F (BAB II) Aisyah
F (BAB II) Aisyah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
memisahkan kata dari Perjanjian pengikatan jual beli menjadi perjanjian dan
pengikatan jual beli. Perjanjian pengertiannya dapat dilihat pada sub bab
dalam bukunya adalah perjanjian antar pihak penjual dan pihak pembeli sebelum
untuk jual beli tersebut antara lain adalah sertifikat belum ada karena masih dalam
perjanjian pengikatan jual beli adalah perjanjian bantuan yang berfungsi sebagai
perjanjian pengikatan jual beli yang sebagai perjanjian pendahuluan, maka perjanjian
perjanjian utama/pokok yang akan dilakukan, karena perjanjian pengikatan jual beli
1
Subekti, op.cit.,hlm. 75. 33 Herlien Budiono, artikel “Pengikat Jual Beli Dan Kuasa Mutlak” Majalah
Renvoi, edisi tahun I, No.
2
, Bulan Maret 2004, hlm. 57.
Ibid.,
2
merupakan awal untuk lahirnya perjanjian pokoknya. Hal yang sama juga
bahwa perjanjian pengikatan jual beli berfungsi sebagai perjanjian awal atau
utamanya, serta menyelesaikan suatu hubungan hukum apabila hal-hal yang telah
Isi dari perjanjian pengikatan jual beli yang merupakan perjanjian pendahuluan
3
Ibid., hlm. 56-57
Ibid.,
3
janji dari para pihak yang mengandung ketentuan tentang syarat-syarat yang harus
pengikatan jual beli hak atas tanah, dalam perjanjian pengikatan jual belinya
biasanya bersi janj-janj baik dari pihak penjual hak atas tanah maupun pihak
agar perjanjian utamanya yaitu perjanjian jual beli dan akta jual beli dapat
ditandatangani di hadapan pejabat pembuat akta tanah (PPAT) seperti janji untuk
diminta pihak pembeli, atau janji untuk segera melakukan pembayaran oleh pembeli
sebagai syarat dari penjual, sehingga akta jual beli dapat ditandatangani di hadapan
dicantumkan tentang hak memberikan kuasa kepada pihak pembeli. Hal ini terjadi
akta jual beli di hadapan pejabat pembuat akta tanah (PPAT), baik karena lokasi
yang jauh, atau karena ada halangan dan sebagainya. Pemberian kuasa tersebut
biasanya baru berlaku setelah semua syarat untuk melakukan jual beli hak atas tanah
Sebagai perjanjian yang lahir karena kebutuhan dan tidak diatur secara tegas
tidak mempunyai bentuk tertentu. Hal ini sesuai juga dengan pendapat dari Herlien
Budiono, perjanjian pengkatan jual beli adalah perjanjian bantuan yang berfungsi
4
Ibid., hlm. 57.
4
kehidupan sehari-hari. Adapun pengertian dari perjanjian jual beli yaitu suatu
persetujuan, dengan mana pihak yang lain untuk membayar harga yang telah
Dari Pasal 1457 KUHPerdata diatas dapat diartikan, bahwa perjanjian jual beli
itu adalah perjanjian timbal balik, artinya masing-masing pihak mempunyai hak dan
kewajiban sebagai akibat perjanjian yang diperbuatnya. Dari definisi pasal tersebut
menurut penulis kurang efektif karena tidak adanya peralihan hak milik. Pada
hakekatnya tujuan dilakukannya jual beli yaitu adanya penyerahan hak milik dari
Agar suatu perjanjian dapat dinamakan perjanjian jual beli maka salah satu
prestasinya harus berupa alat pembayaran yang sah yaitu antara barang dengan uang
atau alat pembayaran lainnya yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah
pihak. Apabila suatu perjanjian prestasinya berupa barang dengan barang atau uang
secara historis dan logis adalah suatu species dari genus perjanjian tukar menukar.
Perjanjian jual beli adalah perjanjian tukar menukar pada mana salah satu pihak
prestasinya terdiri dari sejumlah uang dalam arti alat pembayaran yang sah. Di dalam
Burgerlijk Wetboek istilah harga mempunyai arti yang netral tetapi dalam Pasal
1457 B.W. istilah harga tidak mungkin berarti lain dari pada suatu jumlah alat
pembayaran yang sah. Pada perjanjian jual beli maka barang berhadapan dengan
5
uang. Barang disini harus diartikan luas, baik barang (benda) yang berwujud maupun
Untuk terjadinya perjanjian jual beli sejak adanya kata sepakat mengenai
barang dan harga, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya belum
dibayar. Kata sepakat itu melahirkan adanya perjanjian tersebut. Kata sepakat ini
Sifat konsensual dari jual beli ditegaskan dalam Pasal 1458 Kitab
Undangundang Hukum Perdata yang berbunyi: “Jual beli dianggap sudah terjadi
antar kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang barang
dan harga, meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar.”
Lahirnya kata “sepakat”, maka lahirlah perjanjian itu dan sekalian pada saat itu
menyebabkan timbulnya hak dan kewajiban, oleh karena itu maka perjanjian jual
beli dikatakan juga sebagai perjanjan konsensuil dan sering juga disebut “perjanjian
obligatoir.”7
yang berbunyi “Jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain
5
Hartono Supratikno, 1982, Aneka Perjanjian Jual Beli, Yogyakarta, Seksi Notariat Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada, hlm. 1.
6
A. Qirom Meliala, 1985, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Yogyakarta,
Liberty, hlm. 39.
7
Ibid., hlm. 40
6
atas barang yang telah diserahkan kepada pembeli sebagaimana yang telah
disepakati bersama. Disamping itu pembeli berhak atas penyerahan barang yang
Bagi pihak penjual ada dua kewajiban utama, yaitu : menyerahkan hak
milik atas barang yang diperjual belikan dan menanggung kenikmatan tenteram
menurut hukum diperlukan untuk mengalihkan hak milik atas barang yang
Perdata, ada tiga macam penyerahan hak milik yang masing-masing berlaku
dilakukan dengan penyerahan yang nyata akan kebendaan itu oleh atau atas
kebendaan yang harus diserahkan dengan alasan hak lain telah dikuasai
kunci saja kalau yang dijual adalah barang-barang yang berada dalam suatu
8
Ibid.,hlm. 42.
9
Ibid., hlm. 45.
7
terakhir ni terkenal dengan nama “traditio brevi manu” (bahasa latin) yang
barang itu tidak sanggup untuk dipakai sebagai yang dimaksudkan atau
pembeli mengetahui cacat itu ia sama sekali tidak akan membeli barang itu
atau dengan membelinya dengan harga yang murah. Apabila terjadi cacat
untuk menuntut cacat tersembunyi yaitu tiga bulan dihitung sejak barang
10
R. Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, hlm. 9.
8
Pada hakekatnya jual beli akan berakhir apabila telah dipenuhinya prestasi
antara penjualdan pembeli. Apabila jual beli dituangkan dalam suatu kontrak
d. Pernyataan penghentian perjanjian dapat dilakukan oleh kedua belah pihak atau
Jika jual beli berakhir dengan cara seperti yang di atas, maka perlu adanya
pemulihan hak-hak baik penjual maupun pembeli. Apabila kembali pada asas umum
dalam hukum perdata, dapat dkatakan bahwa siapapun yang tindakannya merugikan
pihak lain, wajib memberikan ganti rugi kepada pihak yang menderita kerugian
tersebut.
11
Nasution Az, 1995, Konsumen dan Hukum, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, hlm. 103
9
menentukan bahwa jual beli tanah harus dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat
oleh dan di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Jadi, jual beli hak atas
tanah harus dilakukan di hadapan PPAT. Hal demikian sebagai bukti bahwa telah
terjadi jual beli sesuatu hak atas tanah, dan selanjutnya PPAT membuat akta jual
beli.
Bugerlijk Wetbook (BW) adalah suatu perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak
yang satu (penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang,
sedangkan pihak yang lain (pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri
dari sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut. Menurut
Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata “Jual beli adalah suatu
persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu kebendaan dan pihak lain membayar harga yang telah dijanjikan.”
disebutkan bahwa “Jual beli dianggap telah terjadi antara keduabelah pihak,
seketika setelah orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan
10
dibayar.” Jual beli dalam Hukum Perdata tersebut bersifat obligator artinya bahwa
perjanjian jual beli baru meletakkan hak dan kewajiban timbal balik antara kedua
belah pihak (penjual dan pembeli) yaitu meletakkan pada penjual kewajiban untuk
kepadanya hak untuk menuntut pembayaran harga yang telah disetujui dan di lain
sebagai imbalan haknya, untuk menuntut penyerahan hak milik atas barang yang
dibelinya.
Jadi jual beli menurut Hukum Perdata adalah “suatu perjanjian, dimana satu
pihak mengikatkan dirinya untuk menyerahkan tanah dan pihak lainnya untuk
membayar harga yang telah ditentukan. Pada saat kedua pihak telah tercapai kata
sepakat, maka jual beli telah terjadi meskipun tanah belum diserahkan atau
harganya belum dibayar. Meskipun jual beli sudah terjadi akan tetapi hak atas
suatu perbuatan hukum lain yang berupa penyerahan (levering) yang harus
dibuatkan akta oleh pejabat balik nama. Jadi sebelum dilakukan “balik nama” hak
Defnisi jual beli menurut Hukum Adat yang dikemukakan oleh Iman
secara tunai, tanpa hak menebus kembali, jadi penyerahan itu berlaku untuk
12
Wntjik Saleh, 1977, Hak Anda Atas Tanah, Jakarta, Ghalia Indah, hlm. 31.
13
Hilman Hadikusuma, 1990, Hukum Perjanjian Adat, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm. 108
11
sebidang tanah atau perairan ialah penyerahan dari benda itu dihadapan
petugaspetugas Hukum Adat dengan pembayaran sejumlah uang pada saat itu atau
kemudian.
“levering” menurut Hukum Perdata barat, oleh karena hukum adat tidak
disebut “jual lepas”, jika penyerahan itu bertujuan menyerahkan untuk ditebus
kembali, maka perjanjian itu “jual taunan”. Perbuatan jual lepas adalah perbuatan
tunai yang berlaku dengan “riel” dan “konkrit”. Penyerahan benda dan pembayaran
harganya terjadi dengan tunai, sudah diserahkan dan sudah dibayar harganya,
walaupun belum lunas semua pembayarannya. Jika jual beli sudah dilakukan
pembayaran belum lunas, hal ini tidak berarti bahwa bendanya belum diserahkan
kepada penjual dan belum diterima pembeli. Perjanjian ini tetap berlaku, mengenai
Jual beli tanah dalam Hukum Agraria Nasional tidak sama dengan jual beli
sebagaimana diatur dalam KUHPerdata, sebab jua beli tanah yang ada sekarang
adalah jual beli yang mendasarkan pada ketentuan hukum adat. Daam hukum adat,
jual beli tanah merupakan suatu perbuatan hukum yang berupa penyerahan tanah
yang bersangkutan dari penjual kepada pembeli untuk selama-lamanya, pada saat
mana pihak pembeli menyerahkan harganya pada penjual. Dalam hukum adat, jual
beli tanah dilakukan oleh Kepala Desa, yang karena kedudukannya bahwa jual beli
14
Ibid., hlm. 111.
12
itu tidak melanggar hukum yang berlaku. Jadi Kepala Desa tdak hanya bertindak
sebagai saksi melankan sebagai pelaku hukum. dan juga Kepala Desa ini bertindak
sebagai orang yang menjamin tidak adanya suatu pelanggaran hukum yang berlaku
dalam hal jual beli itu. Dalam Hukum Agraria Nasional, peran Kepala Desa diganti
oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Jadi jual beli tanah tidak lagi dilakukan
Jual beli tanah menurut hukum agraria nasional yang menggunakan dasar
hukum adat adalah jual beli yang bersifat, tuni, terang dan riil. Tunai berarti bahwa
juga terjadi peralihan haknya. Harga yang dibayarkan pada saat penyerahan tidak
harus lunas, sisanya akan dianggap sebagai hutang dari pembeli kepada penjual
yang tunduk kepada hukum hutang piutang. Sifat Riil berarti bahwa kehendak atau
niat yang diucapkan harus diikuti dengan perbuatan yang nyata untuk
menunjukkan tujuan jual beli tersebut, Sedangkan Terang berarti bahwa perbuatan
Jual beli tanah menurut hukum agraria nasional (yang mengacu pada
hukum adat) tidak sama dengan jual beli menurut hukum perdata, damana
peralihan haknya masih perlu adanya perbuatan hukum yang berupa penyerahan
barang (levering). Jual beli tanah tersebut sudah terjadi dan hak atas tanah sudah
15
Maria SW, Sumardjono (V), 22 Juli 1993, Aspek Teoritis Peralihan Hak Atas Tanah, makalah seminar
“Peralihan Hak-Hak Atas Tanah, Aspek Hukum dan Segi Praktek yang Aktual Dewasa ini”, Jakarta, Yayasan
Biluta dan Kantor Chandra Motik Djemat & Associates.
13
beralih pada pembeli pada saat harga dibayar dan hak atas tanah diserahkan dan
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam jual beli tanah :
dipenuhi untuk bisa bertindak sebagai pihak-pihak dalam jual beli tanah.
jual beli. Kecakapan bertindak ini dilihat dari cukup umur maupun
baru bisa melakukan jual beli tanah apabia sudah dewasa atau cukup
Tanda Penduduk) dan sehat rohani dalam arti tidak sakit ingatan atau
PPAT hanya akan membuatkan akta jual beli tanah apabila yang datang
kecuali ada surat kuasa khusus yang menerangkan bahwa yang namanya
tercantum dalam sertifikat yang merupakan orang yang berhak atas tanah
akta jual beli, dapat memberikan kuasa kepada orang lain. Bentuk surat
masalah dikemudian hari, ada baiknya apabila mau membeli tanah harus
dipenuhi, yaitu bahwa pembei juga harus orang yang memang wenang
Syarat mengenai obyek jual beli adalah berkaitan dengan tanah yang
akan di perjual belikan. Ada syarat yang harus dipenuhi agar tanah dapat
3.Pendaftaran Tanah
Setiap hak atas tanah termasuk perubahan dan juga peralihan serta
akan tetapi juga dilakukan terhadap tanah-tanah yang sudah pernah didaftar
bisa karena peralihan hak, bisa karena dibeban dengan suatu hak bahkan
Guna Bangunan.
Pendaftaran Tanah, yang telah diganti dengan PP yang baru yaitu PP No. 24
dalam Pasal 1 (1) PP No. 24 Tahun 1997 “rangkaian kegiatan yang dilakukan
pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan
satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi
bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah
1) Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak
3) Tanah wakaf
5) Hak tanggungan
hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang
Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak atas tanah, suatu pengakuan dan
bersama atau juga badan hukum yang namanya tertulis dalam sertifikat dan
tanah tersebut. dalam bahasa Inggris sertifikat hak atas tanah biasa disebut
title deed.16
16
Herman Hermit, 2004, Cara Memperoleh Sertifikat Tanah Hak Milik, Tanah Negara dan Tanah
Pemda, Bandung, Mandar Maju, hlm. 29.
18
umum, yang terdiri dari peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku
tanah, dan daftar nama. Para pihak yang berkepentingan terutama calon
suatu bidang tanah, perlu dan berhak mengetahui data yang tersimpan
tersebut bersifat terbuka untuk umum, hal ini sesuai dengan asas
17
Boedi Harsono, 2007, Hukum Agraria Nasional, Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan
Pelaksanaannya, Jakarta, Jambatan, hlm. 472.
19
ekonomi lemah.
saat.
Menurut Boedi Harsono, ada 2 (dua) macam sistem pendaftaran tanah yaitu
sumber datanya. Sistem pendaftaran hak tampak dengan adanya Buku Tanah
sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang dihimpun dan
disajikan serta diterbitkannya sertipikat sebagai surat tanda bukti hak atas tanah
yang didaftar.18
Akta atau surat perjanjian peralihan hak atas tanah dilakukan dihadapan
masa itu. Sebagai hasil dari pendaftaran tersebut, kepada penerima hak
diberikan grosse akta sebagai bukti terjadinya peralihan hak tersebut. Setelah
titles). Sistem pendaftaran ini digunakan karena peralihan hak atas tanah di
Indonesia sesuai dengan hukum adat adalah bersifat nyata, terang dan tunai
pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap obyek pendaftaran tanah yang belum
18
Op.Cit,Urip Santoso, 2011 : 31-32
19
Ibid, Urip Santoso, 2011 : 361 – 362
21
menyesuaikan data fisik dan yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar
nama, surat ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang
terjadi kemudian.
Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui dua cara, yaitu
16 ;
20
http://bukupertanahan.blogspot.com/2012/07/pendaftaran-tanah-secarasistematik_2195.html.
21
Op. cit, Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas tanah dan Pendaftarannya, hlm. 136.
22
Op.Cit, http://bukupertanahan.blogspot.com/2012/07/pendaftaran-tanah-secarasistematik_2195.html.
22
Pasal19;
Pasal 25;
o) Persiapan Pasal 47 ;
r) Penyuluhan Pasal 56 ;
23
Ibid
23
Pasal 62;
obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa
16 ;
24
Ibid, hlm. 136.
25
Op.Cit, http://bukupertanahan.blogspot.com/2012/07/pendaftaran-tanah-secarasistematik_2195.html.
24
Pasal 19 ;
26
Op.Cit, http://bukupertanahan.blogspot.com/2012/07/pendaftaran-tanah-secarasistematik_2195.html.
25
Ada pun pengaturan dasar hukum tentang pendaftara tanah adalah sebagai
berikut:
2003.