Anda di halaman 1dari 4

Epidemiologi Pelayanan Kesehatan “Puskesmas Poncol”

Penelitian dilakukan di Puskesmas Poncol Jl Imam Bonjol No 114 tepat berada di depan pintu masuk
stasiun Poncol, Semarang Jawa Tengah 50142. Jam kerja puskesmas Poncol adalah senin hingga
kamis pukul 07:30—11:00, dan jumat hingga sabtu pukul 07:30—10:00. Khusus pada hari jumat
diadakan senam untuk karyawan dan juga masyarakat setempat. Salah seorang karyawan yang saya
jadikan sebagai narasumber adalah ibu Eka Ritma Harisa, SKM yang memegang data-data
epidemilogi di puskesmas Poncol.

Data tentang kesehatan yang ada di puskesmas poncol yaitu terkait dengan penderita DBD dan
Leptospirosis. Kedua penyakit ini disebabkan oleh hewan, dimana DBD disebabkan oleh virus dengue
dan menyebar ke manusia melalui gigitan nyamukAedes aegypti. Artinya DBD tidak bisa menular
langsung dari seseorang ke orang lain tanpa perantara nyamuk tersebut. Nyamuk Aedes aegypti
biasanya berkembang biak di daerah berpenduduk tinggi (seperti di kota-kota besar) yang memiliki
iklim lembap dan hangat. Sedangkan, Leptospirosis merupakan penyakit infeksi bakteri yang
disebabkan oleh strain Leptospira. Penyakit ini paling sering ditularkan dari hewan ke manusia ketika
orang dengan luka terbuka di kulit melakukan kontak dengan air atau tanah yang telah
terkontaminasi air kencing hewan, bakteri juga dapat memasuki tubuh melalui mata atau selaput
lendir. Hewan yang umum menularkan infeksi kepada manusia adalah tikus, musang, opossum,
rubah, musang kerbau, sapi atau binatang lainnya. Karena sebagian besar di Indonesia Penyakit ini
ditularkan melalui kencing Tikus, Leptospirosis popular disebut penyakit kencing tikus.

Dari data penyakit DBD yang ada pada puskesmas Poncol terbagi dalam beberapa kelurahan.
Diantaranya adalah keluraha :

Pendrikan Kidul

Purwodinatan

Kauman

Sekayu

Pendrikan Lor

Kembangsari

Kranggan

Bangunharjo, dan

Pandansari
Dari beberapa kelurahan diatas, di tahun 2015 dari kasus bulan Januari hingga September yang
penduduknya lebih banyak mengalami penyakit DBD adalah kelurahan Pendrikan Kidul dengan
jumlah 5 orang. Sedangkan, yang paling rendah tingkat sakitnya adalah kelurahan Kembangsari,
Kranggan, Bangunharjo, dan Pandansari dengan kuantitas 0 orang (tidak ada). Terkait dengan
penyakit DBD, beberapa masyarakat yang terjangkiti penyakit tersebut statusnya tidak ada yang
sampai meninggal dunia, artinya masih bisa disembuhkan. Untuk penyakit Leptospirosis di tahun
2014 di kelurahan Pendrikan Lor dan Bangunharjo yang masyarakatnya terjangkiti penyakit ini, yaitu
Siti Fatimah (P/55 th) dan Sutarmi (P/57 th). Ibu Sutarmi statusnya hingga meninggal dunia.
Kemudian di tahun 2015 ibu Nani Rusti Istiarti dengan usia 45 tahun alamat rumah di Pandansari
terkena penyakit Leptospirosis akan tetapi penyakitnya masih bisa disembuhkan.

Analisis dengan konsep epidemiologi, diantaranya adalah :

Insidence: Jumlah kasus baru penyakit yang terjadi pada suatu populasi dalam kurun waktu satu
tahun.

Dari data: Hanya kasus DBD dan Leptospirosis

Prevalence: Total jumlah kasus penyakit tertentu dalam kurun waktu tertentu

Dari data: Terdapat dua kasus, yaitu DBD dan Leptospirosis

Morbidity rate: Rata-rata atau jumlah insiden yang dilaporkan per 100.000 penduduk.
Menunjukkan penyakit tertentu lebih sering terjadi pada suatu kelompok populasi dibandingkan
yang lain.

Dalam morbidity rate, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhinya diantaranya adalah,
sebagai berikut:

a). Kelas sosial

Berkaitan dengan gaya hidup, jaminan kesehatan, dan lingkungan tempat tinggal. Kesehatan kelas
sosial bawah cenderung harapan hidupnya rendah, sebaliknya kesehatan kelas sosial atas cenderung
harapan hidupnya lebih tinggi. Kondisi tempat tinggal, standar perumahan, gizi buruk, dan stress
sangat berkontribusi pada kesehatan masyarakat yang berpendapatan rendah. Mayarakat dengan
pendidikan yang rendah akan berpengaruh terhadap tingkat kesadaran untuk menjaga kesehatan
mereka. Keterbatasan finansial akan berpengaruh terhadap rendahnya akses pelayanan kesehatan
oleh masyarakat. Kondisi atau lingkungan tempat kerja khususnya pada kelas rendah akan lebih
berbahaya dibandingkan dengan pekerjaan atau lingkungan kerja kelas atas. Kemudian, terkait
dengan faktor kelas sosial masyarakat di kelas rendah rentan terhadap polusi lingkungan di tempat
tinggal maupun tempat kerja.

Dari data mengenai kelurahan yang masyarakatnya banyak mengalami sakit adalah di kelurahan
Pendrikan kidul atau Pendrikan Selatan, Semarang Tengah. Dimana, banyak masyarakat terkena
penyakit DBD. Hal ini dikarenakan di daerah ini kebersihan lingkungannya kurang terjaga, khususnya
bagi masyarakat yang ada pada kelas bawah yang terkena penyakit DBD. Tempat tinggal mereka
dekat dengan genangan air, dimana nyamuk senang terhadap genangan air sehingga menyebabkan
masyatakat terjangkit virus yang disebarkan oleh nyamuk. Khususnya masyarakat yang tidak
menempuh pendidikan tinggi gaya hidup mereka sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan
masyarakat yang lain, tidak menganggap penting akan kebersihan suatu lingkungan. Kemudian hal
ini lah yang banyak mendatangkan berbagai virus atau penyakit.

b). Ras atau etnis

Kondisi ekonomi dan lingkungan yang buruk pada etnis tertentu mengakibatkan angka kesakitan dan
kematian tinggi. Berdasarkan data monografi di kelurahan Pendrikan Kidul terkait dengan agama,
sebagian besar penduduknya muslim akan tetapi juga banyak diantaranya yang menganut agama
non muslim seperti kristen, katolik, budha, dan hindu. Selain terkait dengan data agama, adapula
data terkait dengan jumlah kekayaan yang ada pada masyarakat di kelurahan Pendrikan Kidul. Tidak
banyak masyarakat yang sukses dalam bekerja, dan kemudian hal ini lah yang menyebabkan
mudahnya masyarakat tersebut untuk terkena penyakit. Berkaitan pula dengan rendahnya
pendapatan mereka untuk mampu mengakses pelayanan kesehatan dan rendahnya gaya hidup
sehat.

c). Gender

Pada dasarnya perempuan cenderung hidup lebih lama, namun perempuan mengalami prevalensi
dari banyak penyakit yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Perempun akan lebih sering ke dokter
(medikalisasi). Perempuan cenderung mencarai perawatan kesehatan dibandingkan laki-laki. Siklus
perempuan akan lebih banyak berkaitan dengan kesehatan, seperti kehamilan, nikah (suntik anti
virus), serta menstruasi. Rata-rata pekerjaan perempuan kurang berbahaya dibandingkan laki-laki.

Sebagian besar masyarakat yang terjangkit virus dan penyakit adalah jenis kelamin perempuan.

d). Usia
Usia lajut usia cenderung akan lebih rentan untuk terkena beberapa penyakit kronis, akan tetapi
hanya beberapa saja yang akan mengambil nyawanya. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan
juga bahwa orang tua meninggal akibat dari penyakitnya. Salah satu contoh adalah di kelurahan
Bangunharjo atas nama ibu Sutarmi dengan usia yang tidak muda lagi yaitu 57 tahun yang terkena
penyakit Leptospirosis kemudian divonis meninggal pada tahun 2014 di RSUP Dr. Kariadi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa terkait dengan data epidemiologi yang ada di puskesmas Poncol yaitu
penyakit menular dari hewan yang diderita oleh masyarakat dari beberapa kelurahan di kota
Semarang Tengah dapat disebabkan oleh empat faktor yaitu dari kelas sosial, ras atau etnis, gender,
dan usia. Cenderung bahwa kelas sosial rendah dengan penghasilan yang rendah dengan gaya hidup
yang kurang sehat akan lebih mudah terkena penyakit dibandingkan dengan kelas sosial atas yang
berpendidikan. Selain kelas sosial bawah, jenis kelamin perempuan dan usia lanjut juga berpotensi
lebih besar untuk terkena penyakit.

No. INDIKATOR

TARGET (%) 2010 2011 2012 2013 2014

1.

Presentase provinsi yang melakukan pembinaan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak
menular (SE, deteksi dini, KIE, dan Penanganan Kasus)

50 70 80 90 100

2.

Presentase provinsi yang mempunyai peraturan perundang-undangan tentang pencegahan dan


penaggulangan dampak merokok terhadap kesehatan (Surat edaran/instruksi/SK/Peraturan
Gubernur/ PERDA)

40 60 80 90 100

3.

Presentase kab/kota yang melaksanakan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
(SE, deteksi dini, KIE, penanganan kasus)

10 15 20 25 30

4.

Persentase kab/kota yang mempunyai peraturan perundang-undangan tentang pencegahan dan


penanggulangan dampak merokok terhadap kesehatan (Surat edaran/instruksi/SK/Peraturan
walikota/ Bupati/PERDA)

10 15 20 25 30

Anda mungkin juga menyukai