Anda di halaman 1dari 5

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

BABI
PENDAHULUAN

Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan erat,
dimana Siebert, Peterson dan Schramm (1956) menyatakan bahwa dalam mempelajari sistem
komunikasi manusia, seseorang harus memperhatikan beberapa kepercayaan dan asumsi dasar
yang dianut suatu masyarakat tentang asal usul manusia, masyarakat dan Negara.
Strategi pembangunan menentukan strategi komunikasi, maka makna komunikasi
pembangunan pun bergantung pada modal atau paradigma pembangunan yang dipilih oleh
suatu negara. Peranan komunikasi pembangunan telah banyak dibicarakan oleh para ahli, pada
umumnya mereka sepakat bahwa komunikasi mempunyai andil penting dalam pembangunan.
Everett M. Rogers (1985) menyatakan bahwa, secara sederhana pembangunan adalah
perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai
kehendak dari suatu bangsa. Dia juga menyatakan bahwa komunikasi merupakan dasar dari
perubahan social pada suatu bangsa. Perubahan yang dikehendaki dalam pembangunan
tentunya perubahan ke arah yang lebih baik atau lebih maju dari sebelumnya. Oleh karena itu
peranan komunikasi dalam pembangunan harus dikaitkan dengan arah perubahan tersebut.
Artinya kegiatan komunikasi harus mampu mengantisipasi gerak pembangunan.
Pembangunan merupakan proses yang penekanannya pada keselarasan antara aspek
kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah. Jika dilihat dari segi ilmu komunikasi yang juga
mempelajari masalah proses, yaitu proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain
untuk merubah sikap, pendapat dan perilakunya. Maka pembangunan pada dasarnya
melibatkan minimal tiga komponen yakni komunikator pembangunan (bisa aparat pemerintah
atau masyarakat), pesan pembangunan yang berisi ide atau program pembangunan dan
komunikan pembangunan, yaitu masyarakat luas sasaran pembangunan.
Dengan demikian pembangunan di Indonesia adalah rangka pembangunan manusia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia harus bersifat pragmatik yaitu suatu pola
yang membangkitkan inovasi bagi masa kini dan yang akan datang. Dalam hal ini tentunya
fungsi komunikasi harus berada di garis depan untuk merubah sikap dan perilaku manusia
Indonesia sebagai pemeran utama pembangunan, baik sebagai subjek maupun sebagai objek
pembangunan.
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi Pembangunan
Pembangunan merupakan serangkaian usaha yang dilakukan secara sadar dan
berencana serta berkelanjutan oleh suatu bangsa dengan harapan membawa perubahan dan
pertumbuhan guna mempercepat modernisasi kehidupan bangsa untuk pencapaian tujuan akhir
bangsa tersebut. Aspek-aspek pembangunan telah mengalami perubahan sejak komunikasi
pembangunan mulai dikenal di Indonesia pada awal 1970-an baik dalam organisasi strategi
penanggulangan kemiskinan maupun penggunaan media komunikasi (Agusta, 2007).
Dalam kaitannya dengan pembangunan nasional dewasa ini, pemerintah telah menitik
beratkan pada usaha meningkatkan aktivitas pembangunan di sektor pedesaan yang
mempunyai nilai strategis dalam konteks pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian
besar (80%) penduduk Indonesia pada kenyataannya bermukim di pedesaan yang merupakan
potensi yang tinggi untuk sumber daya manusia dan sumber-sumber kekayaan alam (Gumilar,
2008). Oleh karena itu, pembangunan perdesaan merupakan bagian yang penting dan tidak
terpisahkan dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan Daerah Tingkat I meletakkan
kerangka bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang di atas kemampuan sendiri.
Masyarakat perdesaan hidup dengan berbagai latar belakang tradisi yang memiliki
nilai-nilai sosial tertentu yang di antara nilai sosial tersebut bersifat kurang menunjang. Hal ini
merupakan tantangan pelaku pembangunan nasional dalamupaya membangun masyarakat
secara menyeluruh tanpamenimbukan jurang komunikasi antara pemerintah dan
masyarakat. Bagi pembangunan pertanian, tingkat pendidikan petani yang rendah merupakan
salah satu permasalahan yang sangat penting pula untuk diperhatikan. Dari segi pendidikan,
sebagian besar petani Indonesia berpendidikan Sekolah Dasar (SD:40,73%) dan bahkan yang
tidak tamat SD juga tergolong banyak (47,33%). Sedangkan petani yang mempunyai
pendidikan SLTA hanya sebesar 4,62% dan pendidikan tinggi (akademi/universitas) tergolong
paling sedikit sekali (0,39%). Data-data ini menunjukkan mutu atau kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki oleh sektor pertanian Indonesia. Sumberdaya petani Indonesia yang
rendah ini merupakan salah satu sebab utama dari rendahnya produktivitas para petani
Indonesia (Henuk, 2008).
Keberhasilan pembangunan tidak hanya bergantung pada tersedianya prasarana
material tetapi juga bergantung pada tersedianya prasarana moral yaitu peraturan tata tertib dan
sikap mental serta adat kebiasaan yang bersifat positif dan favourable yaitu berupa pandangan
yang dapat sejalan dan memberikan dorongan kepada berhasilnya suatu pembangunan. Oleh
karena itu, usaha untuk mengubah sikap mental masyarakat dari sikap yang cenderung kurang
mendukung sehingga dapat menerima konsepsi-konsepsi pandangan yang bersifat dinamis dan
maju perlu dilaksanakan. Keterlibatan berbagai pihak, baik dari manusia penggeraknya dengan
sarana dan prasarana yang tersedia seperti potensi alam nilai budaya dan juga kesediaan
masyarakat yang ingin dibangun. Sebaliknya kemampuan mempengaruhi dan menggerakkan
potensi-potensi yang tersedia akan mendorong kesadaran masyarakat untuk lebih aktif dalam
kegiatan pembangunan.
Konsep komunikasi pembangunan dapat dilihat dalam arti luas dan arti sempit. Dalam
arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu
aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) di antara semua pihak yang terlibat dalam usaha
pembangunan; terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan,
kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan. Dalam arti sempit, komunikasi
pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan
keterampilan-keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai
pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar
masyarakat yang dituju dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan
gagasan-gagasan yang disampaikan (Gumilar, 2008).
Dalam karyanya, Schramm (1964) merumuskan tugas pokok komunikasi dalam suatu
perubahan sosial untuk pembangunan nasional, yaitu:
1. Menyampaikan informasi tentang pembangunan nasional kepada masyarakat agar dapat
memusatkan perhatian pada kebutuhan akan perubahan, kesempatan dan cara mengadakan
perubahan, sarana-sarana perubahan, dan membangkitkan aspirasi nasional.
2. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses
pembuatan keputusan, memperluas dialog agar melibatkan semua pihak yang membuat
keputusan mengenai perubahan, memberi kesempatan kepada para pemimpin masyarakat
untuk memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat kecil, serta menciptakan arus informasi
yang berjalan lancar dari bawah ke atas.
3. Mendidik tenaga kerja yang diperlukan dalam pembangunan yang mendukung proses untuk
mengubah hidup masyarakat.
Norton et al. (2006) menyatakan bahwa dalam rangkaian komunikasi pembangunan
pertanian dan perdesaan saat ini membutuhkan sistem penelitian yang berkaitan dengan
lembaga lingkup internal maupun eksternal yang mampu menghasilkan teknologi tepat guna
(teknologi yang mampu memecahkan permasalahan terhadap isu yang berkembang di dunia
saat ini), yaitu: jumlah dan pertumbuhan penduduk, kemiskinan, kebutuhan energi, ketahanan
pangan, degradasi lingkungan dan perubahan iklim); menyaring, menyesuaikan, dan
memproduksi teknologi dan lembaga baru; serta melakukan baik uji coba di stasiun (lahan
terbatas) maupun di lahan usaha tani.
B. Strategi Komunikasi Pembangunan
Stategi adalah cara dan atau taktik untuk mencapai tujuan atau “perencanaan dan
manajemen untuk mencapai tujuan” (tidak hanya peta jalan tapi juga taktik
operasionalnnya). Adapun komunikasi memiliki arti proses penerusan faktor-faktor,
kepercayaan, sikap, reaksi emosi atau lain-lain pengetahuan antar individu dalam
masyarakat. Komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Proses komunikasi pada
hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator)
kepada orang lain (komunikan). Pikiran dapat berupa gagasan, informasi, maupun
opini. Adapun perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran,
kemarahan, maupun keberanian.
Berdasarkan model komunikasi linier (Lasswell, 1946) yang saat ini telah berlaku
menjadi komunikasi yang lebih partisipatif, unsur komunikasi ada lima yaitu: komunikator
(communicator, sender, dan source), pesan (message), media (channel), komunikan
(communicant, communicatee, receiver, recipient), dan efek (effect). Dengan demikian,
menurut definisi ini, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan perasaan yang disadari,
sebaliknya komunikasi akan gagal apabila sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak
terkontrol. Pikiran bersama perasaan yang akan disampaikan kepada orang lain
dinamakan picture in our head. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana caranya agar
gambaran dalam benak dan isi kesadaran pada komunikator yang oleh Laswell dinyatakan
sebagai pesan itu dapat dimengerti, diterima, dan bahkan dilakukan atau diterapkan oleh
komunikan.
Strategi komunikasi adalah paduan antara perencanaan komunikasi (Communication
Planning) dengan manajemen komunikasi (Communication Management) untuk mencapai
tujuan yang diinginkan (Onong, 1989:35). Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi
harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam
arti kata bahwa pendekatan (aproach) dapat berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi
dan kondisi. Strategi komunikasi adalah keseluruhan perencanaaan, taktik, cara yang akan
dipergunakan guna melancarkan komunikasi dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang
ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Fungsi strategi komunikasi (Mulyana, 2003) adalah: (1) menyebarluaskan pesan
komunikasi secara sistematik untuk memperoleh hasil optimal, (2) menjembatani cultural
gappenggunaan media massa supaya tidak merusak nilai budaya.Secara sederhana Strategi
komunikasi dapat dirumuskan dengan mengkaji secara mendalam tentang “Teori Lasswell”,
yaitu:Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?. Apabila kita sudah
tahu sifat komunikasi, tahu efek yang akan dicapai maka dapat dipilih “cara mana yang akan
dipilih” (terkait dengan media). Pemilihan cara mana yang akan dipilih untuk berkomunikasi
dapat dilakukan dengan memilih dua pilihan yaitu: (1) Face to face communication atau
(2) Mediated communication yang terdiri atas komunikasi tatap muka untuk perubahan tingkah
laku (behavioral changes) dan komunikasi dengan media untuk komunikasi informatif.
Peran komunikasi pembangunan untuk berbagi pengetahuan (knowledge-sharing model)
secara setara memusatkan perhatian kepada posisi yang setara antara pemberi dan penerima
manfaat pembangunan (benefactors and beneficiaries). Dalam posisi setara ini keduanya saling
mempengaruhi dan berbagi pengetahuan. Di sini dikombinasikan antara paradigma dominan
dan kritis, karena dipandang menjadi lebih lengkap dalam menjalankan komunikasi
pembangunan. Adapun menurut Hornik (1988) komunikasi di dalam aktivitas pembangunan,
khususnya pada bidang pembangunan pertanian dan perdesaan, memiliki beberapa peran di
antaranya adalah sebagai penghubung antar kelembagaan, penguat pesan, dan sekaligus
sebagai akseletator dalam berinteraksi.
Dengan demikian, strategi komunikasi dalam pembangunan pertanian dan perdesaan
adalah keseluruhan perencanaaan, taktik, cara yang akan digunakan pelaku pembangunan
pertanian untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan pertanian kepada petani dengan
memperhatikan keseluruhan aspek yang ada melalui berbagai media komunikasi untuk
mencapai tujuan pembangunan pertanian dan perdesaan yaitu untuk kesejahteraan
petani. Dalam penyusunan strategi komunikasi pembangunan pertanian dan perdesaan unsur
komunikasi Lasswell perlu dikembangkan lagi menjadi suatu konteks yang lebih aktif tanpa
mengesampingkan aspek budaya masyarakat. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh
Littlejohn dan Karen (2005) pada Tabel 1 bahwa dalam kaitannya dengan komunikasi termasuk
dalam aspek komunikasi pembangunan, perlu memperhatikan unsur-unsur: 1) The
communicator(komunikator); 2) The massage (pesan), 3) The Conversation(percakapan),
4) The relationship (hubungan), 5) Group and Organizations (kelompok dan organisasi),
6) The media (media), serta 7) Society and Culture (masyarakat dan kebudayaan).

B A B III
PEMBAHASAN
Komunikasi pembangunan yang berkembang saat ini masih cenderung tertuju pada
proses komunikasi yang belum merespons globalisme pembangunan dan masih terbatas pada
positivisme, post-positivisme dan teori kritis. Dalam menghadapi tuntutan peningkatan daya
saing di era globalisasi ini, perlu dirancang suatu strategi komunikasi pembangunan yang
mengedepankan masyarakat dengan dimensi kulturalnya sebagai pemegang kekuasaan.
Tidak ada model pembangunan yang universal; pembangunan adalah sebuah kesatuan
(integral), proses multidimensi dan dialektikal yang dapat berbeda dari masyarakat ke
masyarakat. Paradigma terdahulu tidak berhasil dalam menyelesaikan pertumbuhan ekonomi
dengan keadilan sosial. Paradigma pembangunan saat ini dibuat untuk pendekatan masalah dari
kebebasan dan keadilan yang berhubungan dengan tekanan antara individu dan masyarakat,
serta keterbatasan pertumbuhan yang tidak dapat dipisahkan dengan interaksi antara
masyarakat dan alam.
Dalam usulan strategi komunikasi pembangunan terdapat lima komponen substansial
yang diperlukan untuk mengidentifikasi pendekatan komunikasi pembangunan
yaitu: (1) Interdisiplin (interdisciplinarity) antar cabang ilmu pengetahuan; (2) Kekuatan
homogenitas dan diversitas budaya; (3) Bentuk baru modernisasi; (4) Negara-bangsa dan
budaya nasional; serta (5) Keterkaitannya dengan lingkungan global dan lokal.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) seperti komputer dan
teknologi komunikasi, khususnya internet dapat digunakan untuk meningkatkan akses
informasi pembangunan, meningkatkan transparansi dan efisiensi layanan pemerintah,
memperbesar partisipasi secara langsung dari masyarakat dalam proses demokrasi,
meningkatkan peluang perdagangan dan pemasaran, memperbesar pemberdayaan masyarakat
termasuk bagi perempuan, serta menciptakan jaringan dan peluang pendapatan untuk
wanita. Dalam penyusunan strategi komunikasi pembangunan dan perdesaan perlu dirancang
suatu lembaga yang mampu menjembatani kesenjangan tersebut yang dapat berupa lembaga
swadaya masyarakat maupun sektor swasta yang memberikan perhatian pada pembangunan
pertanian dan perdesaan semacam Pusat Informasi Pembangunan.

B A B IV
KESIMPULAN
Strategi komunikasi pembangunan merupakan langkah-langkah atau tahapan yang harus
dilakukan secara matang, terukur dan terarah demi mencapai percepatan pembangunan manusia itu
sendiri dalam berbagai aspek.

Strategi komunikasi pembangunan yang efektif dilakukan dengan beberapa langkah antara lain
: adanya planning yang matang, menentukan sasaran dan tujuan penyampaian pesan, pembentukan
pesan yang sesuai tujuan, pemilihan jenis media yang egektif dan sesuai sasaran serta melakukan
evaluasi akhir dari hasil strategi yang dilakukan.

Baik pembangunan kemandirian yang mencakup pendidikan, kebudayaan, ekonomi, social


maupun pembangunan yang mengarah pada kesejahteraan hidup selaku mahkluk yang berinteraksi
seperti pembangunan sarana dan prasarana pendukung yang mengarah pada kemajuan. Adapun
strategi komunikasi pembangunan yang dilakukan meliputi, menyebarluaskan pesan komunikasi yang
bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil
yang optimal. Menjembatani “cultural gap”, memiliki konsep komunikasi pembangunan, didukung
dengan teknologi komunikasi, serta adanya partisipasi aktif dari sasaran pembangunan itu sendiri
(manusia).

DAFTAR PUSTAKA

Depari, Eduard dan Mc Andrew, Collin, Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, Yogyakarta, Gadjah
Mada University :1991.
Effendy, Onong Uchjana, Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, Yogyakarta, Gadjah Mada
University : 1987.
Hettne, Bjorn, Komunikasi dan Modernisasi, Bandung, Alumni : 1982.
Harmoko, Ironi Pembangunan di Negara Berkembang, Jakarta, Sinar Harapan : 1985.

Anda mungkin juga menyukai