Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. latar belakang
menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap mahluk hidup dan
meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap insan. namun sering kali harapan dan
dambaan tersebut tidak tercapai. dalam masyarakat kita, umur harapan hidup semakin
bertambah dan kematian semakin banyak disebabkan oleh penyakit-penyakit kronis seperti
penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases, penyakit arthritis.
pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses pengobatan dan
perawatan yang panjang. jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan dicapai stadium
terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan umum, penderitaan, ketidak berdayaan, dan
akhirnya kematian.
pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai
masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi
juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien
dan keluarganya. maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya
pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan
psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal
sebagai perawatan paliatif atau palliative care.
dalam perawatan paliatif maka peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan
pada pasien kronis untuk membantu pasien menghadapi penyakitnya.

B. tujuan penulisan
1. tujuan umum
tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa diharapkan mampu
mengenal dan mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
pennyakit kronis.
2. tujuan khusus
tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu :
a. agar mahasiswa dapat mengatahui dan memahami dampak-dampak yang terjadi
pada klien penyakit kronis
b. agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami respon klien terhadap penyakit
kronis
c. agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada klien
penyakit kronis
d. agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien
penyakit kronis

C. metode penulisan
penulisan makalah ini menggunakan metode diskritip melalui pendekatan studi kasus
yang meliputi pengumpulan data, analisa data, dan menarik kesimpulan. metode ini dilakukan
dengan cara mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lain (internet) yang berhubungan
dengan judul dan permasalahan.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. konsep dasar penyakit kronis


1. pengertian penyakit kronik
penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama
sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. (purwaningsih dan
karbina, 2009)

ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala


tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang
dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. (purwaningsih
dan karbina, 2009).

berdasarkan pengertian diatas kelompok menyimpulkan bahwa penyakit kronik yang


dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
seorang klien mengalami ketidakmampuan contohnya saja kurang dapat mengendalikan
kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. contoh : penyakit diabetes militus,
penyakit cordpulmonaldeases, penyakit arthritis.

B. sifat penyakit kronik


menurut wristht le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai beberapa
sifat diantaranya adalah :
a. progresif
penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. contoh
penyakit jantung.
b. menetap
setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap
pada individu. contoh penyakit diabetes mellitus.
c. kambuh
penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang
sama atau berbeda. contoh penyakit arthritis

C. dampak penyakit kronik terhadap klien


dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya
(purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :

a. dampak psikologis
dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :

1) klien menjadi pasif


2) tergantung
3) kekanak-kanakan
4) merasa tidak nyaman
5) bingung
6) merasa menderita

2
b. dampak somatic
dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena
keadaan peny akitnya. keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya.
contoh : dm adanya trias p
1) dampak terhadap gangguan seksual
merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ)
dan perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi
seksual).
2) dampak gangguan aktivitas
dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan
social dapat terganggu baik secara total maupun sebagian.

4 faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kronik


a. persepsi klien terhadap situasi
b. beratnya penyakit
c. tersedianya support social
d. temperamen dan kepribadian
e. sikap dan tindakan lingkungan
f. tersedianya fa silitas kesehatan

5. respon klien terhadap penyakit kronik


penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon bio-psiko-sosial
spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (purwaningsih dan kartina, 2009).
a. kehilangan kesehatan
respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut,
cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
b. kehilangan kemandirian
respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui
berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan
c. kehilangan situasi
klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama
keluarga dan kelompoknya
d. kehilangan rasa nyaman
gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas,
nyeri, dll
e. kehilangan fungsi fisik
contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus
dibantu melalui hemodialisa
f. kehilangan fungsi mental
dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien
mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
g. kehilangan konsep diri
klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image),peran serta
identitasnya. hal ini dapat akan mempengaruhi idealisme diri dan harga diri rendah
h. kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
i. klien menarik diri dari lingkungan
hubungan sosial klien dapat terganggu sebagian maupun yang total. Contohnya
hubungan terganggu sebagian, klien masih berhubungan dengan lingkungan sekitar,

3
tetapi klien malu-malu dan tidak percaya diri untuk bergaul dengan orang secara
berkelompok. apabila terganggu total, klien sudah tidak ingin berinteraksi lagi dengan
lingkungan sekitar, klien hanya ingin menyendiri (menarik diri dari lingkungan).

6. perilaku klien dengan penyakit kronis


ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis yang
dideritanya oleh klien atau individu (purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu:

a. penolakan (denial)
merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti jantung,
stroke dan kanker. atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan memperlihatkan sikap
seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu berat (menolak untuk mengakui bahwa
penyakit yang diderita sebenarnyaberat) dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan
segera sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek (menolak untuk mengakui
bahwa penyakit kronis ini belum tentu dapat disembuhkan secara total dan menolak untuk
mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas penyakit ini, misalnya perubahan body image).

b. cemas
setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan sesuatu yang
umum terjadi. beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan perubahan yang terjadi pada
dirinya bahkan membayangkan kematian yang akan terjadi padanya. bagi individu yang telah
menjalani operasi jantung, rasa nyeri yang muncul di daerah dada, akan memberikan reaksi
emosional tersendiri. perubahan fisik yang terjadi dengan cepat akan memicu reaksi cemas
pada individu dengan penyakit kanker.
c. depresi
depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis. kurang
lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan penyakit jantung mengalami
depresi.

7. respon keluarga
keluarga juga mengalami respons yang sama dengan pasien atas penyakit yang diderita
oleh klien atau individu (purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu :

a. penolakan (denial)
sama halnya dengan pasien atau individu, keluarga yang tidak siap atau tidak menerima
dengan kondisi yang ada pada pasien. keluarga mengangap penyakit yang diderita tidak
terlalu berat dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya
akan memberi efek jangka pendek.

b. cemas
keluarga akan memperlihakan ekspresi cemas akan diagnose yang telah divonis oleh
pihak medis. pihak keluarga cemas akan tidak bisa sembuh penyakit tersebut dan takut
ditinggalkan dalam jangka waktu dekat oleh pesien.

c. depresi
keluarga yang terkejut dan tidak bisa menerima keadaan terhadap situasi yang dialami
pasien akan mengalami depresi.

4
8. penatalaksanaan
penatalaksanaan yang optimal pada klien dengan kondisi kronis adalah sangat penting.
penatalaksanan harus melibatkan kesehatan mental, memantau perkembangan klien, dan
melibatkan keluarga. pengobatan sederhana tidak cukup.
klien harus bekerja sama dengan tim kesehatan, percaya terhadap pengobatan yang
diberikan, dan mempunyai keluarga yang mendukung dan membantu dalam rencana
pengobatan. beberapa prinsip penatalaksanaan klien dengan kondisi kronis adalah sebagai
berikut:

a. pendidikan kesehatan
menjelaskan kepada klien tentang perjalanan penyakitnya dan keterbatasan pengobatan.
pendidikan kesehatan harus langsung pada penderita dan keluarganya dan harus
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
b. merespons terhadap emosi
dengarkan baik-baik, berikan waktu yang cukup bagi klien dan keluarganya untuk
mengemukakan perasaannya, kekhawatirannya, dan harapannya.
c. melibatkan keluarga
dukungan pada keluarga dan petunjuk penatalaksanaan sangat penting. keluarga harus
dibantu agar tidak melakukan sikap yang berlebihan terhadap anak, seperti terlalu
melindungi, terlalu khawatir dan memberikan perhatian berlebihan.
d. melibatkan pasien
bila klien dilibatkan dalam penatalaksaan penyakitnya, maka mereka akan lebih patuh
dan bertanggungjawab.
e. melibatkan tim multidisiplin
beberapa ahli diperlukan dalam menatalaksana remaja dengan kondisi kronis, seperti
dokter, psikolog, pekerja sosial, okupasi-terapis, fisioterapis, ahli gizi, dan ahli lain yang
terkait.
f. menyediakan perawatan yang berkelanjutan
klien dengan kondisi kronis membutuhkan seseorang yang bisa dipercaya. paling sedikit
salah satu dari anggota tim, lebih baik dokter dari pusat kesehatan primer (seperti
puskesmas), yang membina hubungan jangka panjang dengan penderita dan keluarganya.
peran dokter disini adalah mengkoordinasi perawatan berbagai spesialis (multidisiplin),
memantau tumbuh kembangnya, memberikan petunjuk yang mungkin diperlukan, dan
lain sebagainya.
g. menyediakan pelayanan rawat jalan yang komprehensif
diperlukan pelayanan psikologikal, belajar bersosialisasi, pendidikan,
penelitian, dikatakan bahwa klien yang mendapatkan pelayanan yang komprehensif,
dapat menurunkan frekuensi rawat inap, lama dirawat, biaya di rumah sakit, dan
menurunkan kemungkinan dirawat kembali.
h. merujuk ke kelompok pendukung (kelompok sebaya atau kelompok penyakit sejenis).
ikut dalam kelompok pendukung dapat saling tukar pengalaman dan informasi antara
penderita dan keluarga lain dengan masalah yang sama.
i. mengembangkan teknik menolong diri sendiri pelatihan (terapi perilaku) terhadap klien
dalam teknik mengatasi stres atau rasa sakit, dapat membantu klien mengurangi stress
terhadap penyakit dan pengobatan yang diberikan.
j. pembatasan
bila kepatuhan atau perilaku yang menjadi masalah, remaja harus dibuat disiplin, dan tim
yang merawat serta keluarganya harus setuju dan mendukung.
k. perawatan di rumah sakit
bila diperlukan perawatan remaja di rumah sakit, terbaik bila ditangani dalam lingkungan

5
yang kondusif untuk kebutuhan perkembangan remaja.

7. konsep dasar teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit kronis

asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kronis meliputi proses keperawatan dari
pengkajian, diagnosa dan perencanaan (purwaningsih dan kartina, 2009).

1. pengkajian
a. pengkajian terhadap klien
hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1) respon emosi klien terhadap diagnosa
2) kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi
3) upaya klien dalam mengatasi situasi
4) kemampuan dalam mengambil dan memilih pengobatan
5) persepsi dan harapan klien
6) kemampuan mengingat masa lalu

b. pengkajian terhadap keluarga


hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1) respon keluarga terhadap klien
2) ekspresi emosi keluarga dan toleransinya
3) kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui
4) kapasitas dan system pendukung yang ada
5) pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan fungsional
6) identifikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan dan perubahan yang
terjadi

c. pengkajian terhadap lingkungan


1) sumber daya yang ada
2) stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit
3) kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan
4) ketersediaan fasilitas partisifasi dalam asuhan keperawatan kesempatan kerja

2. diagnosa keperawatan
adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditimbulkan dari proses pengkajian klien
dengan penyakit kronis adalah (purwaningsih dan kartina, 2009) :

a. respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan kehilangan dan perubahan
b. kecemasan yang meningkat berhubungan dengan ketidakmampuan mengekspresikan
perasaan
c. gangguan citra tubuh berhubungan dengan dampak penyakit yang dialami
d. defisit perawatan diri personal hygine berhubungan dengan ketidakmampuan dan ketidak
pedulian karena stress
e. isolasi sosial berhubungan dengan gangguan kondisi kesehatan
f. harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang di hargai

6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS
1. kasus
ny. n berumur 42 tahun, seorang ibu rumah tangga, di rawat di rumah sakit umum daerah
dengan diagnosa medis diabetes miletus, dan sudah dirawat selama 3 bulan. sebelumnya klien
juga pernah di rawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama, namun tidak separah yang
sekarang. dari hasil pengkajian, klien mengatakan tidak menyangka penyakitnya bertambah
parah, klien juga malu dengan keluarga dan teman-temannya karena kondisi tubuh yang
sekarang, merasa tidak berguna lagi untuk keluarganya (suami dan anak-anaknya), klien
merasa ingin mati saja, klien mengatakan tidak nyaman berada di dekat orang lain karena
takut tidak diterima, dan lebih senang jika sendiri, klien juga takut tidak diterima oleh
keluarga terdekatnya, klien sulit untuk tidur karena merasa cemas dengan keluarganya di
rumah. dari hasil observasi, tampak luka gangren pada kaki kiri klien sudah mengalami
nekrotik yang membuat klien sulit untuk beraktivitas dan semakin parah, dan sudah mulai
mengeluarkan bau tidak sedap, klien tampak menyendiri dan hanya mau berkomunikasi
dengan perawat yang merawatnya, klien pun tampak tidak merawat kebersihan diri, dan
keluarga klien hanya sesekali menjenguk klien. pengkajian keluarga, respon keluarga seperti
tidak peduli dengan keadaan klien, keluarga menyerahkan penuh prosedur perawatan kepada
rumah sakit, keluarga terdekat klien (suami) mengatakan sudah pasrah dengan kondisi yang
dialami klien. klien tampak bernafsu untuk makan, setiap makanan yang di saji kan selalu di
habiskan, bb klien 70 kg.

2. pengkajian
a. pengkajian pola gordon
1) persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan
· klien mengatakan kurang mengetahui semua tentang penyakitnya
· klien tampak pasrah dengan penyakitnya, dan hanya mengikuti prosedur
keperawatan rumah sakit
2) pola nutrisi metabolic
· nafsu makan klien meningkat.
· peningkatan berat badan 5 kg
· klien dilarang mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung gula

3) pola eliminasi
· klien sering bak
· karakteristik warna urine klien kuning, baunya khas.
4) pola aktivitas dan latihan
· klien tidak nyeri/sesak nafas saat beraktivitas
· klien merasa lemah, dan merasa sakit pada kakinya saat beraktivitas sehari-
hari
5) pola tidur dan istirahat
· klien mengalami gangguan pola tidur, karena cemas dan takut, dan klien juga
merasa depresi.
6) pola kognitif/perseptual
· terjadi penurunan pada fungsi penglihatan, daya ingat klien masih bagus, dan
klien tanggap terhadap semua pertanyaan yang diajukan, hanya klien banyak
menunduk dan kontak mata klien tidak baik.
7) pola persepsi diri/konsep diri
· klien merasa sedih dan lebih banyak murung
· klien menjadi depresi

7
· klien tampak pasrah dan hanya berserah pada prosedur keperawatan rumah
sakit
8) pola peran/hubungan
· tidak ada upaya yang berarti dari klien untuk mengatasi masalahnya
· klien seorang ibu rumah tangga
· interaksi kliendengan orang terdekatnya (suami dan anak-anak) kurang baik,
dan orang terdekat klien pun hanya sesekali menjenguk klien.
9) pola seksualitas/reproduksi
· selama klien sakit, klien jarang berhubungan intim dengan suaminya, dan
klien merasa malu.
· terjadi perubahan perhatian dari keluarga terdekat terutama suami dan anak-
anaknya
10) pola koping/toleransi stress
· jika klien mengalami stress, klien berbagi dengan suaminya namun lebih
sering untuk memendam masalahnya.
11) pola nilai/kepercayaan
· klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap shalat tepat pada waktunya

8
3. DIAGNOSA DAN RENCANA KEPERAWATAN
tujuan dan kriteria
no diagnosa keperawatan intervensi rasional
hasil
1 harga diri rendah setelah dilakukan · identifikasi · dengan cara
kronik berhubungan tindakan kemampuan dan mendiskusikan
dengan persepsi keperawatan selama aspek positif yang bahwa klien masih
kurang di hargai yang 2x24 jam, harga diri masih dimiliki klien. memiliki sejumlah
ditandai dengan : klien meningkat kemampuan dan
ds : dengan kh : aspek positif untuk
- klien mengatakan - klien mulai meningkatkan rasa
merasa tidak berguna merasa diterima percaya diri klien.
lagi oleh lingkungannya · menghilangkan
- klien juga malu - rasa malu klien rasa malu dan takut
dengan keluarga dan mulai menghilang · beri pujian yang tidak diterima
teman-temannya - klien mulai realistik/nyata dan lingkungan.
- klien merasa ingin mudah bergaul hindarkan penilaian · meyakinkan
mati saja negatif. klien bahwa
- klien takut tidak dirinya dapat
diterima oleh orang- · yakinkan bahwa diterima oleh
orang terdekatnya keluarga mendukung keluargnya dan
do : setiap aktifitas. tidak perlu takut
- klien tampak sulit dan malu.
bergaul
- bicara klien lambat
dan nada suara lemah
2 13 · bina hubungan · rasa saling
saling percaya pecaya telah
setelah dilakukan terbina,
isolasi sosial tindakan mempermudah
berhubungan dengan keperawatan selama perawat untuk
gangguan kondisi 2x24 jam, klien mengkaji dan
kesehatan yang mulia bisa bergaul mendapatkan
ditandai dengan : dengan kh : informasi dari
ds : - klien mulai klien
- klien mengatakan merasa nyaman jika · latih klien cara-cara· cara-cara dan
tidak nyaman jika berada didekat berinteraksi dengan contoh yang
berada didekat orang orang lain orang lain secara merupakan
lain, karena - klien bisa bertahap pembelajaran yang
kondisinya sekarang melakukan tindakan efesien untuk klien
- lebih senang sendiri di luar kamar memulai untuk
do : - klien bisa bergaul berani bergaul
- klien banyak diam tanpa rasa malu dan dengan orang lain
dan kurang mau takut · dukungan
berbicara · diskusikan dengan keluarga sangat
- klien tampak sedih, keluarga pentingnya berarti untuk
ekspresi datar dan interaksi klien kesembuhan klien,
dangkal dengan keluarga dengan interaksi
terdekat yang baik dapat
menunjukkan rasa
perhatian

9
· untuk membuat
· libatkan klien klien mampu
dalam terapi berinteraksi
kelompok secara dengan baik, perlu
bertahap bertahap dan
perlahan. dengan
terapi kelompok
memungkinkan
klien bisa
berinteraski.

3 kecemasan yang setlah dilakukan · kaji tingkat · untuk mengetahui


meningkat tindakan selama kecemasan klien dari kecemasan klien
berhubungan dengan 2x24 jam, ansietas ttv, nafsu makan,
ketidakmampuan klien berkurang
mengekspresikan dengan · beri dorongan pada
perasaan yang kh : klien untuk
ditandai dengan kh : - klien mampu mengungkapkan · agar klien tenang
ds : menunjukkan pikiran dan perasaan dan
- klien merasa takut koping yang baik · berikan menerimakondisi
penyakitnya tidak bisa- klien mampu penyuluhankepada kesehatannya
disembuhkan mengungkapkan keluargadan ajak sekarang
- klien juga perasaan dan bisa untuk bersama sama
memotivasi klien · dukungan
mengkhawatirkan bertukar pikirang keluarga
keluarganya dirumah dan perasaan merupakan
do : perhatian yang bisa
- klien tampak tidak memotivasi klien
bisa untuk tidur untuk sembuh
- klien tampak lemah
dan lesu akibat kurang
tidur
4 gangguan citra setelah dilakukan · kaji secra verbal · data awal untuk
tubuhberhubungan perawatan selama dan nonverbal respon menentukan
dengan dampak 2x24 jam, body klien terhadap intervensi yang
penyakit yang image klien teratasi tubuhnya tepat untuk klien
dialami yang di tandai dengan kh :
dengan : - body image klien· libatkan dan · apabila lkien tahu
positif jelaskan kliententang tentang
ds :
pengobatan, pengobatan,
- klien mengatakan - mendeskripsikan
factual perubahan perawatan kemajuan perawatan
malu dengan
fungsi tubuh dan prognosis kemajuan dan
keadaanya sekarang
penyakit prognosis penyakit,
- klien mengatakan -
mempertahankan akan membuat
tidak menyangka
interaksi sosial klien sedikit
penyakitnya
tenang.dan mampu
bertambah parah
menentukan
do :
intervensi yang
- perubahan aktual
tepat untuknya
pada fungsi
- luka gangren klien · fasilitasi kontak · untuk membantu

10
bertambah parah dan dengan individu lain klien agar dapat
mulai mengeluarkan dalam kelompok bersosialisasi
bau tidak sedap kecil dengan oaring lain.
5 defisit perawatan diri setelah dilakukan · bantu klien untuk · agar kebutuhan
personal hygine tindakan personal hygine kebersihan
berhubungan dengan keperawatan selama sesuai kebutuhan terpenuhi secara
ketidakmampuan dan 2x24 jam, personal yang di anjurkan baik
ketidak pedulian hygiene klien
karena stress yang terpenuhi dengan kh· dukung · melatih klien
ditandai dengan kh : : kemandirian untuk untuk mandiri dan
ds : - klien mengatakan melakukan personal mampu melakukan
- klien mengatakan merasa segar dan hygine jika personal hygiene
tidak mampu untuk nyaman memungkinkan sendiri
membersihkan diri - klien mampu · berikanpenjelasan·
secara maksimal menjaga kebersihan agar klien sadar
kepadaklien akan akan pentingnya
- klien mengatakan dirinya pentingnya
tidak peduli mau - tidak tercium lagi kebersihan diri dan
kebersihan diri baik mampu menjaga
mandi atau tidak, bau tidak sedap secara kesehatan,
yang dia pikirkan - kebersihan dirinya
agama maupun sosial sendiri.
hanya penyakitnya klien tampak bersih
- klien mengatakan mulai dari pakaian
tidak mengetahui cara
merawat luka dengan
baik dan benar, hanya
menunggu perawat
saja yang
melakukannya
do :
- mulai tercium bau
tidak sedap dari tubuh
dan luka klien
- klien tampak tidak
menjaga kebersihan
diri.

11
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama
sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. respon klien dalam
kondisi kroni sansgat tergantung kondisi fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga
dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda.
hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien kronis. orang
yang telah lama hidup sendiri, menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai
kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. atau sebagian beranggapan bahwa
kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-
orang yang dicintai.
sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan,
kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup, merespon
terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi. perhatian
utama pasien dengan penyakit kronis sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada
kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan
psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
jadi tugas perawat untuk dapat lebih memahami dan memberi perawatan yang sesuai
dengan kondisi pasien. perawat juga harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang
baik pada klien yang mengalami penyakit kronis.

B. SARAN
1. perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi kronis, tujuannya
untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat
terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan
damai.
2. ketika merawat klien dengan penyakit kronis, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.

12
DAFTAR PUSTAKA

brunner & suddart.2002.keperawatan medikal bedah.jakarta:egc


yosep,iyus.2007.keperawatan jiwa.bandung:refika aditama
herdman, heather.2010.diagnosa keperawatan nanda internasional.jakarta:egc

13

Anda mungkin juga menyukai