Anda di halaman 1dari 22

ANALISA KASUS ASURANSI PT ALLIANZ YANG MINTA

REKAM MEDIS PASIEN

BERDASARKAN PERMENKES NOMOR 269 TAHUN 2008

Untuk memenuhi tugas matakuliah

Manajemen Informasi Kesehatan (MIK) IV

yang dibina oleh Bapak Achmad Zani Pitoyo, M.Kes., MMRS

Oleh

1. Ershavira Fatikha Sari (1604000009)


2. Triana Wijayanti (1604000023)
3. Nurul Aini (1604000035)
4. Nova Kurnianingtyas Prahesti (1604000039)
5. Ahmad Diyaul Anwar (1604000073)
6. Heny Okta Hardianti (1604000083)
7. Zahrotul Muna (1604000093)

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

JURUSAN KESEHATAN TERAPAN

D-III PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


JANUARI 2018

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya telah memudahkan penulis untuk
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisa Kasus Asuransi PT Allianz Yang
Minta Rekam Medis Pasien Berdasarkan Permenkes Nomor 269 Tahun 2008”
sehingga penulis dapat memenuhi salah satu tugas matakuliah Manajemen Informasi
Kesehatan (MIK) IV yang dibina oleh Bapak Achmad Zani Pitoyo, M.Kes., MMRS.

Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya


atas bantuan dari semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini. Penulis
menyadari dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh kesempurnaan, baik
materi maupun dalam cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik. Terakhir, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Malang, Februari 2018

Penulis

2
3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. 5

1.2. 6

1.3. 6

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1. 7

2.1.1. 7

2.1.2. 7

2.1.3. 10

2.1.4. 11

2.1.5. 12

2.1.6. 12

2.1.7. 13

2.2. 14

2.3. 18

BAB III PENUTUP 11

3.1. 20

3.2. 21

DAFTAR PUSTAKA 1

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam Permenkes No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam


medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien,
hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien.
Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi
mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pelayanan
kesehatan. Sedangkan dokumen adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga
kesehatan tertentu, laporan hasil pemeriksaan penunjang, catatan observasi dan
pengobatan harian dan semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar pencitraan
(imaging). dan rekaman elektro diagnostik.
Rekam Medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas dan dalam bentuk
teknologi Informasi elektronik yang diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.
Rekam medis terdiri dari catatan-catatan data pasien yang dilakukan dalam
pelayanan kesehatan. Catatan-catatan tersebut sangat penting dalam pelayanan bagi
pasien karena dengan data yang lengkap dapat memberikan informasi dalam
menentukan keputusan, baik pengobatan, penanganan, tindakan medis dan lainnya.
Dokter atau dokter gigi diwajibkan membuat rekam medis sesuai peraturan yang
berlaku.
Berkas rekam medis merupakan milik sarana pelayanan kesehatan sedangkan
isi rekam medis merupakan milik pasien. Apabila pasien meminta isi rekam medis
maka dapat diberikan dalam bentuk ringkasan rekam medis. Ringkasan rekam medis
dapat diberikan, dicatat atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau
atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.
Pada makalah ini akan membahas mengenai “Kasus Asuransi PT
Allianz Yang Minta Rekam Medis Pasien” yang melanggar Permenkes Nomor 269
Tahun 2008 Tentang Rekam Medis karena pihak Allianz meminta untuk menyertakan
syarat kepada nasabah bernama Ifranius Algadri agar memberikan rekam medis atau
catatan medis untuk mencairkan klaim asuransi biaya perawatan rumah sakit. Padahal
menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 hak pasien hanyalah mendapat resume
medis atau ringkasan medis.

5
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut:

1) Apa yang di maksud Rekam Medis Berdasarkan Permenkes Nomor 269


Tahun2008?
2) Bagaimana Kronologi Kasus Asuransi PT. Allianz Yang Minta Rekam
Medis Pasien?
3) Bagaimana Analisa Kasus Asuransi PT. Allianz Yang Minta Rekam
Medis Pasien?

1.3. Tujuan

1) Untuk mengetahui apa yang di maksud Rekam Medis Berdasarkan


Permenkes Nomor 269 Tahun2008.
2) Untuk mengetahui Kronologi Kasus Asuransi PT. Allianz Yang Minta
Rekam Medis Pasien.
3) Untuk mengetahui Analisa Kasus Asuransi PT. Allianz Yang Minta
Rekam Medis Pasien.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Rekam Medis Berdasarkan Permenkes 269 Tahun 2008

2.1.1. Definisi Rekam Medis Berdasarkan Permenkes 269 Tahun 2008

Dalam Permenkes No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam


medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien,
hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien.

Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi
mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pelayanan
kesehatan. Sedangkan dokumen adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga
kesehatan tertentu, laporan hasil pemeriksaan penunjang, catatan observasi dan
pengobatan harian dan semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar pencitraan
(imaging). dan rekaman elektro diagnostik.

Rekam medis terdiri dari catatan-catatan data pasien yang dilakukan dalam
pelayanan kesehatan. Catatan-catatan tersebut sangat penting dalam pelayanan bagi
pasien karena dengan data yang lengkap dapat memberikan informasi dalam
menentukan keputusan, baik pengobatan, penanganan, tindakan medis dan lainnya.
Dokter atau dokter gigi diwajibkan membuat rekam medis sesuai peraturan yang
berlaku.

2.1.2. Isi Rekam Medis /medical record

Data-data yang harus dimasukkan dalam Medical Record dibedakan untuk


pasien yang diperiksa di unit rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Setiap
pelayanan apakah itu di rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat dapat membuat
rekam medis dengan data-data sebagai berikut:

7
1. Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam medical record sekurang-
kurangnya antara lain:

1. Identitas Pasien

2. Tanggal dan waktu.

3. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).

4. Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis.

5. Diagnosis

6. Rencana penatalaksanaan

7. Pengobatan dan atau tindakan

8. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

9. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik


dan

10. Persetujuan tindakan bila perlu.

2. Rekam Medis Pasien Rawat Inap


Data pasien rawat inap yang dimasukkan dalam medical record
sekurang-kurangnya antara lain:

1. Identitas Pasien

2. Tanggal dan waktu.

3. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).

4. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.

5. Diagnosis

8
6. Rencana penatalaksanaan / TP (treatment planning)

7. Pengobatan dan atau tindakan

8. Persetujuan tindakan bila perlu

9. Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan

10. Ringkasan pulang (discharge summary)

11. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan.

12. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan


tertentu dan

13. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik

3. Rekam Medis Pasien Gawat Darurat


Data untuk pasien gawat darurat yang harus dimasukkan dalam medical
record sekurang-kurangnya antara lain:

1. Identitas Pasien

2. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan

3. Identitas pengantar pasien

4. Tanggal dan waktu.

5. Hasil Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat


penyakit).

6. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.

7. Diagnosis

8. Pengobatan dan/atau tindakan

9
9. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit
gawat darurat dan rencana tindak lanjut.

10. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan.

11. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan


dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain dan

12. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Khusus isi rekam medis pasien akibat bencana maka ditambahkan

o jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukan;

o kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal dan

o identitas orang yang menemukan pasien;

Rekam medis untuk pelayanan dokter spesialis dan dokter gigi spesialis dapat
dikembangkan sesuai kebutuhan Rekam medis yang dibuat dalam pelayanan di
ambulance atau pengobatan masal sama seperti rekam medis gawat darurat dan
rekam medis disimpan di sarana kesehatan. Rekam medis harus segera dibuat
dan dilengkapi oleh dokter dan dokter gigi setelah memberikan pelayanan.

2.1.3. Ringkasan Pulang (discharge summary) atau resume medis

Harus dibuat oleh dokter atau dokter gigi yang melakukan perawatan
pasien. Isi ringkasan pulang sekurang-kurangnya memuat:

1. identitas pasien;

2. diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;

10
3. ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir,
pengobatan dan tindak lanjut; dan

4. nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan
pelayanan kesehatan.

Contoh Data Identitas Pasien antara lain:

– Nama :

– Jenis Kelamin :

– Tempat Tanggal lahir :

– Umur :

– Alamat :

– Pekerjaan :

– Pendidikan :

– Golongan Darah :

– Status pernikahan :

– Nama orang tua :

– Pekerjaan Orang tua :

– Nama suami/istri :

2.1.4. Penyelenggaraan Rekam Medis

Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan


pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien.

11
Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan
tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan
pelayanan kesehatan secara langsung.

Bila terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis dapat
dilakukan pembetulan dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang
dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu
yang bersangkutan.

Dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan bertanggungjawab atas


pencatatan atau pendokumentasian pada rekam medis.

2.1.5. Penyimpanan

Masa simpan rekam medis disarana rumah sakit adalah selama 5 (lima)
tahun terhitung sejak tanggal terakhir pasien mendapat perawatan, kecuali
ringkasan pulang dan persetujuan tindakan selama 10 (sepluh) tahun.
Sedangkan masa simpan disarana kesehatan selain rumah sakit adalah 2 (dua)
tahun.

Setelah batas waktu tersebut, maka rekam medis dapat dimusnahkan


dengan mengikuti aturan yang telah ditentukan untuk pemusnahan dokumen.

2.1.6. Kerahasiaan Rekam Medis

Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat


pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh
dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan
sarana pelayanan kesehatan.

Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat


pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal:

1. untuk kepentingan kesehatan pasien;

12
2. memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum atas perintah pengadilan;

3. permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;

4. permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-


undangan; dan

5. untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang


tidak menyebutkan identitas pasien.

Permintaan rekam medis untuk tujuan tersebut diatas harus dilakukan


secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

2.1.7. Kepemilikan, Pemanfaatan dan Tanggung jawab.

Kepemilikan Rekam Medis


Berkas rekam medis merupakan milik sarana pelayanan kesehatan sedangkan
isi rekam medis merupakan milik pasien. Apabila pasien meminta isi rekam medis
maka dapat diberikan dalam bentuk ringkasan rekam medis. Ringkasan rekam medis
dapat diberikan, dicatat atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau
atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.

Pemanfaatan rekam medis

1. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;

2. alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran


dan kedokteran gigi dan penegakan etika kedokteran dan etika kedokteran
gigi;

3. keperluan pendidikan dan penelitian;

4. dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan; dan

5. data statistik kesehatan.

13
Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan pedidikan dan penelitian yang
menyebutkan identitas pasien harus mendapat persetujuan secara tertulis dari
pasien atau ahli warisnya dan harus dijaga kerahasiaannya.

Pemanfaatan rekam medis untuk kepenluan pendidikan dan penelitian tidak


diperlukan persetujuan pasien, bila dilakukan untuk kepentingan negara.

Tanggung Jawab

Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak,


pemalsuan, dan/atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak terhadap
rekam medis.

2.2. Kronologi Kasus Asuransi PT. Allianz Yang Minta Rekam Medis Pasien

Pengacara Korban: Allianz Minta Rekam Medis, Bukan Resume Medis.


Ifranius Algadri masih ingat ketika ia kena tifus sekitar September tahun lalu.
Sesudah dirawat tujuh hari, ia merasa sudah cukup dan harus segera pulang. Ia
mengkhawatirkan urusan-urusan bisnisnya. Tapi dokter bilang ia mesti dirawat
sekitar 10 hari lagi. Frans, panggilan sehari-harinya, menolak saran dokter.

Akhirnya ia pulang, “Saya bilang enggaklah, saya mau pulang, karena saya
banyak kerjaan.” Belakangan Frans mengklaim biaya perawatan itu ke PT Allianz
Life, perusahaan asuransi yang baru dipakainya. Total klaim itu Rp12 juta, dan
Alianz langsung membayarnya tanpa ada masalah.Frans mengisi formulir klaim dan
hanya dimintai kuitansi legalisir, hasil pemeriksaan dari laboratorium, dan resume
medis. Yang disebut terakhir adalah catatan dokter memuat ringkasan kondisi
kesehatan pasien.

Pada November, Frans kembali sakit. Ia baru melawat dari Singapura dan
pingsan di bandara. Kali ini perutnya bermasalah.
“Saya makan sembarangan, makan duren, (ternyata) keracunan.”Ia dibawa dibawa ke
14
Rumah Sakit Omni demi kepraktisan karena dekat dari bandara.Kemudian ia
pulang.Pada Januari, masalah perut itu kembali lagi. Ia mengunyah makanan laut di
salah satu acara bisnis.
“Tapi kayaknya saya sensitif deh makan seafood. Waktu itu perut rasanya terkuras
parah.”

Frans dibawa ke Rumah Sakit Mayapada di bilangan Cilandak, Jakarta


Selatan. Sama seperti sakit tifus, dokter memintanya lebih lama dirawat, tetapi ia
ngotot pulang karena tak bisa meninggalkan urusan bisnis kelewat lama. Klaim biaya
kedua perawatan itu diajukan oleh Frans. Namun, berbeda dari klaim pertama,
Allianz mengulur-ulur waktu.
Frans akhirnya menelepon layanan konsumen Allianz, yang diingatnya dijawab oleh
pegawai bernama Dian, dengan niat menanyakan kabar klaim bulan November yang
belum dicairkan sampai Januari 2017.

Pihak asuransi menjawab bahwa klaim itu “masih dalam investigasi.”

“Saya memang orang awam, tapi saya baca lagi polis. Di situ jelas, selambat-
lambatnya klaim harus dikirim 30 hari setelah pasien keluar dari rumah sakit.
Bilamana tidak dikirim, klaim ditolak. Nah, saya tanya, batas investigasi kalian
berapa lama?” ujar Frans, merespons.
“Kalau itu enggak ada batas, Pak. Maklum, Pak, asuransi bisa investigasi sebulan ...
dua bulan,” jawab pegawai CS Allianz, ditirukan Frans.
Meski tak puas atas jawaban itu, Frans menunggu kabar, dan pada Maret

kemudian ia mendatangi kembali kantor Allianz. Ia bertemu seorang pelayan


konsumen lagi: “Kok klaim saya digantung? Kalau mau ditolak, ya dibuatlah
suratnya. Saya sudah tidak masalah lagi dengan nilai klaim sekarang. Yang saya
masalahkan iktikad kalian.” Namun, sang CS berdalih bahwa surat pemberitahuan
sudah diberikan kepada seseorang bernama Hariyadi, yang mengaku sebagai sekuriti
Frans.

15
Frans kaget karena tak mengenal seseorang bernama Hariyadi. “Bapak saya,
ibu saya, adik-kakak saya, enggak ada yang namanya Hariyadi.” Dari sana ia minta
salinan surat tersebut. Isi surat itu meminta Frans untuk melengkapi syarat rekam
medis dalam waktu 14 hari; dan jika tidak, klaim akan ditolak. Tentu saja masa
tenggang itu sudah dilewati Frans.
Kesal, Frans menyuruh CS di depannya untuk minta sendiri rekam medis.
“Saya kasih surat kuasa deh sama kalian,” kata Frans.
Sang CS justru bilang tak bisa sebab pihaknya juga sudah mencoba minta rekam
medis tapi pihak rumah sakit menolak memberikannya.
“Lah, kalian tahu itu, kenapa suruh saya?” Frans makin kesal. “Itu, kan, di luar
nalar!” Akhirnya, Frans dibawa ke bagian komplain, yang ia ingat dilayani pegawai
bernama Wayan, dan ia menceritakan hal sama. Tapi Wayan juga menjawab hal
serupa bahwa rekam medis memang tak bisa diminta.
Frans akhirnya mengancam bakal menempuh jalur hukum. Ia memberi waktu
sampai pukul enam sore hari itu agar Allianz menyelesaikan urusan klaimnya.
Namun, salah satu CS menjawab tak keberatan bila Frans melaporkan kasus klaim itu
ke polisi.

“Di situ bukan masalah klaim lagi. Klaimnya cuma 16 juta lima ratus. Kalau saya
sewa lawyer, itu berapa? Belum biaya operasional, belum biaya makan, lebih enggak
16 juta? Karena ada harga diri, saya buktiin, saya laporin,” Frans menceritakan
pengalamannya, menggebu-gebu.
Kasus itu akhirnya memang berlabuh di Polda Metro Jaya. Ia menyeret
mantan presiden direktur Allianz Life Joachim Wessling dan mantan manajer klaim
Yuliana Firmansyah, dengan pasal 62 UU nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen. Kedua petinggi Allianz itu sempat dicari-cari karena tak datang setelah
dipanggil polisi, terutama Wessling yang diduga berada di luar negeri.

Pihak Allianz menyertakan syarat kepada nasabah bernama Ifranius Algadri


agar memberikan rekam medis atau catatan medis untuk mencairkan klaim asuransi

16
biaya perawatan rumah sakit. Padahal hak pasien hanyalah mendapat resume atau
ringkasan medis.

Bahkan menurut Alvin Lim, pengacara pelapor sekaligus korban, syarat


tersebut yang ditentukan oleh Allianz melanggar Permenkes No
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.

"Allianz meminta nasabah untuk memberikan catatan medis lengkap rumah sakit,
bukan resume medis yang dilegalisir," ujar Alvin dalam keterangan tertulisnya,
Jakarta, Rabu (27/9/2017).

Alvin melanjutkan, syarat penyertaan rekam medis terhadap kliennya ternyata


ditentukan sepihak dan mengada-ada oleh Allianz. Sejatinya, korban telah memenuhi
persyaratan klaim secara lengkap berdasarkan buku polis.

Tak hanya itu, Allianz juga memberi batasan waktu dua minggu agar nasabah
memenuhi persyaratan menyertakan rekam medis rumah sakit. Jika tidak terpenuhi,
maka klaim asuransi dinyatakan hangus.

Alvin menduga, Allianz sengaja membuat syarat yang tidak mungkin bisa
dipenuhi oleh nasabah. Dengan begitu, perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan
lantaran tidak perlu mencairkan klaim nasabah yang tidak memenuhi persyaratan
yang ditentukan.

"Syarat yang diajukan oleh Allianz hanyalah modus dan tipu daya untuk
menolak klaim secara halus," kata dia. Namun, menurut Alvin Lim, Allianz pernah
meminta syarat yang sama kepada kliennya yang lain, bernama Indah Goena Nanda.
Dalam kasus itu nilai klaim hanya Rp9 juta. Goena juga mengalami kesulitan klaim
saat kali kedua. (Klaim pertama Goena cenderung lancar seperti yang dialami Frans.)

Meski kedua laporan ini sudah dicabut, Alvin menerima klien baru atas nama
Mario Sastra Wijaya, yang sudah melaporkan Allianz kepada Polda Metro Jaya untuk

17
kasus sama. Wijaya juga mengeluhkan syarat rekam medis yang disyaratkan Allianz.
Menurut Alvin, sudah ada belasan laporan serupa yang mengeluhkan rekam medis,
tapi masih mengumpulkan bukti awal.

“Makanya, pasti akan masuk kena pidana lagi dan jadi tersangka lagi, karena
sama persis (delik) pidananya,” ujar Alvin, 8 November lalu.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu


menilai permintaan syarat asuransi adalah hal biasa jika nasabah sudah mengklaim
lebih dari sekali.

“Biasanya perusahaan asuransi, kalau ada klaim yang sama, dua atau tiga kali,
pasti (curiga). Itu normal. Proses yang normal,” katanya di Balai Kartini, Jakarta,
akhir September lalu.

Allianz Life menolak memberikan keterangan lebih lanjut dengan alasan


menghormati proses hukum yang berjalan. Hal ini disampaikan dalam rilis resminya
serta lewat kepala humas korporat Adrian DW. Ketika dihubungi lagi untuk dimintai
komentar lebih lanjut, Adrian masih tidak menjawab

2.3. Analisa Kasus Asuransi PT. Allianz Yang Minta Rekam Medis Pasien

Jakarta, Rabu (27/9/2017). Allianz meminta nasabah untuk memberikan


catatan medis lengkap rumah sakit, bukan resume medis yang dilegalisir,

Pihak Allianz menyertakan syarat kepada nasabah bernama Ifranius Algadri


agar memberikan rekam medis atau catatan medis untuk mencairkan klaim asuransi
biaya perawatan rumah sakit. Padahal hak pasien hanyalah mendapat resume atau
ringkasan medis.

18
Pengacara pelapor sekaligus korban, syarat tersebut yang ditentukan oleh
Allianz melanggar Permenkes No 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 12 sebagai
berikut :

(1) Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan

(2) Isi rekam medis merupakan milik pasien

(3) Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk
ringkasan rekam medis

(4) Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi
kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang
berhak untuk itu.

dan juga pasal 13 yang berisi ;


(1) Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai:
a.pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;
b.alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran, dan
kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi;
c.keperluan pendidikan dan penelitian;
d.dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan; dan

e.data statistik kesehatan.

(2) Pemanfaatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yang
menyebutkan identitas pasien harus mendapat persetujuan secara tertulis dari pasien
atau ahli warisnya dan harus dijaga kerahasiaannya.
(3) Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan pendidikan dan penelitian tidak
diperlukan persetujuan pasien, bila dilakukan untuk kepentingan negara.

19
Di pasal 12 dijelaskan bahwa pasien hanya mendapatkan hak mendapatkan
ringkasan rekam medis tidak bisa mendapatkan rekam medis secara keseluruhan. dan
di pasal 13 berisi permintaan ringkasan rekam medis yang akan dijadikan untuk dasar
pembayaran biaya pelayanan kesehatan harus disertai dengan persetujuan dari pasien
terlebih dahulu yang tidak dilakukan oleh PT Allianz, dimana PT Allianz mengaku
bahwa mengajukan permintaan rekam medis tanpa sepengetahuan si pasien.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pihak PT Allianz menyertakan syarat kepada nasabah bernama


Ifranius Algadri agar memberikan rekam medis atau catatan medis untuk
mencairkan klaim asuransi biaya perawatan rumah sakit. Padahal hak pasien
hanyalah mendapat resume atau ringkasan medis. Hal ini membuktikan bahwa
PT Allianz telah melanggar Permenkes No 269/MENKES/PER/III/2008 pasal
12 dan 13.

Di pasal 12 dijelaskan bahwa pasien hanya mendapatkan hak


mendapatkan ringkasan rekam medis tidak bisa mendapatkan rekam medis
secara keseluruhan. Sedangkan di pasal 13, berbunyi bahwa permintaan
ringkasan rekam medis yang akan dijadikan untuk dasar pembayaran biaya
pelayanan kesehatan harus disertai dengan persetujuan dari pasien terlebih
dahulu yang tidak dilakukan oleh PT Allianz, dimana PT Allianz mengaku
bahwa mengajukan permintaan rekam medis tanpa sepengetahuan si pasien.

20
3.2. Saran

1. Seharusnya masyarakat lebih berhati-hati dalam memilih perusahaan


asuransi, masyarakat wajib membaca semua ketentuan yang berlaku baik
mengenai jenis produk asuransi, proses pembayaran, proses klaim
maupun manfaat dan kekurangan asuransi. Hal ini penting agar nasabah
mengetahui hak dan kewajibannya secara lebih detail sebagai nasabah
asuransi, dan tidak begitu saja percaya apa yang disampaikan perusahaan
asuransi. Jangan sampai calon nasabah enggan membaca detail karena
alasan banyaknya ketentuan yang tercantum dalam polis/ketentuan.
Karena hal ini berpotensi besar merugikan nasabah di kemudian hari
2. Perusahaan asuransi harus semakin menerapkan good corporate
governance dan menjalankan bisnis sesuai dengan kaidah bisnis yang
profesional dan beretika, dengan memberikan penjelasan secara rinci dan
tidak mempersulit nasabahnya. Sehingga semua pihak bisa sama-sama
mendapat manfaat sesuai hak dan kewajibannya.
3. Pemerintah harus terus meningkatkan pengawasan terhadap lembaga
asuransi nasional. Sehingga masyarakat bisa aman dan terlindungi
menggunakan suatu produk asuransi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Rakhmawan, Agung. 2010. REKAM MEDIS (PERMENKES NO:


269/MENKES/ PER/III/2008).(https://agungrakhmawan.wordpress.com/2010/
06/07/rekam-medis-permenkes-no-269menkes-periii2008/), diaskses pada 12
Februari 2018.

m.liputan6.com. 2017. Pengacara Korban: Allianz Minta Rekam Medis, Bukan


Resume Medis. (https://m.liputan6.com/amp/3110000/pengacara-korban-
allianz-minta-rekam-medis-bukan-resume-medis), diaskses pada 12 Februari
2018.

22

Anda mungkin juga menyukai