Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Transportasi


Transportasi adalah suatu kegiatan pemindahan barang (muatan) dan
penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan suatu
sistem tertentuuntuk maksud dan tujuan tertentu. Sejak dahulu transportasi telah
digunakan dalam kehidupan masyarakat, hanya saja alat angkut yang dimaksud
bukan seperti sekarang ini. Sebelum tahun 1800 alat pengangkutan yang
digunakan adalah tenaga manusia, hewan, dan sumber tenaga dari alam. Pada
tahun 1800 sampai 1920, transportasi mulai berkembang dengan memanfaatkan
sumber tenaga mekanis seperti kapal uap, kereta api, kendaraan bermotor dan
pesawat terbang. Dari tahun 1920 sampai sekarang pertumbuhan transportasi
berkembang dengan pesat sejalan dengan kemajuan teknologi. Adanya
transportasi menyebabkan adanya spesialisasi atau pembagian pekerjaan menurut
keahlian sesuai dengan budaya dan istiadat suatu bangsa atau daerah (Salim,
1993).
Kemajuan transportasi berkaitan erat dengan perkembangan kebudayaan
manusia. Transpotasi sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi dan
perkembangan masyarakat serta pertumbuhan industrialisasi. Dalam hal ini
dengan menggunakan transportasi dapat menciptakan suatu barang atau komoditi
yang berguna menurut waktu dan tempat. Fungsi transportasi pada umumnya
adalah sebagai berikut:
1. Memindahkan barang – barang atau hasil produksi dengan menggunakan
alat angkut.
2. Mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

Perkembangan sarana dan prasarana transportasi yang benar akan


memberikan manfaat yang sangat besar pada oertumbuhan ekonomi, mengurangi
atau memberantas kemiskinan, dan meningkatkan pembangunan apabila
memberika pelayanan yang efektif dan efisien.

4
2.2 Angkutan Umum Penumpang
Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang dengan
menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar.
Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk
dipergunakan oleh umum dengan pungutan bayaran. Angkutan umum penumpang
lebih dikenal dengan angkutan umum saja (Warpani, 2002).
Angkutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Angkutan umum yang disewakan (paratransit)
Yaitu pelayanan jasa angkutan yang dapat dimanfaatkan leh setiap orang
berdasarkan ciri tertentu misalnya tarif dan rute. Angkutan umum ini pada
umumnya tidak memiliki trayek atau jadwal tetap misalnya taksi, ciri
utama angkutan ini adalah melayani permintaan.
2. Angkutan umum massal (masstransit)
Yaitu payanan angkutan yang memiliki trayek dan jadwal tetap misalnya
bus dan kereta api. Jenis angkutan ini bukan melayani permintaan
melainkan menyediakan layanan tetap baik jadwal, tarif maupun
lintasannya (Warpani, 2002).
Di Indonesia, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan KM. 35 tahun
2003, Bab I, Pasal 1, jenis – jenis angkutan adalah sebagai berikut:
1. Angkutan Lintas Batas Negara adalah angkutan dari satu kota ke kota lain
yang melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil bus umum
yang terikat dalam trayek.
2. Angkutan Antar Kota Antar Propinsi adalah angkutan dari satu kota ke
kota yang lain yang melalui antar daerah kabupaten atau kota yang melalui
lebih dari satu daerah propinsi dengan menggunakan mobil bus umum
yang terikat dalam trayek.
3. Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi adalah angkutan dari satu kota ke
kota lain yang melalui antar daerah kabupaten atau kota dalam satu daerah
propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek.
4. Angkutan Kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu
derah kota atau wilayah ibukota kabupaten atau dalam Daerah Khusus

5
Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil
penumpang umum yang terikat dalam trayek.
5. Angkutan Perdesaan adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain
dalam satu daerah kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang
berada pada wilayah ibukota kabupaten dengan mempergunakan mobil bus
umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek.
6. Angkutan Perbatasan adalah angkutan kota atau angkutan perdesaan yang
memasuki wilayah kecamatan yang berbatasan langsung pada kabupaten
atau kota lainnya baik yang melalui satu propinsi maupun lebih dari satu
propinsi.
7. Angkutan Khusus adalah angkutan yang mempunyai asal dan atau tujuan
tetap, yang melayani antar jemput penumpang umum, antar jemput
karyawan, pemukiman, dan simpul yang berbeda.
8. Angkutan Taksi adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang
umum yang diberi tanda khusus dan dilengkapi dengan argometer yang
melayani angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas.
9. Angkutan Sewa adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang
umum yang melayani angkutan dari pintu ke pintu, dengan atau tanpa
pengemudi, dalam wilayah operasi yang terbatas.
10. Angkutan Pariwisata adalah angkutan dengan menggunakan mobil bus
umum yang dilengkapi dengan tanda – tanda khusus untuk keperluan
pariwisata atau keperluan lain di luar pelayanan angkutan dalam trayek,
seperti untuk keperluan keluarga dan sosial lainnya.
11. Angkutan Lingkungan adalah angkutan dengan menggunakan mobil
penumpang umum yang dioperasikan dalam wilayah operasi terbatas pada
kawasan tertentu.

2.3 Rute dan Trayek


Rute merupakan ruas – ruas jalan yang dilalui dalam suatu trayek sehingga
satu trayek dapat memiliki lebih dari satu rute. Rute angkutan umum biasanya
ditempatkan di lokasi yang memang diperkirakan ada calon penumpang yang
akan dilayani. Sistem jaringan rute yaitu sekumpulan rute yang bersama – sama

6
melayani kebutuhan masyarakat. Dalam sistem jaringan rute tersebut akan
terdapat titik – titik dimana akan terjadi pertemuan dua rute atau lebih. Pada titik –
titik yang dimaksud dimungkinkan pergantian rute, karena pada kenyataannya
seorangpenumpang tidak selamanya dapat menggunakan hanya satu rute untuk
perjalanan dari tempat asal ke tempat tujuan (Warpani, 2002).
Trayek merupakan pelayanan angkutan umum dari suatu tempat asal ke
suatu tempat tujuan. Pada umumnya trayek angkutan umum yang melayani
masyarakat dalam suatu wilayah jumlahnya lebih dari satu.
Menurut keputusan Mentreri Perhubungan KM. 35 tahun 2003, Bab III
Pasal 2 ada beberapa jenis trayek yaitu:
1. Trayek lintas batas negara, yaitu trayek yang melalui batas negara.
2. Trayek antar kota antar propinsi, yaitu trayek yang melalui lebih dari satu
daerah propinsi.
3. Trayek antar kota dalam propinsi, yaitu trayek yang melalui antar daerah
kabupaten dan kota dalam satu daerah propinsi.
4. Trayek kota, yaitu trayek yang keseluruhannya berada dalam kota.
5. Trayek perdesaan, yaitu trayek yang keseluruhannya berada dalam
kabupaten.
6. Trayek perbatasan, yaitu trayek antar perdesaan yang berbatasan, yang
keseluruhannya berada di daerah propinsi atau antar daerah propinsi.
Kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan pelayanan angkutan orang
disebut jaringan trayek (Keputusan Menteri Perhubungan KM. 35 tahun 2003).
Faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jaringan
trayek adalah pola tata guna lahan. Pelayanan angkutan umum penumpang
diusahakan mampu menyediakan aksesibilitas yang baik. Aksesibilitas adalah
ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan
berinteraksi satu sama lainnya dan “mudah” atau “susahnya” lokasi tersebut
dicapai melalui sistem jaringan transportasi (Tamin, 2000). Lintasan trayek
angkutan umum diusahakan melewati tata guna lahan dengan potensi permintaan
yang tinggi. Demikian juga lokasi – lokasi yang potensial menjadi tujuan
berpergian diusahakan menjadi prioritas pelayanan.

7
2.4 Standar Kinerja dan Kualitas Pelayanan Angkutan Umum
Standar kinerja dan kualitas pelayanan angkutan umum mengacu pada
pedoman teknis penyelenggaraan angkutan penumpang umum di wilayah
perkotaan dalam trayek tetap dan teratur yang dikeluarkan oleh Departemen
Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat yang terlihat pada Tabel 2.1
dan Tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.1 Standar Kinerja Operasi Berdasarkan Departemen Perhubungan


NO ASPEK PARAMETER STANDAR
1 Jumlah Penumpang Jumlah penumpang/angkutan/hari (pnp/angkt/hr)
- Bus besar lantai ganda, 85 1500 - 1800
tempat duduk, 35 berdiri
- Bus besar lantai tunggal, 49 1000 - 1200
tempat duduk, 30 berdiri
- Bus sedang, 20 tempat duduk, 500 - 600
10 berdiri
- Bus kecil 14 tempat duduk 300 - 400
- Mobil penumpang umum, 250 - 300
11 tempat duduk
2 Jarak Perjalanan Rata - rata jarak tempuh (km/hr) (km/hr)
Angkutan - Bus besar lantai ganda 250
- Bus besar lantai tunggal 250
- Bus sedang 250
- Bus kecil 250
- Mobil penumpang umum 250
3 Tingkat Konsumsi Penggunaan bahan bakar minyak (km/ltr) (km/ltr)
Bahan Bakar - Bus besar lantai ganda 2
- Bus besar lantai tunggal 3 - 3,6
- Bus sedang 5
- Bus kecil 7,5 - 9
- Mobil penumpang umum 7,5 - 9
4 Load Factor Perbandingan kapasitas terjual dan
70%
kapasitas tersedia untuk satu perjalanan
Sumber: Departemen Perhubungan, 1996

8
Tabel 2.2 Standar Kualitas Pelayanan Berdasarkan Departemen Perhubungan
NO ASPEK PARAMETER STANDAR
1 Waktu Tunggu Waktu penumpang menunggu angkutan (menit)
(menit)
- Rata - rata 5 - 10
- Maksimum 10 - 20
2 Waktu Perjalanan Waktu perjalanan setiap hari dari/ke (jam)
tempat tujuan (jam)
- Rata - rata 1,0 - 1,5
- Maksimum 2-3
3 Headway Waktu antara kendaraan (menit) (menit)
- Headway ideal 5 - 10
- Headway puncak 2-5
4 Kecepatan Berdasarkan kelas jalan (km/jam) (km/jam)
- Kelas II 30
- Kelas III A 20 - 40
- Kelas III B 20
- Kelas III C 10 - 20
Berdasarkan jenis trayek
- Cabang 20
- Ranting 10
Sumber : Departemen Perhubungan, 1996

2.4.1 Kinerja Operasi Angkutan Umum


Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja operasional angkutan umum:
a. Jumlah / Volume Penumpang
Jumlah penumpang adalah rata – rata jumlah penumpang per armada per
hari, untuk periode harian umumnya penumpang mencapai puncaknya
pada pagi dan siang hari.
JPa = JPj / Jab (2.1)
Dimana:
JPa = jumlah penumpang/armada/hari
JPj = jumlah penumpang/hari
Jab = jumlah armada yang beroperasi
b. Jarak Perjalanan Angkutan Umum
Adalah rata – rata perjalanan yang ditempuh tiap armada per hari.
JP = Jr/hari × Pr (2.2)
Dimana:

9
Jp = jarak perjalanan (km)
Jr = jumlah rata – rata rit/hari
Pr = panjang rute (km)
c. Tingkat Konsumsi Bahan Bakar
Adalah banyaknya bahan bakar yang dipergunakan per hari untuk
menempuh jarak perjalanan per hari.
Kbb = Jbb / Jp (2.3)
Dimana:
Kbb = konsumsi bahan bakar (ltr/km)
Jbb = jumlah bahan bakar (ltr/hr)
Jp = jarak perjalanan (km/hr)
d. Faktor Muatan (Load Factor)
Perbandingan jumlah penumpang yang diangkut dengan daya tampung
pada tiap segmen jalan sebagai faktor beban yang mewakili satu lintasan
jalan. Dari itu dapat diketahui apakah jumlah armada yang ada masih
kurang, mencukupi, atau melebihi kebutuhan.
LF = P / K × 100% (2.4)
Dimana:
LF = faktor muatan (load factor)
P = jumlah penumpang yang diangkut dalam satu lintasan.
K = daya tampung kendaraan yang diijinkan

2.4.2 Kualitas Pelayanan Angkutan Umum


Kualitas pelayanan angkutan umum meliputi:
a. Waktu Tunggu
Adalah jumlah waktu rata – rata dan maksimum menunggu angkutan
umum. Untuk memperkirakan waktu tunggu di asumsikan bahwa
kedatangan angkutan umum perkotaan tidak berdasarkan jadwal yang jelas
dan bersifat acak sehingga rata – rata waktu tunggu yang dipergunakan
pengguna angkutan umum diasumsikan sama dengan setengah headway.
Wt = 0,5 × H (2.5)
Dimana:

10
Wt = waktu tunggu (menit)
H = headway
b. Waktu Perjalanan
Adalah jumlah waktu maksimum yang diperlukan dalam perjalanan setiap
hari dan ke tujuan.
Wp = Wr – Wb (2.6)
Dimana:
Wp = waktu perjalanan (menit)
Wr = waktu jarak perjalanan (menit)
Wb = waktu berangkat (menit)
c. Headway
Adalah waktu antara dua sarana angkutan untuk melewati suatu titik.
d. Kecepatan Perjalanan
Adalah kecepatan rata – rata yang ditempuh oleh angkutan umum
perkotaan dalam km/jam. Dalam hal ini jenis – jenis kecepatan yaitu:
- Kecepatan titik/sesaat (spot speed) adalah kecepatan yang diukur pada
saat kendaraan melintas pada suatu titik di jalan.
 Kecepatan Rata – Rata Waktu (time mean speed)
Kecepatan rata – rata waktu adalah kecepatan rata – rata hitung
(aritmatika) dari kendaraan – kendaraan yang melintas disuatu
segmen pengamatan selama periode waktu tertentu.
 Kecepatan Rata – Rata Ruang (space mean speed)
Kecepatan rata – rata ruang adalah kecepatan rata – rata
kendaraan menempuh ruas yang sedang dianalisis atau
kecepatan rata – rata harmonik dari suatu kendaraan yang
menempati suatu segmen jalan selama periode waktu tertentu.
- Kecepatan perjalanan (journey speed) adalah kecepatan rata – rata dari
semua kendaraan yang melintas suatu titik di jalan selama periode
waktu tertentu.
- Kecepatan bergerak (running speed) adalah kecepatan rata – rata dari
semua kendaraan yang menempati panjang suatu potongan jalan
tertentu dibagi waktu bergerak.

11
Kecepatan perjalanan didapat dari wawancara dengan supir, waktu saat
kendaraan berangkat dan kembali lagi ke tempat asal dari perjalanan.
V = Jp / Wp (2.7)
Dimana:
V = kecepatan rata – rata perjalanan (km/jam)
Jp = jarak perjalanan (km)
Wp = waktu perjalanan (jam)

2.5 Biaya Operasi Kendaraan (BOK)


Menurut Departemen Perhubungan (2004), Biaya operasi kendaraan
didefinisikan sebagai biaya yang secara ekonomi terjadi dengan dioperasikannya
kendaraan pada kondisi normal untuk suatu tujuan tertentu. Pengertian biasaya
ekonomi yang terjadi disini adalah biaya yang sebenarnya terjadi. Komponen
biaya operasi kendaraan terdiri atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variable cost).

2.5.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)


Biaya tetap adalah biaya yang terjadi pada awal dioperasikannya suatu
sistem angkutan umum. Biaya tetap tergantung dari waktu dan tidak terpengaruh
dengan penggunaan kendaraan (Departemen Perhubungan, 2004).
Komponen biaya tetap terdiri atas:
1. Biaya Penyusutan Kendaraan (Depresiasi)
Biaya penyusutan kendaraan adalah biaya yang dikeluarkan karena
penyusutan nilai ekonomis kendaraan akibat keausan teknis karena
melakukan operasi.
2. Biaya Asuransi
Biaya asuransi terdiri atas biaya asuransi kendaraan dan asuransi Jasa
Raharja.
3. Biaya Administrasi
Biaya administrasi adalah biaya dikeluarkan pemilik atau pengemudi
secara periodik.
Biaya administrasi terdiri atas:

12
a. STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan), yaitu biaya setiap kendaraan
yang dikeluarkan setiap 5 (lima) tahun sekali aka tetapi pembayaran
pajaknya dilakukan setiap satu tahun sekali sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
b. Ijin Usaha. Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh ijin dalam
pengusahaan kendaraan angkutan penumpang umum. Biaya ini
dikeluarkan setiap 1 tahun sekali.
c. Ijin Trayek, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh ijin
pengoperasian kendaraan untuk melayani suatu trayek tertentu. Biaya
ini dikeluarkan setiap 6 bulan sekali.
d. Iuran Organda, yaitu biaya yang dikeluarkan oleh pemilik kendaraan
umum sebagai anggota organda yang besarnya berdasarkan tarif resmi
dari pemerintah daerah.
e. KIR, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pemeriksaan kendaraan
secara teknis apakah layak atau tidak untuk beroperasi di jalan raya
yang dikeluarkan setiap 6 bulan sekali.

2.5.2 Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)


Biaya tidak tetap atau variabel adalah biaya yang dikeluarkan pada saat
kendaraan beroperasi. Biaya tidak tetap atau variabel sangat bervariasi tergantung
dari hasil produksi, seperti jarak tempuh, jumlah penumpang atau barang yang
terangkut (Departemen Perhubungan, 2004).
Komponen biaya variabel terdiri atas:
1. Biaya Pemakaian Bahan Bakar
Biaya pemakaian bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian bahan bakar kendaraan yang digunakan untuk mengoperasikan
kendaraan dan tergantung dari jarak tempuh yang dilakukan untuk setiap
liter bahan bakar yang digunakan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pemakaian bahan bakar adalah:
a. Ukuran Kendaraan atau Jenis Kendaraan
Rata – rata pemakaian BBM meningkat hampir sebanding dengan
berat kendaraan.

13
b. Cuaca dan Ketinggian
Cuaca dan keadaan iklim secara nyata dapat mempengaruhi kinerja
kendaraan dan tenaga kendaraan. Misalnya hujan mempengaruhi
permukaan jalan, angin secara langsung berpengaruh terhadap kinerja
kendaraan dan suhu kendaraan mempengaruhi tenaga kendaraan.
Pengaruh yang lebih besar dari faktor ini adalah ketinggian.
c. Cara Mengemudi
Perbedaa yang mencolok dalam penggunaan BBM antar pengemudi
yang berbeda terjadi pada saat kendaraan dijalankan pada gigi yang
rendah.
d. Kondisi Kendaraan
Pemakaian BBM akan meningkat dikarenakan kendaraan semakin tua,
tergantung bagaimana baiknya perawatan dilakukan.
e. Kecepatan Kendaraan
Pemakaian BBM jelas berbeda pada jenis kendaraan berbeda dengan
kecepatan yang berbeda pula.
2. Biaya Pemakaian Ban
Biaya pemakaian ban yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembelian ban
luar dan ban dalam yang jangka waktu penggunaannya dihitung
berdasarkan jarak tempuh kendaraan per kilometer.
Faktor – faktor yang mempengaruhi usia pemakaian ban yaitu:
a. Cara mengemudi kendaraan
b. Kualitas ban
c. Kondisi kendaraan
d. Tingkat pengisian penumpang
e. Permukaan jalan
f. Kecepatan kendaraan
3. Biaya Perawatan dan Pemeliharaan Kendaraan
Biaya perawatan dan pemeliharaan kendaraan adalah biaya yang
dikeluarkan untuk pemeliharaan, perbaikan dan penggantian suku cadang
(termasuk ongkos kerja).
Faktor – faktor yang mempengaruhi perawatan kendaraan antara lain:

14
a. Umur dan kondisi kendaraan
b. Kondisi permukaan jalan
c. Kecepatan kendaraan
4. Biaya Minyak Pelumas (Oli)
Biaya minyak pelumas (oli) adalah biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian minyak pelumas (oli), misalnya oli mesin.
5. Gaji Pengemudi
Gaji pengemudi adalah biaya yang dikeluarkan untuk gaji sopir dan
kernet. Dalam praktek di lapangan gaji pengemudi bukan menjadi
tanggung jawab pemilik kendaraan melainkan menjadi tanggung jawab
sopir itu sendiri. Sebab upah tergantung dari saldo pendapatan per hari
dikurangi bermacam – macam BOK seperti BBM dan lain – lain.
6. Biaya Retribusi Terminal
Biaya retribusi terminal adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar
retribusi terminal.
Selain biaya tetap dan biaya variabel, ada juga biaya tambahan (overhead)
yang penting dalam pengoperasian kendaraan yang tidak dapat secara langsung
dimasukkan dalam komponen – komponen di atas. Untuk angkutan umum jenis
mikrolet tidak perlu biaya tambahan karena pada kenyataannya pengusaha
angkutan umum jenis mikrolet tidak memerlukan biaya tambahan seperti biaya
sewa kantor, gaji pegawai administrasi, biaya telepon, biaya air dan biaya listrik.

2.6 Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan (BOK) Per Tahun


Analisis Biaya Operasi Kendaraan (BOK) yang dilakukan adalah analisis
BOK tetap per Tahun dan analisis BOK variabel per tahun (Departemen
Perhubungan, 2004).

2.6.1 Perhitungan BOK Tetap Per Tahun


a. Biaya Penyusutan Kendaraan (Depresiasi)
Biaya penyusutan kendaraan dihingtung dengan menggunakan metode
garis lurus (straight line depreciation) karena metode ini perhitungannya
cukup sederhana dan mengalokasikan depresiasi sama setiap tahun selama

15
umur ekonomis. Jadi laju depresiasinya adalah sama setiap tahun selama
umur ekonomis. Biaya penyusutan kendaraan dihitung dengan rumus:
Harga Kendaraan −Nilai Residu
Biaya Penyusutan (BP) = (2.8)
Masa Susut

Nilai residu diambil sebesar 20% dari harga kendaraan awal dan masa
susut ditetapkan 7 tahun.
b. Biaya Bunga Modal
Biaya bunga modal dihitung dengan rumus:
n+1 Harga Kendaraan × i
Biaya bunga modal (BM) = × (2.9)
2 Masa Susut

Dimana:
n = pengenbalian modal, diambil selama 5 tahun
i = tingkat suku bunga per tahun, diambil sebesar 20% pertahun,
Masa susut ditetapkan 7 tahun.
c. Biaya Pajak Kendaraan
Biaya pajak kendaraan dihitung berdasarkan besaran tarif resmi dari
pemerintah.
d. Biaya Ijin Trayek
Besarnya biaya ijin trayek dihitung berdasarkan besaran tarif resmi dari
pemerintah.
e. Biaya KIR Kendaraan
Dalam analisis BOK besarnya biaya KIR per periode juga dihitung
berdasarkan hasil survei di lapangan.
f. Biaya Iuran Organda
Besarnya biaya iuran organda per tahun yang dikenakan pada operator
angkutan umum dihitung berdasarkan tarif resmi yang berlaku di daerah
setempat.
g. Biaya Ijin Usaha
Besarnya biaya ijin usaha per tahun dihitung berdasarkan hasil survei di
lapangan.
Jadi total BOK tetap per tahun didapat dari jumlah keseluruhan dari
pengeluaran biaya.
BOKT/thn = Bp/thn + BM/thn + BPK/thn + BIT/thn + BK/thn + BIO/thn +
BIU/thn (2.10)

16
Dimana:
BOKT/thn = biaya operasi kendaraan per tahun
BP/thn = biaya penyusutan per tahun
BM/thn = biaya bunga modal per tahun
BPK/thn = biaya pajak per tahun
BIT/thn = biaya ijin trayek per tahun
BK/thn = biaya KIR kendaraan per tahun
BIO/thn = biaya iuran organda per tahun
BIU/thn = biaya ijin usaha per tahun

2.6.2 Perhitungan BOK Tidak Tetap (Variable) per Tahun


a. Biaya Bahan Bakar Minya (BBM)
Biaya bahan bakar minyak adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian
bahan bakar kendaraan. Biaya ini menyangkut jarak tempuh yang
dilakukan untuk tiap liter bahan bakar yang digunakan. Taksiran jumlah
biaya BBM per tahun dihitung dengan rumus:
BBBM/thn = JPBBM/thn × HBBM/ltr (2.11)
Dimana:
BBBM/thn = biaya BBM per tahun
JPBBM/thn = jumlah pemakaian BBM per tahun
HBBM/ltr = harga BBM per liter
b. Biaya Retribusi
Biaya retribusi terminal dikenakan per hari kepada operator sehingga biaya
retribusi per tahun dihitung dengan rumus:
BR/thn = BRH/hr × JHO/thn (2.12)
Dimana:
BR/thn = biaya retribusi per tahun
BRH/hr = biaya retribusi per hari
JHO/thn = jumlah hari operasi per tahun
c. Gaji Pengemudi
Dalam penulisan ini gaji pengemudi diambil jumlah tetap tertentu
minimum yang ditargetkan masing masing sampel. Gaji pengemudi

17
tersebut dianggap sama setiap harinya selama setahun agar dapat
diperkirakan total gaji pengemudi per tahun. Untuk mikrolet, gaji
pengemudi adalah gaji satu sopir, sehingga gaji sopir dihitung dengan
rumus:
GP/thn = GP/hr × JHO/thn (2.13)
Dimana:
GP/thn = gaji pengemudi per tahun
GP/hr = gaji pengemudi per hari
JHO/thn = jumlah hari operasi per tahun
d. Biaya Pemakaian Suku Cadang
Biaya pergantian suku cadang adalah biaya pembelian suku cadang
kendaraan yang secara teknis mengalami keausan akibat dioperasikan
untuk jangka waktu atau jumlah jarak tempuh tertentu. Jenis suku cadang
yang diperhitungkan terdiri atas ban, oli, busi, aki, kanvas rem dan lain –
lain. Rumus perhitungan masing – masing suku cadang per tahun adalah
sebagai berikut:
1. Biaya Pemakaian Ban
Adalah biaya untuk pembelian ban yang digunakan untuk
pengoperasian kendaraan yang terdiri dari ban luar dan ban dalam.
Biaya pemakaian ban per tahun dihitung dengan rumus:
BPB/thn = jumlah pemakaian ban/thn × harga ban/unit (2.14)
Dimana:
BPB/thn = biaya pemakaian ban per tahun
2. Biaya Pemakaian Oli (Pelumas)
Jenis oli yang diperhitungkan terdiri dari oli mesin, oli gardan, oli rem
dan oli perseneling. Jumlah biaya untuk masing – masing biaya
tersebut dihitung berdasarkan jumlah pemakaian per tahun dan tingkat
harga satuan yang berlaku.
- Biaya Oli Mesin
Biaya oli mesin dihitung dengan rumus:
BOM/thn = JPOM/thn × HOM/ltr (2.15)
Dimana:

18
BOM/thn = biaya oli mesin per tahun
JPOM/thn = jumlah pemakaian oli mesin per tahun
HOM/ltr = harga oli mesin per liter
- Biaya Oli Gardan
Biaya oli gardan dihitung dengan rumus:
BOG/thn = JPOG/thn × HOG/ltr (2.16)
Dimana:
BOG/thn = biaya oli gardan per tahun
JPOG/thn = jumlah pemakaian oli gardan per tahun
HOG/ltr = harga oli gardan per liter
- Biaya Oli Perseneling
Biaya oli perseneling dihitung dengan rumus:
BOP/thn = JPOP/thn × HOP/ltr (2.17)
Dimana:
BOP/thn = biaya oli perseneling per tahun
JPOP/thn = jumlah pemakaian oli perseneling per tahun
HOP/ltr = harga oli perseneling per liter
- Biaya Oli Rem
Biaya oli rem dihitung dengan rumus:
BOR/thn = JPOR/thn × HOR/ltr (2.18)
Dimana:
BOR/thn = biaya oli rem per tahun
JPOR/thn = jumlah pemakaian oli rem per tahun
HOR/ltr = harga oli rem per liter
- Biaya Gemuk
Biaya gemuk dihitung dengan rumus:
BG/thn = JPG/thn × HG/ltr (2.19)
Dimana:
BG/thn = biaya gemuk per tahun
JPG/thn = jumlah pemakaian gemuk per tahun
HG/ltr = harga gemuk per liter

19
Jadi biaya total pemakaian oli (pelumas) per tahun dihitung dengan
rumus:
BPO/thn = BOM/thn + BOG/thn + BOP/thn + BOR/thn + BG/thn (2.20)
3. Biaya Busi
Biaya busi dihitung dengan rumus:
BB/thn = JPB/thn × HB/bh (2.21)
Dimana:
BB/thn = biaya busi per tahun
JPB/thn = jumlah pemakaian busi per tahun
HB/bh = harga busi per buah
4. Biaya Platina
Biaya platina dihitung dengan rumus:
BP/thn = JPP/thn × HP/bh (2.22)
Dimana:
BP/thn = biaya platina per tahun
JPP/thn = jumlah pemakaian platina per tahun
HP/bh = harga platina per buah
5. Biaya Plat Kopling
Biaya plat kopling dihitung dengan rumus:
BPK/thn = JPPK/thn × HPK/bh (2.23)
Dimana:
BPK/thn = biaya plat kopling per tahun
JPPK/thn = jumlah pemakaian plat kopling per tahun
HPK/bh = harga plat kopling per buah
6. Biaya Kanvas Rem
Biaya kanvas rem dihitung dengan rumus:
BKR/thn = JPRK/thn × HKR/bh (2.24)
Dimana:
BKR/thn = biaya kanvas rem per tahun
JPKR/thn = jumlah pemakaian kanvas per tahun
HKR/bh = harga kanvas per buah

20
7. Biaya Filter Oli
Biaya filter oli dihitung dengan rumus:
BFO/thn = JPFO/thn × HFO/bh (2.25)
Dimana:
BFO/thn = biaya filter oli per tahun
JPFO/thn = jumlah pemakaian filter oli per tahun
HFO/bh = harga filter oli per buah
8. Biaya Accu
Biaya accu dihitung dengan rumus:
BA/thn = JPA/thn × HA/bh (2.26)
Dimana:
BA/thn = biaya accu per tahun
JPA/thn = jumlah pemakaian accu per tahun
HA/bh = harga accu per buah
9. Biaya Klahar Roda Depan dan Belakang
Biaya klahar roda depan dan belakang dihitung dengan rumus:
BK/thn = JPK/thn × HK/bh (2.27)
Dimana:
BK/thn = biaya klahar per tahun
JPK/thn = jumlah pemakaian klahar per tahun
HK/bh = harga klahar per buah
10. Biaya Kondensor
Biaya kondensor dihitung dengan rumus:
BKD/thn = JPKD/thn × HKD/bh (2.28)
Dimana:
BKD/thn = biaya kondensor per tahun
JPKD/thn = jumlah pemakaian kondensor per tahun
HKD/bh = harga kondensor per buah
11. Biaya Saringan Udara
Biaya saringan udara dihitung dengan rumus:
BSU/thn = JPSU/thn × HSU/bh (2.29)

21
Dimana:
BSU/thn = biaya saringan udara per tahun
JPSU/thn = jumlah pemakaian saringan udara per tahun
HSU/bh = harga saringan udara per buah
12. Biaya Ball Joint
Biaya ball joint dihitung dengan rumus:
BBJ/thn = JPBJ/thn × HBJ/bh (2.30)
Dimana:
BBJ/thn = biaya ball joint per tahun
JPBJ/thn = jumlah pemakaian ball joint per tahun
HBJ/bh = harga ball joint per buah

Maka biaya total pemakaian suku cadang dihitung dengan rumus:

BPSC/thn = BPB/thn + BPO/thn + BB/thn + BP/thn + BKK/thn + BKR/thn


+ BFO/thn + BA/thn + BK/thn + BKD/thn + BSU/thn +
BBJ/thn (2.31)

e. Biaya Overhoul
Dalam peneltian ini, biaya servis berat dipandang sebagai biaya perbaikan
mesin dan renovasi bodi. Mengingat frekuensi overhoul jarang sekali
dilakukan secara periodik setahun sekali, melainkan kebanyakan dilakukan
secara insidentil jika terjadi kerusakan. Dengan demikian maka jumlah
biaya overhoul per tahun dari masing – masing sampel dihitung dengan
membagi total biaya overhoul yang dikeluarkan selama umur kendaraan
dibagi dengan jumlah umur kendaraan.
Biaya overhoul dihitung dengan rumus:
𝑩𝑻𝑶
BO/thn = 𝑼
(2.32)

Dimana:
BO/thn = biaya overhoul per tahun
BTO/thn = biaya total overhoul selama umur kendaraan
U = umur kendaraan

22
Bedasarkan hasil perhitungan BOK variabel di atas maka total BOK
variabel per tahun, dihitung dengan rumus:
BOKV/thn = BBBM/thn + BR/thn + GP/thn + BPSC/thn + BO/thn (2.33)
Dimana:
BOKV/thn = biaya operasi kendaraan variabel per tahun
BBBM/thn = biaya bahan bakar minyak per tahun
BR/thn = biaya retribusi per tahun
GP/thn = gaji pengemudi per tahun
BPSC/thn = biaya pemakaian suku cadang per tahun
BO/thn = biaya overhoul per tahun

2.6.3 Perhitungan BOK Total Per Tahun


Dengan diketahui taksiran BOK tetap dan BOK tidak tetap per tahun
diatas maka estimasi total BOK per tahun untuk masing – masing sampel operator
dihitung dengan rumus, yaitu sebagai berikut:
a. BOK Total
BOK total dihitung dengan rumus:
BOKTOT/thn = BOKT/thn + BOKV/thn (2.34)
Dimana:
BOKTOT/thn = total BOK per tahun
BOKT/thn = total BOK tetap per tahun
BOKV/thn = total BOK tidak tetap atau variabel per tahun
b. BOK Total + Margin 15%
BOK total + margin 15% merupakan biaya operasi kendaraan yang telah
memperhitungkan keuntungan operator yaitu sebesar 15%. BOK total +
margin 15% dihitung dengan rumus:
BOKTOT+M15% = BOKT/thn + BOKV/thn + K (2.35)
Dimana:
BOKTOT+M15% = total BOK per tahun dengan keuntungan 15%
BOKT/thn = total BOK tetap per tahun
BOKV/thn = total BOK tidak tetap atau variabel per tahun
K = keuntungan 15% dari total BOK

23
2.6.4 Perhitungan BOK Per Kilometer
Untuk mengetahui besarnya biaya operasi kendaraan (BOK) per kilometer
diperlukan data sebagai berikut:
1. Jumlah BOK per tahun masing – masing sampel
2. Taksiran jarak tempuh masing – masing sampel per tahun
Penaksiran jumlah kilometer jarak tempuh per tahun dari masing – masing
sampel didasarkan pada jumlah jarak tempuh per hari dan jumlah hari operasi per
tahun. Dengan diketahui rata – rata jarak tempuh per hari dari masing – masing
sampel operator maka total jarak tempuh ditaksir sebagai berikut:
JT/thn = RJT/thn × JHO/thn (2.36)
Dimana:
JT/thn = jarak tempuh per tahun
RJT/thn = rata – rata jarak tempuh per hari
JHO/thn = jumlah hari operasi per tahun
Dengan diketahui jarak perjalanan per tahun dari masing – masing sampel
operator maka taksiran BOK per kilometer dapat dihitung dengan rumus:
a. BOK per Kilometer
𝑩𝑶𝑲/𝒕𝒉𝒏
BOK/km = (2.37)
𝑱𝑻 /𝒕𝒉𝒏

Dimana:
BOK/km = total BOK per kilometer masing – masing sampel
BOK/thn = total BOK per tahun masing – masing sampel
JT/thn = jarak tempuh masing – masing sampel per tahun
b. BOK per kilometer + margin 15%
𝑩𝑶𝑲𝑻+𝑴𝟏𝟓% /𝒕𝒉𝒏
BOKT+M15%/km = (2.38)
𝑱𝑻 /𝒕𝒉𝒏

Dimana:
BOKT+M15%/km = total biaya operasi kendaraan dengan keuntungan
15% per kilometer masing – masing sampel
BOKT+15%/thn = total biaya operasi kendaraan dengan keuntungan
15% per tahun
JT/thn = jarak tempuh per tahun masing – masing sampel

24
2.7 Kebutuhan Jumlah Armada Ideal
Kebutuhan jumlah armada ideal dihitung pada rata – rata kapasitas jumlah
penumpang yang diangkut berbanding dengan standar kapasitas penumpang yaitu
8 penumpang (Keputusan Menteri Perhubungan KM. 35 tahun 2003)
Perhitungan keseimbangan jumlah armada:
Rata −Rata Jumlah Penumpang Terangkut
× Jumlah Armada Beroperasi (2.39)
Standar Kapasitas Penumpang

25

Anda mungkin juga menyukai