FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… i
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN
2.7 Kelentingan…………………………………………………………………… 13
2.8 Ketangguhan…………………………………………………………………. 13
i
3.1.2 Besi Tuang Kelabu…………………………………………………….. 14
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………….... 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Material…...……………………….……………………………………… 5
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat mekanik dari logam
tersebut, kita perlu benar-benar mengetahui nilai mutlak dan akurat dari sifat mekanik logam
tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini banyak dilakukan pengujian-pengujian terhadap
sampel dari material.
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang didapatkan
dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena
mengahasilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur
ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat. Salah satu cara
untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik
yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut. Uji tarik banyak
dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai
data pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat
dilihat dari kurva uji tarik.
Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu material,
khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis yang dapat diketahui dari hasil pengujian tarik
adalah sebagai berikut:
Kekuatan tarik
Kuat luluh dari material
1
Keuletan dari material
Modulus elastis dari material
Kelentingan dari suatu material
Ketangguhan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui kekuatan bahan logam besi tuang
dan baja tuang melalui kurva hasil uji tarik.
2
BAB II
PEMBUATAN BESI DAN BAJA
Mencairkan biji besi didalam dapur tinggi. Dapur tinggi modern mencapai
tinggi 60 m dan diameter dasar 7,5 m, dan dapat menghasilkan 2000 s.d 10.000 ton besi
setiap hari.
3
Cara kerjanya :
Kokas, biji besi dan bahan tambahan (batu kapur), dimasukkan kedalam dapur
melalui corong pengisi (double bell gas-trap system); bersama-sama dengan
dihembuskannya arus udara panas melalui saluran (tuyere) didekat inti dapur. Setelah
beberapa jam, lobang terak dan lubang laluan besi cair dibuka, pertama-tama
mengeluarkan terak dan kemudian besi cair.
1. Proses kimia reduksi biji besi oleh gas karbon monoksida dari pembakaran kokas.
Besi oksida + karbon monoksida → besi + karbon dioksida.
2. Kapur (batu kapur) bergabung dengan kotoran-kotoran, dan juga dengan lumpur
yang terdapat pada biji besi, membentuk terak cair dan dikeluarkan dari dapur.
Lumpur padat + kapur → terak cair.
3. Karbon dari kokas bergabung dengan besi menjadi besi-carbide dan grafit.
4
Besi cair ini kemudian dituang menjadi ‘besi kasar’ atau kemudian
dipergunakan dalam penuangan besi, atau masih dalam keadaan cair dipindahkan pada
bagian pembuatan baja.
Pada dapur modern yang besar, yang setiap harinya menghasilkan 2000 ton
besi kasar, material yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Material
5
Pada dapur terbuka, besi bekas dalam perbandingan tertentu dapat
dipergunakan, karena bahan bakar dari luar dalam bentuk gas, mampu mencairkan
muatan. Dapur ini merupakan dapur terbuka yang luas, mampu menampung baja cair
100 ton lebih. Karena proses ini membutuhkan temperatur yang sangat tinggi (16000
C), gas dan udara yang masuk memerlukan pemanasan pendahuluan.
Proses pembuatan baja adalah oksidasi kotoran yang terdapat pada muatan;
menjadi terak yang mengapung pada permukaan baja cair. Proses oksidasi ini
sebagian dilaksanakan dengan menambahkan udara pada ruangan dapur, dan sebagian
dengan menambahkan bijih besi dengan kadar oksigen yang tinggi pada muatan. Jika
impuiritis (kotoran) telah dikurangi hingga tingkat yang dibutuhkan, terak
dikeluarkan; dan karbon ditambahkan dalam bentuk ‘anthracite’, dan mengurai
kedalam baja cair.
6
Oksigen kemudian dihembuskan pada permukaan muatan logam dari corong.
Kotoran pada muatan akan ter-oksidasi dan menjadi terak pada permukaan. Setelah
hembusan berakhir, terak dikeluarkan terlebih dahulu; muatan dipindahkan ke periuk,
untuk dituang menjadi batangan.
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang didapatkan
dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena
menghasilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur
ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.
Seperti pada gambar 5 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada kedua arah
sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban yang sama besarnya.
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada material.
7
Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan
pembebanan uniaxial sehingga 13 pecimen uji mengalami peregangan dan bertambah
panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik 13pecimen sederhana, murah dan sangat
terstandarisasi 13pecimen 13g pengujian lain. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar pengujian
menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan dimensi 13pecimen uji, pemilihan grips
dan lain-lain.
Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari
pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi beban yang
diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan seperti dalam p
persamaan berikut:
s= P/A0
8
Keterangan ; e : Besar regangan
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada
komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan keadaan
tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk
menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau
titik luluh, persen perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah
parameter kekuatan, sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus
elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan
e : regangan
σ : Tegangan (kg/mm2)
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik (sebanding
9
dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya regangan.
Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan luas penampang lintang lebih besar
dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan oleh pengerasan regang.
Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih
lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya
terpusat pada daerah tersebut dan benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal.
Karena penurunan luas penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi
akibat pengerasan regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda
uji akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang
hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa
sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter, 1993]:
Kekuatan tarik
Kuat luluh dari material
Keuletan dari material
Modulus elastic dari material
Kelentingan dari suatu material
Ketangguhan.
Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh
(Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan tarik atau kekuatan
tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum dibagi luas
penampang lintang awal benda uji. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus
dikaitkan dengan beban maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan
yang sangat terbatas.
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik,
tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan
kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan
10
beban maksimum, di mana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang
sangat terbatas. Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam
kecil sekali kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui.
Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan
tarik, dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.
Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati tergantung pada
kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik
menjadi plastik yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik
mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan
batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang akan
digunakan. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala
regangan 2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan
gerakan beberapa ratus dislokasi.
Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa
terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan
bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya menurun hingga suatu
batas yang sama dengan batas elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan
mikro. Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa (10-
4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional. Penentuan batas elastik
memerlukan prosedur pengujian yang diberi beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang
membosankan.
Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik adalah
kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan titik yang
menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis.
11
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil
deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini adalah
kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva
tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh regangan
tertentu. Di Amerika Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen
(e = 0,002 atau 0,001)
Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji diberi
pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat beban ditiadakan
maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang daripada
saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania Raya sering dinyatakan sebagai
tegangan uji (proff stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang
diperoleh dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan
spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik
atau batas proporsional.
Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat diberikan
penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum pengukuran keuletan dilakukan
untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal [Dieter, 1993]. Untuk menunjukan elongasi di
mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa terjadi patah dalam suatu proses suatu
pembentukan logam, misalnya pengerolan dan ekstrusi. Untuk memberi petunjuk secara
umum kepada perancang mengenai kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis
sebelum patah. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi
pengolahan
12
dapat dirubah tanpa terjadi perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus
elastisitas salah satu sifat-sifat mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit
berubah oleh adanya penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.
𝜎
𝐸=
𝜀
ε = regangan
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu
berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan.
Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yakni energi regangan tiap
satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan
luluh σo.
Kelentingan menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban energi pada
pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen, misal pegas mekanik,
adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan modulus elastisitas rendah.
13
BAB III
BESI TUANG DAN BAJA TUANG
3.1 Besi Tuang
Besi tuang (cast Iron) dapat didefinisikan sebagai paduan dari besi dengan lebih dari
1,7 % karbon, biasanya kadar karbon ini berada pada kisaran antara 2,4 hingga 4 %,
merupakan bahan yang relatif mahal, dimana bahan ini diproduksi dari besi mentah cair,
atau besi/baja tua, ini merupakan produk besi tuang yang memiliki fungsi mekanis sangat
penting dan diproduksi dalam jumlah besar. Besi ini dibagi dalam 3 jenis, yakni
Besi tuang putih (white cast iron) mengandung kadar silikon rendah, dimana
pada saat pemadatan besi carbida membentuk graphite di dalam ikatan matrix. Pada
besi tuang non-paduan strukturnya berbentuk pearlite. Besi tuang putih (white cast
iron) memiliki angka kekerasan antara 400 hingga 600 HB dengan tegangan tariknya
270 N/mm2 dan masih dapat ditingkatkan melalui penurunan kadar karbon sebesar
2,75 sampai 2,9 % menjadi 450 N/mm2. Proses machining untuk besi tuang putih ini
hanya dapat dilakukan dengan penggerindaan (grinding).
Besi tuang putih (white cast iron) digunakan dalam pembuatan komponen
mesin gerinda, kelengkapan penghancur, komponen dapur pemanas (furnance) dan
lain-lain. Besi tuang putih tidak terdaftar pada british standard. besi tuang putih (white
cast iron) dapat diberi perlakuan panas (heat treatment) untuk menurunkan angka
kekerasannya melalui proses pelunakan (anealing),yakni dengan pemanasan pada
temperatur 8500c untuk menguraikan free-karbon yang terbentuk karena pendinginan
cepat setelah penuangan (pengecoran). Proses ini dilakukan hanya pada kondisi
darurat. Sedangkan pengendalian sifat besi tuang putih ini tetap dengan metoda
pengendalian pendinginan dengan “iron
Besi tuang kelabu (grey cast iron) mengandung unsur graphite yang berbentuk
serpihan sehingga memiliki sifat mampu mesin (machinability) serta masuk dalam
jajaran British Standards, yang membedakan jenis dari besi tuang kelabu ialah nilai
tegangannya Angka kekerasan dari Besi tuang ini ialah antara 155 HB sampai 320 HB
tergantung tingkatannya. besi tuang kelabu (grey cast iron) digunakan dalam
pembuatan crankcases, machine tool bed, brake drums, cylinder head dan lain-lain.
Besi tuang kelabu (grey cast iron) dapat diberi perlakuan panas (heat
treatment) untuk menghilangkan tegangan dalam setelah proses pengecoran yakni
dengan “stress reliefing” (lihat proses perlakuan panas) dengan memberikan
14
pemanasan lambat antara 500oC hingga 575oC, dengan holding time sekitar 3
jam diikuti dengan pendinginan secara perlahan-lahan. Proses lain dalam perlakuan
panas (heat treatment) yang memungkinkan untuk dilakukan pada besi tuang kelabu
ini ialah pelunakan (anealing), dengan proses ini akan terjadi perbaikan
pada strukturnya sehingga dimungkinkan untuk proses machining secara cepat, untuk
proses anealing ini dilakukan dengan memberikan pemanasan pada temperatur
anealing yakni 7000c dengan waktu pemanasan (holding time) setengah hingga
dua jam, dimana akan terbentuk structure pearlite tertutup dalam kesatuan ferrite
matrix, namun demikian tingkat kekerasan akan tereduksi sebesar 240 HB sampai 180
HB.
Besi tuang mampu tempa (Malleable cast Iron) adalah salah satu jenis besi
tuang yang memiliki struktur berwarna putih, dimana memiliki unsur graphite yang
sangat halus sehingga distribusi unsur Karbon menjadi lebih merata serta
mudah dibentuk. Besi tuang mampu tempa (Malleable cast Iron) terdapat dalam 3
bentuk jenis, yakni : Whitehearth, Blackhearth, dan Pearlitic nama-nama ini
merupakan istilah sesuai dengan bentuk microstruktur dari besi tuang tersebut.
Dari kandungan karbon, dapat disimpulkan besi tuang (cast iron) lebih getas
daripada baja (steel). Ditegaskan dengan kurva dan tabel berikut:
Dengan baja dimaksudkan suatu bahan dengan keserbasamaan yang besar, yang
terutama terdiri atas ferrum (Fe) dalam bentuk hablur dan 0,04 @ 1,6% zat arang (C); zat
arang itu didapat dengan jalan membersihkan bahan pada temperatur yang sangat tinggi,
dengan menggunakan proses – proses yang akan disebut sebagian besar dari besi kasar, yang
dihasilkan oleh dapur – dapur tinggi. Persentase yang sangat kecil dari unsur – unsur lainnya,
dapat mempengaruhi sifat – sifat baja dengan kuat sekali, secar baik atau jelek. Guna
membedakannya, jenis – jenis baja diberi nomor yang sesuai dengan tegangan patah yang
dijamin dan yang terendah pada percobaan tarik yang normal, tetapi untuk setiap jenis baja
juga ditentukan suatu TBmaks.
Gambar 7. Perbandingan kurva engineering strees-strain cast iron dan steel (baja wt 0.3% C)
16
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Setelah dilihat dari hasil pengujian tarik pada besi tuang dan baja tuang dapat kita
lihat dan bandingkan bahwa baja tuang memiliki keuletan dan sifat mekanis yang lebih baik
dari besi tuang, ini dikarenakan kadar karbon yang terdapat pada baja tuang lebih rendah dari
besi tuang.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/search?hl=en&q=gambar+kurva+uji+tarik+besi+tuang&bav=on.2,
or.r_gc.r_pw.r_qf.&bpcl=35243188&biw=1366&bih=667&um=1&ie=UTF-
8&tbm=isch&source=og&sa=N&tab=wi&ei=0aF1UN_c
http://fannowidy.blogspot.com/2011/11/pengaruh-annealing-terhadap-kekuatan.html
https://www.google.co.id/#hl=en&output=search&sclient=psy-
ab&q=gambar+kurva+uji+tarik+besi+tuang&oq=gambar+kurva+uji+tarik+besi+tuang&gs_l
=hp.3...3413.17269.0.18309.35.31
PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK, Tata Surdia. 2000. Jakarta: PT. Pradnya Paramita