Anda di halaman 1dari 7

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

‘RANGKUMAN DAN RELEVANSI TEORI


BELAJAR’

Oleh :
Nanda Sulaeman /1715051082
Kelas 2A
Jurusan Pendidikan Teknik Informatika

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHATahun Ajaran


2017/2018
Rangkuman
1. Teori Behavioristik
Dicetuskan oleh Gagne dan Berliner, Menurut teori ini : “dalam belajar yg penting adalah
input yg berupa stimulus dan output yg berupa respons”. Jadi, pada teori behavioristik
lebih mementingkan bagaimana sebuah aksi atau respon dari peserta didik ketika dalam
proses belajar mengajar. Sehingga Dalam pengaplikasiannya tergantung dari tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media, dan fasilitas yang tersedia.
2. Teori Menurut beberapa pakar
a. Edward Lee Thorndike
Menurut Thirndike Belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi -asosiasi antara
peristiwa yg disebut stimulus dan respons -- (teori conectionism). Pada dasarnya teori
dari Thorndike adalah konsep dari teori Behavioristik, yang lebih mengutamakan
respon dari pelajar. Salah satu hasil percobaan yang dilakukan adalah Trial and Error.
Dalam Percobaannya, kucing tersebut dikurung didalam sebuah box yang terdapat
sebuah pintu yang berisi knop, diluar box terdapat sebuah makanan yang dapat
memancing kucing untuk berusaha mencari makanan keluar box. Jadi, dalam
percobaan kucing akan melompat-lompat dan berusaha untuk keluar dari dalam box
hingga beberapa lama dan tanpa sengaja menyentuh knop dan akhirnya bisa keluar.
Pada percobaan ini dilakukan berkali-kali hingga ± 10 – 12 kali sampai akhirnya kucing
dapat membuka pintu dengan sengaja yang membuat waktunya menjadi lebih efesien
dan cepat.
b. Skinner
Menurut Skinner Reinforcement/peneguhan/penguatan adalah suatu konsekuensi
perilaku yg memperkuat perilaku tertentu. Maksudnya, pengetahuan yg terbentuk
melalui ikatan stimulus-respons akan semakin kuat bila diberi penguatan.
Skinner menggunakan teori Operant Conditioning , teori tersebut mempunyai 2 bentuk.
- Respondent Response (Reflexive Response), Respons ini ditimbulkan o/
perangsang2 tertentu, misal: keluar air liur setelah melihat makanan tertentu.
(Umumnya, perangsang2 yg demikian mendahului respons yg ditimbulkannya, dan
sangat terbatas pada manusia saja).
- Operante Response (Instrumental Response), Respons ini timbul dan berkembang
yg diikuti o/ perangsang2 tertentu. Perangsang yg demikian itu disebut reinforcing
stimulus/reinforce karena perangsang itu memperkuat respons yg telah dilakukan
o/ organisme. Misal: seorang anak yg belajar lalu mendapatkan hadiah, ia akan
menjadi lebih giat belajar (responnya menjadi lebih intensif).
Salah satu percobaan skinner adalah dengan memasukkan tikus yang sedang lapar
kedalam box, didalam box sudah dilengkapi dengan peralatan (tombol, alat pemberi
makanan, penampung makanan, lampu yg dpt diatur nyalanya, dan lantai yg dpt dialiri
listrik). Karena sangat lapar ikus berusaha keluar dan mencari makan sehingga
menekan tombol tersebut dan makanan menjadi keluar, percobaan ini dilakukan secara
terjadwal, diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yg
ditunjukkan tikus tsb (shapping).
c. Ivan Petrovich Pavlop
Menurut Pavlop classic conditioning (pengondisian atau persyaratan klasik), adalah
proses yg ditemukan oleh Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, perangsang
asli, dan netral dipasangkan dng stimulus bersyarat secara berulang-ulang shg
memunculkan reaksi yg diinginkan.
Konsep dalam percobaan Pavlop adalah dengan memanipulasi rangsangan seseorang
dengan berupa bunyian atau kejadian-kejadian tertentu yang sering terjadi. Sehingga
bias disebut sebagai ciri khas dari hal tersebut. Misalkan bunyi bell yang menandakan
pulang, menandakan istirahat, atau bunyian seperti nyanyian es cream, dll.

Kelebihan Teori Behavioristik


- Ceramah sedikit (siswa dibiasakan belajar mandiri).
- Belajar melalui pengulangan dan pelatihan secara berkesinambungan, guna
memantapkan pengetahuan yg sdh terbentuk sebelumnya.
- Penggunaan stimulus dapat diubah-ubah hingga respons yang diinginkan muncul.
- Bahan pelajaran disusun scr hierarkis dng tujuan pembelajaran dibagi dlm bagian2
kecil yg ditandai dng pencapaian suatu keterampilan tertentu maupun
menghasilkan suatu perilaku yg konsisten thdp bidang tertentu.
- Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yg membutuhkan praktik dan
pembiasaan yg mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan,
seperti:
- Teori behavioristik juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yg msh
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi, dan harus
dibiasakan, suka meniru, dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.

Kelemahan Teori Behavioristik


- Bahan pelajaran harus sdh tersusun dng siap, shg tujuan pembelajaran bs
disampaikan scr utuh.
- Tdk semua pelajaran bs menggunakan teori ini.
- Siswa dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan dari guru.
- Siswa cenderung diarahkan untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif, tidak
produktif.
- Siswa berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan
apa yg didengar dan dipandang sbg cara belajar yg efektif.
- Penggunaan hukuman yg sangat dihindari o/ para tokoh behavioristik. (dilain pihak
hukuman bs menertibkan siswa)
- Pembelajaran siswa yg berpusat pd guru bersifat mekanistik dan hanya berorientasi
pd hasil yg dpt diamati dan diukur.
- Penerapan metode yg salah dlm pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses
pembelajaran yg tdk menyenangkan bagi siswa , yaitu guru sbg centre, otoriter,
komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih, dan menentukan apa yg harus
dipelajari siswa.
3. Teori Belajar Kognitif
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Teori
ini lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak
sekadar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons, lebih dari itu belajar melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.
Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang
bisa diamati.
Tiga Tahapan Belajar Menurut Piaget
a. Asimilasi, Penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah
ada dalam otak siswa.
b. Komodasi, Penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yg baru.
c. Ekulibrasi, Penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
a. Sensori Motor (0 – 2 th) – anak belajar mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik
dan mental menjadi rangkaian perbuatan yg bermakna.
b. Pra-operasional (2 – 7 th) – anak msh sangat dipengaruhi o/ hal2 khusus yg didpt dr
pengalaman menggunakan indra shg ia blm mampu u/ melihat hubungan2 dan
menyimpulkan sesuatu scr konsisten.
c. Operasional-konkret (7 – 11 th) – anak dpt membuat kesimpulan dr sesuatu, pd situasi
nyata/dng menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dr
situasi nyata scr ber-sama2 (misal, antara bentuk dan ukuran).
d. Operasional Formal (11 th ke atas) – kegiatan kognitif seseorang tdk mesti
menggunakan benda nyata. Kemampuan menalar scr abstrak meningkat shg seseorang
mampu u/ berpikir scr deduktif. Serta dpt pula mempertimbangkan bbrp aspek dr suatu
situasi scr bersama-sama.
4. Teori Belajar Konstruktivistik
Jika teori belajar kognitif belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Maka teori
belajar Konstruktivistik adalah :
a. Belajar merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata).
b. Belajar merupakan proses bentukan dari penge. lama yang telah dimiliki dengan penge.
baru – persepsi dan pemahaman
c. Penge. bukanlah seperangkat fakta, konsep/ kaidah yg siap u/ diambil dan diingat,
namun manusia mengkonstruksi penge.itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.
d. Konsep belajar Konstruktivistik Learning by doing.
Ciri-ciri belajar Konstruktivistik
a. Menekankan pada proses belajar bukan mengajar
b. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekankan hasil
c. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
d. Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
e. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
f. Memberi kesempatan pada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman
baru yang didasarkan pada pengalaman yang nyata
5. Teori Belajar Ilmu Jiwa Daya
Jiwa manusia mempunyai daya-daya. Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia.
Manusia hanya memanfaatkan semua daya itu dengan cara melatihnya sehingga
ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuk sesuatu hal. Daya-daya itu misalnya
daya mengenal, daya mengingat, daya berpikir, daya fantasi dan sebagainya. Akibat dari
teori ini, maka belajar hanyalah melatih daya ingat.
Namun dalam Teori ini memiliki konsekuensi berikut adalah konsekuensinya :
a. Hasil belajar atau ilmu pengetahuan yang didapat hanyalah bersifat hafalan-hafalan
belaka.
b. Penguasaan bahan yang bersifat hafalan biasanya jauh dari pengertian. Walaupun
begitu, teori ini dapat digunakan untuk menghafal rumus, dalil, tahun, kata-kata asing
dan sebagainya.
c. Oleh karena itu, menurut para ahli ilmu jiwa daya, bila ingin berhasil dalam belajar,
latihlah semua daya yang ada dalam diri.
TEORI BELAJAR IMLU JIWA DAYA – GESTALT
Jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang berstruktur. Suatu keseluruhan bukan terdiri
dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Unsur itu berada dlm keseluruhan menurut struktur
yang telah tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain. Contoh : Kepala manusia bukan
merupakan penjumlahan dari batok kepala, telinga, mata, hidung, mulut, rambut, dagu dan
dahi. Kepala adalah keseluruhan unsur-unsur pada kepala yang terletak pada struktur
tertentu. Misalnya, mata terletak pada kelopak mata tidak mungkin terletak diujung jari.
Pada struktur masing-masing unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya, mata
berfungsi untuk melihat dan seterusnya.
Bagi Gestalt Belajar dengan pengertian (Insight) lebih dipentingkan daripada hanya
memasukkan sejumlah pesan. Jadi, menurut Gestalt teori belajar dengan insight adalah :
a. Insight tergantung dari kemampuan dasar
b. Insight tergantung dari pengetahuan masa lampau yang relevan (dengan apa yang
dipelajari)
c. Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, shg segala aspek
tangan perlu dapat diamati.
d. Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit
e. Belajar dengan insight dapat diulangi
f. Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
6. Teori Belajar Pemrosesan Informasi
Salah satu tokoh dari teori ini adalah Robert Mills Gagne, Dalam pandangan pakar
psikologi belajar kognitifis, keberhasilan belajar di ukur oleh kematangan kognisi si
pelajar, dalam hal ini otak sebagai organ tubuh yang berkaitan dengan intelejensi, menjadi
sangat dominan sebagai pusat memori. Teori belajar pemrosesan informasi adalah bagian
dari teori belajar sibernetik. Teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu proses belajar
pun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Asumsi ini
didasarkan pada suatu pemahaman yaitu cara belajar sangat ditentukan oleh sistem
informasi.
MODEL PEMROSESAN INFORMASI
a. Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dlm memori. Sistem syaraf
menggunakan kode internal yang merepresentasikan stimulus eksternal. Dengan cara
ini representasi objek/kejadian eksternal dikodekan menjadi informasi internal dan siap
disimpan.
b. Stroge adalah informasi yang diambilkan dari memori jangka pendek kemudian
diteruskan untuk diproses dan digabungkan ke dalam memori jangka panjang. Namun
tidak semua informasi dari memori jangka pendek dapat disimpan. Kunci penting
dalam penyimpanan di memori jangka panjang adalah adanya motivasi yang cukup
untuk mendorong adanya latihan berulang - ulang dari memori jangka pendek.
c. (3) Retrieval adalah hasil akhir dari proses memori. Mengacu pada pemanfaatan
informasi yang disimpan. Agar dapat diambil kembali, informasi yang disimpan tidak
hanya tersedia tetapi juga dapat diperoleh karena meskipun secara teoritis informasi
yang disimpan tersedia tetapi tidak selalu mudah untuk menggunakan dan
menempatkannya.
7. Teori Belajar Sosial
Tokoh yang mencetuskan teori ini adalah Albert Bandura, Teori ini menerima sebagian
besar dr prinsip2 teori2 belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada
kesan dan isyarat2 perubahan perilaku, dan pada proses-proses mental internal. Teori
belajar sosial menekankan bahwa lingkungan2 yg dihadapkan pd seseorang scr kebetulan,
lingkungan2 itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri.

Relevansi terhadap Kurikulum 2013


1. Teori Behavioristik
Dalam Teori behavioristik dalam belajar yg penting adalah input yg berupa stimulus dan
output yg berupa respons. Didalam Kurikulum 2013 juga diterapkan sehingga ketika
pelajar dalam proses pembelajaran pelajar tersebut dapat diberikan sebuah pertanyaan
ketika sehabis pemberian materi. Ketika pelajar tersebut dapat menanggapi pertanyaan
tersebut maka teori Behavioristik telah terjadi.
2. Teori Kognitif.
Pada teori ini lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar
tidak sekadar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons, lebih dari itu belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan
tingkah laku yang bisa diamati. Sehingga dalam kurikulum 2013 juga diterapkan, karena
pada dasarnya saat ini banyak belajar praktik yang dilakukan didalam kelas, sehingga
proses menjadi sebuah acuan dalam bentuk belajar sehingga dapat menghasilkan yang
bagus.
3. Teori Konstruktivistik
Teori ini mencetuskan bahwa Belajar merupakan proses bentukan dari pengetahuan lama
yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru . sehingga teori ini cocok dalam penerapan
kurikulum 2013 yang dimana pendidikan teknologi menjadi dasar dari setiap pembelajaran
disetiap sekolah.
4. Teori Ilmu Jiwa Daya
Pada teori ini berpendapat bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya. Daya-daya ini
adalah kekuatan yang tersedia. Manusia hanya memanfaatkan semua daya itu dengan cara
melatihnya sehingga ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuk sesuatu hal.
Dalam kurikulum 2013 teori ini kurang diminati namun lebih tepatnya tidak hanya daya
mengingat namun memahami sebuah pembelajaran. Sehingga pelajar tidak hanya
mengingat suatu hal namun juga memahami, jadi ketika siswa tersebut lupa tapi ia masih
bisa paham dengan hal yang ia lupakan tersebut, karena pada dasarnya otak manusia akan
semakin lama menjadi pelupa jika tidak sering dilatih dengan baik.
5. Teori Belajar Pemrosesan Informasi
Dalam teori ini memiliki pandangan Lebih mementingkan proses belajar daripada hasil,
namun yang lebih penting dari kajian proses itu sendiri adalah sistem informasi. sistem
informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Pemrosesan informasi dapat diartikan suatu proses yang terjadi pada peserta didik untuk
mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi
tersebut dengan inti pendekatannya lebih kepada proses memori dan cara berpikir.
Didalam teori ini memiliki konsep yang mirip dalam Teori Ilmu Jiwa Daya, namun dalam
teori ini kita dipastikan untuk bisa menganalisa sebuah informasi dan memahami serta
mengingatnya. Sehingga masih cocok dalam kurikulum 2013.
6. Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan yang dihadapkan pada seseorang
secara kebetulan, lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui
perilakunya sendiri. Dalam kurikulum 2013 teori ini diterapkan, seperti misalkan belajar
berkelompok, tugas kelompok, maupun diskusi kelompok. Bahkan dibeberapa sekolah
sudah selalu menerapkan presentasi dari sekelompok pelajar.

Kesimpulan :
Dari seluruh teori tersebut sudah sangat saling berhubungan jika direlevansikan terhadap
kurikulum 2013. Seluruh teori tersebut semacam saling melengkapi satu sama lain.
Sehingga akan menjadi sebuah kesatuan yang utuh dari proses pembelajaran Kurikulum
2013. Sehingga para pelajar dapat sebuah proses pembelajaran dengan baik, lebih unik dan
tidak terbobot hanya satu model saja.

Anda mungkin juga menyukai