Anda di halaman 1dari 12

Kerangka Acuan Kerja

Pre-Feasibility Study Kawasan Ibus Industrial Estate


PT. DELMA MINING COORPORATION -Kabupaten Bulungan,
Kalimantan Timur

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Bulungan 2010-2015,


VISI Kabupaten Bulungan untuk 5 tahun ke depan adalah “Mewujudkan Kabupaten
Bulungan sebagai Wilayah Agro-industri Utama yang Berwawasan Lingkungan, Menuju
Masyarakat yang Semakin Berkualitas, Adil dan Sejahtera”. Dari Visi tersebut
diturunkan beberapa MISI yang ingin dicapai, dan beberapa yang terkait dengan
kegiatan ekonomi dan upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah adalah
‘Mewujudkan struktur ekonomi pro rakyat dengan konsep pembangunan
berkelanjutan’, yaitu melanjutkan revitalisasi pertanian dalam arti luas dengan
memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
melalui:

a. Regulasi terhadap pemanfaatan sumberdaya alam

b. Meningkatkan promo investasi dan menjamin kemudahan berinvestasi

c. Meningkatkan peluang pasar bagi produk-produk unggulan daerah

Misi lain yang tidak kalah penting adalah Mewujudkan pemenuhan infrastruktur
dasar untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, yaitu dengan melakukan
peningkatan kapasitas dan ketersediaan energi listrik baik untuk rumah tangga
maupun industri.

Beberapa permasalahan pembangunan di Kabupaten Bulungan yaitu:

a. PAD yang masih rendah  perlu dilakukan penggalian dan peningkatan


sumber-sumber PAD yang saat ini baru mencapai 5% dari APBD.

b. Dukungan Infrastruktur belum optimal  akibat kemampuan pendanaan


yang terbatas.

c. Meningkatnya kebutuhan energi  membutuhkan sumber energi listrik


yang dapat mendukung dinamika pembangunan dan aktivitas masyarakat.

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dan meningkatkan


perkembangan wilayah, maka dalam arah pengelolaan belanja daerah Kabupaten

LAPORAN PENDAHULUAN I-1


Bulungan dibutuhkan upaya:

1) Memperkuat dan memperluas kemitraan

Kemitraan ini dilakukan terutama dengan pihak swasta dan masyarakat,


melalui model kemitraan dan kriteria mitra potensial dalam kegiatan
usaha ekonomi, penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana
pelayanan.

2) Mengembangkan privatisasi/swastanisasi

Upaya meletakkan sektor swasta sebagai tenaga penggerak


pertumbuhan serta mengurangi secara bertahap peran sektor publik
dengan memberi peluang seluas-luasnya kepada investasi
swasta/masyarakat.

Di sisi lain, dengan perkembangan wilayah yang semakin pesat, perlu melihat
adanya potensi-potensi ekonomi berupa sumber daya alam lain yang dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Bulungan, namun tetap
berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, dan tetap memperhatikan fungsi dan
daya dukung lingkungan Kabupaten Bulungan.

Secara umum, terdapat beberapa tren pengembangan kawasan di Provinsi


Kalimantan Timur yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah, antara
lain:

a. Terdapat Kawasan Strategis Nasional (KSN) KAPET Sasamba (Sanga-Sanga,


Samarinda, Balikpapan), yang letaknya di bagian selatan Kabupaten
Bulungan.

Dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi era globalisasi, secara


nasional Pemerintah mengambil kebijaksanaan dengan menetapkan 13
kawasan andalan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sebagai kawasan yang
diprioritaskan pembangunannya. Kawasan andalan terpilih kemudian
disebut dengan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), yang
ditetapkan dengan Keputusan Presiden No. 89 tahun 1996, kemudian
disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 09 tahun 1998.

Pada tahap awal, ditetapkan hanya satu Kapet di setiap propinsi, dan di
Kalimantan Timur ditetapkan Kapet Sasamba (Sanga-sanga, Samarinda &
Balikpapan) dengan Keppres No. 12 tahun 1999, untuk menarik minat para
investor menanamkan modalnya, pemerintah memberikan fasilitas

LAPORAN PENDAHULUAN I-2


keringanan maupun pembebasan fiskal dan non fiskal, sehingga dapat lebih
mendorong kegiatan ekonomi di kawasan ini. Hal tersebut dilakukan agar
KTI dapat mengejar ketertinggalan pembangunannya terutama di bidang
ekonomi dari Kawasan Barat Indonesia. Apalagi dengan diberlakukannya
otonomi daerah pada tahun 2000, sehingga daerah harus dapat
memanfaatkan segala sumber daya yang ada seefektif dan seefisien
mungkin.

Dengan operasionalnya Kapet Sasamba diharapkan dapat mendorong


pertumbuhan ekonomi kawasan sekitarnya yang mempunyai potensi
pertanian dan perikanan sebagai bahan baku industri hulu. Kegiatan ini
harus ditunjang dengan membangun suatu jaringan kegiatan ekonomi yang
seperti telah direncanakan dalam Rencana Induk Pengembangan Kapet
Sasamba dan Rencana Detailnya.

Pengelolaan Sasamba dilakukan oleh Badan Pegelola (BP) Kapet sasamba


yang mewakili unsur Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sesuai
dengan tugas pokoknya, BP Kapet Sasamba bertugas mengendalikan dan
mengawasi kegiatan pembangunan di wilayah Kapet Sasamba. Fungsi
pengelolaan Kapet Sasamba tersebut antara lain berupa perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian pengembangan Kapet. Pengembangan
Kawasan Industri Kariangau merupakan salah satu komponen Rencana
Pengembangan Prioritas Kapet sasamba, karena Kawasan Industri Kariangau
itu sendiri diibaratkan sebagai jantungnya Kapet Sasamba.

b. Potensi Kota Bontang (berada di bagian selatan Kabupaten Bulungan) yang


menjadi pendukung perkembangan ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur.

Di bidang industri dan perdagangan, salah satu potensi besar Kota Bontang
adalah adanya tempat industri pengolahan LNG dan dibangunnya industri
pupuk Kaltim. Beberapa industri besar lainnya yang sudah berkembang di
Kota Bontang antara lain: (a) Industri Melamin (PT DSM Kaltim Melamin); (b)
Industri Hexamin (PT Kaltim Hexamindo Wiratama); (c) Industri Amonium
Bikarbonat (PT Kaltim Ambikawiratama); (d) Industri MDF Resin dan
Plywood (PT Kaltim Lemindo Kimiatama); (e) Industri pengolahan LPG dan
Kondensat (PT Energi Kutai); (f) Industri Kantong Plastik (PT Kaltim Saferina
Fajar); (g) Industri Amoniak (PT Kaltim parna amoniak dan PT Kaltim parna
industri); (h) Industri Methanol( PT Kaltim methanol industri); (i) Industri
Bahan peledak (PT KNI); (j) Industri Batu Bara (PT Indominco Mandiri); (k)
Industri Pupuk granulate atau Tablet ( PT POPKA); dll.

Selain bidang industri dan perdagangan, potensi Kota Bontang juga terdapat

LAPORAN PENDAHULUAN I-3


pada peluang investasi dan perdagangan. Pemerintah Daerah, khususnya
Pemerintah Kota Bontang berupaya proaktif dalam mengelola dan
memanfaatkan seluruh kekuatan ekonomi potensi di wilayahnya baik yang
berupa potensi SDA, SDM maupun sumber daya lainnya untuk menjadi
kekuatan ekonomi riil yang dapat tumbuh dan berkembang lebih cepat.
Faktor penentu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan
investasi di seluruh sektor baik yang bersumber dari dalam negeri (PMDN)
dan Non PMDN maupun dari luar negeri dalam rangka PMA.

Peluang investasi yang lain di Kota Bontang yang masih terbuka luas adalah
dalam bidang: (*) Industri kimia yang mengolah turunan produk LNG, yaitu
industri amonium nitrat, asam nitrat, NPK, Acrylonitrit dan lain-lain; (*)
Perdagangan umum dan pusat perdagangan; (*) Jasa transportasi darat, laut
dan udara; (*) Industri pariwisata, wisata bawah laut dan wisata hutan bakau;
(*) Industri briket batubara; (*) Industri perikanan yang meliputi usaha
penangkapan ikan tuna, pengolahan hasil perikanan dan cold storage; (*)
Usaha budidaya laut dengan orientasi ekspor; (*) Pembangunan Sarana dan
Prasarana Kota Baru "BONTANG LESTARI"; (*) Pembangunan di daerah
kelurahan Guntung sentra kebudayaan Di Bontang dengan Dibangunnya
Rumah Adat Kutai.

c. Potensi Kota Terpadu Mandiri di barat laut Kota Sangatta (berada di bagian
selatan Kabupaten Bulungan), yang juga menjadi pendukung
perkembangan ekonomi Kalimantan Timur, terutama untuk pengembangan
usaha agroindustri dan agribisnis.

Pengembangan komoditas unggulan di Kota Terpadu Mandiri antara lain: (a)


Padi ladang atau padi gunung di Rantau Pulung adalah 1.329 hektar,
sedangkan untuk Tepian Langsat (SP.1, SP.2,SP.3 , SP.4 dan SP.5) adalah
sekitar 325 ha; (b) Tanaman palawija di Rantau Pulung, meliputi: jagung
seluas 60 ha, kacang tanah 57 ha dan kedelai 30 ha. Tepian Langsat meliputi
jagung seluas 82 ha, kacang tanah 10 ha, dan kedelai 15 ha; (c) Tanaman
perkebunan, terdiri dari: usaha perkebunan kemitraan (kelapa sawit) di
Tepian Langsat dan Rantau Pulung dengan luas total 2.841 ha dan
perkebunan skala keluarga, meliputi tanaman coklat, kapas, dan kopi; (d)
Usaha perikanan yang dikembangkan adalah ikan tawes dan ikan mas; (e)
Usaha peternakan mencakup sekitar 1-2% dari luas lahan yang ada di
Rantau Pulung maupun Tepian Langsat; (f) Pengembangan teknologi
budidaya dan pasca panen; (g) Pengembangan Agroindustri dan
agrobisnis, meliputi peningkatan Rice Miling Unit, Rice Processing Unit,
industri benih padi, distributor pupuk, distributor mesin pertanian; (h)

LAPORAN PENDAHULUAN I-4


Rencana pengembangan kelembagaan keuangan dan penguatan
permodalan, meliputi program pemberdayaan masyarakat dan program
bantuan kredit mikro dari bank; (i) Pengembangan dan penguatan pasar
untuk komoditas unggulan; (j) Rencana kemitraan usaha melalui
peningkatkan kemitraan koperasi dengan investor lokal dan asing dengan
bentuk kemitraan tri partied; (k) Rencana pengembangan kelembagaan
pengkajian, meliputi: Kelembagaan Badan pengelola KTM Rantau Pulung,
Kelembagaan penelitian dan pengkajian komoditas, dan Kelembagaan
pendidikan dan pelatihan pelaku bisnis KTM Rantau Pulung.

d. Kemungkinan potensi ekonomi di Kabupaten Bulungan secara umum, dan


potensi pertambangan di Kawasan Industri Ibus secara khusus.

e. Dalam mengembangkan pertumbuhan ekonomi wilayah, terdapat berbagai


potensi lokal yang dapat menarik minat investasi maupun dikelola sendiri
oleh masyarakat. Beberapa potensi ekonomi yang ada antara lain:

 Potensi pertanian

 Potensi perkebunan

 Potensi perikanan

 Potensi kehutanan

 Potensi pertambangan dan migas

 Potensi peternakan

 Potensi wisata bahari untuk tujuan pariwisata

f. Adanya potensi pelabuhan di sekitar kawasan/wilayah kajian, dan


pengembangan pelabuhan di Kecamatan Tanjung Palas Timur (di dalam
wilayah kajian) yang mendukung jaringan distribusi barang produksi dari
berbagai sektor ekonomi di kabupaten Bulungan.

1.2 Rumusan Persoalan

Meningkatnya perkembangan ekonomi wilayah perlu dipacu oleh sektor


penunjang ekonomi, yang utama adalah dari sektor pertanian melalui kegiatan
agroindustri. Sedangkan sebagai sektor pendukung yang tidak kalah penting adalah
sektor perkebunan, kehutanan, dan pertambangan.

Sektor pertambangan yang ingin dikembangkan dalam kajian pekerjaan ini


adalah batubara, dengan menitikberatkan pengolahan batubara kalori rendah.

LAPORAN PENDAHULUAN I-5


Kegiatan pengolahan ini tentunya memerlukan suatu kawasan industri untuk
mendukung segala proses pengolahan, mulai dari penggalian, peningkatan mutu,
penyaluran dari dalam pertambangan ke Kabupaten Bulungan dan ke luar Kabupaten
Bulungan melalui jalan darat ataupun laut.

Selain itu, berbagai potensi yang berada di Kabupaten Bulungan maupun di


sekitar Kabupaten Bulungan tersebut, memberikan implikasi efek perkembangan yang
positif maupun negatif, hal ini dijelaskan sebagai berikut:

a. Dengan adanya potensi pengembangan kawasan industri yang berdekatan


dengan wilayah kajian yang berada di Desa Mangkupadi, Kecamatan
Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, dapat memberikan pengaruh
perkembangan yang positif berupa adanya pemanfaatan kawasan industri
wilayah kajian untuk memenuhi kebutuhan pengolahan di kawasan industri,
ataupun pergerakan produksi industri berupa penyewaan
pelabuhan/dermaga. Namun di sisi lain dapat pula memberikan pengaruh
perkembangan yang negatif dimana kawasan industri yang berdekatan
tersebut akan menarik minat dan investasi pengembangan kawasan industri
dan dapat pula berpeluang menarik tenaga kerja yang justru dibutuhkan
untuk pengembangan kawasan industri wilayah kajian.

b. Potensi pengembangan wilayah di sekitar Kabupaten Bulungan (seperti


Bontang, Kota Terpadu Mandiri,dll yang memiliki beragam potensi kegiatan
ekonomi) dapat memberikan pengaruh perkembangan positif berupa
meningkatnya kebutuhan penampungan, pengolahan, maupun distribusi
produksi kegiatan ekonomi di wilayah-wilayah tersebut, sehingga dapat
ditampung oleh kegiatan kawasan industri ataupun dan didistribusikan
melalui kegiatan pelabuhan/dermaga di wilayah kajian. Pengaruhi
perkembangan negatifnya adalah adanya resiko wilayah pengembangan di
sekitar Kabupaten Bulungan yang sudah berkembang akan membuka
alternatif pengembangan baru yang menyerupai kegiatan ekonomi
(kawasan industri atau pelabuhan) di wilayah kajian.

Oleh sebab itu dibutuhkan studi awal untuk menguji kelayakan kawasan
industri batubara kalori rendah ini yang diharapkan dapat memberikan efek ekonomi
dalam kawasan industri maupun meningkatkan ekonomi wilayah di Kabupaten
Bulungan.

1.3 Maksud, Tujuan, Dan Sasaran


Maksud pekerjaan penyusunan Pra Feasibility Study Ibus Industrial Estate
adalah melakukan pengembangan kawasan industri batubara kalori rendah di

LAPORAN PENDAHULUAN I-6


Kabupaten Bulungan, sebagai landasan kerja bagi pihak-pihak terkait dalam
merealisasikan pembangunannya.

Tujuan pekerjaan adalah tersusunnya Dokumen Pra FS Kawasan Industri Ibus,


Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur.

Sasaran yang hendak dicapai antara lain:

a. Teridentifikasinya jenis potensi pengembangan wilayah di sekitar kawasan


industri (pertanian, perkebunan, kehutanan, pertambangan, dsb)

b. Teridentifikasinya potensi pengembangan dalam kawasan industri


(pertambangan, pengolahan, pengelolaan, pelabuhan dsb)

c. Teridentifikasinya persebaran potensi pengembangan

d. Teridentifikasinya kebutuhan sarana dan prasarana untuk mendukung


pengembangan dalam dan sekitar kawasan industri

e. Teridentifikasinya kebutuhan investasi dan pengelolaan pembiayaan untuk


rencana pengembangan dalam kawasan industri

f. Tersusunnya perencanaan pra feasibility study kawasan Industri Ibus

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1. Lingkup Wilayah

Wilayah perencanaan dengan luas sekitar 1.000 Ha yang berada di Kecamatan


Tanjung Palas Timur. Pengembangan kawasan industri Ibus dengan fokus pengolahan
batubara kalori rendah sangat terkait erat dengan sumber daya hinterland dan
interaksi dengan kawasan sekitarnya.

LAPORAN PENDAHULUAN I-7


Gambar 1.1 Peta Lokasi Kawasan Industri IBUS

1.4.2. Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan pekerjaan ini adalah:

a. Melakukan akuisisi dan analisa data serta inventori kebijakan terkait


pengembangan kawasan industri, konsep teknologi batubara, konsep
agroindustri dan agrobisnis.

b. Melakukan survei primer (observasi lapangan)

c. Melakukan koordinasi dengan stakeholder terutama menyangkut aspek


kelembagaan, kebijakan, dan kemampuan pendanaan

d. Mendiskusikan konsep perencanaan dengan pemberi tugas atau institusi

LAPORAN PENDAHULUAN I-8


terkait pada forum yang telah ditentukan di tingkat pusat maupun di tingkat
daerah

e. Melaporkan hasil kerja dari tiap-tiap tahapan kegiatan yang telah ditetapkan

1.5 Metodologi

Secara garis besar, tahapan penyusunan Pre-Feasibility Study Kawasan Ibus


Industrial Estate meliputi:

1) Kajian hasil analisis faktor eksternal, merupakan kajian terhadap faktor-


faktor determinan yang terkait pengembangan kawasan industri Ibus.
Termasuk dalam kondisi eksternal ini antara lain: kajian teoritis, kebijakan,
perekonomian (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan,
pertambangan, perdagangan, PDRB, dst), kependudukan, fisik dan
lingkungan, spasial, infrastruktur, kelembagaan, finansial.

2) Kajian hasil analisis faktor internal, merupakan kajian terhadap rona wilayah
kawasan industri Ibus. Termasuk dalam kondisi internal ini yaitu kajian fisik
dan lingkungan, spasial, infrastruktur, dan finansial.

3) Identifikasi pokok-pokok penting pengembangan kawasan industri Ibus,


yang menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan konsep
pengembangan di masa mendatang serta perwujudannya di dalam ruang
kawasan. Pokok-pokok penting ini dapat berupa potensi, masalah, kendala,
peluang, yang diperoleh dari analisis kelayakan melalui metode SWOT dan
AHP.

4) Penyusunan rencana pengembangan kawasan, yang merupakan penentuan


arah pengembangan kawasan industri Ibus berdasarkan pokok-pokok
penting pengembangan kawasan tersebut, yang dilengkapi dengan konsep
perencanaan pembiayaan dan investasi. Dan kemudian menuangkan
konsep pengembangan kawasan dalam bentuk perwujudan konsep ruang
dan tahapan pengembangan (draft masterplan).

LAPORAN PENDAHULUAN I-9


Gambar 1.2 Kerangka Penyusunan Pre-Feasibility Study Ibus Industrial Estate

Latar Belakang, Rumusan


Persoalan, Tujuan, Sasaran

Faktor Determinan Faktor Internal


(Kajian Kondisi Eksternal) (Kajian Kondisi Internal)

Kajian Teoritis
Kajian Kebijakan Kajian Fisik dan Lingkungan
Kajian Perekonomian Kajian Spasial
Kajian Kependudukan Kajian Infrastruktur
Kajian Fisik dan Lingkungan Kajian Finansial
Kajian Spasial
Kajian Infrastruktur
Kajian Kelembagaan
Kajian Finansial

Analisis Analisis SWOT, Analisis AHP Analisis


Kelayakan Kelayakan
Eksternal Internal

Identifikasi Pokok Pengembangan


Kawasan Industri Ibus

Potensi, Masalah, Kendala, Peluang

Rencana Pengembangan
Kawasan Industri Ibus

Draft Masterplan
Kawasan Industri Ibus

- Arah Pengembangan Kawasan


- Konsep Pengembangan Kawasan
- Perencanaan Pembiayaan dan
Investasi

LAPORAN PENDAHULUAN I-10


1.6 Keluaran Pekerjaan

Keluaran yang diharapkan dari pekerjaan penyusunan Pre-Feasibility Study


Ibus Industrial Estate ini adalah:

a. Identifikasi potensi pengembangan wilayah di dalam dan sekitar kawasan


industri

b. Identifikasi persebaran potensi pengembangan sektor-sektor

c. Identifikasi kebutuhan sarana dan prasarana

d. Identifikasi kebutuhan investasi dan pengelolaan pembiayaan kawasan


industri

e. Dokumen Pre Feasibility Study berisikan rekomendasi dan draft masterplan


(pola dan arah pembangunan dilokasi wilayah kajian, besaran fisik/zonasi
dan kebutuhan ruang, tahapan implementasi, peta-peta terkait perencanaan
kawasan industri)

Manfaat dari pekerjaan ini adalah menjadi acuan bagi stakeholders terkait
(pemerintah, swasta, masyarakat) untuk memanfaatkan potensi pertambangan
batubara kalori rendah dan pengembangan potensi usaha lain di sekitar kawasan
industri batubara kalori rendah, dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi
wilayah.

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan Laporan Draft Final Pre-Feasibility Study Ibus Industrial Estate ini
memperhatikan sistematika sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan latar belakang, rumusan persoalan, maksud, tujuan
dan sasaran, ruang lingkup, metodologi, serta keluaran pekerjaan dan
sistematika penulisan.

BAB 2 FAKTOR EKSTERNAL PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI IBUS

Bab ini akan menguraikan mengenai kajian faktor eksternal antara lain kajian
teoritis, kebijakan, perekonomian, kependudukan, fisik dan lingkungan,
spasial, infrastruktur, kelembagaan, finansial

LAPORAN PENDAHULUAN I-11


BAB 3 FAKTOR INTERNAL PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI IBUS

Bab ini akan menjelaskan tentang kondisi internal antara lain kajian fisik
lingkungan, spasial, infrastruktur, finansial.

BAB 4 ANALISIS KELAYAKAN KAWASAN INDUSTRI IBUS

Bab ini menjelaskan tentang analisis kelayakan faktor eksternal dan internal
yang ada pada kawasan industri Ibus dengan metode analisis SWOT dan AHP.

BAB 5 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI IBUS

Bab ini akan menguraikan tentang rencana pengembangan kawasan industri


Ibus yang terdiri dari arahan pengembangan Kabupaten Bulungan secara
umum, konsep pengembangan Kawasan Industri Ibus secara khusus, yang
dilengkapi dengan Draft Masterplan dan rancangan pembiayaan dan investasi.

LAPORAN PENDAHULUAN I-12

Anda mungkin juga menyukai