Anda di halaman 1dari 7

Akta Kimindo Vol. 1 No.

2 April 2006: 115-122 AKTA KIMIA


INDONESIA

Kajian Biomarka Batubara Sub-Bituminous Muara Tiga Besar Utara,


Sumatera Selatan

R. Y. Perry Burhan*

Laboratorium Kimia Organik,


Jurusan Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Kampus ITS Keputih, Surabaya 60111

ABSTRAK
Analisa kandungan sub-bituminous Muara Tiga Besar Utara, Sumatera Selatan ditujukan untuk
mengetahui distribusi biomarka dan asal usul terbentuknya bahan organik batubara. Batubara diekstraksi
dengan menggunakan campuran pelarut diklorometana-metanol (2:1). Ekstrak yang diperoleh difraksinasi
berdasarkan kepolarannya dengan metode Kromatografi Kolom. Analisa masing-masing ekstrak
menggunakan Kromatografi Gas - Spektrometer Massa (KG-SM). Biomarka yang dapat diidentifikasi pada
batubara sub-bituminous Muara Tiga Besar Utara, Sumatera Selatan terdistribusi dalam fraksi alifatik
berupa n-alkana, golongan isoprenoid asiklik (C13-C14), seskuiterpenoid, diterpenoid, triterpenoid dan
senyawa steroid. Profil rantai pendek dari alkana menunjukan bahwa bahan organik penyusun batubara
berasal dari alga dan sianobakteri. Kandungan hopana yang tinggi menunjukkan bahwa proses
pembentukan batubara terjadi akibat aktivitas bakteri. Fraksi aromatik mengandung senyawa homolog
podokarpatriena (C29-C32), senyawa triaroursana dan diaroarboran. Keberadaan senyawa tersebut
menunjukkan adanya masukan dari tanaman tingkat tinggi.
Kata kunci : biomarka, sub-bituminous, terpenoid, hopana, podokarpatriena

ABSTRACT
The content analysis of sub-bituminous coal from Muara Tiga Besar Utara, South Sumatra need to
identify the biomarker distribution and organic matter origin of the coal. The coal was exctrated by the
mixture of dichloromethane-methanol (2:1). The exctrat organic matter was fractionated using by column
chromatography. Then, each fractions were analysed by gas chromatography-mass spectrometer (GC-MS).
The biomarkers identified are distributed in aliphatic fraction as n-alcanes, acyclic isoprenoids,
sesquiterpenoids, diterpenoids, triterpenoids and steroids. The short chain alcanes content summarized
that organic material input are algae and cyanobacteria. The high hopanes contents shows the bacterial
activities in coalification process. The aromatic fraction contains the podocarpatrienes homolog (C29-C32),
triaroursanes and diaroarboranes. The occurence of these compounds reflects as higher plant input.
Keywords : biomarker, sub-bituminous coal, terpenoids, hopanes, podocarpatrienes

PENDAHULUAN tingkatan subbituminous mempunyai Rv max


Cekungan Sumatra Selatan terletak di (0,40-0,50%). Jenis batubara yang kedua
bagian selatan pulau Sumatra yang terdiri dari menunjukkan tingkatan bituminous sampai
enam formasi yaitu Formasi Muara Enim, Kasai, antrasit dengan Rvmax (0,60-2,60%). Komposisi
Air Benakat, Gumai, Talang Akar dan Lahat. vitrinit berkisar 69,6 – 86,2% volume sedangkan
Formasi Muara Enim terdeposisi selama akhir konstituen minor berupa liptinit (4,0 – 61,4% vol)
Miosen-awal Pliosen. Lapisan bumi mengalami dan inertinit (0,2-43,9% vol). Maseral eksinit pada
lipatan dan patahan sehingga batubara di batubara formasi Muara Enim memperlihatkan
cekungan ini dipengaruhi oleh aktivitas magma sinar flouresensi yang lebih kuat dibandingkan
berupa ekstrusi dan intrusi. Batubara dari pada batubara dari formasi Talang Akar dan
cekungan Sumatera Selatan dibagi menjadi dua Lahat, dimana warna kuning hingga hijau terang
macam yaitu batubara normal dan batubara yang mendominasi maseral eksinit dari batubara
dipengaruhi panas. Batubara normal dengan formasi Muara Enim sedang batubara dari
formasi Talang Akar dan Lahat mempelihatkan
warna kuning tua hingga coklat (Sukandarrumidi,
* Corresponding author : Tel. (031)5943353; Fax.(031)5928314 1995; Amijaya dan Littke, 2005a; 2005b).
e-mail address: pburhan@chimie.its.ac.id
Diversifikasi batubara sebagai bahan
baku padat menjadi produk lain atau menjadi
© Kimia ITS – HKI Jatim 115
Burhan-Kajian Biomarka Batubara Sub-Bituminous Muara Tiga Besar Utara, Sumatera Selatan

bahan bakar dalam penampilan lain merupakan batubara dari Xingtai, China (Sun, dkk., 2002),
obsesi perusahaan tambang batubara dan dan turunan hidrokarbon aromatik polisiklik dapat
pemerintah dalam menghadapi krisis bahan ditemukan pada batubara dari Australia (Chaffee
bakar minyak di masa depan. Upaya ke situ dan Fookes, 1988). Senyawa aromatik dari
memerlukan pengkajian karakteristik batubara batubara lignit diturunkan dari triterpenoid
secara mendalam. Salah satu cara untuk tanaman Angiospermae berupa α dan β-amirin.
mengetahui kandungan karakteristik batubara Pada tulisan ini akan dibahas
adalah melalui analisa biomarka yang karakteristik batubara sub-bituminous dari Muara
dipunyainya. Biomarka atau disebut juga dengan Tiga Besar Utara berdasarkan kandungan
fosil molekul adalah senyawa yang diturunkan biomarkanya. Profil kandungan ini akan
dari organisme yang hidup pada zaman dahulu memberikan informasi mengenai asal usul
dan merupakan senyawa organik kompleks yang terbentuknya batubara.
terdiri atas karbon, hidrogen dan unsur lain.
Analisa biomarka terhadap batubara dapat METODOLOGI
mengetahui komposisi dan asal – usul dari Ekstraksi batubara
batubara (Peters dan Moldowan, 1993). Batubara jenis sub-bituminous
Biomarka yang sering ditemukan dalam dihaluskan sampai berukuran ± 120 mesh.
batubara adalah n-alkana, hopana, sterena dan Batubara halus sebanyak 110 gram diekstraksi
lupana. Selama proses diagenesis biomarka dengan alat sokshlet menggunakan pelarut
mengalami berbagai reaksi seperti senyawa metilen klorida-metanol (2:1) sebanyak 100 ml
organik yang lain yaitu defungsionalisasi, selama 72 jam (de Las Heras, 1991). Ekstrak
aromatisasi dan isomerisasi. Proses dipekatkan dan dipisahkan aspaltennya dengan
defungsionalisasi membentuk hidrokarbon baik penambahan n-heksana sebanyak 50 ml.
jenuh ataupun aromatik. Hidrokarbon jenuh Bitumen yang diperoleh, diuapkan pelarutnya.
(alkana) dapat terbentuk secara langsung seperti Fraksinasi ekstrak
sterana dari sterol tetapi tidak dapat bertahan Hidrokarbon jenuh, aromatik dan
lama. Biomarka juga mengalami isomerisasi senyawa yang mengandung N, S dan O
selama diagenesis dan katagenesis (Michaelis, dipisahkan dari ekstrak yang sudah tidak
dkk., 1990; Wang dan Simoneit, 1990; Stout, mengandung aspalten dengan kromatografi
1992;). kolom. Pemisahan dilakukan dengan cara elusi
Analisa kandungan biomarka sudah dengan n-heksana untuk memperoleh fraksi
dilakukan untuk kandungan n-alkana batubara jenuh diikuti metilen klorida untuk memperoleh
dari cekungan Liaohe menunjukkan dominasi fraksi aromatik dan terakhir metanol untuk
utama dari C21 – C33 (Tuo, dkk., 2003). Hal mengumpulkan fraksi NSO (Stout, 1992). Setiap
tersebut menggambarkan bahwa senyawa fraksi yang diperoleh kemudian diuapkan
organik berasal dari tumbuhan tingkat tinggi. pelarutnya sehingga diperoleh fraksi kering dan
Adanya rantai panjang n-alkana dari batubara ditimbang beratnya. Selanjutnya setiap fraksi
tersebut memberikan makna bahwa batubara yang diperoleh dianalisa dengan KG-SM. Data KG
memiliki potensi yang besar untuk diperoleh – SM yang diperoleh lalu dianalisa menggunakan
hidrokarbon cairnya sebagai bahan bakar cair data program Hewlet – Packard Chemstation.
(Pettersen dan Nytoft, 2005). Semua identifikasi senyawa didasarkan atas
Batubara coklat dari Guangxi elusidasi spektra massa yang telah diperoleh.
mengandung senyawa aromatik terutama sesqui-,
di-, sester dan triterpenoid hidrokarbon yang HASIL DAN PEMBAHASAN
diturunkan dari oleana, ursana dan lupana. Hal Ekstraksi batubara sub-bituminous
tersebut mengindikasikan bahwa hidrokarbon menghasilkan bitumen sebanyak 0,28% dan
diturunkan dari tanaman angiospermae (Zeng, aspalten 1,64%.). Bitumen yang diperoleh
dkk., 1998). Adanya senyawa berupa C29 sterana kemudian difraksinasi menjadi fraksi alifatik,
dapat menunjukkan bahwa kontribusi senyawa aromatik dan NSO Hasil elusi dengan n-heksana
organik berasal dari degradasi organik oleh berupa padatan kuning sebanyak 0,06%, elusi
bakteri (Bechtel, Gratzer dan Sachsenhofer, dengan diklorometana memisahkan fraksi
2001). Kandungan C27 sterana yang diturunkan aromatik berupa padatan berwarna coklat 0,07%
dari alga diidentifikasi berlimpah pada batubara dan elusi dengan metanol diperoleh fraksi NSO
di cekungan Donets (Izzart, dkk., 2005). Senyawa berupa padatan berwarna hijau kehitaman
sterana ini pada spektrum massanya mempunyai 0,15%.
ion karakteristik m/z 217 (Philp, 1985), dan
sebagian besar dapat ditemukan dalam batubara Fraksi Alifatik
jenis brown coal. Fraksi alifatik dari batubara sub-
Senyawa aromatik 1,2,5-trimetil bituminous dianalisa dengan kromatografi gas
naftalena, 1,2,5,6-tetrametilnaftalena dan yang digabung dengan spektrometer massa.
kadalena ditemukan sebagai fosil molekul pada Kromatogram hasil analisa fraksi alifatik ini

116 © Kimia ITS – HKI Jatim


Akta Kimindo Vol. 1 No. 2 April 2006: 115-122

ditunjukkan pada Gambar 1. Berdasarkan hasil 1970; Erbacher, Mosher dan Malone, 2004).
analisa spektra massa dapat diketahui golongan Dominasi n-alkana rantai pendek menunjukkan
senyawa biomarka yang terkandung dalam fraksi bahwa batubara sub-bituminous Muara Tiga
alifatik batubara sub-bituminous Muara Tiga Besar Utara memiliki kematangan yang rendah
Besar Utara. (Wang dan Simoneit, 1992).
Senyawa biomarka n-alkana diidentifikasi Senyawa isoprenoid pada fraksi alifatik
dengan ion fragmen m/z 57. Hasil analisa spektra diidentifikasi berdasarkan puncak dasar m/z 183,
massa masing-masing puncak fragmentogram dan ditemukan berdasarkan spektra massanya
dapat diidentifikasi keberadaan homolog n-alkana adalah isoprenoid C13 dan isoprenoid C14.
C14 – C24 dan isoprenoid C13-C14. Homolog C14 – Senyawa pristan dan fitan tidak ditemukan dalam
C24 hasil identifikasi memberikan informasi fraksi alifatik batubara sub-bituminous Muara
bahwa bahan organik komponen batu bara Tiga Besar Utara.
berasal dari alga dan sianobakteri (Gelpi, dkk.,

Gambar 1. Kromatogram fraksi alifatik dari ekstrak batubara sub-bituminous Muara Tiga Besar Utara,
Sumatera Selatan.

Senyawa-senyawa isoprenoid asiklik Senyawa biomarka tersebut mempunyai


pada umumnya merupakan turunan dari rantai kerangka dasar kadinan. Prekursor dari senyawa
samping fitil pada klorofil dalam organisme kadinan adalah senyawa yang merupakan
fototropik meskipun ada yang berasal dari sumber komponen utama dari minyak atsiri dan resin
lain seperti arkaebakteri (Amijaya, Schwarzbauer tanaman tanaman tingkat tinggi. Senyawa
dan Littke, 2006), yang memberi makna bahwa kadinan banyak ditemukan pada minyak mentah
batubara sub-bituminous Muara Tiga Besar Utara dan sedimen Asia Tenggara yang diidentifikasi
tidak dikontribusi oleh tumbuhan yang berdasarkan percobaan pirolisis dengan fosil dan
mempunyai klorofil. resin segar (van Aarsen, dkk., 1990). Senyawa
kadalen yang memiliki kerangka kadinan pernah
Seskuiterpenoid diidentifikasi dari batubara sub-bituminous Blind
Senyawa seskuiterpenoid diidentifikasi Canyon (Hayatsu, dkk, 1990), dalam batubara
berdasarkan fragmentogram m/z 169. Elusidasi coklat Tersier dari Zhoujing, Cekungan Baise,
spektra massanya diketahui bahwa senyawa China (Wang dkk., 1990).
seskuiterpenoidnya adalah norkadalen (1)
Diterpenoid
Senyawa turunan diterpenoid
diidentifikasi berdasarkan fragmentogram m/z
255, dan diidentifikasi adanya senyawa
dehidroabietan (2), ion karakteristik m/z 237
untuk simonelit (3) dan dengan ion fragmen m/z
(1) 234 untuk retena (4).

© Kimia ITS – HKI Jatim 117


Burhan-Kajian Biomarka Batubara Sub-Bituminous Muara Tiga Besar Utara, Sumatera Selatan

Senyawa biomarka oleana diidentifikasi


berdasarkan ion fragmen m/z 205. Hasil elusidasi
spektrum massanya dapat diketahui strukturnya
adalah senyawa olean-13(18)-ena. Biomarka ini
memberikan informasi bahwa bahan organik
(2) (3) (4) berasal dari tanaman tingkat tinggi dan umur
batubaranya masih muda, sama halnya dengan
Senyawa biomarka tersebut merupakan batubara China yang mempunyai biomarka
diterpenoid hidrokarbon yang terbentuk dengan oleana diturunkan dari tanaman darat tingkat
cepat dari prekursor alam berupa asam abietat tinggi (Wang, dkk., 1990). Senyawa olean-13(18)-
atau dehidroabietan dan terjadi akibat aktivitas ena diturunkan dari senyawa β-amirin sebagai
mikrobial. Senyawa simonelit (3) dan komponen khas tanaman tingkat tinggi.
dehidroabietan (2) juga ditemukan pada batubara Biomarka lain dari fragmentogram m/z
Eocene (Tuo dan Philp, 2005), batubara coklat 191 menunjukkan adanya senyawa neohop-
dari pertambangan Zhoujing, China (Wang, dkk, 13(18)-ena (7) yang merupakan biomarka
1990), kemudian Mackenzie (1984) dominan. Senyawa hopana yang terdapat dalam
menyimpulkan bahwa kandungan diterpenoid batubara diperkirakan diturunkan dari
pada batubara merupakan indikator sumber bakteriohopanapoliol (Rohmer, Bisseret dan
untuk tumbuhan darat. Biomarka diterpenoid Neunlist, 1992) dan dapat digunakan sebagai
yang ditemukan pada batubara sub-bituminous ini indikator kematangan.
adalah dehidroabietan (2), simonelit (3) dan Analisa spektrum massa masing-masing
retena (4) yang menunjukkan bahwa batubara puncak lain pada fragmentogram m/z 191 dapat
sub-bituminous Muara Tiga Besar Utara ini telah diidentifikasi adanya fernana (9), friedel-18-ena
mengalami metamorfosis (Amijaya, Schwarzbauer (10), urs-12-ena (11) dan friedelana (12). Hal
dan Littke, 2006). yang sama diidentifikasi pada lignit Brandon yang
terbentuk karena aktivitas bakteri dan merupakan
Triterpenoid sedimen muda atau kurang matang, mengandung
Senyawa biomarka hopana diidentifikasi atas senyawa fernana (Stout, 1992). Senyawa tersebut
dasar ion fragmen m/z 191. Hasil analisa spektra diturunkan dari tanaman angiospermae dikotil.
massa masing-masing puncak fragmentogram
fraksi alifatik batubara sub-bituminous Muara
Tiga Besar Utara menunjukkan adanya homolog
senyawa hopana yang terdiri atas senyawa hop-
22(29)-ena (5), hop-21-ena (6), neohop-13(18)-
(9) (10)
ena (7) dan 17α(H),21β(H)-30-norhopana (8),
turunan senyawa oleana, fernana, ursena dan
friedelana.
Keberadaan senyawa hopana
memberikan indikasi bahwa bahan organik
berasal dari aktivitas bakteri. Hal yang sama
ditunjukkan batubara tambang Air Laya dengan
kandungan hopana, senyawa yang diduga (11) (12)
diturunkan dari gambut yang terdeposisi pada
lingkungan asam (Amijaya, Schwarzbauer dan Steroid
Littke, 2006). Adanya konfigurasi β-hopana Biomarka steroid diidentifikasi dengan
menunjukkan bahwa batubara bersifat belum ion fragmen m/z 232 spesifik untuk 13α(H)-
matang. Hayatsu dkk (1990) melaporkan 17β(H)-diasterana (13), ion fragmen m/z 386
batubara bituminous dari Blind Canyon untuk senyawa 24R-24-metil-5α(H),14β(H),
mengandung kelompok hopana yang diturunkan 17β(H)-kolestana (14) dan ion fragmen m/z 257
dari α-amirin dan β-amirin. untuk senyawa 24-etil-diakolest-13(17)-ena (15)..
Senyawa sterana dalam sampel batubara jarang
sekali dijumpai, tetapi senyawa diasterena dapat
ditemukan pada batubara coklat dan lignit (Wang
dan Simoneit, 1990). Sterana dan sterena
(5) (6) diturunkan dari sterol dari membran sel
eukariota, terutama alga dan tanaman tingkat
H tinggi. Senyawa 13α(H)-17β(H)-diasterana (13)
berasal dari sterol C28, memberi informasi bahwa
bahan organik yang mengendap berasal dari
(7) (8) fitoplankton yaitu alga hijau (Erbacher, Mosher
dan Malone, 2004).

118 © Kimia ITS – HKI Jatim


Akta Kimindo Vol. 1 No. 2 April 2006: 115-122

Keberadaan senyawa turunan sterana


pada batubara sub-bitumonous Muara Tiga Besar
Utara menunjukkan kontribusi bahan organiknya
berasal dari tanaman tingkat tinggi.

(13) (14) Fraksi Hidrokarbon Aromatik


Fraksi aromatik dari batubara sub-
bituminous Muara Tiga Besar Utara juga dianalisa
dengan kromatografi gas yang digabung dengan
spektrometer massa. Kromatogram hasil analisa
(15) ditunjukkan dengan Gambar 2.

Gambar 2. Reconstructed Ion Chromatography (RIC) fraksi aromatik batubara sub-bituminous


Muara Tiga Besar Utara, Sumatera Selatan.

Hasil identifikasi dengan ion fragmen m/z tersebut memberikan informasi bahwa bahan
145 menunjukkan adanya senyawa biomarka organik batubara berasal dari detritus
podokarpatriena, yang terdiri atas homolog angiospermae atau wax yang mengalami
podokarpatriena C29 – C32, antara lain senyawa sedimentasi secara kontemporer.
13-metil-14-(3,7-dimetilnonil) podokarpa-8,11,13- Senyawa aromatik turunan arboran
triena (16). diidentifikasi dengan ion fragmen karakteristik
pada m/z 207. Elusidasi spektrum massa
menerangkan bahwa kandungan senyawanya
adalah diaroarboran (18). Senyawa diaroarboran
(18) dapat ditemukan pada sedimen lakustrin
(Hauke, dkk, 1992). Struktur kerangka arboran
(16) adalah isoarborinol (19) yang jarang dijumpai di
alam walaupun banyak terdistribusi pada jenis
Keberadaan senyawa tersebut tanaman Graminae. Isoarborinol (19) dan
menunjukkan bahwa bahan organik batubara turunannya sering ditemukan dalam jumlah besar
Muara Tiga Besar Utara berasal dari resin daun dalam berbagai sedimen dari daerah lakustrin.
tumbuhan darat terutama berasal dari famili Keberadaan senyawa ini menunjukkan indikasi
Podocarpaceae, Araucariaceae dan kontribusi dari tanaman terrestrial pada bahan
Cupressaceae (Peter dan Moldowan, 1993). organik sedimenter.
Senyawa aromatik turunan ursana poliaromatik
diidentifikasi berdasarkan fragmen ion m/z 205
dan dapat diketahui adanya senyawa triaroursana
(17). Senyawa triaroursana (17) dilaporkan telah
ditemukan pada batubara Eocene dari China (Tuo
dan Philp, 2005). Sampel batubara dari
Tasmanian dilaporkan juga mengandung (17) (18)
biomarka trisiklik aromatik terpana yang homolog
dari C17-C19 (Azevedo, dkk, 1991). Senyawa

© Kimia ITS – HKI Jatim 119


Burhan-Kajian Biomarka Batubara Sub-Bituminous Muara Tiga Besar Utara, Sumatera Selatan

van Aarssen, B. G. K., Cox, H. C., Hoogendoorn, P.,


de Leeuw, J. W. 1990. A cadinene
bioploymer in fossil and extant dammar
resins as a source for cadinane and
HO
bicadinanes in crude oils from Southeast
(19) Asia. Geochimica et Cosmochimica Acta
54, 3021-3031
KESIMPULAN Bechtel, A., Gratzer, R., Sachsenhofer, R. F., 2001.
Biomarka yang dapat diidentifikasi pada Chemical characteristic of Upper
batubara sub-bituminous Muara Tiga Besar Utara, Cretaceous (Turonian) jet of the Gosau
Sumatera Selatan terdistribusi dalam fraksi Group of Gams/Hieflau (Styria, Austria).
alifatik berupa n-alkana (C14-C24), golongan International Journal of Coal Geology 46,
isoprenoid asiklik (C13-C14), seskuiterpenoid, 27–49
diterpenoid, triterpenoid dan senyawa steroid. Chaffee, A. L., Fookes, C. J. R., 1988. Polycylic
Fraksi aromatik mengandung homolog aromatic hydrocarbons in Australian
podokarpatriena (C29-C32), senyawa triaroursana Coals-III. Structural elucidation by proton
dan diaroarboran. nuclear magnetic resonance
Distribusi n-alkana C14-C24 menunjukkan spectroscopy. Organic Geochemistry 12,
bahwa masukan dari sianobakteri sedikit. Rantai 261-271
yang pendek pada n-alkana menunjukkan bahwa Erbacher, J., Mosher, D. C., Malone, M. J., 2004.
batubaranya masih relatif muda. Molecular Biogeochemistry of Cretaceous
Senyawa-senyawa hopanoid yang utama Black Shales from the Demerara Rise :
adalah neohop-13(18)-ena yang mengindikasikan Preeliminary Shipboard Results from
proses pembentukan batubara terjadi akibat sites 1257 and 1258, leg 207.
aktivitas dari bakteri. Kandungan diterpenoid Proccedings of the Ocean Drilling
yang cukup tinggi dapat disimpulkan bahwa Program 207, 1-22
bahan organik berasal dari tanaman tingkat Gelpi, E., Schneider, H., Mann, J., Oro, J., 1970.
tinggi, dan ini ditunjang dengan diidentifikasinya Hydrocarbons of geochemical
berbagi kandungan sterana. significance in Microscopic Algae.
Phytochemistry 9, 603-612
UCAPAN TERIMA KASIH Hauke, V., Eraff, R., Wehrung, P., Trendel, J. M.,
Penulis mengucapkan terima kasih Albrecht, P., Schwark, L., Keely, J. K.,
kepada Bapak Syaiful Islam dan Bapak Nafris Peakman, T. M., 1992. Novel Triterpene-
Chan dari PT. Tambang Batubara Bukit Asam, derived Hydrocarbons of
Tbk., atas bantuan sampel barubara, dan juga arborane/fernane series in sediment part
terima kasih kepada Ria Novi atas bantuan I. Tetrahedron 48, 3915-3924
kerjasamanya di laboratorium. Hayatsu, R., McBeth, R. L., Neill, P. H., Xia, Y.,
Winans, R. E., 1990. Terpenoid
DAFTAR PUSTAKA Biomarkers in Argonne Premium Coal
Amijaya, H., Littke, R., 2005a. Microfacies and Samples and Their Role during
depositional environment of Tertiary Coalification. Energy and Fuels 4, 456–
Tanjung Enim low rank coal, South 463
Sumatera Basin, Indonesia. International de las Heras, F. X., Grimalt, J. O., Albaiges, J.,
Journal of Coal Geology 61, 197-221 1991. Novel C-ring Cleaved Triterpenoid-
Amijaya, H., Littke, R., 2005b. Properties of Derived Aromatic Hydrocarbons in
Thermally Metamorphosed Coal from Tertiary Brown Coals. Geochimica et
Tanjung Enim Area, South Sumatera Cosmochimica Acta 55, 3379–385
Basin, Indonesia with special reference to Izzart, A., Sachsenhofer, R. F., Privalov, V. A., Elie,
the coalification path of macerals. M., Panova, E. A., Antsiferov, V. A., Alsaab,
International Journal of Coal Geology 52, D., Sotirov, A., Zdravkov, A., Zhykalyak,
in press M. V., 2005. Stratigraphic Distribution of
Amijaya, H., Schwarzbauer, J., Littke, R., 2006. Macerals and Biomarkers in the Donets
Organic geochemistry of the Lower Suban Basin : Implications For Paleoecology,
coal seam, South Sumatera Basin, Paleoclimatology And Eustacy.
Indonesia : Palaeoecological and thermal International Journal of Coal Geology 58,
metamorphism implications. Organic in press
Geochemistry 37, 261-279
Azevedo, D. A., Aquino, N. F. R., Simoneit, B. R. T.,
Pinto, A. C. 1992. Novel series of tricyclic
aromatic terpanes characterized in
Tasmanian tasmanite. Organic
Geochemistry 18, 9-16
120 © Kimia ITS – HKI Jatim
Akta Kimindo Vol. 1 No. 2 April 2006: 115-122

Michaelis, W., Rchnow, H. H., Jenisch, A., Schulze, Sun, Yuzhuang, Püttmann, W., Kalkreuth, W.,
T., Mycke, B., 1990. Structural Inferences Horsfield, B., 1998. Petrologic and
from Organic Geochemical Coal Studies” Geochemical Characteristics of Seam 9-3
dalam Facets of Modern and Seam 2, Xingtai Coalfield, Northern
Biogeochemistry-Festschrift fr E. T. China. International Journal of Coal
Degens, Ittekot, V., dkk (Eds), Springer- Geology 49, 251 – 262
Verlag, Berlin, 388-399 Sukkandarrumidi, 1995. Batubara dan Gambut.
Peters, K. E., Moldowan, J. M., 1993. The Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Biomarker Guid. Prentice Hall, New Jersey Tuo, J., Wang, X., Chen, J., Suimoneit, B. R. T.,
Petersen, H. I., Nytoft, H. P., 2005. Aliphatic 2003. Aliphatic and diterpenoid
chains in coals of different age controls hydrocarbons and their individual carbon
on the ability to generate liquid isotope composition in coals from Liaohe
hydrocarbons, dalam Organic Basin, China. Organic Geochemistry 34,
Geochemistry : Challenges for the 21st 1615 – 1625
Century, vol 1, Gonzalez-Vila, dkk. (Eds), Wang, T. G., Simoneit, B. R. T., 1990. Organic
22nd IMOG, Sevilla, 552 - 553 Geochemistry and Coal Petrology of
Philp, R. P., 1985. Fossil Fuel Biomarkers. Elvisier Tertiary brown Coal in the Zhoujing mine,
Science Publisher, New York Baise Basin, South Cina. Fuel 69, 13 –
Rohmer, M., Bisseret, P. Neunlist, S., 1992. The 20
hopanoids, prokaryotic triterpenoids and Zeng, F., Tuo, J., Li, Y., Cai, C., 1998. Aromatic
precursors of ubiquitous molecular Biomarker Composition Characteristics of
fossils. In Biological Markers in Sediment Three Kinds of Tertiary Brown Coals in
and Petroleum, Moldowan, J. M., dkk Guangxi. International Journal of Coal
(Eds), Prentice Hall, New York, 487-493 Geology 34, 793–800
Stout, S. A., 1992. Aliphatic and Aromatc
Triterpenoid Hydrocarbons in a Tertiary
angiospermae Lignite. Organic
Geochemistry 18, 51 – 66

© Kimia ITS – HKI Jatim 121

Anda mungkin juga menyukai