BAB 18
PEMBERDAYAAN KOPERASI, DAN USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH (KUKM)
A. PERMASALAHAN
Pada tahun 2003, jumlah UKM sebanyak 42,4 juta unit usaha, yang bagian
terbesarnya berupa usaha skala mikro, dapat menyerap lebih dari 79,0 juta tenaga
kerja, meliputi usaha mikro dan kecil sebanyak 70,3 juta tenaga kerja dan usaha
menengah sebanyak 8,7 juta tenaga kerja. Sementara itu sampai dengan tahun 2002,
jumlah koperasi mencapai 117 ribu unit, dengan jumlah anggota sebanyak 24.049
ribu orang dan jumlah koperasi yang aktif adalah sebanyak 92 ribu unit.
Perkembangan seperti itu menunjukkan bahwa KUKM akan tetap berperanan besar
dalam penyediaan lapangan kerja.
UKM juga masih menghadapi berbagai permasalahan yang terkait dengan iklim
usaha seperti: (a) besarnya biaya transaksi, panjangnya proses perijinan dan
timbulnya berbagai pungutan; dan (b) praktik usaha yang tidak sehat. Di samping
itu, otonomi daerah yang diharapkan mampu mempercepat tumbuhnya iklim usaha
yang kondusif bagi KUKM, ternyata belum menunjukkan kemajuan yang merata.
Sejumlah daerah telah mengidentifikasi peraturan-peraturan yang menghambat
sekaligus berusaha mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dan bahkan telah
meningkatkan pelayanan kepada KUKM dengan mengembangkan pola pelayanan
satu atap. Namun masih terdapat daerah lain yang memandang KUKM sebagai
sumber pendapatan asli daerah dengan mengenakan pungutan-pungutan baru bagi
KUKM sehingga biaya usaha KUKM meningkat. Aspek kelembagaan pendukung
yang belum mapan menjadi masalah mendasar untuk diatasi.
B. SASARAN
Bagian IV.18 – 2
Draft 12 Desember 2004
C. ARAH KEBIJAKAN
D. PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN
tersebut.
Bagian IV.18 – 4
Draft 12 Desember 2004
Kegiatan-kegiatan pokok dari program ini antara lain berkenaan dengan upaya:
1. Penyediaan fasilitasi untuk mengurangi hambatan akses KUKM terhadap
sumber daya produktif, termasuk sumber daya alam;
2. Peningkatan peranserta dunia usaha/masyarakat sebagai penyedia jasa
layanan teknologi, manajemen, pemasaran, informasi dan konsultan usaha
melalui penyediaan sistem insentif, kemudahan usaha serta peningkatan
kapasitas pelayanannya;
3. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan Lembaga Keuangan
Mikro (LKM) dan KSP/USP antara lain melalui perlindungan status badan
hukum, kemudahan perijinan dan pembentukan sistem jaringan antar LKM
dan antara LKM dan Bank, serta peningkatan kualitas dan akreditasi
KSP/USP/LKM sekunder;
4. Perluasan sumber pembiayaan KUKM, khususnya skim kredit investasi
KUKM, dan peningkatan peran lembaga keuangan bukan bank, seperti
modal ventura, serta peran lembaga penjaminan kredit UKM nasional dan
daerah, disertai dengan pengembangan jaringan informasinya:
5. Peningkatan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan dana pengembangan
UKM yang bersumber dari berbagai instansi pemerintah pusat, daerah dan
BUMN;
6. Dukungan terhadap upaya mengatasi masalah kesenjangan kredit dalam
pendanaan UKM (kesenjangan skala, formalisasi dan informasi);
7. Pengembangan sistem insentif, akreditasi, sertifikasi dan perkuatan lembaga-
lembaga pelatihan serta jaringan kerjasama antarlembaga pelatihan;
8. Pengembangan dan revitalisasi unit pelatihan dan penelitian dan
pengembangan (litbang) teknis dan informasi milik berbagai instansi
pemerintah pusat dan daerah untuk berperan sebagai lembaga pengembangan
usaha KUKM;
9. Penataan dan perkuatan organisasi dan modernisasi manajemen koperasi
yang menjadi wadah kepentingan bersama UKM untuk memperoleh efisien
kolektif; serta
10. Penguatan jaringan pasar produk KUKM, termasuk pasar ekspor, melalui
pengembangan lembaga pemasaran, jaringan usaha termasuk kemitraan
usaha, dan pengembangan sistem transaksi usaha yang bersifat on-line,
terutama bagi komoditas unggulan berdaya saing tinggi.
Bagian IV.18 – 5
Draft 12 Desember 2004
KOMPETITIF KUKM
Bagian IV.18 – 6
Draft 12 Desember 2004
Bagian IV.18 – 7