwa komunikasi sangat penting untuk
mendapatkan informasi yang aktual dalam gereja. Oleh sebab itu baik
komunikator (pendeta, penatua dan pemimpin gereja) dan komunikan
(jemaat) agar mengetahui bagaimana berkomunikasi dengan baik

12
DAFTAR PUSTAKA

 Saragih, Jahenos. 2009. Berteologi Melalui Komunikasi. Jakarta : Suara


Kristiani Yang Esa Peduli Bangsa.
 http://jurnalilkom.uinsby.ac.id/index.php/jurnalilkom/article/view/46/40
Diakses pada 21 November 2016, pukul 12.18 Wib

13

Anda mungkin juga menyukai