Anda di halaman 1dari 23

MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL

PENGUJIAN TARIK PADA BESI TUANG DAN BAJA TUANG

1. Adie Yudha Prawira / 03111005046 9. M. Imam Geofary / 03111005026


2. Agi Purnomo / 03111005108 10. M. Nabhan Husein / 03111005056
3. Anhara Syadda / 03111005086 11.Nugroho Putra Kelana / 03111005022
4. Dyah Puji Astri / 03111005064 12. Mgs Mohd Irfan A / 03111005006
5. Eric A. Simanungkalit / 03111005016 13. Muhammad Rifqi / 03111005048
6. Firman Achsanu / 03111005098 14. Megi Aprizal / 03111005068
7. Gilang Ramadhan MZ / 03111005094 15. Yossi Adi Sahputra / 03111005072
8. M. Arief Afif / 03111005028

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………… i

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………… iii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………… iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………… 1

1.2 Tujuan Percobaan…………………………………………………………… 2

BAB II PEMBUATAN BESI DAN BAJA

2.1 Perolehan Besi dan Baja……………………………………………………... 3

2.1.1 Dapur Tinggi…………………………………………………………… 3

2.1.2 Proses Dapur Terbuka………………………………………………… 5

2.1.3 Proses Oksigen………………………………………………………… 6

2.2 Dasar Pengujian Logam……………………………………………………… 7

2.3 Kekuatan Tarik……………………………………………………………..... 10

2.4 Kekuatan Luluh……………………………………………………….…… …. 11

2.5 Pengukuran Keliatan ………………………………………………………… 12

2.6 Modulus Elastisitas…………………………………………………….……... 12

2.7 Kelentingan…………………………………………………………………… 13

2.8 Ketangguhan…………………………………………………………………. 13

BAB III BESI TUANG DAN BAJA TUANG

3.1 Besi Tuang………………………………………………………… …………. 14

3.1.1 Besi Tuang Putih………………………………………………………. 14

i
3.1.2 Besi Tuang Kelabu…………………………………………………….. 14

3.1.3 Besi Tuang Mampu Tempa…………………………………………… 15

3.2 Baja Tuang……………………………………………………………………. 15

3.2.1 Baja Karbon…………………………………………………………… 16

3.2.2 Baja Perpaduan Rendah Berkekuatan Tinggi………………………... 16

3.2.3 Baja Paduan …………………………………………………………... 16

BAB IV KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan………………………………………………………………….... 17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Gb. 1. Diagram Alir Perolehan Besi dan Baja…………………………………… 3

Gb. 2. Penampang Dapur Tinggi Moderen……………………………………… 4

Gb. 3. Dapur Listrik……………………….……………………………………… 5

Gb. 4. Konvertor L-D……………………..……………………………………… 6

Gb. 5. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar..…………………… 7

Gb. 6. Contoh kurva uji tarik…………….……………………………………… 8

Gb. 7. Perbandingan Kurva Engineering Strees-Strain Cast Iron dan Steel…… 16

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Material…...……………………….……………………………………… 5

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik,
mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut adalah sifat
mekanik. Sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan. Sifat
mekanik merupakan salah satu acuan untuk melakukan proses selanjutnya terhadap suatu
material, contohnya untuk dibentuk dan dilakukan proses permesinan. Untuk mengetahui
sifat mekanik pada suatu logam harus dilakukan pengujian terhadap logam tersebut. Salah
satu pengujian yang dilakukan adalah pengujian tarik.

Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat mekanik dari logam
tersebut, kita perlu benar-benar mengetahui nilai mutlak dan akurat dari sifat mekanik logam
tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini banyak dilakukan pengujian-pengujian terhadap
sampel dari material.

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang didapatkan
dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena
mengahasilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur
ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat. Salah satu cara
untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik
yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut. Uji tarik banyak
dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai
data pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat
dilihat dari kurva uji tarik.

Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu material,
khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis yang dapat diketahui dari hasil pengujian tarik
adalah sebagai berikut:

 Kekuatan tarik
 Kuat luluh dari material

1
 Keuletan dari material
 Modulus elastis dari material
 Kelentingan dari suatu material
 Ketangguhan

Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar


kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Karena dengan
pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan
secara perlahan. Pengujian tarik ini merupakan salah satu pengujian yang penting untuk
dilakukan, karena dengan pengujian ini dapat memberikan berbagai informasi mengenai
sifat-sifat logam.

1.2 Tujuan Makalah

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui kekuatan bahan logam besi tuang
dan baja tuang melalui kurva hasil uji tarik.

2
BAB II
PEMBUATAN BESI DAN BAJA

2.1 Perolehan Besi dan Baja


Besi dan Baja diperoleh dari proses yang cukup panjang. Gambar 4 berikut
menunjukkan diagram alir proses pembuatannya.

Gambar 1. Diagram Alir Perolehan Besi dan Baja

2.1.1 Dapur Tinggi

Mencairkan biji besi didalam dapur tinggi. Dapur tinggi modern mencapai
tinggi 60 m dan diameter dasar 7,5 m, dan dapat menghasilkan 2000 s.d 10.000 ton besi
setiap hari.
3
Cara kerjanya :

Kokas, biji besi dan bahan tambahan (batu kapur), dimasukkan kedalam dapur
melalui corong pengisi (double bell gas-trap system); bersama-sama dengan
dihembuskannya arus udara panas melalui saluran (tuyere) didekat inti dapur. Setelah
beberapa jam, lobang terak dan lubang laluan besi cair dibuka, pertama-tama
mengeluarkan terak dan kemudian besi cair.

Gambar 2. Penampang Dapur Tinggi Moderen

Proses pencairan diuraikan dalam 3 reaksi utama:

1. Proses kimia reduksi biji besi oleh gas karbon monoksida dari pembakaran kokas.
Besi oksida + karbon monoksida → besi + karbon dioksida.

2. Kapur (batu kapur) bergabung dengan kotoran-kotoran, dan juga dengan lumpur
yang terdapat pada biji besi, membentuk terak cair dan dikeluarkan dari dapur.
Lumpur padat + kapur → terak cair.

3. Karbon dari kokas bergabung dengan besi menjadi besi-carbide dan grafit.

Besi + karbon → besi carbide (Fe3 C) dan grafit

4
Besi cair ini kemudian dituang menjadi ‘besi kasar’ atau kemudian
dipergunakan dalam penuangan besi, atau masih dalam keadaan cair dipindahkan pada
bagian pembuatan baja.

Pada dapur modern yang besar, yang setiap harinya menghasilkan 2000 ton
besi kasar, material yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Material

Muatan (ton) Hasil (ton)

Biji besi (50% besi) 4000 Besi kasar 2000

Batu kapur 800 Terak 1600

Kokas 1800 Kotoran 200

Udara 8000 Gas panas 10.800

2.1.2 Proses Dapur Terbuka atau Siemens – Martin


Pada prinsipnya bahan dasar untuk membuat baja adalah besi kasar ataupun
besi kasar putih, walaupun suatu keuntungan besar pada proses pembuatan baja
modern karena apabila diperlukan, sejumlah besi bekas bisa dipakai. Dalam
pembuatan baja yang diperuntukkan konstruksi mesin, berbagai jenis proses hembus-
oksigen dan dapur listrik adalah cara teknik yang paling sering diterapkan. Perbedaan
mutu antara baja-baja yang dihasilkan dengan cara tersebut sangat kecil.

Gambar 3. Dapur Listrik

5
Pada dapur terbuka, besi bekas dalam perbandingan tertentu dapat
dipergunakan, karena bahan bakar dari luar dalam bentuk gas, mampu mencairkan
muatan. Dapur ini merupakan dapur terbuka yang luas, mampu menampung baja cair
100 ton lebih. Karena proses ini membutuhkan temperatur yang sangat tinggi (16000
C), gas dan udara yang masuk memerlukan pemanasan pendahuluan.

Proses pembuatan baja adalah oksidasi kotoran yang terdapat pada muatan;
menjadi terak yang mengapung pada permukaan baja cair. Proses oksidasi ini
sebagian dilaksanakan dengan menambahkan udara pada ruangan dapur, dan sebagian
dengan menambahkan bijih besi dengan kadar oksigen yang tinggi pada muatan. Jika
impuiritis (kotoran) telah dikurangi hingga tingkat yang dibutuhkan, terak
dikeluarkan; dan karbon ditambahkan dalam bentuk ‘anthracite’, dan mengurai
kedalam baja cair.

(anthracite: Antrasit = sejenis batu bara)

2.1.3 Proses Oksigen atau Linz – Donawitz


Converter L – D adalah suatu bejana dengan kapasitas hingga 300 ton. Karena
pada proses ini tidak ada panas keluar bersama nitrogen, dapat dipakai muatan besi
bekas hingga 40%. Pertama-tama dimasukkan besi bekas, kemudian kapur dan besi
kasar cair.

Gambar 4. Konvertor L-D

6
Oksigen kemudian dihembuskan pada permukaan muatan logam dari corong.
Kotoran pada muatan akan ter-oksidasi dan menjadi terak pada permukaan. Setelah
hembusan berakhir, terak dikeluarkan terlebih dahulu; muatan dipindahkan ke periuk,
untuk dituang menjadi batangan.

Catatan : Solid scrap = besi bekas

Molten pig iron = besi kasar cair

Oxygen lance = corong oksigen

Slag bogie = penampung terak

2.2 Dasar Pengujian Logam

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang didapatkan
dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena
menghasilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur
ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.

Gambar 5. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.

Seperti pada gambar 5 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada kedua arah
sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban yang sama besarnya.
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada material.

7
Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan
pembebanan uniaxial sehingga 13 pecimen uji mengalami peregangan dan bertambah
panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik 13pecimen sederhana, murah dan sangat
terstandarisasi 13pecimen 13g pengujian lain. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar pengujian
menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan dimensi 13pecimen uji, pemilihan grips
dan lain-lain.

Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang didapatkan.

Gambar 6. Contoh kurva uji tarik

Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari
pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi beban yang
diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan seperti dalam p
persamaan berikut:

s= P/A0

Keterangan ; s : besarnya tegangan (kg/mm2)

P : beban yang diberikan (kg)

A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah regangan


linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang dihasilkan setelah
pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.2 berikut.

8
Keterangan ; e : Besar regangan

L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)

Lo : Panjang awal benda uji (mm)

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada
komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan keadaan
tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk
menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau
titik luluh, persen perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah
parameter kekuatan, sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.

Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding lurus


terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah remangan yang tidak
menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut daerah elastis. Apabila beban
melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh, benda mengalami deformasi plastis
bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan.
Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar
dengan bertambahnya regangan plastik.

Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus
elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan

Keterangan ; E : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),

e : regangan

σ : Tegangan (kg/mm2)

Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik (sebanding

9
dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya regangan.

Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan luas penampang lintang lebih besar
dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan oleh pengerasan regang.
Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih
lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya
terpusat pada daerah tersebut dan benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal.
Karena penurunan luas penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi
akibat pengerasan regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda
uji akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang
hingga terjadi patah.

Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa
sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter, 1993]:

 Kekuatan tarik
 Kuat luluh dari material
 Keuletan dari material
 Modulus elastic dari material
 Kelentingan dari suatu material
 Ketangguhan.

2.3 Kekuatan Tarik

Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh
(Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan tarik atau kekuatan
tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum dibagi luas
penampang lintang awal benda uji. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus
dikaitkan dengan beban maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan
yang sangat terbatas.

Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik,
tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan
kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan

10
beban maksimum, di mana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang
sangat terbatas. Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam
kecil sekali kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui.
Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan
tarik, dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.

Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati tergantung pada
kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik
menjadi plastik yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik
mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan
batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang akan
digunakan. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala
regangan 2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan
gerakan beberapa ratus dislokasi.

Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan proporsional


antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara mengamati penyimpangan dari
bagian garis lurus kurva tegangan-regangan.

Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa
terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan
bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya menurun hingga suatu
batas yang sama dengan batas elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan
mikro. Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa (10-
4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional. Penentuan batas elastik
memerlukan prosedur pengujian yang diberi beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang
membosankan.

2.4 Kekuatan Luluh (Yield Strength)

Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik adalah
kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan titik yang
menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis.

11
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil
deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini adalah
kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva
tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh regangan
tertentu. Di Amerika Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen
(e = 0,002 atau 0,001)

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji diberi
pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat beban ditiadakan
maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang daripada
saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania Raya sering dinyatakan sebagai
tegangan uji (proff stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang
diperoleh dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan
spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik
atau batas proporsional.

2.5 Pengukuran Keliatan (Keuletan)

Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat diberikan
penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum pengukuran keuletan dilakukan
untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal [Dieter, 1993]. Untuk menunjukan elongasi di
mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa terjadi patah dalam suatu proses suatu
pembentukan logam, misalnya pengerolan dan ekstrusi. Untuk memberi petunjuk secara
umum kepada perancang mengenai kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis
sebelum patah. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi
pengolahan

2.6 Modulus Elastisitas

Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan keelastisitasannya.


Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik yang dihasilkan akibat pemberian
tegangan.Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak

12
dapat dirubah tanpa terjadi perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus
elastisitas salah satu sifat-sifat mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit
berubah oleh adanya penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.

Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai berikut.

𝜎
𝐸=
𝜀

Dimana, 𝜎 = tegangan N/m²

ε = regangan

2.7 Kelentingan (Resilience)

Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu
berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan.
Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yakni energi regangan tiap
satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan
luluh σo.

Kelentingan menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban energi pada
pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen, misal pegas mekanik,
adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan modulus elastisitas rendah.

2.8 Ketangguhan (Toughness)

Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada daerah plastik.


Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau didefinisikan.
Salah satu menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan daerah di bawah
kurva tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah energi tiap satuan volume yang dapat
dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah.

13
BAB III
BESI TUANG DAN BAJA TUANG
3.1 Besi Tuang
Besi tuang (cast Iron) dapat didefinisikan sebagai paduan dari besi dengan lebih dari
1,7 % karbon, biasanya kadar karbon ini berada pada kisaran antara 2,4 hingga 4 %,
merupakan bahan yang relatif mahal, dimana bahan ini diproduksi dari besi mentah cair,
atau besi/baja tua, ini merupakan produk besi tuang yang memiliki fungsi mekanis sangat
penting dan diproduksi dalam jumlah besar. Besi ini dibagi dalam 3 jenis, yakni

3.1.1. Besi tuang Putih (White Cast Iron)

Besi tuang putih (white cast iron) mengandung kadar silikon rendah, dimana
pada saat pemadatan besi carbida membentuk graphite di dalam ikatan matrix. Pada
besi tuang non-paduan strukturnya berbentuk pearlite. Besi tuang putih (white cast
iron) memiliki angka kekerasan antara 400 hingga 600 HB dengan tegangan tariknya
270 N/mm2 dan masih dapat ditingkatkan melalui penurunan kadar karbon sebesar
2,75 sampai 2,9 % menjadi 450 N/mm2. Proses machining untuk besi tuang putih ini
hanya dapat dilakukan dengan penggerindaan (grinding).

Besi tuang putih (white cast iron) digunakan dalam pembuatan komponen
mesin gerinda, kelengkapan penghancur, komponen dapur pemanas (furnance) dan
lain-lain. Besi tuang putih tidak terdaftar pada british standard. besi tuang putih (white
cast iron) dapat diberi perlakuan panas (heat treatment) untuk menurunkan angka
kekerasannya melalui proses pelunakan (anealing),yakni dengan pemanasan pada
temperatur 8500c untuk menguraikan free-karbon yang terbentuk karena pendinginan
cepat setelah penuangan (pengecoran). Proses ini dilakukan hanya pada kondisi
darurat. Sedangkan pengendalian sifat besi tuang putih ini tetap dengan metoda
pengendalian pendinginan dengan “iron

3.1.2. Besi tuang Kelabu (Grey Cast Iron)

Besi tuang kelabu (grey cast iron) mengandung unsur graphite yang berbentuk
serpihan sehingga memiliki sifat mampu mesin (machinability) serta masuk dalam
jajaran British Standards, yang membedakan jenis dari besi tuang kelabu ialah nilai
tegangannya Angka kekerasan dari Besi tuang ini ialah antara 155 HB sampai 320 HB
tergantung tingkatannya. besi tuang kelabu (grey cast iron) digunakan dalam
pembuatan crankcases, machine tool bed, brake drums, cylinder head dan lain-lain.

Besi tuang kelabu (grey cast iron) dapat diberi perlakuan panas (heat
treatment) untuk menghilangkan tegangan dalam setelah proses pengecoran yakni
dengan “stress reliefing” (lihat proses perlakuan panas) dengan memberikan

14
pemanasan lambat antara 500oC hingga 575oC, dengan holding time sekitar 3
jam diikuti dengan pendinginan secara perlahan-lahan. Proses lain dalam perlakuan
panas (heat treatment) yang memungkinkan untuk dilakukan pada besi tuang kelabu
ini ialah pelunakan (anealing), dengan proses ini akan terjadi perbaikan
pada strukturnya sehingga dimungkinkan untuk proses machining secara cepat, untuk
proses anealing ini dilakukan dengan memberikan pemanasan pada temperatur
anealing yakni 7000c dengan waktu pemanasan (holding time) setengah hingga
dua jam, dimana akan terbentuk structure pearlite tertutup dalam kesatuan ferrite
matrix, namun demikian tingkat kekerasan akan tereduksi sebesar 240 HB sampai 180
HB.

3.1.3. Besi Tuang Mampu Tempa (Malleable Cast Iron)

Besi tuang mampu tempa (Malleable cast Iron) adalah salah satu jenis besi
tuang yang memiliki struktur berwarna putih, dimana memiliki unsur graphite yang
sangat halus sehingga distribusi unsur Karbon menjadi lebih merata serta
mudah dibentuk. Besi tuang mampu tempa (Malleable cast Iron) terdapat dalam 3
bentuk jenis, yakni : Whitehearth, Blackhearth, dan Pearlitic nama-nama ini
merupakan istilah sesuai dengan bentuk microstruktur dari besi tuang tersebut.

Dari kandungan karbon, dapat disimpulkan besi tuang (cast iron) lebih getas
daripada baja (steel). Ditegaskan dengan kurva dan tabel berikut:

3.2 Baja Tuang

Dengan baja dimaksudkan suatu bahan dengan keserbasamaan yang besar, yang
terutama terdiri atas ferrum (Fe) dalam bentuk hablur dan 0,04 @ 1,6% zat arang (C); zat
arang itu didapat dengan jalan membersihkan bahan pada temperatur yang sangat tinggi,
dengan menggunakan proses – proses yang akan disebut sebagian besar dari besi kasar, yang
dihasilkan oleh dapur – dapur tinggi. Persentase yang sangat kecil dari unsur – unsur lainnya,
dapat mempengaruhi sifat – sifat baja dengan kuat sekali, secar baik atau jelek. Guna
membedakannya, jenis – jenis baja diberi nomor yang sesuai dengan tegangan patah yang
dijamin dan yang terendah pada percobaan tarik yang normal, tetapi untuk setiap jenis baja
juga ditentukan suatu TBmaks.

Klasifikasi Baja Tuang Berdasarkan komposisi :


1. Baja karbon
2. Baja paduan rendah
3. Baja tahan karat
15
3.2.1. Baja Karbon
Baja Karbon dibagi menjadi empat kategori berdasarkan persentase karbonnya :
Karbon rendah (kurang dari 0,15%); Karbon lunak (0,15 – 0,29%); Karbon sedang
(0.3 – 0.59%); dan karbon tingi (0,6 – 1,7%). Baja Karbon struktural termasuk dalam
kategori karbon lunak. Baja Karbon struktur menunjukan titik leleh dfinit,
peningkatan perentase karbon akan menigkatkan kekerasannya namun mengurangi
kekenyalannya, sehingga lebih sulit dilas.

3.2.2. Baja Perpaduan Rendah Berkekuatan Tinggi


Kategori ini meliputi baja – baja yang memiliki tegangan leleh dari 40 – 70 ksi
(275 – 480 MPa), yang menunjukan titik leleh yang jelas, sama dengan yang terjadi
pada baja karbon. Penambahan sejumlah elemen paduan terhadap baja seperti krom,
kolubium, tembaga, mangan, molibden, nikel, fosfor, vanadium atau zirkonium, akan
memperbaiki sifat – sifat mekanisnya

3.2.3. Baja Paduan


Baja paduan rendah dapat didinginkan dan disepuh supaya dapat mencapai
kekuatan leleh sebesar 80 – 110 ksi (550 – 760 MPa). Kekuatan leleh biasanya
didefinisikan sebagai tegangan pada regangan offset 0,2%, karena baja ini tidak
menunjukan titik leleh yang jelas. Kebanyakan baja dengan kekuatan sedemikian
merupakan baja paduan rendah. Baja paduan rendah ini pada umumnya memiliki
karbon sekitar 0,2% supaya dapat membatasi kekerasan mikrostruktur btiran kasar
(martensit) yang mungkin terbentuk selama perlakuan panas atau pengelasan,
sehingga dapat mengurangi bahaya retakan.

Gambar 7. Perbandingan kurva engineering strees-strain cast iron dan steel (baja wt 0.3% C)

16
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Setelah dilihat dari hasil pengujian tarik pada besi tuang dan baja tuang dapat kita
lihat dan bandingkan bahwa baja tuang memiliki keuletan dan sifat mekanis yang lebih baik
dari besi tuang, ini dikarenakan kadar karbon yang terdapat pada baja tuang lebih rendah dari
besi tuang.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/search?hl=en&q=gambar+kurva+uji+tarik+besi+tuang&bav=on.2,
or.r_gc.r_pw.r_qf.&bpcl=35243188&biw=1366&bih=667&um=1&ie=UTF-
8&tbm=isch&source=og&sa=N&tab=wi&ei=0aF1UN_c

http://fannowidy.blogspot.com/2011/11/pengaruh-annealing-terhadap-kekuatan.html

https://www.google.co.id/#hl=en&output=search&sclient=psy-
ab&q=gambar+kurva+uji+tarik+besi+tuang&oq=gambar+kurva+uji+tarik+besi+tuang&gs_l
=hp.3...3413.17269.0.18309.35.31

MATERIALS SCIENCE AND ENGINEERING, eight edition. 2009, United States of


America

METALURGI FISIK MODERN DAN REKAYASA MATERIAL, Smallman R E, 1999,


Erlangga : Jakarta

PENGANTAR MATERIAL TEKNIK, Bondan T. Sofyan. 2010. Jakarta : Salemba Teknika

PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK, Tata Surdia. 2000. Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Bahan kuliah yang didapat perkuliahan

Anda mungkin juga menyukai