JP A Kunta Nsid D 151121
JP A Kunta Nsid D 151121
JMV. Mulyadi1
INFO ARTIKEL A B S T R A C T
JEL Classification:
Bank efficiency are important in the assessment of the health of
G29
banks. Data Envelopment Analysis is a model of efficiency assessment bank
O33
that is widely used because it provides a more detailed analysis of the results
compared to financial ratios. Analysis carried out by the production approach,
Keywords:
intermediation, revenues and profits. This study assesses the 10 major banks
data envelopment analysis,
in Indonesia. The results showed that of the 10 large banks are still found
input, output, production
inefficiencies. DEA resulted in a recommendation that development can
approach, intermediation
be done bank to achieve optimum efficiency. Based on the recommendation
approach, revenue
expected the bank to maximize the desired profit through efficiency.
approach and profit
approach.
A B S T R A K
*Email Korespondensi:1mulyadijmv@gmail.com
merupakan metode penilaian efisiensi yang mulai pola perhitungan kombinasi berbagai variabel
perkenalkan di Indonesia untuk menilai efisiensi dengan satuan yang berbeda-beda. Kedua, nilai
perbankan. Harian Bisnis Indonesia bahkan sudah efisiensi yang dihasilkan bersifat relatif atau
menggunakan DEA untuk memberikan award hanya berlaku dalam lingkup sekumpulan unit
kepada bank-bank yang memperoleh peringkat yang diperbandingkan tersebut.
efisiensi tertinggi. Lembaga Pengembangan Beberapa penelitian yang menggunakan
perbankan Indonesia telah memperkenalkan DEA untuk menilai efisiensi bank telah banyak
penggunaan DEA untuk menilai efisiensi cabang digunakan banyak negara, misalnya temuan riset
Bank. DEA melihat efisiensi dari sisi yang lain Oral, et al.(1992), Golany dan Storbeck (1999),
yaitu seberapa efisien perusahaan menggunakan Asish Saha dan Ravisankar (2000), dan Sathye
sumberdaya yang dimiliki untuk menghasilkan (2001). Hal yang sama dilakukan di Indonesia
pendapatan. antara lain oleh Sya’dullah (2002), Hadad, dkk
Model DEA untuk suatu unit dapat (2003), Siswadi (2004) dan Mulyadi (2006).
diformulasikan ke dalam Linear Programing DEA dapat digunakan untuk meranking bank
fraksional dengan menjadikan input dan output berdasarkan efisiensinya dan hasil analisis DEA
sebagai variabel keputusan. DEA menilai juga konsisten dengan nilai saham bank-bank
efisiensi dari unit sejenis yang mempunyai tujuan yang go-public dengan kata lain studi DEA
yang sama; unit dapat berarti bank, cabang, unit konsisten dengan persepsi pasar atas bank-
kerja atau produk. Efisiensi DEA diukur dengan bank tersebut. (Saha dan Ravisankar, 2000).
menghubungkan antara total output dengan total DEA dapat digunakan sebagai pelengkap untuk
input; sehingga penentuan input dan output ini menilai produktivitas dan profitablitas cabang
menjadi penting dalam DEA. Input adalah semua selain menggunakan cara tradisional yaitu dengan
sumber daya yang digunakan dalam operasional rasio keuangan. Disamping itu DEA juga dapat
perusahaan sedangkan output adalah hasil yang digunakan oleh manajemen dalam melakukan
diperoleh dari penggunaan sumberdaya. Semakin realokasi sumber daya di antara cabang-cabang
tinggi output perusahaan maka skor DEA akan untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi
semakin besar dan perusahaan semakin efisien. (Muhittin Oral dkk,1992).
Sebaliknya semakin tinggi input maka perusahaan DEA dapat digunakan untuk menilai
semakin kurang efisien dan akan tercermin efisiensi cabang. Penelitiannya menyimpulkan
dari rendahnya skor DEA. Contoh input untuk bahwa pada kuartal ketiga 1993 terdapat 92
perbankan adalah jumlah tenaga kerja, jumlah cabang bank yang mencapai efisiensi 100% dan
aktiva tetap, jumlah modal, jumlah cabang, hanya 5 cabang yang efisiensinya di bawah 70%.
jumlah biaya operasional; sedangkan contoh Cabang yang memiliki outstanding kredit besar
output adalah jumlah kredit yang disalurkan, efisiensinya lebih besar. Dari hasil DEA juga dapat
jumlah dana yang dihimpun, jumlah pendapatan diperoleh reference set sebagai dasar cabang-
operasional dan sebagainya. cabang melakukan benchmark. Ada perbedaan
DEA diperkenalkan pertama oleh efisiensi cabang bank yang memiliki Personal
Charnes, Cooper & Rhodes 1978 dengan asumsi Investment Centers (PIC) dengan yang tidak
constant return to scale (CRS), kemudian 1984 memiliki. Pada kuartal kedua 1992 cabang yang
diperkenalkan variable return to scale (VRS) memiliki PIC efisiensinya lebih tinggi (72,4%
oleh Banker, Charnes and Cooper.DEA memiliki versus 44,9%) (B. Golany dan Storbeck,1999).
karakter berbeda dengan konsep efisiensi pada Soteriou dan Stavrinides (1997)
umumnya. Pertama, efisiensi yang diukur menggunakan DEA untuk menilai efisiensi
bersifat teknis bukan ekonomis. Artinya, analisis cabang Penelitiannya menunjukkan bahwa
DEA tidak membedakan nilai ekonomis dari dengan orientasi input diperoleh tingkat efisiensi
tiap variabel seperti harga, berat, panjang, isi cabang bervariasi antara 39% sampai 100%,
dan sebagainya, sehingga dimungkinkan suatu dan efisiensi rata-rata 78,6%. Dari DEA juga
dapat diperoleh reference set sebagai benchmark sejalan dengan kinerja yaitu ROA ketiga bank
cabang yang kurang efisien untuk melakukan pemerintah tersebut (masing-masing 2,08; 2,36;
penyesuaian atas variabel input-nya, dari sampel 1,70) lebih besar dibanding bank pemerintah yang
nampak bahwa cabang yang kurang efisien harus lain (0,59 dan 0,77) (Makmun Sya’dullah, 2002).
mengurangi input-nya. Dari model ini belum DEA dapat digunakan untuk menilai efisiensi
dapat digunakan untuk menentukan efisiensi bank di Indonesia. Informasi yang dihasilkan
cabang secara keseluruhan harus ditambah adalah bank-bank yang paling efisien selama
dengan aspek lainnya seperti profitablitas dan periode 1996 sampai 2003 secara individual
efisiensi operasional DEA dapat digunakan untuk maupun kelompok bank (Bank Persero, Bank
menilai efisiensi cabang baik dari sisi operational Swasta Nasional Devisa, Bank Swasta Nasional
efficiency, quality efficiency model maupun Non Devisa, Bank Asing Campuran dan Bank
profitability efficiency. DEA mengindikasikan Pembangunan Daerah). Penelitiannya juga
suatu cabang yang efisien sebagai benchmark dan mengungkapkan bahwa bank-bank yang dimerger
seperangkat reference set bagi cabang-cabang jika dianalisis secara individual (sample diambil
yang akan melakukan perbaikan. Model ini juga tiga bank) efisiensinya semakin meningkat, tetapi
memberikan acuan perbaikan variabel input- pada saat bank-bank yang dimerger dianalisis
nya apakah dari biaya operasional (consumable per kelompok bank, secara umum memang ada
resources) atau product-mix (revenue generating peningkatan efisiensi namun ada beberapa bank
resources). Sebagai contoh dari hasil perhitungan yang sesudah dimerger efisiensinya semakin
DEA Juli – Desember 1994 untuk meningkatkan menurun (Muliaman Hadad dkk, 2003).
laba 12% dapat dicapai melalui pengurangan DEA dapat digunakan untuk pengukuran
biaya 40% dan melakukan perbaikan product- efisiensi relatif seluruh kantor cabang bank di
mix 60% (Andreas Soteriou dan Zenios (1997). Indonesia sehingga manajemen dapat menata
DEA dapat digunakan untuk menilai kembali kondisi operasional bank agar dapat
efisiensi bank. Penelitiannya juga meng- mencapai efisiensi relatif yang lebih baik.
indikasikan bahwa sumber ketidak efisienan Disamping itu juga dapat memberikan gambaran
adalah lebih dari komponen teknikal dibanding target-target untuk perbaikan serta angka
alokatif. Jadi ketidak efisienan bank-bank referensi dengan melakukan benchmarking
di Australia lebih karena wasting of inputs pada cabang yang efisien. Dengan metode ini
(technical inefficiency) dibanding tidak tepat manajemen dapat menghemat waktu untuk lebih
dalam pemilihan kombinasi inputs (allocative konsentrasi pada cabang-cabang yang inefisien
inefficiency). Bank-bank domestik lebih efisien saja (Erwinta Siswadi dan Wilson Arafat (2004).
dibanding bank-bank asing. Studinya juga DEA dapat digunakan untuk meranking bank-
mempunyai implikasi penting sebagai acuan bagi bank di Indonesia baik individual maupun per
pemerintah dalam kebijakan mengenai deregulasi kelompok bank. Hasil analisis DEA secara umum
dan merger. Merger bank di Australia pada waktu konsisten dengan rasio LDR dan ROA. DEA
itu mengakibatkan persaingan berkurang karena juga dapat digunakan untuk menilai utilisasi
perbankan dikuasai oleh bank hasil merger sumberdaya perbankan. Skor DEA tidak dapat
(Milind Sathye, 2001). menjelaskan kegagalan bank di Indonesia pada
DEA dapat digunakan untuk menilai 1997 dan 1999. DEA dapat juga untuk menilai
efisiensi bank di Indonesia. Penelitiannya efisiensi merger bank (Mulyadi, 2006). DEA
menyimpulkan bahwa dari lima bank pemerintah digunakan untuk menilai pengaruh krisis ekonomi
terdapat tiga bank yaitu Bank Rakyat Indonesia, global terhadap produktivitas Bank di India.
Bank Ekspor Indonesia dan Bank Negara Hasilnya menunjukkan bahwa selama pra-krisis,
Indonesia memiliki tingkat efisiensi relatif lebih peningkatan produktivitas sektor perbankan
baik dibanding Bank Tabungan Negara dan Bank India dipengaruhi oleh inovasi teknologi dan
Mandiri. Tingkat efisiensi relatif yang dihasilkan efisiensi teknis mempengaruhi produktivitas
dalam periode krisis dan pasca krisis. Hal ini dalam faktor yang mana. Sekaligus diberikan
mungkin karena efek dari krisis ekonomi bank target perbaikannya agar tercapai skor 100
akan berjuang untuk bertahan hidup dan sulit (efisien).
untuk berkonsentrasi pada inovasi teknologi baru 3. Benchmarking
(Madhanagopal et all, 2014). Hasil analisis DEA juga memberikan
informasi untuk unit yang kurang efisien
2. Telaah Teori dan Pengembangan Hipotesis harus melakukan benchmark ke unit mana
DEA memiliki beberapa keunggulan yang efisien dalam melakukan performance
dibandingkan dengan analisis rasio maupun improvement agar menjadi efisien.
regresi yaitu: 4. Resources allocation
1. Analisis DEA didesain khusus untuk menilai Analisis DEA dapat memberiklan informasi
efisiensi unit yang memiliki multi input dan tentang sumber daya apa saja yang diperlukan
multi output, yang biasanya sulit disiasati dalam operasi yang efisien dan memberi arah
secara sempurna oleh teknik analisis lainnya dalam melakukan ekspansi
seperti analisis rasio dan regresi. 5. Optimum operational scale
2. Analisis rasio mengukur efisiensi dengan Analisis DEA dapat mengindikasikan
cara membandingkan nilai output dengan seberapa skala operasional yang optimum dan
nilai input. Pada saat terjadi multi output berapa sumberdaya yang harus diinvestasikan
dan multi input bisa terjadi banyak hasil pada skala optimum tersebut
perhitungan dan pertimbangan. 6. Cross efficiency analysis
3. Analisis regresi menyusun suatu model Analisis DEA dapat memberikan scenario
dari tingkat output tertentu sebagai fungsi bagaimana menghitung kinerja suatu unit
dari berbagai tingkat input tertentu, untuk individual dengan kondisi eksternal yang
membandingkan kemampuan unit lain dalam berbeda
menghasilkan output. Unit yang efisien
Mekanisme perhitungan analisis DEA adalah
jika menghasilkan output yang lebih besar
sebagai berikut:
daripada nilai estimasi. Tetapi jika outputnya
1. Skor efisiensi DEA dihitung dengan rasio
banyak maka analisis regresi juga tidak
antara total output tertimbang dengan total
menghasilkan nilai yang memuaskan, karena
input tertimbangnya.
satu persamaan regresi hanya menampung
satu input, jika dilakukan penggabungan 2. Setiap unit diasumsikan bebas menentukan
banyak input maka informasinya menjadi bobot untuk setiap variabel input dan output
tidak rinci. yang ada asalkan memenuhi kondisi:
a. bobot tidak boleh negatif
Analisis DEA mempunyai manfaat:
b. bobot harus bersifat universal atau
1. Scoring and ranking
tidak menghasilkan indikator efisiensi
Hasil perhitungan DEA dapat meng-
yang diatas normal atau lebih besar dari 1
indikasikan unit yang paling efisien dan
bilamana dipakai unit yang lainnya.
mana yang tidak efisien. Biasanya unit yang
efisien skornya 100 sedangkan yang dibawah 3. Dalam mencapai tingkat efisiensi yang
100 kurang efisien. maksimal maka setiap unit cenderung
2. Performance improvement memiliki pola untuk menetapkan bobot yang
Output DEA juga memberikan informasi tinggi untuk input yang penggunaannya
untuk unit yang tidak efisien agar menjadi sedikit, dan output yang banyak dihasilkan
efisien, berapa output yang harus ditingkatkan
atau berapa input yang harus dikurangi, dan
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan katan pengukuran efisiensi dengan input beban
bunga, beban provisi dan komisi, beban personalia,
Analisis hasil pada penelitian ini
beban umum dan administrasi, beban penurunan
mencakup production approach kredit, dana,
nilai surat berharga, beban promosi, beban
kredit dan dana, intermediation approach,
operasional lainnya, aktiva neto, dan ekuitas.
revenue approach, dan profit approach. Analisis
Alternatif outputnya berupa kredit, dana, dan
DEA didesain khusus untuk menilai efisiensi unit
atau keduanya. Berikut adalah hasil pengolahan
yang memiliki multi input dan multi output, yang
dengan pendekatan produksi tersebut.
biasanya sulit disiasati secara sempurna oleh
Analisis pada penelitian ini dilakukan
teknik analisis lainnya seperti analisis rasio dan
tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Khusus
regresi.
tahun 2014 dilakukan analisis pengembangna
Analisis rasio mengukur efisiensi dengan
potensial yang dapat dilakukan berdasarkan
cara membandingkan nilai output dengan nilai
hasil analisis DEA. Analisis ini digunakan untuk
input. Pada saat terjadi multi output dan multi
menilai kemampuan bank dalam menyalurkan
input bisa terjadi banyak hasil perhitungan
kredit. Bank yang memeroleh nilai 100% berarti
dan pertimbangan. Analisis regresi menyusun
efisien sedangkan yang dibawah 100% berarti
suatu model dari tingkat output tertentu sebagai
tidak efisien. Berdasarkan Gambar tersebut berarti
fungsi dari berbagai tingkat input tertentu, untuk
Bank BNI dan Bank Danamon tidak efisien jika
membandingkan kemampuan unit lain dalam
dibandingkan dengan bank lain per 31 Desember
menghasilkan output. Unit yang efisien jika
2014. Software DEA ini memberikan solusi apa
menghasilkan output yang lebih besar daripada
yang harus dilakukan agar Bank tersebut efisien
nilai estimasi. Tetapi jika outputnya banyak maka
atau agar mencapai nilai 100%. Berikut adalah
analisis regresi juga tidak menghasilkan nilai
potential improvement yang dapat dilakukan
yang memuaskan, karena satu persamaan regresi
bank tersebut agar efisien. Dalam software ini
hanya menampung satu input, jika dilakukan
ada 2 pilihan yaitu meminimalkan input atau
penggabungan banyak input maka informasinya
memaksimalkan output. Berikut adalah contoh
menjadi tidak rinci. Rincian hasil untuk masing-
potential improvement untuk Bank BNI dan Bank
masing pendekatan adalah sebagai berikut.
Danamon.
Berdasarkan Gambar 1 Bank BNI efisiensi 100% maka Bank BNI dapat melakukan
dapat meningkatkan efisiensinya dengan cara peningkatan kredit 2% dan penurunan biaya
mengurangi biaya kerugian penurunan nilai promosi 11% serta penurunan biaya kerugian
asetnya 42%, biaya promosinya dikurangi 14% penurunan nilai asset 40%. Jika peningkatan
dan biaya-biaya lainnya dikurangi 2%. Bank efisiensi dilakukan dengan memaksimumkan
danamon dapat mencapai efisien atau skor output agar nilai efisiensi menjadi 100% maka
efisiensi 100 jika aktiva tetap dikurangi 25%, Bank Danamon dapat melakukan peningkatan
ekuitas berkurang 28%, beban bunga berkurang kredit 20%, penurunan aktiva tetap 10%,
16%, beban tenaga kerja berkurang 29%, beban penurunan ekuitas 14%, penurunan beban tenaga
promosi berkurang 16%, kerugian penurunan kerja 15%, penurunan kerugian penurunan nilai
nilai asset berkurang 66% dan beban lainnya asset 59% dan penurunan beban lainnya 8%.
berkurang 23%.
3 adalah hasil pengujian selama tahun 2011- Production Approach-Kredit dan Dana
2014. Berdasarkan hasil tersebut Bank Danamon Hasil lain yang direkomendasikan oleh
memerlukan pengembangan pada tahun 2011, pendekatan produksi adalah output dana. Tabel
2013, dan 2014. 4 adalah hasil pengujian selama tahun 2011-
Production approach ini digunakan untuk 2014. Berdasarkan hasil tersebut Bank Danamon
menilai kemampuan bank dalam menghimpun memerlukan pengembangan pada tahun 2011,
dana masyarakat dalam bentuk giro, tabungan 2013, dan 2014.
dan deposito. Berdasarkan Gambar 3, Bank Pendekatan Production approach ini
Danamon dapat mencapai efisiensi 100% dengan digunakan untuk menilai kemampuan bank
meningkatkan tabungan 45%, menurunkan input menyalurkan kredit dan menghimpun dana
masing-masing sebesar: aktiva tetap 11%, ekuitas masyarakat. Dengan pendekatan ini kembali Bank
26%, beban bunga 11%, beban tenaga kerja 39%, Danamon tidak efisien dengan nilai 88,8%. Jika
beban promosi 11%, kerugian penurunan nilai Bank Danamon ingin meningkatkan efisiensinya
asset 66% dan beban lainnya 22%.
Bank Danamon dapat mencapai tahun 2014 Bank BRI, Bank Danamon, Bank
efisiensi 100% dengan cara meningkatkan kredit Niaga, dan Bank mandiri. Tabel 5 adalah
16%, meningkatkan giro 12%, meningkatkan rangkuman hasil penilaian tahun 2011-2014.
tabungan 63%, meningkatkan deposito 12%
dan menurunkan ekuitas 17% menurunkan
beban tenaga kerja 31%, menurunkan kerugian
penurunan nilai asset 62% dan menurunkan
Intermediation approach digunakan untuk Bank Danamon, Bank Niaga, BNI dan Bank
menilai kemampuan bank dalam menyalurkan Mandiri. Untuk dapat mencapai efisiensi 100%
kredit dari dana yang dihimpun. Pendekatan ini maka bank-bank tersebut dapat melakukan
menggunakan input berupa giro, tabungan dan memaksimalkan output. Bank BRI perlu
deposito. Output pendekatan ini adalah kredit. meningkatkan kredit 13% agar tercapai nilai
Hasil penilaian efisiensi dengan menggunakan efisiensi 100%. Bank Danamon akan mencapai
pendekatan intermediasi menunjukkan bahwa nilai efisiensi 100% jika dapat meningkatkan
dari 10 bank ada 4 bank yang tidak efisien (yang kredit 7%. Bank Niaga akan mencapai nilai
nilai efisiensinya < 100%). Berdasarkan hasil efisiensi 100% jika dapat meningkatkan kredit
tersebut, yang perlu melakukan pengembangan 2% dan menurunkan dana 6%. Bank Mandiri
adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), akan mencapai nilai efisiensi 100% jika dapat
meningkatkan kredit 10 %.
Revenue Approach
Revenue approach digunakan untuk
Tabel 7. Hasil DEA Profit Approach
menilai kemampuan bank menggunakan
NAMA
sumberdaya untuk menghasilkan pendapatan 2011 2012 2013 2014
BANK
operasional. Dengan menggunakan pendekatan BCA 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
revenue seluruh bank efisien karena memeroleh BII 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
nilai 100% . BNI 96.30% 92.10% 95.70% 100.00%
BRI 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Hasil DEA Revenue Approach BTN 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Danamon 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Tabel 6. Hasil DEA Revenue Approach
Niaga 100.00% 100.00% 99.90% 96.70%
NAMA
2011 2012 2013 2014 Panin 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
BANK
Permata 100.00% 82.90% 100.00% 100.00%
BCA 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Mandiri 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
BII 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
BNI 96.30% 92.10% 100.00% 100.00%
BRI 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Profit approach digunakan untuk
BTN 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
menilai kemampuan bank untuk menghasilkan
Danamon 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
pendapatan operasional. Dengan pendekatan ini
Niaga 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Panin 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
ada dua bank yang tidak efisien yaitu Bank BII
Permata 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% dan Bank Niaga. Bank BII dapat meningkatkan
Mandiri 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% efisiensinya dengan cara meningkatkan
pendapatan operasional lain 7%, menurunkan
beban bunga, beban tenaga kerja, beban promosi,
Profit Approach dan beban lainnya masing-masing sebesar 9%
Berdasarkan pendekatan laba, hasil uji dan kerugian penurunan nilai asset diturunkan
efisiensi tahun 2011-2014 sebagaimana terangkum sebesar 61%. Dengan maximize output Bank
dalam Tabel 7. Pada tahun 2014 tampak bahwa BII dapat meningkatkan efisiensinya dengan
Bank Internasional Indonesia dan Bank Niaga cara meningkatkan pendapatan bunga 10%,
mendapatkan sinyal untuk melakukan efisiensi pendapatan operasional lain 18%, menurunkan
karena nilainya kurang dari 100%. kerugian penurunan nilai asset diturunkan sebesar
57% .
(1992), “An Empirical Study on Analyzing Banking Services”, Working Paper, The
the Productivity of Bank Branhces”, Wharton Financial Institution Center,
IIE Transaction, Volume 24, Number 5, University of Pennsylvania.
November
Saha, Asish, Ravisankar, (2000), “Rating of
Indian Commercial Banks: A DEA approach”,
European Journal of Operational Research,
124, 187-203.
Santoso, Wimboh, (2005), “The Determinants of
Problem Banks in Indonesia (An Empirical
Study)”, Makalah, JEL classification : G21;
G 28.
Sathye, Milind, (2001), “X-efficiency inAustralian
Banking: An Empirical Investigation”,
Journal of Banking & Finance, 25, 613-630.
Seiford,L.M., (1994), A Data Envelopment
Analysis Bibliography (1978-1992) in A
Charnes, W.W. Cooper, A.Y. Lewin, and L.
Sheiford, Data Envelopment Anaysis: Theory,
Methodology and Apllications, Kluwer
Academic Publishers, Boston.
Sengupta, Jati K., (2000), Dynamic and Stochastic
Efficiency Analysis, Economics of Data
Envelopment Analysis, World Scientific,
Singapore.
Siswadi, Erwinta dan Wilson Arafat, (2004),
“Mengukur Efisiensi Relatif Kantor Cabang
Bank dengan Menggunakan Metode Data
Envelopment Analysis”, Usahawan, No. 01.
Siswadi, Erwinta, (2005), Aplikasi Data
Envelopment Analysis (DEA), Bahan
Worshop Sistem Pengukuran Kinerja Cabang
Perusahaan dengan Pendekatan DEA,
Lembaga Management Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Sya’dullah, Makmun, (2002), ”Mengukur Efisiensi
Bank Pemerintah”, Majalah Pengembangan
Perbankan, Januari – Februari, No. 93, hal
35 – 42.
Soteriou, Andreas C. and Stavrinides Yiannos,
(1997), “An Internal Customer Service
Quality Data Envelopment Analysis Model
for Bank Branches”, International Journal of
Operations & Production Management, Vol
17 No 8, pp 780-789.
Soteriou, Andreas and Zenios Stavros A., (1997),
“Efficiency, Profitability, and Quality of