MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata Kuliah Imunoserologi
Oleh :
Kelompok 2
Afni Nurbayani (P17334116007)
Adnan Tandri Syahputra (P17334116013)
Sera Septiani Lessy Putri (P17334116014)
Siti Ar Ridha Nur Setiawan (P17334116016)
Muhammad Rizky Anugrah P. (P17334116020)
Widyapuri Khoerunnisa (P17334116033)
Kelas II-A
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya., yang telah
melimpahkan hidayah dan inayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Imunoserologi mengenai ”ANTIGEN DAN ANTIBODI”.
Makalah ini penulis susun dengan maksilmal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga dapat memperlacar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan baik dari segi kalimat ataupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala kritik dan saran dari pembaca,
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ”ANTIGEN DAN
ANTIBODI” dapat bermanfaat dan memberi inspirasi bagi pembacanya.
Sebelumnya penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
masuknya antigen adalah dengan cara meniadakan antigen tersebut, secara non
spesifik yaitu dengan cara fagositosis. Dalam hal ini, tubuh memiliki sel-sel
fagosit yang termasuk ke dalam 2 kelompok sel, yaitu kelompok sel agranulosit
dan granulosit.
Kelompok sel agranulosit adalah monosit dan makrofag, sedangkan yang
termasuk kelompok sel granulosit adalah neutrofil, basofil, eosinofil yang
tergolong ke dalam sel PMN (polymorphonuclear). Respon imun spesifik
bergantung pada adanya pemaparan benda asing dan pengenalan selanjutnya,
kemudian reaksi terhadap antigen tersebut. Sel yang memegang peran penting
dalam sistem imun spesifik adalah limfosit. Limfosit berfungsi mengatur dan
bekerja sama dengan sel-sel lain dalam sistem fagosit makrofag untuk
menimbulkan respon immunologik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sel T
Sel T Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang
diketahui sebagai limfosit dan memainkan peran utama pada kekebalan selular.
Sel T mampu membedakan jenis patogen dengan kemampuan berevolusi
sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh terpapar patogen.
Hal ini dimungkinkan karena sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel T memori
dengan kemampuan untuk berkembangbiak dengan cepat untuk melawan infeksi
yang mungkin terulang kembali.
Kemampuan sel T untuk mengingat infeksi tertentu dan sistematika
perlawanannya, dieksploitasi sepanjang proses vaksinasi, yang dipelajari pada
sistem kekebalan tiruan. Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang
terjadi antara reseptor sel T (bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) dan peptida
MHC pada permukaan sel sehingga menimbulkan antarmuka antara sel T dan sel
target yang diikat lebih lanjut oleh molekul co-receptor dan co-binding. Ikatan
polivalen yang terjadi memungkinkan pengiriman sinyal antar kedua sel.[2]
Sebuah fragmen peptida kecil yang melambangkan seluruh isi selular, dikirimkan
oleh sel target ke antarmuka sebagai MHC untuk dipindai oleh TCR yang mencari
sinyal asing dengan lintasan pengenalan antigen.
Aktivasi sel T memberikan respon kekebalan yang berlainan seperti
produksi antibodi, aktivasi sel fagosit atau penghancuran sel target dalam
seketika. Dengan demikian respon kekebalan tiruan terhadap berbagai macam
penyakit diterapkan. Sel T memiliki prekursor berupa sel punca hematopoietik
yang bermigrasi dari sumsum tulang menuju kelenjar timus, tempat sel punca
tersebut mengalami rekombinasi VDJ pada rantai-beta pencerapnya, guna
membentuk protein TCR yang disebut pre-TCR, pencerap spesial pada permukaan
sel yang disebut pencerap sel T (bahasa Inggris: T cell receptor, TCR). "T" pada
kata sel T adalah singkatan dari kata timus yang merupakan organ penting tempat
3
sel T tumbuh dan menjadi matang. Beberapa jenis sel T telah ditemukan dan
diketahui mempunyai fungsi yang berbeda-beda.
2.2 Sel B
Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada respon imun
humoral yang berbalik pada imunitas selular yang diperintah oleh sel T. Fungsi
utama sel B adalah untuk membuat antibodi melawan antigen. Sel B adalah
komponen sistem kekebalan tiruan.
Pencerap antigen pada sel B, biasa disebut pencerap sel B, merupakan
imunoglobulin. Pada saat sel B teraktivasi oleh antigen, sel B terdiferensiasi
menjadi sel plasma yang memproduksi molekul antibodi dari antigen yang terikat
pada pencerapnya.
4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Antigen
Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat
bereaksi dengan antibodi. Macam-macam antigen antara lain imunogen adalah
bahan yang dapat merangsang respon imun dan hapten adalah bahan yang dapat
bereaksi dengan antibodi. Antigen tersusun atas epitop dan paratop. Epitop atau
determinan adalah bagian dari antigen yang dapat mengenal/menginduksi
pembentukan antibodi, sedangkan paratop adalah bagian dari antibodi yang dapat
mengikat epitop.
Jenis-jenis antigen adalah sebagai berikut:
1. Jenis Antigen berdasarkan determinannya
a. Unideterminan, univalen, merupakan jenis epitop satu dan jumlahnya satu.
b. Unideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop satu, jumlah lebih dari
satu.
c. Multideterminan, univalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu dan
jumlahnya satu.
d. Multideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu, jumlah
lebih dari satu.
2. Jenis Antigen berdasarkan spesifiktasnya
a. Heteroantigen → dimiliki banyak spesies
b. Xenoantigen → dimiliki spesies tertentu
c. Alloantigen → dimiliki satu spesies
d. Antigen organ spesifik → dimiliki organ tertentu
5
e. Autoantigen → berasal dari tubuhnya sendiri
3. Jenis antigen berdasarkan ketergantungan pada sel T
a. T dependen adalah tentang antigen yang perlu pengenalan thd sel T dan sel
B untuk merangsang antibodi
b. T Independen adalah tentang antigen yang dapat merangsang sel B tanpa
mengenal sel T dahulu
4. Jenis antigen berdasarkan kandungan bahan kimianya
a. Karbohidrat merupakan imunogenik
b. Lipid: tidak imunogenik merupakan hapten
c. Asam nukleat merupakan antigen yang tidak imunogenik
d. Protein merupakan imunogenik
3.2 Antibodi
6
b. Imunoglobulin A
Sedikit dalam serum. Banyak terdapat dalam saluran nafas, cerna, kemih,
air mata, keringat, ludah dan air susu. Fungsinya menetralkan toksin dan virus,
mencegah kontak antara toksin/ virus dng sel sasaran dan mengumpalkan/
mengganggu gerak kuman yang memudahkan fagositosis.
c. Imunoglobulin M
Tidak dapat menembus plasenta, dibentuk pertama kali oleh tubuh akibat
rangsangan antigen sifilis, rubela, toksoplasmosis. Fungsinya mencegah gerakan
mikroorganisme antigen memudahkan fagositosis dan Aglutinosis kuat terhadap
antigen.
d. Imunoglobulin E
Jumlah paling sedikit dalam serum. Mudah diikat oleh sel mastosit, basofil
dan eosinofil. Kadar tinggi pada kasus: alergi, infeksi cacing, skistosomiasis,
trikinosis. Proteksi terhadap invasi parasit seperti cacing.
e. Imunoglobulin D
Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Tidak dapat mengikat komplemen.
Mempunyai aktifitas antibodi terhadap makanan dan autoantigen.
7
kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan
mensintesis pembentukan antibodi. Contoh hapten diantaranya adalah toksin
poison ivy, berbagai macam obat (seperti penisilin), dan zat kimia lainya yang
dapat membawa efek alergik.
8
3. Teori Seleksi Klonal
Teori ini berdasarkan kemampuan mutasi dan seleksi dari sel-sel tertentu di
dalam tubuh sesuai dengan kemampuan yang sama pada kuman. Sel yang
berperan dalam reaksi kekebalan, sel limfosit, hanya dapat mengikat satu jenis
antigen. Kemampuan ini telah ada sejak lahir dan merupakan sifat bawaaan.
Dengan demikian maka sel-sel limfosit di dalam tubuh merupakan kumpulan sel
yang berlainan, ada yang dapat bereaksi dengan satu antigen dan ada yang
bereaksi dengan antigen lain. Bila antigen masuk ke dalam tubuh ia diikat oleh
reseptor pada permukaan limfosit yang cocok, dan sel limfosit itu akan mengalami
proliferasi dan membentuk satu clone. Sebagian dari sel clone ini akan
mengeluarkan antibodi dan sebagian lain akan menyebar melalui aliran darah dan
limfe ke dalam jaringan tubuh sebagai cadangan sel yang sensitif terhadap antigen
itu (memory cells). Antigen yang sama apabila masuk ke dalam tubuh untuk
kedua kalinya akan bertemu dengan sel cadangan ini dan mengakibatkan
terbentuknya antibodi yang lebih cepat dan lebih banyak.
Perbedaan dalam respon imun primer dan sekunder, kadar antibodi yang
dibentuk, lamanya lag phase dan lain-lain sangat bergantung pada beberapa
faktor, antara lain :
a. Jenis antigen
b. Dosis antigen yang diberikan ke darah
c. Cara masuk antigen ke tubuh
d. Sensitivitas teknik yang digunakan untuk mengukur antibodi
9
10
Pembentukan antibodi tidak berlangsung tanpa batas, ada mekanisme
control yang mengendalikan dan menghentikaan pembentukan antibodi
berlebihan. Beberapa di antara mekanisme control itu adalah berkurangya kadar
antigen, pengaturan oleh idiotip, dan penekanan oleh sel T penekan.
11
untuk masing-masing musuh merupakan proses yang luar biasa dan proses ini
dapat terwujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya dengan baik.
Di alam ini terdapat jutaan musuh (antigen). Satu sel B yang sedemikian
kecil, menyimpan jutaan bit informasi dalam memorinya, dan dengan sadar
menggunakannya dalam kombinasi yang tepat. Tersimpannya jutaan formula
dalam suatu sel yang sangat kecil merupakan keajaiban yang diberikan kepada
manusia. Yang tak kurang menakjubkan adalah bahwa kenyataannya sel-sel
menggunakan informasi ini untuk melindungi kesehatan manusia. Satu sel B
menggandakan antibodi spesifiknya dan mencantolkannya ke permukaan luar
membran selnya. Antibodi memanjang keluar seperti jarum, aerial yang sudah
menyesuaikan diri menunggu berkontak dengan sekeping protein tertentu yang
bisa mereka kenali. Antibodi tersebut terdiri dari dua rantai ringan dan dua rantai
berat asam amino yang bersambungan dalam bentuk Y. Setelah digandakan
sampai jutaan, sebagian besar sel B berhenti membelah dan menjadi sel plasma,
jenis sel yang bagian dalamnya berisi alat untuk membuat satu produk antibodi.
Sebagian sel B lain membelah terus tak berhingga, dan menjadi sel memori.
Antibodi bebas yang dibuat oleh sel plasma berkeliling di darah dan cairan limpa.
Ketika antibodi mengikatkan diri pada antigen sasarannya, bentuknya berubah.
Perubahan bentuk inilah yang membuat antibodi "menempel" di bagian luar
makrofag.
12
2. Antigen berikatan dengan antibody.
3. Histamine keluar dari sel mast dan basofil
4. Timbul manifestasi alergi
13
cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibody
sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya.
3. Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic dari
interaksi antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya.
Pengaruh menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas
mikroba,dan lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi
sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.
14
Secara garis besar, interaksi antigen-antibodi adalah seperti bagan berikut:
15
Antigen yang mempunyai epitop berulang-berulang boleh menghubung
silangkan reseptor sel B (BCR) dan mengaktifkan sel B secara terus. Kebanyakan
antigen protein tidak mempunyai epitop seperti itu tetapi terdiri daripada epitop-
epitop yang berlainan. Oleh itu, untuk menghasilkan gerak balas terhadap antigen
protein, sel B memerlukan isyarat-isyarat dari sel T CD4+. Antigen seperti ini
dipanggil antigen bergantung timus. Penghasilan antibodi terhadap antigen
bergantung timus memerlukan pengaktifan dan interaksi kedua-dua sel B dan T.
Sebagai keperluan tambahan, sel B dan sel T tersebut mesti mengacam
epitop-epitop yang tergabung (walaupun epitop-epitop berlainan) pada satu
antigen, untuk kerjasama antara sel B dan sel T berlaku. Pergabungan antigen dan
sitokin yang dihasilkan oleh sel T, sel diaktifkan dan menjalani proliferasi dan
membeza menjadi sel plasma penghasil antibodi.
Jenis sitokin yang dihasilkan mempengaruhi kelas antibodi yang dihasilkan
oleh sel plasma. Ini jelas ditunjukkan dalam gerak balas terhadap antigen bebas
timus (diterangkan di bawah). Antigen ini tidak mengaruh pertukaran kelas atau
gerak balas ingatan.
Dalam gerak balas primer, sel T paling berkesan diaktifkan oleh antigen
yang diproses oleh sel dendritik. Sel T teraktif ini kemudian akan berinteraksi dan
mengaktifkan sel B seperti diterangkan di bawah. Dalam gerak balas sekunder sel
dendritik tidak diperlukan. Sel B dan T boleh bekerjasama dengan efisien kerana
sel-sel ini telah teraktif. Dalam gerak balas sekunder sel B memerangkap antigen
melalui reseptornya (sIg) dan kompleks antigen-sIg ditelan, kemudian didegradasi
dalam dengan molekul MHC II, diangkut dan diekspres pada permukaan sel di
mana ia akan berinteraksi dengan sel T CD4+. Interaksi ini disertai oleh interaksi
antara beberapa molekul permukaan lain Hasilnya kedua-dua sel B dan T menjadi
teraktif: sel T akan menghasilkan sitokin dan sel B menghasilkan antibodi.
Interaksi antigen-antibodi dapat diamati dengan cara melakukan
pemeriksaan golongan darah. Biasanya, antigen masuk ke dalam tubuh dalam
bentuk virus, bakteri, ataupun substansi protein lainnya. Atas dasar inilah
dilakukan pemeriksaan golongan darah. Darah akan berperan sebagai antibodi,
sehingga apabila diteteskan antigen spesifik, maka darah akan menjendal sebagai
16
proses imun. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rh adalah dengan menggunakan darah dari probandus dan larutan anti-serum,
yaitu Anti-A, Anti-B, Anti-AB, dan Anti-D.
Ada 3 aktivator yang berbeda yang mendeteksi kuman dan mengaktifkan C3
yang merupakan komplemen kunci. Sistem komplemen mengandung lebih dari 18
macam protein. Protein-protein ini bertindak dalam suatu kaskade, dimana satu
protein mengaktifkan protein berikutnya. Sistem komplemen bisa diaktifkan
melalui 2 cara yang berbeda:
a. Jalur alternatif: diaktifkan oleh produk mikroba tertentu atau antigen.
b. Jalur klasik: diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada antigen
(komplek imun).
Aktivasi jalur klasik dimulai dengan C1 yang dicetuskan oleh kompleks
imun antibody dan antigen. IgM memiliki sebanyak 5 Fc mudah diikat oleh C1
meskipun C1 tidak mempunyai sifat enzim, namun setelah dia berikatan dengan
Fc dapat mengakifkan C2 dan C4 yang selanjtunya mengkatifkan C3. IgM dan
IgG1, IgG2, IgG3 (IgM lebih kuat dibandingkan dengan IgG) yang membentuk
kompleks imun dengan antigen, dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur
klasik, jalur klasik melibatkan 9 komplemen protein utama yaitu C1-C9. Selama
aktivasi, protein-protein tersebut diaktifkan secara berurutan. Produk yang
dihasilkan menjadi katalisator dalam reaksi berikutnya. Jadi stimulus kecil dapat
menimbulkan reaksi aktivasi komplemen berantai.
Dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif :
a. Bakteri (endotoksin)
b. Jamur, virus, parasit
c. Zimosan
d. Agregat IgA (IgA1, IgA2) dan IgG4
e. Faktor nefritik
C3b dalam jumlah sedikit di dalam serum, dapat mengikat faktor serum
yang disebut faktor B Komplemen ini selanjutnya diaktifkan faktor D dalam
serum yang mengikat C3bB membentuk kompleks imun C3bBD yang berfungsi
sebagai konvertase C3 yang melepas C3a dan C3b. Kompleks C3bBD dengan
17
cepat dipecah oleh protein serum tetapi pemecahan tersebut dicegah oleh protein
lain dalam serum yaitu Properdin.
18
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
4.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
iii