Anda di halaman 1dari 6

AKREDITASI

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

NAMA KELOMPOK:
1. ARISKA KRISTINA L.S. (16.3169.02.0006)
2. AYU SHOFIATUN (16.3169.02.0007)
3. KAMALIA RIZKIANA PUTRI (16.3169.02.0014)
4. SHALIHAH AL FIRDAUS (16.3169.02.0027)

D3 PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN


STIKES MUHAMMADIYAH BOJONEGORO
STUDI KASUS

1. Standar Pelayanan Kesehatan


1) 90% pasien rawat jalan di Puskesmas harus diperiksa oleh dokter setelah menunggu
paling lama 20 menit.
2) 10% pasien rawat jalan harus menunggu lama untuk mendapat pelayanan rawat
jalan.
Apa arti dari kondisi tersebut? Bagaimana kesimpulannya? Apa yang harus dilakukan
oleh Puskesmas?
2. Adakah hubungannya antara malpraktik dengan penggunaan standar dalam pelayanan
kesehatan!
3. Buat paper:
1) Cari kasus malpraktik di Rumah Sakit
2) Analisis kasus tersebut
(1) Tentukan jenis pelayanan yang diterima.
(2) Jabarkan proses pelayanan yang diterima korban dengan rincian input, proses,
outcome (hasil yang dirasakan).
(3) Berikan solusi bagaimana seharusnya pelayanan yang mereka dapatkan, rincian
input, proses dan outcome.
Jawab:

1. Standar pelayanan minimal kesehatan dimaksudkan agar tersedianya panduan bagi


daerah dalam melaksanakan perencanaan pelaksanaan dan pengendalian serta
pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan standar pelayanan minimal
rumah sakit atau puskesmas. Terdapat sebuah kasus pada Puskesmas, dengan analisa
sebagai berikut:
1) Kondisi dari Pelayanan di Puskesmas.
(1) Berdasarkan standar pelayanan minimal rumah sakit nomor
129/Menkes/SK/II/2008, bahwa waktu penyediaan dokumen rekam medis
mulai dari pasien mendaftar sampai rekam medis disediakan/ditemukan oleh
petugas yakni dalam jangka waktu ≤10 menit, namun pada Puskesmas X
dalam presentase 90% pasien menunggu dari pendaftaran sampai
mendapatkan pelayanan diperhitungkan memperoleh jangka waktu 20 menit,
sehingga dapat diambil kesimpulan yakni pelayanan tersebut belum sesuai
dengan standar yang ada.
(2) Berdasarkan standar pelayanan minimal rumah sakit nomor
129/Menkes/SK/II/2008, bahwa waktu tunggu di pelayanan rawat jalan yakni
dalam jangka waktu ≤60 menit, namun pada Puskesmas X tidak
menyebutkan berapa lama waktu saat menunggu pelayanan di rawat jalan,
dijelaskan bahwa pasien menunggu pelayanan rawat jalan dalam presentase
10%. Terdapat dua opsi mengenai permasalahan ini, apabila waktu pelayanan
rawat jalan melebihi dari ≤60 menit, maka pelayanan belum sesuai dengan
standar, dan apabila waktu pelayanan rawat jalan kurang dari ≤60 menit,
maka pelayanan sudah sesuai dengan standar. Dapat diambil kesimpulan
bahwa, dari pernyataan soal tersebut pelayanan rawat jalan belum memenuhi
standar dengan presentase 10%.
2) Kesimpulan
Dari kondisi tersebut pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas X belum sesuai
dengan standar pelayanan minimal rumah sakit nomor 129/Menkes/SK/II/2008,
karena pelayanan rawat jalan di Puskesmas X dalam memenuhi pelayanan
tergolong lama, dengan tingkat waktu yang melebihi dari batasaan standar
pelayanan minimal, waktu penyediaan dokumen rekam medis dengan presentase
yakni 90% sedangkan waktu tunggu pelayanan rawat jalan dengan presentase
10%.
3) Tindakan yang harus dilakukan Puskesmas
(1) Meninjau kembali SDM dengan tingkat keahlian dan keterampilan yang
memenuhi standar dan profesional.
Memilih SDM yang sesuai dengan kriteria, apabila SDM sudah memiliki
tingkat keahlian dan keterampilan yang memenuhi standar dan profesional,
maka untuk pelayanan lebih cepat tersedia dan terkendali, sehingga tidak
memakan banyak waktu pelayanan .
(2) Memperhitungkan banyaknya petugas yang dibutuhkan sesuai dengan
pelayanan yang tersedia dan beban kerja yang ada di Puskesmas.
Apabila petugas yang ada di Puskesmas sedikit dengan tingkat beban kerja
yang tinggi, maka dapat menyebabkan lamanya pelayanan rawat jalan yang
diberikan kepada pasien, namun apabila petugas yang ada di Puskesmas
banyak dengan tingkat beban kerja yang sesuai dengan banyaknya petugas,
maka pelayanan lebih cepat diberikan kepada pasien, sehingga pasien tidak
menunggu waktu yang lama untuk mendapatkan pelayanan.
(3) Memilah dan meninjau banyaknya berkas yang harus diisi saat mendaftar.
Petugas pendaftaran memiliki tugas dalam pengisian dokumen rekam medis
pasien pertama kali dengan benar dan teliti sesuai dengan identitas pasien,
baik pasien lama ataupun pasien baru dengan data yang lebih akurat,
sehingga banyak waktu yang diperlukan apabila banyak berkas yang harus
diisi dan dijelaskan, lalu dimasukkan pada sistem yang dilakukan di
Puskesmas (Manual/Komputerisasi) serta adanya petugas yang mengantarkan
berkas ke poliklinik tujuan pasien berobat, maka waktu yang dibutuhkan bisa
melebihi standar yang ditetapkan. Sehingga perlu adanya pemilahan berkas
yang benar-benar dibutuhkan yang sesuai dengan standar yang ada.
(4) Menerapkan dan mempertegas ketaatan petugas dalam mematuhi panduan,
pedoman atau SPO yang sudah tersedia dari Puskesmas.
Petugas dalam melakukan fungsi kerjanya harus menaati peraturan yang ada,
baik panduan, pedoman atau SPO yang berlaku di Puskesmas. Hal ini
dilakukan agar, pelayanan yang diberikan kepada pasien dapat tepat sasaran,
cepat dan memuaskan bagi pasien, dan sesuai dari segi panduan, pedoman
atau SPO yang berlaku. Namun apabila peraturan tersebut sulit dalam
penerapannya, maka Puskesmas perlu meninjau kembali peraturan tersebut
sesuai dengan kebijakan dari pusat serta kondisi dari Puskesmas.
2. Adanya hubungan antara malpraktik dengan penggunaan standar dalam pelayanan
kesehatan, yakni dapat dilihat dari segi Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 28
ayat I, ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan,
sehingga adanya malpraktik dapat mengganggu fungsi dari pelayanan kesehatan yang
berhak diperoleh untuk setiap orang dan dapat menyebabkan pelayanan kesehatan
yang menjadi tidak bermutu. Malpraktik merupakan suatu tindakan tenaga profesional
yang bertentangan dengan standar prosedur operasional (SOP), kode etik profesi, serta
undang-undang yang berlaku (baik disengaja maupun akibat kelalaian) yang
mengakibatkan kerugian dan kematian terhadap orang lain.
3. Kasus Malpraktik di Rumah Sakit
1) “Kesalahan pemberian infus kadaluarsa yang berujung kematian”
Seorang warga di Tegal, Jawa Tengah tewas diduga akibat malpraktik saat
dirawat di rumah sakit. Korban diberi cairan infus yang sudah kadaluarsa saat
menjalani perawatan di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal sehingga kondisinya terus
memburuk dan akhirnya tewas. Sementara itu pihak Rumah Sakit Mitra Siaga
mengatakan, pemberian infus kadaluarsa tersebut bukan merupakan kesengajaan.
Keluarga korban menuding pemberian infus kadaluarsa inilah yang menyebabkan
korban meninggal. Pihak Rumah Sakit Mitra Siaga dinilai teledor karena
memberikan infus yang sudah kadaluarsa, dan dari Direktur rumah sakit tersebut
mengatakan tidak adanya unsur kesegajaan, namun pihaknya mengakui insiden
ini menunjukkan adanya kelemahan monitoring logistik farmasi.
2) Analisa Kasus
(1) Jenis pelayanan yang diterima yakni pemberian infus yang sudah kadaluarsa
(Pelayanan Farmasi)
(2) Proses pelayanan
((1)) Input :
Pasien memiliki penyakit gagal ginjal yang dirawat di RS Mitra Siaga,
dengan diberikannya infus yang tanpa diketahui sudah kadaluarsa.
((2)) Proses :
Selama dirawat di RS Mitra Siaga selama 10 hari, keadaan pasien terus
memburuk. Karena tidak kunjung sembuh, maka pasien dirujuk ke RSI
Islam Harapan Anda Tegal. Korban langsung ditangani di ruang
perawatan ICU.
((3)) Outcome :
Tiga hari pasien menjalani pengobatan di ruang ICU, keadaan korban
terus memburuk, hingga akhirnya korban meninggal dunia.
(3) Solusi yang diberikan
((1)) Input :
Pengecekan ulang terhadap barang farmasi yang akan diberikan kepada
pasien, dan monitoring berkala di gudang logistik farmasi, agar
terhindar dari obat/barang yang sudah kadaluarsa.
((2)) Proses :
Peningkatan pelayanan pasien dari rumah sakit khususnya tenaga
medis, agar pasien mendapatkan pelayanan yang memuaskan dan dapat
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, sehingga banyak
kunjungan pasien.
((3)) Outcome :
Korban dilakukan otopsi medikolegal untuk mengetahui sebab-sebab
kematian dan mencari peristiwa apa sebenarnya yang telah terjadi.

Sumber :

Wrasmitha Dewi, Made Chandra. 2010. Farmasi Forensik Kasus Malpraktik. Jurnal.
Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai