Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DISTRESS SPIRITUAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa


Dosen Pengampu : Liya Novitasari

Disusun Oleh:
Kelompok 5 :
1. Lisa Dewi Nandikasari (010116A051)
2. Rara Dwi Vega P.S (010116A066)
3. Tri Marheni (010116A0)
4. Umi Khabibahtul F (010116A0)
5. Wahyu Farhatun N (010116A)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,


Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
karunianya makalah ini dapat diselesaikan guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Jiwa dengan judul makalah “ Asuhan Keperawatan Jiwa Distress Spiritual “.
Makalah ini merupakan salah satu pendukung untuk memenuhi kebutuhan Mahasiswa
dan Mahasiswi yang aktif, terampil, berani menyampaikan pendapat dan mampu bekerja
sama dengan rekan-rekannya. Kami menyadari keterbatasan dalam menyusun makalah ini,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak terutama kepada Dosen
Pembimbing.
Semoga makalah ini bermanfaat, member motivasi serta semangat dalam hal
pembelajaran dari berbagai pihak.

Ungaran, 02 April 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................
C. Tujuan ...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................
A. Pengertian .............................................................................
B. Karakteristik .........................................................................
C. Penyebab ..............................................................................
D. Patofisiologi ..........................................................................
E. Diagnosa ................................................................................
F. Intervensi..............................................................................
G. Asuhan Keperawatan ............................................................
BAB III PENUTUP ..................................................................................
A. Kesimpulan ...........................................................................
B. Saran .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk holistik memiliki makna bahwa manusia adalah makhluk
yang utuh atau menyeluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual. Dalam kehidupan manusia sulit sekali diprediksi sifat dan kelakuannya serta
bisa berubah sewaktu-waku. Kadang baik dan tidak bisa dipungkiri juga banyak manusia
yang jahat dan dengki pada sesama manusia dan makhluk tuhan lainnya.

Setiap manusia kepercayaan akan sesuatu yang dianggap agung atau maha.
Kepercayaan inilah yang disebut spiritual. Spiritual ini sebagai kontrol manusia dalam
bertindak , jadi spiritual juga bisa disebut sebagai norma yang mengatur manusia dalam
berperilaku dan bertindak.

Aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang
lain, dan dengan Tuhan. Spiritual mencakup hubungan intra, inter, dan transpersonal.
Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi
kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan perilaku serta hubungan dengan
diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan.

Distress spiritual adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
beresiko mengalami gangguan dalam sistem keyakinan atau nilai yang memberi
kekuatan, harapan, dan arti kehidupan seseorang. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
distress spiritual adalah kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari distress spiritual?
2. Bagaimana karakteristik dari distress spiritual?
3. Bagaimana patofisiologi distress spiritual?
4. Apa saja faktor penyebab distress spiritual?
5. Bagaimana Asuhan kperawatan pada distress spiritual
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi distress spiritual
2. Untuk memahami patofisiologi distress spiritual
3. Untuk mengetahui Patofisiologi distress spiritual
4. Untuk memahami faktor penyebab distress spiritual
5. Untuk memahami asuhan keperawatan distress spiritual
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Distress Spiritual

Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan


mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya (EGC, 2008).

Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup
yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial.
Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu
dalam menemukan arti kehidupannya

B. Karakteristik Distress Spiritual


1. Hubungan dengan diri sendiri
a. Ungkapan Kekurangan: Harapan, arti dan tujuan hidup, perdamaian atau
ketenangan, penerimaan, cinta, memaafkan diri sendiri, dan keberanian.
b. Marah
c. Kesalahan
d. Koping yang buruk
2. Hubungan dengan orang lain
a. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
b. Menolak interaksi dengan tujuan keluarga
c. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
d. Mengungkapkan pengasingan diri
3. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
a. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi,
mendengarkan musik, menulis)
b. Tidak tertarik dengan alam
c. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
a. Ketidakmampuan untuk berdo’a
b. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
c. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
d. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
e. Tiba-tiba berubah praktik agama
f. Ketidakmampuan untuk introspeksi
g. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita

C. Patofisiologi

Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta
fungsi otak. Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat
dapat menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap
perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk
terjadi. Yang menguraikan respon “melawan atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian
perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang menghadapi ancaman
yaitu stres. Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke
hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan
perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana
salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status
emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional,
perilaku dan kepribadian. Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap
stresor akan menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering
dihubungkan dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat
ditandai dengan munculnya gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik,
psikologis, sosial termasuk spiritual. Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual
dapat dihubungkan dengan timbulnya depresi. Tidak diketahui secara pasti bagaimana
mekanisme patofisiologi terjadinya depresi. Pada kasus depresi seseorang telah
kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan spritual.

D. Faktor Penyeb Distress Spiritual


1. Pengkajian Fisik  Abuse
2. Pengkajian Psikologis  Status mental, mungkin adanya depresi, marah,
kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan
pemikiran yang bertentangan
3. Pengkajian Sosial Budaya  dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien
E. Asuhan Keperawatan Distress Spiritual
1. Pengkajian

Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual History
Tool (Pulschalski, 1999) :

F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri
saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan tentang
keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?

I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa
pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri?
Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?

C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius?)
Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada seseorang
didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi
saudara?

A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk
membantu dalam asuhan keperawatan saudara?

Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres spiritual,


mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :

a. Perasaan ketika seseorang gagal


b. Perasaan tidak stabil
c. Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
d. Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
e. Perasaan hampa

Faktor Predisposisi :

a. Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang


sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan
terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.
b. Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial,
tingkatan sosial.

Faktor Presipitasi :

a. Kejadian Stresful
b. Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan
tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian,
kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan
dan zat yang maha tinggi.
c. Ketegangan Hidup
d. Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual
adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan
ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun
komunitas.

Penilaian Terhadap Stressor :

a. Respon Kognitif
b. Respon Afektif
c. Respon Fisiologis
d. Respon Sosial
e. Respon Perilaku

Terdapat lima tipe dasar dukungan sosial dalam sumber koping distress spiritual
yaitu:

a. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
b. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking,
mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
c. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan
langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
d. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan
umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya.
e. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan
kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan
dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman
terhadap stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Distress Spiritual
b. Ansietas kematian
c. Konflik pembuatan keputusan
d. Ketidakefektifan koping
3. Intervensi Keperawatan
a. Strategi Perencanaan 1 (SP.1)
1.Bina hubungan saling percaya dengan pasien
2. Kaji faktor penyebab distress spiritual pada pasien
3.Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap agama yang
diyakininya,
4.Bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual
dalam kehidupan.
b. Strategi Perencanaan 2 (SP.2)
1.Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien
2.Fasilitas klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
3. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
c. Tindakan keperawatan
Tujauan intervensi keperawatan untuk pasien:
1. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
2. Mamapu mengungkapkan penyebab distres spritual
3. Mampu mengungkapkan perasaan dan fikiran tentang kyakinannya
4. Mempu mengembangkan kemampuan mengatasi masalah dan perubahan
keyakinannya.
5. Mampu melakukan kegiatan keagamaan
Tindakan keperawatan untuk pasien distres spiritual antara lain:

1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien


2. Kaji faktor penyebab distres spritual pada pasien
3. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan fikiran tentang keyakinanya
4. Bantu klien mengembangkan keterampilan untuk mengatasi perubahan spiritul dalam
kehidupan
5. fasilitasi pasien dengan alat alat ibadah seseuai agamanya
6. fasilitasi pasien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
7. bantu passien untuk ikut serta dalam keadaan keagamaan
8. bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan keagamaan

d. Langkah-langkah
 Orientasi
selamat pagi pak, nama saya suster. . . suka dipanggil. . nama bapak siapa? Suka di
panggil apa? Saya perawat disini yang akan merawat bapak saya akan datang secara
berkala kerumah bapak. Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana kalau kita
bercakap-cakap tentang masalah yang bapak alami, kita ngobrol selama 30 menit yaa?
Dimana tempatnya? Mari pak kalau begitu.
 SP 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien
 Fase Kerja
Apa masalah yang bapak rasakan saat ini coba bapak sampaikan apa menyebabkan
bapak tidak aktif solat dan pengajian yang di adakan di masjid seperti dulu. Oh ya
Pak masi adakah faktor lain yang menyebabkan bapak tidak aktif lagi
Apa saja kegiatan ibadah dan sosial yang dapat bapak jalankan
Mana yang kira-kira ingin bapak jalankan? Bagus sekali. Mari bapak coba ya.
 Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang?
Tampaknya bapak semangat menjawab pertanyaan suster ya?
Coba bapak ulangi apa yang udah kita diskusikan ya bagus sekali selain itu bapak
juga telah mengungkapkan perasaan dan pikiran bapak tentang agama yang bapak
bisa lakukan seminggu lagi kita bertemu untuk mengetahui manfaat kegiatan yang
bapak lakukan
 SP 2-P : Fasilitasi klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinannya fasilitasi klien
untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut
serta dalam kegiatan keagamaan
Orientasi :Selamat pagi pak bagaimana keadaan bapak saat ini? Sudah dicoba
melakukan ibadah? Bagaimana perasaan bapak setelah mencobanya? Hari ini kita
akan mendiskusikan tentang persiapan alat-alat solat dan cara-cara menjalankan solat
baik sendiri maupun berjamaah bersama orang lain. Bagaimana kalau kita ngobrol
selama 30 menit? Dimana bapak mau ngobrolnya? Bagaimana kalau disini saja?
Fase Kerja: Pak, sepengetahuan bapak apa saja persiapan solat baik alat maupun diri
kita. Bagus sekali menyiapkan kopiah, sejdah dan sarung. Dan sebelum solat bapak
harus mandi dulu dan berwudhu. Coba bapak sebutkan solat lima waktu sehari
semalam solat subuh jam berapa? Bagaimana ucapannya, sampai dengan solat isa.
Selain itu, bapak dapat melakukan solat berjamaah dirumah. Bagaimana kalau kita
buat tempat solat dirumah bapak ini. Setujukan pak? Baik, kalau begitu kamar depan
ini bapak siapkan untuk tempat solat lima waktu nanti dan dapat bersama-bersama.
Mulai hari ini bapak sudah bisa melakukan solat dan berdoa secara teratur agar
diberikan ketenangan oleh tuhan dalam menghadapi masalah ini. Pada hari jumat
nanti bapak bisa pergi bersama dengan warga lain untuk solat jumat di masjid.
Bagaimana pak?
Terminasi: Bagaimana perasaan bapak setelah diskusi tentang cara-cara menyiapkan
alat solat dan mengerjakan solat dirumah berapa kali sehari bapak mencobanya? Mari
kita buat jadwalnya, kalau sudah dilakukan, beri tanda ya! Tiga hari lagi,saya akan
datang untuk mendiskusikan tentang perasaan bapak dalam melakukan solat serta
membahas kegiatan ibadah yang lain. Kalau begitu saya permisi dulu. Samai jumpa.
Selamat pagi.
e. Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga pada pasien distres spritual, agar
keluarga mampu:

1. mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat pasien dengan masalah


spiritual
2. mengetahui terjadinya masalah spiritual yang dihadapi oleh pasien
3. mengetahui cara merawat keluarga yang mengalami masalah spiritual
4. melakukan rujukan pada tokoh agama apabila diperlukan
f. Tindakan keperawatan untuk keluarga:
1. Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam merawat pasien
2. Jelaskan proses terjadinya masalah spiritual yang dihadapi pasien
3. Jelaskan pada keluarga cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
spiritual
4. Bantu keluarga untuk membantu pasien melaksanakan kegiatan spiritual
5. Beri pujian bila keluarga mampu melakukan kegiatan yang pasitif

4. Asuhan Keperawatan

Nanda NOC NIC


00066. Distres Spiritual 2001. Kesehatan Spiritual 5420. Dukungan spirirtual
berhubungan dengan
Definisi: Hubungan keterkaitan Definisi: Membantu klien
dengan diri, orang lain, zat yang untuk merasakan
lebih tinggi, semua makhluk hidup, keseimbangan dan hubungan
alam dan semesta alam yang dengan kekuatan yang lebih
melebihi dan memberi kuasa pada besar
diri
Aktivitas-aktivitas:
Setelah dilakukan tindakan
1. Gunakan komunikasi
keperawatan selama X24 jam
terapeutik dalam membangun
diharapkan klien dapat memenuhi
hubungan saling percaya dan
kriteria:
caring
1.Kualitas keyakinan dari skala 1
2. Perlakukan individu
menjadi 5
dengan hormat dan
2. Kualitas harapan dari skala 1 bermartabat
menjadi 5
3. Dorong untuk meninjau
3. Arti dan tujuan hidup dari skala ulang kehidupan dengan
1 menjadi 5 mengenang kembali

4. Pencapaian dari pandangan 4. Berikan privasi dan waktu-


spiritual dunia dari skala 1 menjadi waktu yang tenang untuk
3 kegiatan spiritual

5. Perasaan kedamaian dari skala 1 5. Berbagi mengenai


menjadi 5 keyakinan sendiri mengenai
arti dan tujuan hidup dengan
6. Kemampuan mencintai dari
baik
skala 1 menjadi 5
6. Berbagai mengenai
7. Kemampuan memaafkan dari
perspektif spritual dengan
skala 1 menjadi 5
baik

8. Kemampuan beribadah dari


7. Atur kunjungan dari
skala 1 menjadi 5
penasehat spiritual individu

9. Kemampuan berdoa dari skala 1


8. Sediakan musik spiritual,
menjadi 5
literatur, radio, maupun
program spiritual di televisi
10. Berinteraksi dengan orang lain
bagi individu
untuk berbagi ide perasaan dan
keyakinan dari skala 1 menjadi 5
9. Terbukalah terhadap
ekspresi kesendirian,
kekhawatiran, dan
keputusasaan individu

10. Dengarkan perasaan klien

11. Tunjukkan empati


terhadap ekspresi perasaan
klien

12. Fasilitasi individu terkait


dengan penggunaan meditasi,
bersembahyang dan ritual
keagamaan lainnya

13. Terbuka pada perasaan


individu terkait dengan
penyakit dan kematian

14. Bantu individu untuk


mengekspresikan dan
menyalurkan perasaan marah
dengan cara yang baik dan
pantas

Anda mungkin juga menyukai