RINGKASAN
Afrilia Sandra Ramadhani. Pola Konsumsi Pangan Ibu Pasca Melahirkan di RSIA
Thaha Bakrie Samarinda. Dibimbing oleh Made Astawan dan Winiati P. Rahayu
Abstrak. Di Samarinda Kalimantan Timur, ada kecenderungan setelah
melahirkan ibu tidak dianjurkan mengonsumsi sumber protein tertentu oleh orang
yang dipercaya (orang tua atau keluarga terdekat). Penelitian ini bertujuan
mengevaluasi pola makan ibu setelah melahirkan berdasarkan jenis pantangan
pangan yang dikonsumsi dengan berbagai faktor yang mempengaruhi. Penelitian
dilakukan terhadap 40 responden ibu melahirkan dengan usia 19-40 tahun berupa
survei dan wawancara menggunakan lembar kuisioner dan food recall. Hasil
penelitian menunjukkan 65% responden mempunyai pantangan terhadap makanan
tertentu setelah melahirkan dengan jenis pangan yang dihindari adalah ikan
dengan persentase 80 %. Jenjang pendidikan S1 merupakan kategori yang
terpenuhi asupan protein pada ibu melahirkan.
Kata Kunci : Food recall, ibu melahirkan, pantangan makanan
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
POLA KONSUMSI PANGAN IBU PASCA MELAHIRKAN (STUDI
KASUS DI RSIA THAHA BAKRIE SAMARINDA)
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Teknologi Pangan
pada
Program Studi Magister Teknologi Pangan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi MSi
Judul Tesis : Pola Konsumsi Pangan Ibu Pasca Melahirkan (Studi Kasus di
RSIA Thaha Bakrie Samarinda)
Nama : Afrilia Sandra Ramadhani
NIM : F252124135
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi Dr. Ir. Dahrul Syah, MScAgr
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul pada penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Juli hingga Oktober 2014 ini ialah Pola Konsumsi
Pangan Ibu Pasca Melahirkan di RSIA Thaha Bakrie Samarinda
Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir.
Made Astawan, MS dan Ibu Prof. Dr. Winiati P. Rahayu selaku pembimbing, Ibu
Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi selaku dosen penguji yang telah membimbing
penulis dengan sabar dan memberi banyak masukan dan motivasi pada penulis
dalam menyusun karya ilmiah ini dan pihak RSIA Thaha Bakrie yang sudah
banyak membantu selama penelitian. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada papa, mama, suami dan adik serta seluruh keluarga atas
dukungan, doa dan kesabaran kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Rumusan Masalah 2
Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Gizi dan Kebudayaan Setempat 3
Kebutuhan Gizi dan Makanan Pasca Melahirkan 4
Status Gizi Ibu Menyusui 6
Metode food recall 7
Penilaian Status Gizi 7
METODE PENELITIAN . 9
Tempat dan Waktu . 9
Metode Penelitian . 9
Populasi dan Sampel . 9
Prosedur Penelitian 9
Pengumpulan Data 10
Pengolahan dan Analisis Data 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Gambaran Umum Karakteristik Responden Ibu
Melahirkan 11
Konsumsi Asupan Zat Gizi Ibu Melahirkan 21
Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Asupan Gizi 23
SIMPULAN DAN SARAN 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 31
RIWAYAT HIDUP 35
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1. Formulir kuisioner 31
2. Formulir food recall 24 jam 32
3. Data berat badan bayi 33
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dan sampai saat ini
angka kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi. Berdasarkan data dari Sumber
Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 di Indonesia AKI sekitar 359 untuk
setiap 100.000 kelahiran hidup, dan ini merupakan masalah yang menjadi salah
satu prioritas di bidang kesehatan karena AKI di Indonesia masih yang tertinggi
di kawasan negara ASEAN dibandingkan dengan Singapura paling rendah angka
kematian ibu, hanya 3/100.000, kemudian disusul Malaysia 5/100.000, Thailand
10/100.000, dan Vietnam 50/100.000 kelahiran hidup (SDKI 2013). Selama ini
banyak upaya pemerintah yang telah dilakukan untuk menurunkan AKI di
Indonesia dengan cara pemberian edukasi dan informasi tentang gizi saat masa
kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Selain itu, bentuk komunikasi, informasi,
dan edukasi yang diberikan diantaranya tentang beberapa kesalahan dalam
menginterpretasikan dan mempersepsikan latar belakang budaya (Budiyarti
2010). Masyarakat masih percaya adanya hubungan asosiatif antara suatu jenis
makanan menurut bentuk, sifat, rasa, dan cara pengolahannya dengan akibat
buruk yang ditimbulkan kepada ibu hamil dan melahirkan.
Dilihat dari perspektif budaya, umumnya masyarakat Indonesia memiliki
tradisi dan mitos tentang pantangan dan keharusan mengikuti budaya terkait
dengan kehamilan, proses persalinan, dan pasca persalinan. Salah satunya adalah
pantangan dan keharusan menyangkut perilaku konsumsi makanan ibu hamil dan
ibu nifas dalam rumah tangga. Sebagai contoh di daerah Jawa, kelebihan
konsumsi gula pasir diyakini menyebabkan aliran darah pasca persalinan sangat
lambat, nyeri pasca persalinan, atau menyebabkan darah mengalir terlalu cepat
sebelum bayi dilahirkan (Fitriani 2005). Padahal setelah melahirkan, ibu wajib
memenuhi asupan gizinya agar proses penyembuhan berjalan cepat.
Di Samarinda Kalimantan Timur, ada kecenderungan setelah melahirkan
para ibu selama masa nifas tidak dianjurkan mengonsumsi ikan dan telur oleh
orang yang dipercaya (orang tua atau keluarga terdekat) ibu tersebut. Padahal
setelah melahirkan, ibu harus mendapatkan gizi yang cukup untuk menghasilkan
kualitas ASI yang baik untuk bayi dan mempercepat proses penyembuhan/luka
setelah melahirkan. Hal serupa terjadi di Kalimantan Selatan, yang terdapat
kebiasaan ibu pasca melahirkan bertentangan dengan aturan gizi yang dianjurkan,
diantaranya berpantang makan lauk berupa ikan segar dan ikan berduri. Sayur
yang boleh dikonsumsi hanya labu kuning dan daun katuk, pantang makan
sebagian besar buah-buahan, pantang olahan makanan yang dimasak dengan
santan, berlemak, atau digoreng dan pantang minum es (Inayah 2007).
Hal ini juga dibuktikan dengan data dari Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Timur awal tahun 2013 yang menunjukkan angka kematian ibu
sebesar 106 per 1000 kelahiran. Angka ini cukup tinggi dibandingkan dengan
tahun 2010 yang hanya mencapai 70 kematian per 1000 kelahiran. Saat ini masih
banyak masyarakat Kalimantan Timur yang mempunyai pemahaman yang salah
dalam menghubungkan kesehatan dengan kepercayaan dan budaya. Apabila hal
ini ditangani dengan serius diharapkan adanya dampak positif dalam upaya
menurunkan kejadian kematian ibu.
Sebagian masyarakat Samarinda masih mempunyai persepsi tentang
pantangan makan suatu pangan tertentu setelah melahirkan. Hal ini berdasarkan
data dari Dinas Kesehatan Kalimantan Timur dan penilaian subjektif yang
dilakukan di Rumah Sakit terhadap porsi asupan makanan yang dikonsumsi oleh
ibu setelah melahirkan. Beberapa pangan sumber protein tertentu seperti ikan dan
telur, mereka cenderung tidak menghabiskan atau tidak mengonsumsinya.
Mereka meyakini jika mengonsumsi beberapa pangan tersebut akan berpengaruh
pada kualitas ASI atau proses penyembuhan setelah melahirkan, padahal ibu
setelah melahirkan perlu mendapatkan asupan makanan yang cukup agar
kebutuhan gizinya terpenuhi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengamatan
hubungan antara asupan makanan setelah melahirkan dengan status gizi ibu.
Persepsi pantangan makan pada ibu setelah melahirkan di Samarinda,
dapat memberikan dampak terhadap gangguan gizi jika tidak diberikan edukasi
dan pemahaman yang baik tentang asupan pangan apa saja yang berpengaruh
pasca melahirkan. Perubahan pola makan dapat dipengaruhi oleh pengetahuan
atau informasi yang diterima. Adanya edukasi gizi pada ibu pasca melahirkan
diharapkan dapat memberikan informasi yang mudah dipahami atau diterapkan,
meningkatkan pengetahuan ibu, dan mengubah paradigma pantangan terhadap
beberapa jenis pangan.
Tujuan Penelitian
Rumusan Masalah
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Berikut ini beberapa zat gizi yang perlu diperhatikan oleh ibu setelah
melahirkan dan dalam keadaan menyusui:
1. Energi
Kebutuhan energi ibu terdiri dari 60-70 % karbohidrat, 10-20 % protein,
dan 20-30 % lemak. Kebutuhan energi ibu setelah melahirkan biasanya
meningkat, bila ibu biasa makan tiga kali sehari bisa menjadi empat kali
atau tetap tiga kali dengan porsi yang ditambah.
2. Protein
Setelah melahirkan hingga masa menyusui, ibu membutuhkan tambahan
protein. Meningkatnya kebutuhan protein ini, selain untuk membentuk
protein susu juga dibutuhkan dalam pembentukan hormon prolaktin
(untuk memproduksi ASI) dan hormon oksitosin (untuk mengeluarkan
ASI). Pemenuhan kebutuhan protein yang meningkat dapat dipenuhi
dengan cara menambah satu potong makanan sumber protein yang biasa
dikonsumsi. Sumber protein ini dapat diperoleh dari ikan, daging ayam,
daging sapi, telur, susu, kacang-kacangan, tahu, dan tempe. Jika
kebutuhan protein tidak terpenuhi dari makanan maka protein diambil
dari protein ibu yang berada di otot. Hal ini mengakibatkan ibu menjadi
kurus dan setelah menyusui akan lapar.
3. Lemak
Lemak tak jenuh ganda (PUFA) diperlukan dalam pembentukan
ASI.Asam lemak tak jenuh ganda diperlukan dalam perkembangan otak
dan pembentukan retina.Asam lemak tak jenuh ganda dapat diperoleh dari
minyak jagung, minyak biji kapas serta ikan salmon.
4. Vitamin dan Mineral
Kebutuhan vitamin dan mineral ibu menyusui diperlukan dalam jumlah
yang sedikit.Vitamin yang perlu mendapatkan perhatian khusus
diantaranya adalah Vitamin A, B, C, dan D. Mineral yang kebutuhannya
perlu diperhatikan adalah zat besi dan kalsium.Zat besi pada ASI diserap
lebih baik dibandingkan zat besi yang berasal dari susu formula. Ibu
menyusui diharapkan mengonsumsi makanan sumber zat besi seperti hati,
telur, dan sayuran hijau tua. Kekurangan kalsium pada ibu menyusui
dapat mengakibatkan kehilangan kalsium pada tulang ibu, sekresi kalsium
pada ASI rendah, dan gangguan pembentukan tulang pada bayi.
Metode food recall konsumsi 24 jam dan catatan makan individu didasari
pada makanan dan jumlah yang umumnya dikonsumsi oleh individu dalam satu
hari atau lebih pada hari-hari tertentu. Metode food recall digunakan pada ilmu
gizi untuk mengukur kebenaran kuisioner frekuensi makanan yang digunakan
sebagai instrumen pengumpulan data konsumsi primer. Kuisioner frekuensi
makanan dievaluasi melalui pengumpulan satu atau lebih dari subsampel yang
mewakili populasi. Metode ini bertujuan untuk menilai secara kuantitatif asupan
gizi yang dikonsumsi oleh individu. Metode ini membutuhkan kemampuan
komunikasi dan memori yang baik untuk mengingat makanan apa saja yang
dimakan oleh individu tersebut
Metode food recall 24 jam dilakukan sebanyak dua kali dan dipilih hari
kerja dan yang mewakili hari libur. Menurut Supariasa et al. (2008), apabila
pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 Jam) maka data yang diperoleh kurang
efektif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Oleh karena itu, food
recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang kali dan harinya tidak
berturut-turut. Responden diwawancarai tanpa diberitahu terlebih dahulu, hal ini
untuk memastikan bahwa responden tidak membuat perubahan apapun selama
penelitian dilaksanakan. Adanya bantuan dokumentasi/foto estimasi ukuran porsi
rumah tangga akan memudahkan sistem food recall (Asmawati et al. 2013).
Metode recall 2x24 jam digunakan untuk memperoleh data konsumsi
pangan ibu setelah melahirkan dengan melakukan wawancara tentang jenis
pangan yang dikonsumsi dan banyaknya pangan tersebut dalam ukuran rumah
tangga. Pangan yang dikonsumsi kemudian dikonversi beratnya dalam gram,
kemudian dihitung kandungan zat gizi yaitu energi, protein, lemak, karbohidrat,
vitamin A, vitamin C, kalsium, fosfor, dan zat besi dengan menggunakan Daftar
Komposisi Bahan Pangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Asmawati et al. (2013), menggunakan
metode semi-quantitatife Food Frequency yang divalidasikan dengan food recall
24 jam untuk mengetahui rata-rata asupan zat gizi makro pada ibu hamil. Metode
SQ-FFQ valid dalam mengukur asupan zat gizi makro (khususnya energi, lemak,
karbohidrat) namun kurang valid untuk mengukur protein, dan sebaiknya
penggunaan metode SQ-FFQ dilakukan minimal dua kali.
Penilaian status gizi dibagi menjadi dua metode yaitu metode penilaian
status gizi secara langsung dan metode penilaian status gizi secara tidak
langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.Sedangkan penilaian
status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi tiga, yaitu survei konsumsi
makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa et al. 2008).
Beberapa cara dapat digunakan untuk mengetahui status gizi individu.
Metode penilaian status gizi secara langsung adalah dengan cara pengkajian diet,
pemeriksaan laboratrium atau radiologi, pengukuran antropometrik, dan
pengkajian klinis. Secara tidak langsung, status gizi dapat dinilai dari faktor-
faktor ekologi, survei konsumsi makanan. Penilaian status gizi secara
antropometrik berkaitan dengan pengukuran beberapa dimensi tubuh dan
komposisi tubuh, yang dapat digunakan pada berbagai tingkat usia. Pengukuran
antropometrik antara lain adalah pengukuran berat badan, tinggi badan, dan
lingkar lengan atas. Antropometrik secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Status gizi adalah suatu keadaan kurangnya kecukupan zat gizi akibat
ketidakseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan
tubuh akan zat gizi. Misalnya pemeriksaan kadar hemoglobin bertujuan untuk
mengetahui kadar hemoglobin dalam darah, sehingga dapat dinilai apakah ibu
setelah melahirkan mengalami anemia atau tidak. Nilai normal kadar hemoglobin
pada ibu hamil dan melahirkan pada Tabel 2 < 11 g/dL (Depkes 2006).
Batas Nilai Hb
Kelompok Umur
(g/dL)
Anak balita < 11
Anak usia sekolah < 12
Wanita dewasa < 12
Pria dewasa < 13
Ibu hamil &
melahirkan < 11
Ibu menyusui > 3 bulan < 12
Berdasarkan nilai IMT dibuat klasifikasi status gizi sesuai dengan kriteria
Departemen Kesehatan RI sebagai berikut, jika nilai IMT <17 masuk dalam
kategori kurus, 18-25 kategori normal, 25.1-27 kategori gemuk, dan obesitas jika
nilai >30 (Depkes 2010).
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan secara
normal dan caesar di RSIA Thaha Bakrie Samarinda selama bulan Juli-
Oktober 2014
2. Sampel adalah ibu melahirkan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi yaitu: (1) Usia 19-40 tahun, (2) Melahirkan di RSIA Thaha
Bakrie Samarinda, (3) Bersedia menjadi responden, (4) Tidak memiliki
riwayat alergi makanan, (5) Status lengkap (data BB, TB, dan Hb), (6)
Memberikan ASI sampai hari ke 14. Adapun yang termasuk kriteria eksklusi
adalah mempunyai penyakit kronis atau sedang dalam pengobatan dan
membutuhkan transfusi darah saat melahirkan.
Prosedur Penelitian
Pengumpulan data
1. Data ibu melahirkan yaitu, nama, alamat, usia, berat badan, pekerjaan,
pendidikan, suku, urutan kelahiran, dan kadar hemoglobin yang diperoleh dari
buku rekam medis rumah sakit, kemudian dilanjutkan dengan wawancara
menggunakan lembar kuisioner. Data berat badan dan kadar hemoglobin
diperoleh dengan cara mengukur langsung pada ibu setelah melahirkan.
2. Data food recall, diperoleh dengan cara mencatat, daftar konsumsi, waktu
konsumsi, jenis dan jumlah (gram ukuran rumah tangga, satuan volume)
pangan, serta menggunakan food model sebagai alat bantu untuk
mempermudah ibu mengingat porsi makanan yang telah dikonsumsi.
Usia
25
20
15
10
0
19-25 tahun 26 - 30 tahun 31-40 tahun
Usia
Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting sebagai salah satu
indikator untuk penilaian dalam karakteristik responden dan kualitas sumberdaya
manusia. Jenjang pendidikan responden dikategorikan dari SD hingga S2 dapat
dilihat pada Gambar 3.
47.5%
50
45
40
35 30%
Persentase (%)
30
25
20 15%
15
10 2.5% 5%
5
0
D3 S1 S2 SD SMA
Pendidikan
Pekerjaan
45
40 %
40
35
Persentase (%)
30
25
20
15
7.5 %
10
5%
5
0
Dokter IRT Karyawan PNS
Pekerjaan
Suku
Suku responden terbagi menjadi beberapa kelompok (Gambar 5). Pengaruh
suku terhadap pola konsumsi suatu pangan sangat kuat karena budaya muncul
dari kebiasaan yang berkembang dalam kehidupan suku tersebut.
45
40%
40
35
Persentase (%)
30
25
20
15% 12.5%
15 10% 10%
10
2.5% 2.5% 2.5% 2.5% 2.5%
5
0
Suku
35%
40
30
20 7.5% 7.5%
10 2.5%
0
1 2 3 4 7
Urutan Kelahiran
60
35%
40
20 2.5%
0
Normal Anemia Ringan Anemia Berat
Kategori Anemia
Produksi ASI
Konsumsi jenis tablet atau food supplement yang dianjurkan selama masa
hamil dan melahirkan ternyata tidak banyak dilakukan. Suplementasi tablet besi
menjadi suatu pilihan yang tepat untuk mencukupi kebutuhan besi ibu selama
hamil. 65 % responden memilih tidak mengonsumsi food supplement sebagai
penambah asupan zat gizi atau vitamin tambahan selama hamil dan setelah
melahirkan. Hanya 35 % responden yang mengonsumsi food supplement karena
mengikuti anjuran dari dokter selama hamil. Mereka yang mengonsumsi food
supplement mengemukakan jenis tablet yang dikonsumsi selama hamil adalah
supplement yang mengandung zat besi untuk penambah darah serta vitamin C
dan E sebagai penambah asupan zat gizi setelah melahirkan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2011), diantara 188
ibu hamil yang mengonsumsi suplemen tablet besi, masih terdapat 40.4 % yang
mengalami anemia. Masih tingginya angka anemia pada ibu hamil walaupun
telah mengonsumsi tablet besi dikarenakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi
oleh ibu kurang dan asupan makanan yang kaya akan zat besi juga sangat rendah.
Penyerapan zat besi akan meningkat dengan konsumsi protein hewani dan
vitamin C. Kopi, teh, garam kalsium, magnesium dan fitat dapat mengikat Fe
sehingga mengurangi jumlah serapan, oleh karena itu sebaiknya tablet Fe
dikonsumsi dengan pangan yang dapat memperbanyak jumlah serapan.
Persentase (%)
60
50
40
30
20 6.67% 6.67% 6.67%
10
0
Daging Ikan Telur Sayuran
Jenis pangan yang dihindari
Sosial ekonomi rumah tangga dapat mempengaruhi kesehatan dan gizi ibu.
Pendapatan keluarga merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan
kualitas makanan dan gizi ibu. Pendapatan keluarga dihitung dari seluruh jumlah
pendapatan anggota keluarga, baik itu dari pekerjaan utama maupun pekerjaan
sampingan. Data pendapatan responden dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 menunjukkan sebesar 42.5 % pendapatan responden berkisar
Rp 5.000.000 sampai Rp 7.500.000 per bulan. Apabila terjadi peningkatan
pendapatan pada masyarakat, maka akan menyebabkan peningkatan pengeluaran
yang dialokasikan untuk pangan. Pendapatan keluarga biasanya terkait dengan
daya beli keluarga terhadap sumber-sumber zat gizi keluarga. Masyarakat dengan
pendapatan rendah cenderung sulit untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
45 42.5%
40
35 30%
27.5%
30
Persentase (%)
25
20
15
10
5
0
≤ 5 jt 5 - 7,5 juta > 7,5 juta
Tingkat pendapatan juga berpengaruh pada status gizi ibu. Jika pendapatan
berubah secara langsung akan mempengaruhi konsumsi pangan keluarga. Hal ini
dibenarkan oleh Inayah (2007) yang juga menyatakan bahwa meningkatnya
pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas
dan kuantitas pangan yang dibeli.
Pengeluaran keluarga dikelompokkan atas dua bagian, yaitu pengeluaran
pangan dan pengeluaran non pangan. Pengeluaran untuk pangan merupakan hal
yang dapat menggambarkan kondisi ekonomi suatu keluarga. Biaya untuk
pangan mencakup untuk pangan pokok, lauk pauk, sayur, buah, susu, minyak
goreng, dan jajanan keluarga. Pengeluaran pangan dalam keluarga biasanya
dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Besar pengeluaran responden terbagi menjadi dua kategori yaitu
< Rp 2.000.000 dan > Rp 2.000.000. Pengeluaran yang paling mendominasi
responden adalah ≤ Rp 2.000.000 (62.5 %). Pengeluaran pangan sangat erat
kaitannya dengan pendapatan keluarga, sehingga apabila terjadi peningkatan
pendapatan maka akan meningkatkan alokasi pengeluaran untuk pangan.
Responden hampir mengeluarkan 50% dari pendapatannya untuk kebutuhan
pangan setiap bulan. Pengeluaran pangan keluarga di daerah perkotaan menurut
kelompok barang dan golongan pada tahun 2013 rata-rata 414.170
Rp./kapita/bulan (BPS 2013).
Lokasi Standar
Variabel
Rumah Sakit Rumah AKG
Energi (kkal) 2126a 2436a 2550
Protein (g) 54a 85b 76
Lemak (g) 88a 90b 86
Karbohidrat (g) 252a 334a 354
Kalsium (mg) 904a 1121a 1300
Fosfor (mg) 750a 722a 700
Besi (mg) 23a 38b 32
Vit. A (mcg) 702a 876a 850
Vit. C (mg) 67a 102a 100
Keterangan: Tanda aa = signifikan, ab = tidak signifikan
Energi
Protein
80 70 71 71 73 73 73 74 75
54
60
(g)
40
20
.
Menurut Budiyarti (2010), masyarakat suku banjar memiliki keyakinan
yaitu tradisi, dan budaya berpantang makanan pada ibu setelah melahirkan, yaitu
dengan tidak memakan daging, telur, ikan, dan hati yang dikhawatirkan
menghambat penyembuhan luka setelah melahirkan. Hal ini tentu berbeda
dengan apa yang seharusnya dikonsumsi oleh ibu setelah melahirkan, yaitu
asupan gizi yang cukup agar tidak berdampak buruk pada status gizi ibu.
Lemak
Hasil uji hubungan asupan zat gizi dan karakteristik responden
menunjukkan bahwa konsumsi lemak mempunyai hubungan yang signifikan
dengan urutan kelahiran.
Asupan lemak pada ibu melahirkan rata-rata sudah mencukupi dan sesuai
dengan nilai AKG. Salah satu penyebab yang berkaitan dengan hal tersebut
adalah pola makan ibu yang mungkin lebih baik dari kelahiran sebelumnya,
dimana banyaknya informasi maupun edukasi tentang asupan zat gizi apa saja
yang perlu dipenuhi dalam masa kehamilan dan melahirkan. Namun, jika asupan
lemak berlebih dapat berdampak tidak baik terhadap kesehatan ibu.
Korelasi yang positif menunjukkan semakin tinggi urutan kelahiran ibu
diduga karena aktivitas fisik makin berkurang namun asupan energi yang
berlebih sehingga diubah menjadi lemak, dan proses metabolisme di dalam tubuh
berjalan lambat seiring bertambahnya usia.
SIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Anwar I, Herianandita E, Ruslita I. 2012. Evaluasi sistem penyelenggaraan
makanan lunak dan analisis sisa makanan lunak di beberapa rumah sakit di
DKI Jakarta. Gizi Indon 35(2):100-101
[ARHP] Association of Reproductive Health Professionals. 2013. A Quick
Reference Guide for Clinicians, Postpartum Counseling. Washington DC
(Updated July 2013) no:6-7
Aritonang I. 2006. Krisis Ekonomi: Akar Masalah Gizi. Penerbit Media
Pressindo.Yogyakarta
Asmawati, Rahayu I, Ulfah N. 2013. Studi Validasi Semi-Quantitatif Food
frequencyQuestionnaire (FFQ) dan Recall 24 jam terhadap asupan zat gizi
Makro Ibu Hamil di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Makassar. Universitas Hasanuddin
Astawan M. 2004. Ikan yang Sedap dan Bergizi. Penerbit Tiga Serangkai. Solo
Astawan M. 2008. Sehat dengan Tempe, Panduan Lengkap Menjaga Kesehatan
dengan Tempe. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta
Astawan M. 2009. Ikan gabus dibutuhkan pasca operasi.
http://cyberman.cbn.net.id [2 Febuari 2016]
Astawan, M. 2009. Panduan Karbohidrat Terlengkap. Penerbit Dian Rakyat.
Jakarta
Ausa ES, Jafar N, Indriasari R. 2013. Hubungan pola makan dan status sosial
ekonomi dengan kejadian KEK pada ibu hamil di kabupaten Gowa tahun
2013. [tesis]. Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Hasanuddin. Makassar
Baker JL, Gamborg M, Heitmann BL, Lissner L, Sorensen TIA, Rasmussen KM.
2008. Breastfeeding reduces postpartum weight retention. Am J Clin Nutr
88 (6): 1543-1551 DOI 10.3945/ajcn.2008.26379
Barennes H, Simmala C, Odermatt P, Thaybouavone T, Valle J, Martinez BU,
Newton P, Strobel M. 2009. Postpartum traditions and nutrition practices
among urban Lao women and their infants in Vientiane, Lao PDR. Eur J
Clin Nutr 63(3): 322-331 DOI 10.1038/sj.ejcn.1602928
Betoko A, Charles MA, Hankard R, Forhan A, Bonet M, Cubizolles MJS. 2013.
Infant feeding patterns over the fisrt year of life: Influence of family
characteristics. Eur J Clin Nutr. 67(6): 631-7. DOI 10.1038/ejcn.2012.200
[BPS]. Badan Pusat Statistik Nasional. 2013. Rata-rata pengeluaran perkapita
sebulan di daerah perkotaan menurut kelompok barang dan golongan
pengeluaran per kapita sebulan tahun 2013. Jakarta.
Budiyarti Y. 2010. Hubungan perilaku berpantang makanan selama masa nifas
dengan status gizi ibu di Banjarmasin [tesis]. Universitas Indonesia. Depok
Chien YC, Huang YJ, Hsu CS, Chao JCJ, Liu JF. 2009. Maternal characteristics
after consumption of an alcoholic soup during the postpartum ‘doing the
month’ ritual. Public Health Nutr 12(3):382-8 DOI
10.1017/S1368980008002152
[DEPKES] Departemen Kesehatan. 2006. Glosarium Data dan Informasi
Kesehatan. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Depkes RI
[DEPKES] Departemen Kesehatan. 2010. Karakteristik Berat Badan dengan IMT
Indonesia. Jakarta:Depkes RI
Dhuha IA, Aminuddin S, Sitti N. 2012. Edukasi gizi terhadap pola konsumsi ibu
hamil anemia dalam upaya perbaikan kadar hemoglobin di puskesmas
Sudiang Raya Makassar. Media Gizi Masyarakat Indonesia. 2(1): 17-21
Durham HA, Lovelady CA, Rebecca J, Katrina M. 2011.Comparison of dietary
intake of overweight postpartum mothers practicing breastfeeding or
formula feeding. J Am Diet Assoc. 111(1):67-74. DOI
10.1016/j.jada.2010.10.001
Dopi ERB. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia ibu
hamil trimester III di puskesmas Puweri Kabupaten Sumba Barat.
[tesis].Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang
Elneim EAA. 2014. Dietary habits during the postpartum period among a sample
lactating women in Sudan. IOSR Journal of Nursing and Health Science.
3(1):1-6
Erna SA, Nurhaedar J, Rahayu I. 2013. Hubungan pola makan dan status sosial
ekonomi dengan kejadian KEK pada ibu hamil di kabupaten Gowa tahun
2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makassar
Falciglia G, Piazza J, Ritcher E, Reinerman C, Lee SY. Nutrition education for
postpartum women. Prim Care Community Health. 5(4): 275-278 DOI:
10.1177/2150131914528515
Fatimah S, Hadju V, Bahar B, Abdullah Z. 2011. Konsumsi dan kadar
hemoglobin pada ibu hamil di kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Makara
Kesehatan 15(1): 31-36.
Fitriani S. 2005. Gambaran perilaku ibu hamil berpantang makanan berdasarkan
karakteristik ibu di Puskesmas Gondong Rejo Blitar. [tesis]. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok
Ernawati F, Rosmalina Y, Permanasari Y. 2013. Pengaruh asupan protein ibu
hamil dan panjang badan bayi lahir terhadap kejadian stunting pada anak
usia 12 bulan di kabupaten Bogor. Gizi dan Makanan 36(1):1-11.
Huseinovic E, Winkvist A, Bertz F, Forslund HB, Brekke HK. 2014. Eating
frequency, energy intake and body weight during a successful weight loss
trial in overweight and obese postpartum women. Eur J Clin Nutr.
68(1):71-76 DOI:10.1038/ejcn.2013.200
Inayah HK. 2007. Pengetahuan lokal ibu hamil dan nifas tentang tanda bahaya
kehamilan, persalinan, dan masa nifas di Kota Banjarmasin.
http://118.98.213.22/aridataweb/how/k/kesehatan/12status gizi ibu
nifas.pdf[21 April 2014]
Irawati A. 2009. Faktor determinan risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu
menyusui di Indonesia. Gizi dan Makanan PGM. 32(2): 82-93.
Jaakkola J, Hakala P, Isolauri E, Poussa T, Laitinen K. 2013. Eating behavior
influences diet, weight, and central obesity women after pregnancy.
Nutrition 29(10):1209-13 DOI:10.1016/j.nut.2013.03.008
Karima K, Achadi EL. 2012. Status gizi ibu dan berat badan lahir bayi. Kesehatan
Masyarakat Nasional. 7(3): 111-118
Kristiyanasari W. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha Medika
Lovelady CA, Kimberly G, Stephenson KG, Kuppler KM, Williams JP. 2006.
The effects of dieting on food and nutrient intake of lactating women. J
Am Diet Assoc. 106(6):908-912 DOI:10.1016/j.jada 2006.03.007
Martins TM, Ferraz IS, Daneluzzi JC, Martinelli CE, Ciampo LAD, Ricco RG.
2010. Impact of maternal vitamin A supplementation on the mother infant
pair in Brazil. Eur J Clin Nutr. 64(11):1302-1307. DOI:
10.1038/ejcn.2010.165
Montgomery KS, Best M, Aniello TB, Phillips JD, Flanigan EH. 2013.
Postpartum weight loss weight struggles, eating, exercise, and
breastfeeding. J Holist Nurs. 31(2): 129-138 DOI:
10.1177/0898010112464120
Mudjajanto ES, Sukandar D. 2007. Food consumption and nutritional status of
breastfeeding mothers and infants. Gizi dan Pangan 2(2):13-25
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta:
Jakarta
Neville CE, Mckinley MC, Holmes VA, Spence D, Woodside JV. 2013. The
relationship between breastfeeding and postpartum weight change a
systematic review and critical evaluation. Int J Obes. 38(4):577-590.
DOI:10.1038
Puji AE, Satriani S, Nadimin, Fadliyah F. 2010. Hubungan pengetahuan ibu dan
pola konsumsi dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di Puskesmas
Kassi-Kassi. Gizi Pangan 10(2): 50-51.
Rao CR, Dhanaya SM, Ashok K, Niroop SB. 2014. Assesment of cultural beliefs
and practices during the postnatal period in a coastal town of South India –
A mixed method research study. GJMEDPH 3(5): 1-8
Rusli AR, Meiyuntariningsih T, Warni WE.2011. Perbedaan depresi pasca
melahirkan pada ibu primapara ditinjau dari usia ibu hamil. INSAN 13(1):
21-31
[SDKI] Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2013. Angka Kematian Ibu
di Indonesia. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Jakarta
Sinaga RJR, Lubis SN, Darus MB. 2013. Kajian faktor-faktor sosial ekonomi
masyarakat terhadap ketahanan pangan rumah tangga di Medan. Social
Economic of Agriculture and Agribusiness 2(5): 6-7
Sukandar D. 2007. Makanan tabu di Barito Kuala Kalimantan Selatan. Gizi
Pangan 2(2): 44-48
Supariasa NDI, Bakri B, Fajar I. 2008. Penilaian Status Gizi. Jakarta:EGC
Widen EM, Gallagher D. 2014. Body composition changes in pregnancy:
measurement, predictors and outcomes. Eur J Clin Nutr 68(6):643-652
DOI 10.1038
[WHO] World Health Organization. 2011. Guideline: Vitamin A supplementation
in postpartum women. Oktober 2011
Yani IR, Dwiyanti D, Novelasari. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku ibu laktasi dalam memberikan ASI di 6 kabupaten/kota di
provinsi Sumatera Barat. Gizi dan Makanan PGM 32(2): 101-111
Yuli K. 2008. Pendidikan dan pengetahuan gizi ibu hamil. Informasi Kesehatan
8(1): 1-9
Zakaria, Rosmini, Tamrin, A. 2007. Gambaran asupan makanan dan gizi ibu nifas
rawat inap di Rumah Sakit Umum Daya kota Makassar Tahun 2007.
Media Gizi Pangan 2(6): 35-38.
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Formulir Kuisioner
Nama responden :
Alamat :
Tanggal wawancara :
Kode responden :
1. Profil Keluarga
No Anggota Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan
.
Antara Pagi
dan Siang
Siang
Antara
Siang dan
Sore
Malam
Jumlah
Keterangan:
URT : Ukuran Rumah Tangga, misalnya : piring, mangkok, potong,
sendok, gelas,dan lain-lain
Lampiran 3.