Anda di halaman 1dari 98

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS UDARA

DALAM RUMAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR


SAMPAH KELURAHAN TERJUN KECAMATAN
MEDAN MARELAN
TAHUN 2008

TESIS

Oleh

MEIRINDA

067031008/MKLI

SEKOLAH PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS UDARA
DALAM RUMAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
SAMPAH KELURAHAN TERJUN KECAMATAN
MEDAN MARELAN
TAHUN 2008

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam


Program Studi Magister Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MEIRINDA
067031008/MKLI

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
DENGAN KUALITAS UDARA DALAM RUMAH DI
SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
SAMPAH KELURAHAN TERJUN KECAMATAN
MEDAN MARELAN TAHUN 2008
Nama Mahasiswa : Meirinda
Nomor Pokok : 067031008
Program Magister : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS) (Ir. Indra Chahaya S, MSi)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B.,MSc)

Tanggal lulus : 04 September 2008

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
Telah diuji pada :

Tanggal : 04 September 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS

Anggota : 1. Ir. Indra Chahaya S, MSi

2. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, PhD

3. Drs. Chairuddin, MSc

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
PERNYATAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS UDARA


DALAM RUMAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
SAMPAH KELURAHAN TERJUN KECAMATAN
MEDAN MARELAN TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2008

MEIRINDA
067031008/MKLI

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP

Nama : Meirinda

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Binjai, 18 Mei 1975

Agama : Islam

Alamat : Jalan Eka Rasmi Perumahan Villa Johor Blok B-9

Medan

Telp : 061- 30039072

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 020262 Binjai : 1981-1987

2. SMP Negeri 2 Binjai : 1987-1990

3. Sekolah Menengah Analis Kesehatan

Departemen Kesehatan RI. Medan : 1990-1993

4. D-3 PendidikanTeknologi Kimia Industri Medan : 1993-1996

5. Teknik Industri Universitas Medan Area : 2000-2002

6. Program Magister Manajemen Kesehatan

Lingkungan Industri Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara : 2006-2008

RIWAYAT PEKERJAAN

1. PNS pada Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Medan. : 1998 - sekarang

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
ABSTRAK

Tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) mempunyai fungsi yang sangat


penting, namun dapat menimbulkan dampak menurunnya kualitas lingkungan
disebabkan tumpukan sampah menghasilkan berbagai polutan yang dapat
menyebabkan pencemaran udara baik di dalam rumah maupun di luar rumah yang
berada disekitar TPAS serta menyebabkan terjadinya penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut. Pembusukan sampah akan menghasilkan antara lain gas methane
(CH4), gas hidrogen sulfida (H2S) yang bersifat racun bagi tubuh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kualitas udara dalam rumah di sekitar TPAS Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan. Jenis penelitian adalah penelitian survai bersifat
deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Uji statistik regresi linier
dengan tingkat keyakinan (α) 0,05 dilakukan untuk mengetahui hubungan kualitas
kimiawi udara dalam rumah penduduk di sekitar TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan dengan jarak rumah dari TPAS dan kualitas fisik rumah. Jumlah
responden sebanyak 30 KK dengan lokasi pengambilan sampel dilakukan pada rumah
penduduk sekitar TPAS yang berjarak 0 m sebanyak 4 KK, 100 m sebanyak 6 KK,
200 m sebanyak 8 KK dan 300 m sebanyak 12 KK.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
konsentrasi gas SO2, H2S, NH3, dan CH4 dengan jarak rumah dari TPAS Terjun,
masing-masing dengan nilai p= 0,001; 0,012; 0,000, dan 0,000. Terdapat hubungan
yang signifikan antara kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas SO2 (p=0,021),
H2S (p=0,001), NH3 (p=0,005) dan CH4 (p=0,017) di udara dalam rumah penduduk
sekitar TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.
Diharapkan pemerintah kota Medan memperbaiki sistim pengolahan sampah
yang ada dengan metode dan teknik yang berwawasan lingkungan serta menanami
jenis pepohonan seperti mahoni, angsana, beringin, dan lain-lain di sekitar TPAS
terjun untuk menyerap polutan-polutan gas dari TPAS. Bagi masyarakat yang
bermukim di sekitar lokasi TPAS agar memperbaiki kualitas fisik rumahnya sehingga
sirkulasi udara dalam rumah menjadi lancar.

Kata kunci : Tempat pembuangan akhir sampah, kualitas udara dalam rumah.

i
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
ABSTRACT

Garbage dump sites has a very important function but it can bring an impact
in the form of environmental quality degradation because the pile of garbage
produces various pollutants which can pollute either indoor or outdoor air that the
incident of Acute Respiratory Tract Infection. Garbage decomposing will produce
methane gas (CH4), hydrogen sulfide gas (H2S), and ammonia gas (NH3) that can be a
toxin for human body.
The purpose of this study is to analyze the factors related to the Air Quality
inside the House around the garbage dump site in Kelurahan Terjun, Medan Marelan
Sub–district. This observational study with cross sectional design was conducted in
the vicinity of the garbage dump site in Kelurahan Terjun, Medan Marelan Sub–
district with the samples of 4 houses with distance of 0 (zero) meter, 6 houses with
the distance of 100 meters, 8 houses with distance of 200 meters and 12 houses with
the distance of 300 meters from the garbage dump site. The relationship between the
chemical quality of air in the houses and distance of the houses from the garbage
dump site and physical quality of the houses was statically examined by means of
linear regression test.
The result of this study show that there is a relationship between the
concentration of SO2 (p=0,001), H2S (p=0,012), NH3 (p=0,000) and CH4 (p=0,000)
gases and the distance of the houses from the Terjun garbage dump site. There is a
relationship between the physical quality of the houses and the concentration of SO2
(p=0,021), H2S (p=0,001), NH3 (p=0,005) and CH4 (p=0,005) gases found in the air
inside the residents house around the garbage dump site in Kelurahan Terjun , Medan
Mareland Sub-district.
It is expected that the Municipal Government of Medan to improve the
existing treatment system of garbage by using environmental-oriented methods and
growing such trees as mahogany, angsena, banyan tree, etc around the garbage dump
site to absorb the gas pollutants. In addition, the community who lived around the
location of garbage, it is expected to improve the physical quality of their houses to
make air circulation smoother.

Key word: Garbage Dump Site, Air Quality inside the House

ii
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Magister Kesehatan pada Program Studi

Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri, Sekolah Pasca Sarjana Universitas

Sumatera Utara Medan.

Proses penulisan dapat terwujud berkat dukungan dan bimbingan dari

berbagai pihak, untuk itu penulis mengungkapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. T. Chairun Nisa B, MSc, Direktur Pasca Sarjana Universitas Sumatera

Utara.

2. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS, Ketua Program Studi Magister Manajemen

Kesehatan Lingkungan Industri, dan Ketua Komisi Pembimbing penulisan tesis.

3. Ir. Indra Chahaya S, MSi., selaku anggota Komisi Pembimbing penulisan tesis

yang selalu mendorong dan meluangkan waktu untuk membimbing, serta

memberikan masukan bagi penulis.

4. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, PhD. dan Drs. Chairuddin, MSc., selaku dosen

pembanding tesis.

iii
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
5. Keluarga tercinta: Ibunda Hj. Djamilah, Suami Rinaldi, ST serta kedua buah hati

M. Adithya Rinanda dan Fadhil Fadhlullah Rinanda yang selalu mendoakan dan

menjadi motivasi bagi penulis.

6. Teman-teman MKLI 06 khususnya Alfattah Faisal M, Mahyudi selaku rekan

sejawat yang telah banyak membantu penulis, Yanti Agustini, Butet B.

Manurung, Marlinang dan Mustar.

7. Ibu Dra. Indah Anggraini, MSi., yang selalu memberikan support dan masukan

bagi penulis.

8. Semua pihak yang telah ikut membantu proses penyusunan tesis ini hingga

selesai.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

demi kesempurnaan tesis ini. Semoga hasil dari tesis ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Medan, September 2008

Penulis

iv
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP

Nama : Meirinda

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Binjai, 18 Mei 1975

Agama : Islam

Alamat : Jalan Eka Rasmi Perumahan Villa Johor Blok B-9

Medan

Telp : 061- 30039072

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 020262 Binjai : 1981-1987

2. SMP Negeri 2 Binjai : 1987-1990

3. Sekolah Menengah Analis Kesehatan

Departemen Kesehatan RI. Medan : 1990-1993

4. D-3 PendidikanTeknologi Kimia Industri Medan : 1993-1996

5. Teknik Industri Universitas Medan Area : 2000-2002

6. Program Magister Manajemen Kesehatan

Lingkungan Industri Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara : 2006-2008

RIWAYAT PEKERJAAN

1. PNS pada Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Medan. : 1998 - sekarang

v
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ………………………………………………………………... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………..… 1


1.1. Latar Belakang ………………………………………………….. 1
1.2. Perumusan Masalah …………………………………………….. 4
1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 5
1.4. Hipotesis ………………………………………………………… 6
1.5. Manfaat Penelitian ……………………………………………… 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………. 7


2.1. Perumahan dan Lingkungan ……………………….…………… 7
2.2. Persyaratan Rumah Sehat ………………………….…………… 8
2.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 15
2.4. Sampah Padat ………………………………………………... 16
2.5. Karakteristik Sampah …………………………………………... 19
2.6. Pengolahan Sampah …………………………………………..... 21
2.7. Tempat Pembuangan Akhir Sampah …………………………... 23
2.8. Pencemaran Udara ……………………………………………… 26
2.9. Polusi Udara Dalam Ruang …………………………………….. 31
2.10.Kerangka Konsep ……………………………………………….. 34

BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………….. 35


3.1. Jenis Penelitian ………………………………………………… 35

vi
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
3.2. Lokasi Penelitian .......................................................................... 35
3.3. Waktu Penelitian .......................................................................... 35
3.4. Populasi dan Sampel ..................................................................... 36
3.5. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................ 36
3.6. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 38
3.7. Variabel dan Definisi Operasional ................................................ 40
3.8. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 43
3.9. Metode Analisa Data ................................................................... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN …………………………………………..... 45


4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Rumah
dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah................................... 45
4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Rumah.......... 46
4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Udara
Dalam Rumah ............................................................................ 47
4.4. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah.............. 48
4.5. Hasil Pengukuran Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah ........ 49
4.6. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir
Sampah dengan Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah............ 50
4.6.1. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan
Akhir Sampah dengan Konsentrasi gas SO2 di
Udara Dalam Rumah......................................................... 50
4.6.2. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan
Akhir Sampah dengan Konsentrasi gas H2S di
Udara Dalam Rumah......................................................... 51
4.6.3. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan
Akhir Sampah dengan Konsentrasi gas NH3 di
Udara Dalam Rumah......................................................... 51
4.6.4. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan
Akhir Sampah dengan Konsentrasi gas CH4 di
Udara Dalam Rumah.......................................................... 52
4.7. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Kualitas
Kimiawi Udara Dalam Rumah ...................................................... 53

vii
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
4.7.1. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan
Konsentrasi gas SO2 di Udara Dalam Rumah..................... 53
4.7.2. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan
Konsentrasi gas H2S di Udara Dalam Rumah.................... 53
4.7.3. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan
Konsentrasi gas NH3 di Udara Dalam Rumah.................... 54
4.7.4. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan
Konsentrasi gas CH4 di Udara Dalam Rumah.................... 54

BAB V. PEMBAHASAN........…………………………………………............ 55
5.1. Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah ......................................... 55
5.2. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir
Sampah dengan Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah ............. 58
5.3. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Kualitas Kimiawi
Udara Dalam Rumah ..................................................................... 62

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………… 65


6.1. Kesimpulan .................................................................................... 65
6.3. Saran .............................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68

viii
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Penyakit yang Ditimbulkan oleh Rumah yang Tidak Sehat....................... 10

2.2. Jenis-Jenis Pencemaran Udara .................................................................... 28

3.1. Jumlah Sampel Penelitian Berdasarkan Proporsi ...................................... 37

3.2. Tabel Definisi Operasional Penelitian ........................................................ 42

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Rumah dengan Tempat


Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan
Marelan pada Tahun 2008........................................................................... 45

4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Rumah di Sekitar


Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan pada Tahun 2008.............................................................. 46

4.3. Kualitas Fisik Rumah Responden di Kelurahan Terjun


Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2008............................................. 47

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Udara Dalam


Rumah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan
Terjun Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2008................................ 48

4.5. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah di Sekitar


Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan pada Tahun 2008............................................................... 49

4.6. Hasil Pengukuran Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah di


Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008..................................................... 50

ix
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Model Oksidasi Biologi (Tebbutt, 1982) ..................................................... 18

2. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................................ 34

x
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999


tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan (Kualitas Udara) ......................... 71

2. Data Hasil Penelitian ....................................................................................... 72

3. Gambar Lokasi Penelitian ............................................................................... 76

4. Foto Udara Lokasi Penelitian ……………………………………................. 77

5. Peta TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ............................. 78

6. Arah dan Kecepatan Angin Dominan Kecamatan Medan Marelan................. 79

7. Pengolahan analisa data dengan komputer .................................................... 81

xi
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
xii
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan

Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, mampu

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta memiliki

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. (Notoatmodjo, 2005).

Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa

upaya kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan

yang sehat dan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman, tempat

kerja, angkutan umum, dan lingkungan lainnya yang meliputi penyehatan air, udara,

pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi, kebisingan, pengendalian

vektor dan penyehatan lainnya.

Keterbatasan tempat tinggal di daerah perkotaan semakin meningkat dari

waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan

ketersediaan lahan. Kondisi ini mengakibatkan munculnya permasalahan perumahan

yang semakin rumit di perkotaan terutama masalah sanitasi lingkungan yang kurang

baik. Penduduk dengan status sosial ekonomi rendah jumlahnya cukup banyak, dan

untuk mengatasi kebutuhan perumahan, mereka cenderung tinggal di daerah

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
2

pinggiran, termasuk masyarakat umum dan pemulung yang bermukim di sekitar

lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS). Pemulung yang menjadikan

TPAS sebagai sumber mata pencahariannya bahkan mendirikan rumahnya di atas

timbunan sampah di lokasi TPAS. Kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat dan

sulitnya mencari pekerjaan yang layak membuat para pemulung tetap bertahan

tinggal di lokasi TPAS.

Tempat pembuangan akhir sampah mempunyai fungsi yang sangat penting,

namun dapat menimbulkan dampak yaitu menurunnya kualitas lingkungan yang

disebabkan karena tumpukan sampah menghasilkan berbagai polutan yang dapat

menyebabkan pencemaran udara. Pemukiman yang ada di sekitar TPAS sangat

beresiko bagi kesehatan penghuninya. Pembusukan sampah akan menghasilkan

antara lain gas metan (CH4), gas amonia (NH3), dan gas hidrogen sulfida (H2S) yang

bersifat racun bagi tubuh. Selain beracun H2S juga berbau busuk sehingga secara

estetis tidak dapat diterima; jadi, penumpukan sampah yang membusuk tidak dapat

dibenarkan (Soemirat, 2004).

Masalah yang dihadapi para pengelola sampah adalah mengenai metode dan

lokasi pemindahan fisik sampah dari TPS (Tempat Pembuangan Sementara) ke TPA

(Tempat Pembuangan Akhir). Sampah secara mekanis dibuang, ditumpuk, ditimbun,

diratakan, dipadatkan, dan dibiarkan membusuk serta mengurai sendiri secara alami

di TPA. Sebagian lain dibakar secara langsung di tempat dengan atau tanpa

menggunakan fasilitas insinerator/tungku pembakaran (Kramadibrata, 2006).

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
3

Tercemarnya udara di sekitar TPA sampah menyebabkan kesehatan

lingkungan terganggu, termasuk kualitas udara dalam rumah yang berada disekitar

TPA sampah terutama meningkatnya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA). Hasil kajian dari Departemen Kesehatan pada tahun 2004/2005 menyatakan

bahwa penyakit ISPA selalu berada di urutan pertama dari sepuluh besar penyakit di

80% kabupaten/kota pada 22 propinsi di Indonesia. Diketahui bahwa resiko

terjadinya ISPA, Pneumonia dan penyakit gangguan saluran pernafasan lainnya

disebabkan oleh buruknya kualitas udara di dalam rumah/gedung dan di luar rumah

baik secara fisik, kimia maupun biologis.

Menurut penelitian Mardiani (2006) tentang Hubungan Kualitas Udara

Ambien dan Vektor Terhadap Gangguan Keluhan Saluran Pernafasan dan Saluran

Pencernaan di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah menunjukkan bahwa

kadar gas H2S terdeteksi melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) pada radius 150 meter

dari TPA, sedangkan kadar polutan udara yang lain belum melebihi NAB. Studi

AMDAL terhadap TPA Bantar Gebang Bekasi tahun 1989 menyatakan bahwa

timbulnya pencemaran udara akibat meningkatnya konsentrasi gas serta timbulnya

bau, baik yang ditimbulkan pada tahap operasi penimbunan dan pemadatan sampah

maupun setelah selesainya tahap operasi (Noriko, 2003).

Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Kelurahan Terjun Kecamatan

Medan Marelan berada dekat dengan perumahan penduduk. Pengolahan sampah di

TPAS Terjun yang menggunakan sistim open dumping (penumpukan terbuka)

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
4

meningkatkan pencemaran. Di sekitar lokasi TPAS Terjun banyak berdiri rumah,

baik rumah penduduk maupun pemulung. Hal ini bertentangan dengan Keputusan

Menkes RI No. 829 tahun 1999 tentang Persyaratan kesehatan perumahan dan

lingkungan pemukiman, dimana salah satu persyaratan adalah tidak terletak pada

daerah bekas Tempat Pembuangan Akhir Sampah.

Lokasi TPAS Terjun yang berada di sekitar perumahan penduduk sangat

berpeluang menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan, diantaranya

pencemaran udara di luar maupun di dalam rumah. Timbunan sampah yang ada di

TPAS Terjun menimbulkan bau yang tidak sedap. Data dari Puskesmas Terjun

Kecamatan Medan Marelan menyatakan bahwa penyakit ISPA dengan jumlah kasus

sebanyak 1.840 berada di urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak di

puskesmas selama bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2007. Hal ini

kemungkinan besar disebabkan oleh pencemaran yang berasal dari TPAS Terjun.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari uraian di atas maka dapat dirumuskan yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang

berhubungan dengan kualitas udara dalam rumah di sekitar Tempat Pembuangan

Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
5

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan jarak rumah dan kualitas fisik rumah dengan

kualitas udara dalam rumah di sekitar TPAS Terjun Kecamatan Medan Marelan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jarak rumah penduduk dengan TPAS di Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan.

2. Untuk mengetahui kualitas fisik perumahan (ventilasi, luas lantai, jenis lantai,

jenis dinding) di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

3. Untuk mengetahui kualitas fisik udara (suhu, kelembaban, pencahayaan) dalam

rumah, dan kualitas kimiawi udara (SO2, H2S, NH3, dan CH4) dalam rumah di

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

4. Untuk mengetahui hubungan jarak rumah dengan kualitas kimiawi udara dalam

rumah di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

5. Untuk mengetahui hubungan kualitas fisik rumah dengan kualitas kimiawi udara

dalam rumah di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
6

1.4. Hipotesis

1. Ada hubungan antara jarak rumah dengan kualitas kimiawi udara dalam rumah di

sekitar TPAS Terjun Kecamatan Medan Marelan.

2. Ada hubungan antara kualitas fisik rumah dengan kualitas kimiawi udara dalam

rumah di sekitar TPAS Terjun Kecamatan Medan Marelan.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota dalam program pengelolaan sampah

di TPA Terjun.

2. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai kualitas udara pada pemukiman

sekitar TPA Terjun.

3. Menambah khasanah ilmu pengetahuan kesehatan lingkungan khususnya

mengenai kualitas bakteriologi udara pada pemukiman sekitar TPA dan

sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya.

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perumahan dan Lingkungan

Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang

disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat

bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat

berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status

lambang sosial (Azwar, 1996; Mukono, 2000).

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar selain makanan dan pakaian

bagi penduduk. Permintaan unit rumah akan terus meningkat sejalan dengan

pertumbuhan penduduk. Di lain pihak, terbatasnya lahan untuk pemukiman dan

penawaran perumahan hanya tertuju pada suatu golongan masyarakat tertentu. Hal ini

merupakan kendala bagi sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

perumahannya dan secara tidak langsung berpengaruh pada tingginya harga rumah,

sedangkan tingkat pendapatan penduduk relatip rendah. Dengan demikian, banyak

rumah tangga menempati rumah yang kurang layak, baik dipandang dari segi

kesehatan lingkungan maupun luas lantai perkapita (Ebenhaezer, 2000).

Secara umum masyarakat golongan ekonomi rendah lebih banyak mengalami

masalah perumahan dibanding masyarakat dengan tingkat ekonomi yang baik.

Masalah utama yang perlu diperhatikan adalah pengadaan serta kelengkapan sarana

7
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
perumahan. Rumah yang layak sebaiknya mampu memenuhi syarat kesehatan

penghuninya (Ebenhaezer, 2000).

Lingkungan perumahan memiliki berbagai variabel diantaranya: jenis dinding,

lantai, sumber air, sumber penerangan, saluran pembuangan air, cara pembuangan

sampah dan lain-lain. Variabel-variabel lingkungan perumahan tersebut harus

memiliki kualitas standard yang didasarkan atas penilaian mutu material yang

digunakan serta cara dan bentuk penggunaannya.

2.2. Persyaratan Rumah Sehat

Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia,

dan biologik di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga

memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan

kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan adalah ketentuan teknis kesehatan

yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang

bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan

kesehatan.

Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan hutan

lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung

perikehidupan dan penghidupan (UU RI No. 4/1992).

Pemukiman yang baik terdiri dari kumpulan rumah yang dilengkapi dengan

berbagai fasilitas pendukungnya seperti sarana jalan, saluran air kotor, tempat

8
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
sampah, sumber air bersih, lampu jalan, bebas banjir dan lain-lain. Standar arsitektur

bangunan terutama untuk pemukiman umum pada dasarnya ditujukan untuk

menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak dan luas

ruangan, serta fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat

memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat dan menyenangkan.

Rumah harus sehat agar penghuninya dapat bekerja secara produktif.

Konstruksi rumah dan lingkungannya yang tidak memenuhi syarat kesehatan

merupakan faktor risiko sebagai sumber penularan berbagai penyakit, khususnya

penyakit yang berbasis lingkungan.

Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat

apabila : (1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari

udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan

kebisingan 45-55 dB.A.; (2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan; (3) Melindungi

penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air bersih,

sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan

memenuhi syarat kesehatan; serta (4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan

terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh,

tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan,

bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992; Azwar, 1996).

9
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
Tabel 2.1. Penyakit yang Ditimbulkan oleh Rumah yang Tidak Sehat

Masalah Lingkungan
Penyakit Strategi Pencegahan
yang relevan
Peningkatan ventilasi.
Infeksi saluran Polusi udara dalam Peningkatan dapur, alat masak.
pernapasan akut rumah & kepadatan Penyediaan listrik pada penduduk desa dan
penduduk miskin kota.
Peningkatan kualitas air.
Peningkatan kuantitas air dengan
meningkatkan keterjangkauan & jaminan
Sanitasi, penyediaan
suplai air.
Diarrhea air dan hygiene /
Peningkatan sanitasi dan kebersihan
kebersihan
(perilaku cuci tangan, memasak air,
mencegah penggunaan sumber yang tidak
aman).
Sanitasi, penyediaan
Cacing Usus Sama dengan diarrhea
air dan hygiene
Masalah Lingkungan
Penyakit Strategi Pencegahan
yang relevan
Peningkatan manajemen air permukaan.
Menghilangkan tempat berkembang biak
nyamuk.
Malaria Penyediaan air
Mengurangi kunjungan ke tempat sarang
nyamuk.
Menggunakan kelambu.
Penyediaan air dan
Demam Dengue pengumpul-an Sama dengan malaria
sampah
Penyakit Tropik Sanitasi, pembuangan Mengurangi kontak dengan air yang
(schistommiasis, sampah, tempat terinfeksi
trypanosomiasis berkembang biak Mengontrol populasi keong
dan filariasis) vektor sekitar rumah Filter air
TBC Kepadatan Peningkatan kualitas dan kuantitas rumah
Penyakit saluran Polusi udara dalam
rumah Sama dengan penyakit saluran napas akut.
napas kronis
Sumber: Dinas Perumahan DKI Jakarta, 2006

10
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilaksanakan

tahun 1995 (Ditjen PPM dan PL, 2002) penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) yang merupakan penyebab kematian terbanyak kedua dan tuberkulosis yang

merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga erat kaitannya dengan kondisi

sanitasi perumahan yang tidak sehat. Penyediaan air bersih dan dan sanitasi

lingkungan yang tidak memenuhi syarat menjadi faktor risiko terhadap penyakit diare

(penyebab kematian urutan nomor empat) disamping penyakit kecacingan yang

menyebabkan produktivitas kerja menurun.

Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes RI No.

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, parameter

rumah yang dinilai meliputi lingkup 3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu:

1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar

tidur, jendela kamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap

dapur, pencahayaan;

2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran,

sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah; dan

3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi perilaku membuka jendela kamar tidur,

membuka jendela ruang keluarga dan tamu, membersihkan halaman rumah,

membuang tinja bayi/anak ke kakus, dan membuang sampah pada tempatnya.

11
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut

Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi

parameter sebagai berikut :

1. Lokasi

a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran

lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;

b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah

atau bekas tambang;

c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti

jalur pendaratan penerbangan.

2. Kualitas udara

Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas

beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :

a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;

b. Debu dengan diameter kurang dari 10 µg maksimum 150 µg/m3;

c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;

d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.

e. Kebisingan dan getaran

f. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;

g. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .

12
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes

No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :

1. Bahan bangunan

a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat

membahayakan kesehatan, antara lain: debu total kurang dari 150 µg/m2,

asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300

mg/kg bahan;

b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya

mikroorganisme patogen.

2. Komponen dan penataan ruangan

a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;

b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air

dan mudah dibersihkan;

c. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;

d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;

e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;

f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.

3. Pencahayaan

Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat

menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan

tidak menyilaukan mata.

13
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
4. Kualitas udara

a. Suhu udara nyaman antara 18 – 30 oC;

b. Kelembaban udara 40 – 70 %;

c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;

d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni;

e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;

f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.

g. Ventilasi

Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

6. Vektor penyakit

Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.

7. Penyediaan air

a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/

orang/hari;

b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air

minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

8. Sarana penyimpanan makanan

Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman .

9. Pembuangan Limbah

a. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak

menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;

14
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak

mencemari permukaan tanah dan air tanah.

10. Kepadatan hunian

Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang

tidur.

2.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan mempunyai luas

area keseluruhan ± 16,05 Km2 dengan luas pemukiman ± 2,1 Km2, dengan deskripsi

wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak,

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Deli,

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan, dan

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia.

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan terbagi dalam 22 Lingkungan.

Lokasi penelitian dilakukan pada lingkungan 13 yang mempunyai luas area ± 225 Ha

dan terdiri dari ± 320 KK/RT. Sebagian besar penduduknya mempunyai mata

pencaharian sebagai buruh dan nelayan dengan tingkat perekonomian menengah ke

bawah. Di Lingkungan 13 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan terdapat

lahan Pemerintah Kota Medan seluas ± 10 Ha yang dijadikan sebagai Tempat

Pembuangan Akhir Sampah, atau dikenal sebagai TPAS Terjun.

15
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan mulai beroperasi tahun

1991. Sampah-sampah yang ada dari TPS (Tempat Pembuangan Sementara) di kota

Medan dan dari TPS sekitar TPAS Terjun dibuang setiap hari ke lokasi TPAS Terjun.

Sistem yang digunakan untuk mengolah sampah di TPAS Terjun menggunakan

sistem open dumping.

Di sekitar lokasi TPAS Terjun banyak berdiri rumah-rumah penduduk,

sebagian telah ada sebelum TPAS Terjun dibuat dan banyak pula yang baru dibangun

setelah TPAS ada. Lahan-lahan kosong di sekitar lokasi TPAS dan letaknya

bersebelahan langsung dengan TPAS Terjun, sebelumnya merupakan areal

persawahan dan rawa-rawa, tetapi saat ini sebagian telah berdiri rumah-rumah

penduduk. Bahkan sebagai tanah timbunan untuk membangun rumah mereka

digunakan dari timbunan sampah dengan bantuan mobil pengeruk yang sengaja di

sewa oleh penduduk untuk meratakan sampah.

2.4. Sampah Padat

Sampah adalah sesuatu bahan/benda padat yang terjadi karena berhubungan

dengan aktivitas manusia yang tidak dipakai lagi, tidak disenangi dan dibuang

dengan cara-cara saniter kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia

(Kusnoputranto, 1986).

Sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah yang terdapat di

lingkungan. Berbagai aktivitas dilakukan manusia untuk memenuhi kesejahteraan

hidupnya dengan memproduksi makanan minuman dan barang lain dari sumber

16
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
daya alam. Selain menghasilkan barang-barang yang akan di konsumsi, aktivitas

tersebut juga menghasilkan bahan buangan yang sudah tidak dibutuhkan oleh

manusia. Bahan buangan makin hari semakin bertambah banyak. Hal ini erat

hubungannya dengan makin bertambahnya jumLah penduduk, dengan ketersediaan

ruang hidup manusia yang relatip tetap (Chandra, B., 2007).

Penguraian sampah disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme. Pembusukan

sampah ini akan menghasilkan gas metana yang bersifat racun bagi tubuh

makhluk hidup. Sampah yang tidak dapat membusuk adalah sampah yang memiliki

bahan dasar plastik, logam, gelas, karet. Untuk pemusnahannya dapat dilakukan

pembakaran tetapi dapat menimbulkan dampak lingkungan karena menghasilkan zat

kimia, debu dan abu yang berbahaya bagi makhluk hidup.

Proses dekomposisi zat organik yang terkandung di dalam sampah dapat

berlangsung baik secara aerobik maupun anaerobik. Jika kadar oksigen cukup, maka

penguraian akan berlangsung secara aerob, sehingga akan terbentuk gas-gas CO2,

NH3, H2S, PO4 dan SO4. Jika kadar oksigen rendah, maka penguraian sampah akan

berlangsung secara anaerob sehingga akan dihasilkan gas-gas NH3, CH4 (metan), H2S

yang berbau tidak enak. (Suriawiria, 1986).

Reaksi oksidasi biologi menurut Tebbutt (1982) menyatakan bahwa dalam hal

tersedianya oksigen, oksidasi aerobik akan berlangsung, sebagian dari zat-zat organik

disintesis untuk membentuk mikroorganisme baru (pertumbuhan) dan sisanya

dikonversikan menjadi produk akhir yang relatip stabil, eperti yang dilukiskan dalam

17
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
Gambar 1. Jika oksigen tidak tersedia, oksidasi anaerobik akan berlangsung yang

akan memproduksi sel-sel baru dan produk akhir yang tidak stabil seperti asam-asam

organik, alkohol, keton dan gas metan.

Oksidasi Aerobik

Sel-sel baru

Zat organik + bakteri + O2

CO2, NH3, H2O

Oksidasi Anaerobik

Sel-sel baru

Zat organik + bakteri

Alkohol dan asam + bakteri

Sel-sel baru CH4, H2S, CO2,


NH3, H2O

Gambar 1. Model oksidasi Biologi (Tebbutt, 1982)

Sistem yang memproduksi gas metan, yang umum dalam pengolahan limbah,

terjadi dalam dua tahap, pertama: mikroorganisme pembentuk asam

mengkonversikan zat organik menjadi sel-sel baru dan asam-asam organik dan

alkohol. Tahap kedua: kelompok mikroorganisme kedua yaitu bakteri metan

melanjutkan oksidasi yang memanfaatkan sebagian material organik untuk

18
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
mensintesis sel-sel baru dan mengkonversikan sisanya menjadi gas metan, karbon

dioksida dan hidrogen sulfida. Reaksi dalam oksida anaerobik jauh lebih lambat

daripada oksidasi aerobik (Tebbutt, 1982).

Selain faktor oksigen, faktor lain yang mempengaruhi proses dekomposisi

sampah adalah kelembaban dan suhu. Hal inilah yang mengakibatkan jika pada

musim hujan proses dekomposisi akan meningkat sehingga diperlukan oksigen yang

cukup besar. Jika kebutuhan oksigen tersebut tidak dapat terpenuhi, maka proses

dekomposisi sampah akan berlangsung secara anaerob.

Sampah dapat dibuat biogas yang merupakan hasil penguraian sampah

secara anaerob dengan bantuan bakteri pengurai. Biogas yang dihasilkan tidak

murni terdiri dari metana (65%), karbon dioksida (30%), hydrogen sulfide (1%) dan

sejumLah gas lain (Sastrawijaya, 1991).

Sampah yang ada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber,

antara lain: pemukiman penduduk, tempat umum dan tempat perdagangan, sarana

layanan masyarakat milik pemerintah, industri berat dan ringan, dan pertanian.

(Chandra, B., 2007).

2.5. Karakteristik Sampah

Sampah mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu kota dengan kota

yang lain, tergantung dari tingkat sosial ekonomi penduduk, iklim, dan lain-lain.

Karakteristik sampah menurut Masduki, (1991) dapat mencakup antara lain:

19
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
1. Komposisi sampah, terbagi dalam dua golongan, yaitu:

Komposisi fisik sampah, adalah mencakup besarnya persentase dari komponen

pembentuk sampah yang terdiri dari sampah organik yang bersifat mudah

membusuk dan sampah anorganik (kertas, kayu, kaca, logam, plastik)

Berdasarkan hasil survai di beberapa kota di Indonesia umumnya sekitar 70-80%

sampah merupakan sampah organik. Komposisi kimia sampah, adalah besarnya

persentase dari unsur/senyawa yang terkandung dalam sampah. Umumnya

komposisi kimia sampah terdiri dari unsur carbon, nitrogen, hidrogen, sulfur dan

phospor (CHONSP) serta unsur lainnya yang terdapat dalam protein, karbohidrat

dan lemak.

2. Densitas (kepadatan) sampah, adalah besaran yang menyatakan berat sampah

persatuan volume. Besarnya kepadatan sampah tiap kota berbeda tergantung dari

keadaan sosial, ekonomi serta iklim kota tersebut. Terdapat kecenderungan bila

produksi sampahnya tinggi (umumnya di negara industri), maka densitasnya

lebih rendah. Kepadatan sampah rumah tangga di negara sedang berkembang

menurut Sandra J. Cointreau, 1982 yang dikutip Masduki, 1991 berkisar antara

100 s/d 600 kg/m3, sedangkan kepadatan sampah kota Medan rata-rata sebesar

250 kg/m3.

3. Kadar air sampah, yaitu besaran (biasanya dalam satuan %) yang menyatakan

perbandingan antara berat air dengan berat basah sampah total atau dengan berat

20
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
kering sampah tersebut. Untuk negara berkembang besarnya berkisar antara

50-70%.

2.6. Pengolahan Sampah

Pengolahan sampah merupakan proses antara sebelum dilakukan

pembuangan sampah di TPA yang bersifat optional. Tujuan dilakukan pengolahan

yang utama adalah untuk memanfaatkan TPA secara lebih optimal dengan

melakukan pengurangan volume, pemanfaatan kembali (daur ulang) sampah,

pemanfaatan energi dan pembuatan kompos. Teknik dan cara pengolahan sampah

dapat dilakukan dengan beberapa metode (Sastrawijaya, 1991), yaitu:

1. Daur ulang (recycling)

Salah satu teknik pengolahan sampah untuk memanfaatkan kembali benda-benda

yang masih mempunyai nilai ekonomis, seperti: kertas, plastik, karet, kaca/gelas,

serta dapat pula mengurangi volume dan berat sampah sebelum pengolahan lebih

lanjut atau dibuang ke TPA.

2. Pengomposan (Composting).

Composting adalah sistem pengolahan sampah dengan memanfaatkan aktivitas

mikroorganisme/bakteri untuk mengubah sampah menjadi kompos (proses

fermentasi). Proses biodekomposisi sampah organik dapat berlangsung secara

aerobik maupun anaerobik tergantung pada tersedianya oksigen untuk proses

tersebut. Operasi pengomposan untuk sampah perkotaan umumnya

21
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
menggunakan proses aerobik, karena proses anaerobik berlangsung sangat

lambat dan menimbulkan bau yang sangat berlebihan dan sulit untuk dikontrol.

3. Pemadatan (Balling)

Balling merupakan sistim pengolahan sampah secara pemadatan dengan

menggunakan alat pemadat (compactor) yang dapat dilakukan di transfer station,

ataupun di lokasi TPA. Sampah padat yang dihasilkan diangkut dan dibuang ke

TPA dengan metode sanitary landfill. Pembuangan sampah yang sebelumnya

dilakukan proses pemadatan akan meningkatkan kapasitas TPA karena

pengurangan volume sampah serta mengurangi material tanah penutup. Proses

balling memerlukan energi listrik yang besar, dan pemadatan akan sulit

dilakukan bila kelembaban/kandungan air cukup tinggi sehingga rasio

pemadatannya mejadi rendah.

4. Pembakaran (Incineration)

Pembakaran merupakan metode pengolahan sampah secara kimiawi dengan

proses oksidasi (pembakaran) dengan maksud stabilisasi dan reduksi volume dan

berat sampah. Setelah proses pembakaran akan dihasilkan abu yang volume serta

beratnya jauh lebih kecil/rendah dibandingkan dengan sampah sebelumnya.

Sampah yang akan dibakar harus memenuhi syarat minimum karakteristik

sampah untuk pembakaran, seperti jumLah kandungan air, kadar abu serta nilai

kalornya, baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Agar incinerator

layak digunakan dan tercapai pembakaran yang sempurna pada suhu 800-900oC

22
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
karakteristik sampah harus mempunyai nilai kalor minimum 800 kcal/kg,

sehingga ekonomis karena tidak perlu menambah bahan bakar tambahan dan

mengurangi tingkat pencemaran udara serta tidak menimbulkan bau.

2.7. Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Pembuangan akhir sampah adalah merupakan rangkaian/proses terakhir dalam

sistem pengelolaan sampah pada suatu tempat yang dipersiapkan, aman, serta tidak

mengganggu lingkungan. Sistem pembuangan akhir TPAS menurut Sastrawijaya

(1991) adalah sebagai berikut:

1. Sistem open dumping (pembuangan terbuka)

Sistem open dumping merupakan sistem yang tertua yang dikenal manusia dalam

pembuangan sampah. Sampah hanya dibuang/ditimbun di suatu tempat tanpa ada

perlakuan khusus, sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan.

Pembuangan sampah secara terbuka dapat menjadi sarang/tempat perkembangan

vektor penyakit (lalat, tikus, kecoa), menyebarkan bau, mencemari udara, air

permukaan dan air tanah, bahaya kebakaran dan menimbulkan asap tebal yang

berkepanjangan.

Keuntungan menggunakan sistim ini antara lain:

a Investasi awal paling murah dibandingkan dengan sistem yang lain

b Biaya operasi rendah

c Tidak memerlukan teknologi tinggi

d Mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan volume sampah

23
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
e Dapat menampung berbagai macam sampah tanpa harus disortir terlebih

dahulu, kecuali sampah yang diklasifikasikan berbahaya atau beracun.

Kerugiannya antara lain:

a Potensi pencemarannya terhadap lingkungan tinggi, sehingga lokasinya harus

berjauhan dari wilayah pemukiman kota

b Memerlukan lahan yang relatif luas.

2. Sistem Controlled landfill

Controlled landfill adalah sistem open dumping yang telah diperbaiki atau

ditingkatkan dan peralihan teknik open dumping dan sanitary landfill. Pada

sistem ini penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPAS penuh

dengan timbunan sampah yang dipadatkan atau setelah mencapai tahap/periode

tertentu. Penutupan dengan tanah ini tidak dilakukan setiap hari, tetapi dengan

periode waktu yang lebiih panjang dengan maksud untuk mengurangi

kemungkinan adanya pencemaran, tetapi dengan biaya yang relatif masih rendah.

3. Sistem Sanitary Landfill

Pada sistem ini penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setiap hari,

yaitu pada setiap akhir operasi, sehingga setelah operasi berakhir tidak akan

terlihat adanya timbunan sampah. Dengan cara ini pengaruh timbunan sampah

terhadap lingkungan akan sangat kecil, tergantung pada kondisi topografi lokasi.

Sistem sanitary landfill ini dapat dilaksanakan dengan sistem area, sistem trench,

gabungan antara sistem area dan sistem trench dan sistem progresif.

24
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
Secara operasional terdapat peraturan yang perlu dijadikan acuan yaitu

Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Pemukiman

Departemen kesehatan No. 281 tahun 1989 tentang Persyaratan Kesehatan

Pengelolaan Sampah yaitu :

1. Pengelolaan sampah yang baik dan memenuhi syarat kesehatan merupakan salah

satu upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang mendasar.

2. Masyarakat perlu dilindungi dari kemungkinan gangguan kesehatan akibat

pengelolaan sampah sejak awal hingga tempat pembuangan akhir.

Dalam lampiran Keputusan Dirjen tersebut dijelaskan pula persyaratan

kesehatan pengelolaan sampah untuk Pembuangan Akhir Sampah yang dinyatakan

antara lain:

1. Lokasi untuk TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Tidak merupakan sumber bau, asap, debu, bising, lalat, binatang pengerat,

bagi pemukiman terdekat (minimal 3 KM).

b. Tidak merupakan pencemar bagi sumber air baku untuk minum dan jarak

sedikitnya 200 meter dan perlu memperhatikan struktur geologi setempat.

c. Tidak terletak pada daerah banjir.

d. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan airnya tinggi.

e. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memperhatikan aspek

estetika.

f. Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 KM.

25
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
2. Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembang biak dan

tidak menimbulkan bau.

b. Memiliki drainase yang baik dan lancar.

c. Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah

pencemaran.

d. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya,

lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di Kantor Pemda.

e. Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok gril atau

tikus terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan

pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah.

3. TPA yang sudah tidak digunakan:

a. Tidak boleh untuk pemukiman.

b. Tidak boleh mengambil air untuk keperluan sehari-hari

2.8. Pencemaran Udara

Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar

manusia perlu mendapatkan perhatian yang serius. Komposisi udara terutama uap air

sangat dipengaruhi oleh keadaan suhu udara, tekanan udara, dan lingkungan

sekitarnya. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, CO2 untuk proses

fotosintesis oleh klorofil daun, dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet.

Kegiatan yang berpotensi menaikkan konsentrasi CO2 seperti pembusukan sampah

26
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
tanaman, pembakaran, atau sekumpulan massa manusia dalam ruangan terbatas yaitu

karena proses pernafasan (Sunu, 2001).

Komposisi udara bersih dan kering menurut Sunu (2001) pada umumnya

sebagai berikut:

1. Nitrogen (N2) = 78,09 %

2. Oksigen (O2) = 20,94 %

3. Argon (Ar) = 0,93 %

4. Karbon dioksida (CO2) = 0,032 %

Pencemaran udara didefinisikan sebagai dimasukkannya komponen lain

kedalam udara baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung

maupun akibat proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkatan

tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi

lagi sesuai dengan peruntukannya. Setiap substansi yang bukan merupakan bagian

dari komposisi udara normal disebut sebagai polutan (Chandra. B. 2007).

Pada umumnya pencemaran udara disebakan oleh kegiatan manusia, seperti:

debu/partikel dari kegiatan industri, penggunaan zat kimia yang disemprotkan ke

udara dan gas buang hasil pembakaran bahan bakar fosil. Pencemaran udara juga

disebabkan oleh faktor alam, yaitu: debu akibat letusan gunung berapi, proses

pembusukan sampah organik dan debu yang beterbangan ditiup angin. (Sunu, 2001).

27
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
Tabel 2.2. Jenis-jenis Pencemaran Udara
No. Pencemaran Udara Jenisnya
1. Menurut bentuk 1. Gas
2. Partikel
2. Menurut tempat 1. Ruangan (indoor)
2. Udara bebas (outdoor)
3. Gangguan kesehatan 1. Irritansia
2. Apiksia
3. Anestesia
4. Toksis
4. Susunan kimia 1. Anorganik
2. Organik
5. Menurut asalnya 1. Primer
2. Sekunder
Sumber: Woodwell, 1973; Tollison, 1987; Ryadi, 1982; Sitepoe, Mangku, 1997

2.8.1. Polutan pencemaran udara

1. Sulfur dioksida (SO2)

Sulfur dioksida merupakan ikatan yang tidak stabil dan sangat reaktif terhadap

gas yang lain. Ciri lainnya adalah tidak berwarna, bau yang tajam, sangat mengiritasi,

tidak terbakar dan tidak meledak. SO2 merupakan polutan yang berbahaya bagi

kesehatan terutama bagi penderita penyakit kronis sistem pernafasan dan

kardiovaskuler. Penderita sangat sensitif bila kontak dengan SO2 meskipun dalam

konsentrasi yang kecil (Sunu, 2001).

Sumber emisi gas SO2 yang terbanyak berasal dari alam, sumber emisinya

berupa: pembakaran yang tidak bergerak, proses dalam industri, limbah padat, dan

pembakaran limbah pertanian. Sebagian SO2 yang berada di atmosfer akan diubah

menjadi SO3 selanjutnya menjadi H2SO4 oleh proses-proses fotolisis, penguraian zat

28
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
oleh cahaya, dan katalisis yaitu efek yang dihasilkan oleh sejumLah zat pada saat

berlangsungnya reaksi kimia (Sunu, 2001).

2. Hidrogen sulfida (H2S)

Hidrogen sulfida adalah gas yang berbau telur busuk. Sekalipun gas ini

bersifat iritan bagi paru-paru, tetapi ia digolongkan ke dalam asphyxiant karena efek

utamanya adalah melumpuhkan pusat pernafasan, sehingga kematian disebabkan oleh

terhentinya pernafasan. Hidrogen sulfida juga bersifat korosif terhadap metal dan

menghitamkan berbagai material. H2S lebih berat daripada udara, sehingga sering

terkumpul di udara pada lapisan bagian bawah dan biasanya ditemukan bersama-

sama gas beracun lainnya seperti metan dan karbon dioksida (Soemirat, 2004).

H2S pada kadar 0.05 ppm dapat dideteksi dari bau, dan pada kadar 0,1 ppm

mengakibatkan iritasi dan kehilangan rasa sensoris. Setelah mengalami pemajanan

pada kadar di atas 50 ppm, gejala secara bertahap akan naik, conjunctivitis yang

nyeri, pusing, anosmia, mual, batuk, radang tenggorokan dan edema paru. Pada kadar

500 ppm akan terjadi kehilangan kesadaran mendadak, depresi pernafasan dan akan

meninggal dalam waktu 30-60 menit (Ditjen PPM&PL, 2001).

3. Ammonia (NH3)

Ammonia merupakan gas yanng tidak berwarna dengan kadar 50 ppm

memberikan bau yang menyengat. Dibentuk dari proses dekomposisi asam amino

atau ikatan organik oleh bakteri (Sunu, 2001).

29
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
Ammonia secara alami ada di lingkungan, maka kita terus menerus terpapar

ammonia dalam dosis rendah di udara, tanah dan air. Kadar di udara sekitar 1-5 ppb.

Sepanjang hari kadar ammonia bervariasi, juga sepanjang musimnya. Kadar tinggi di

udara dapat terjadi setelah pemupukan yang dalam tanah bisa mencapai 3000 ppm,

namun kadar cepat menurun dalam beberapa hari kemudian. (Ditjen PPM&PL,

2001).

Bila terpapar ammonia dalam kadar cukup tinggi dari normal, akan

mengakibatkan batuk dan iritasi mata. Apabila kadar ammonia lebih tinggi lagi,

misalnya ketumpahan ammonia pada kulit akan mengakibatkan efek serius pada

kulit, mata, tenggorokan dan paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kebutaan

permanen, penyakit paru dan dapat menyebabkan kematian (Ditjen PPM&PL, 2001).

4. Metan (CH4)

Metan adalah gas-gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global

ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang

sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan

ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana

yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal

dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian

(diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara

berturut-turut). Komponen kimia utama metana adalah (CH4), yang merupakan

molekul hidrokarbon yang terpendek dan teringan. Ia juga mungkin mengandung zat

30
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
hidrokarbon gas yang lebih berat seperti etana, propana dan butana (Prameswari,

2007).

Metan (CH4) merupakan gas dominan selain karbon dioksida (CO2) yang

dihasilkan dari proses dekomposisi sampah di tempat pembuangan akhir. Keberadaan

dan pergerakan metan sangat berbahaya pada TPA yang tidak dilengkapi dengan

fasilitas pengelolaan gas. Pembuangan sampah terbuka di TPAS mengakibatkan

sampah organik yang tertimbun mengalami dekomposisi secara anaerobik, dan proses

itu menghasilkan gas metan yang mempunyai kekuatan merusak hingga 20-30 kali

lebih besar daripada CO2 (Anonimous, 2008).

2.9. Polusi Udara Dalam Ruang

Polusi tidak hanya menyerang di udara terbuka. Di dalam ruangan pun

terdeteksi rawan polusi udara. Bahkan, polusi dalam ruangan dinyatakan sebagai satu

dari lima besar polusi yang berisiko mengancam kesehatan masyarakat modern.

United State Environtal Protection Agency (US EPA), menemukan bahwa derajat

polusi dalam ruangan, dua sampai lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan polusi

dalam luar ruangan.

Kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) ditentukan secara sengaja

ataupun tidak sengaja oleh penghuni ruangan itu sendiri. Ada gedung yang secara

khusus diatur, baik suhu maupun frekuensi pertukaran udaranya dengan memakai

peralatan ventilasi khusus, ada pula yang dilakukan dengan mendayagunakan

keadaan cuaca alamiah dengan mengatur bagian gedung yang dapat dibuka. Kualitas

31
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
udara dalam ruangan juga dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban yang dapat

mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan penghuninya. Dengan demikian kualitas

udara tidak bebas dalam ruangan sangat bervariasi. Apabila terdapat udara yang tidak

bebas dalam ruangan, maka bahan pencemar udara dalam konsentrasi yang cukup

memiliki kesempatan untuk memasuki tubuh penghuninya (Keman, 2005).

Sumber pencemaran udara dalam ruangan menurut penelitian The National

Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) dirinci menjadi 5 sumber

(Aditama, 1992) meliputi :

1. pencemaran akibat kegiatan penghuni dalam gedung seperti asap rokok, pestisida,

bahan pembersih ruangan;

2. pencemaran dari luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan

bermotor, cerobong asap dapur karena penempatan lokasi lubang ventilasi yang

tidak tepat;

3. pencemaran dari bahan bangunan ruangan seperti formaldehide, lem, asbestos,

fibreglass , dan bahan lainnya;

4. pencemaran mikroba meliputi bakteri, jamur, virus atau protozoa yang dapat

diketemukan di saluran udara dan alat pendingin ruangan beserta seluruh

sistemnya;

5. kurangnya udara segar yang masuk karena gangguan ventilasi udara dan

kurangnya perawatan sistem peralatan ventilasi.

32
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
Bahan pencemar udara yang mungkin ada dalam ruangan dapat berupa gas

CO, CO2, beberapa jenis bakteri, jamur, kotoran binatang, formaldehid dan berbagai

bahan organik lainnya. Dampak pencemaran udara dalam ruangan terhadap tubuh

terutama pada daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung dengan udara

meliputi organ sebagai berikut (Mukono, 2000) :

a. Iritasi selaput lendir: iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata berair

b. Iritasi hidung, bersin, gatal: Iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, batuk kering

c. Gangguan neurotoksik: Sakit kepala, lemah/capai, mudah tersinggung, sulit

berkonsentrasi

d. Gangguan paru dan pernafasan: Batuk, nafas berbunyi/mengi, sesak nafas, rasa

berat di dada

e. Gangguan kulit: Kulit kering, kulit gatal

f. Gangguan saluran cerna: Diare/mencret

g. Lain-lain: gangguan perilaku, gangguan saluran kencing, sulit belajar

33
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
2.10. Kerangka Konsep Penelitian

Jarak TPAS ke
perumahan
Kualitas Kimiawi
Udara Dalam Rumah

1. H2S
Kualitas Fisik Perumahan 2. SO2
Kelurahan Terjun 3. NH3
4. Metan (CH4)
- Luas lantai perkapita
- Jenis Lantai
- Jenis dinding
- Ventilasi

Kualitas Fisik Udara


Dalam Rumah
- Suhu
- Kelembaban
- Tekanan udara

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

34
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survai bersifat deskriptif analitik dengan rancangan

penelitian cross-sectional yaitu pendekatan yang bersifat sesaat pada suatu waktu dan

tidak diikuti dalam suatu kurun waktu tertentu.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada perumahan penduduk yang ada di sekitar lokasi

Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena di sekitar

lokasi TPAS Terjun banyak berdiri rumah-rumah penduduk dan data yang diperoleh

dari Puskesmas Kelurahan Terjun penyakit ISPA menempati urutan pertama dari 10

penyakit terbanyak.

3.3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dengan pengajuan judul penelitian, survey awal,

penelusuran daftar pustaka, persiapan proposal, konsultasi dengan pembimbing,

pelaksanaan penelitian, pengumpulan data dan pengolahan data sampai dengan

penyusunan laporan akhir direncanakan berlangsung selama 6 bulan, mulai dari bulan

Maret 2008 sampai Agustus 2008.

35
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
3.4. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perumahan penduduk yang ada di sekitar

lokasi TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Populasi berjumlah 320

KK yang tersebar pada jarak: 0 m, 100 m, 200 m, dan 300 m. Pengambilan sampel

dilakukan secara stratified random sampling, dimana populasi yang ada dibagi dalam

lapisan-lapisan (strata) yang seragam dan dari setiap lapisan diambil sampel secara

acak. Jumlah sampel dalam penelitian adalah lebih kurang sebanyak 30 KK, dimana

jumlah sampel disesuaikan untuk masing-masing jarak.

Jumlah sampel dalam penelitian ini dengan populasi lebih kecil dari 10.000

(320 kk) ditentukan dari formula sebagai berikut:

N
n =
1 + N (d2)

Keterangan: N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

Maka jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 30 kk.

3.5. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang tersebar pada jarak: 0 m, 100 m, 200 m,

dan 300 m dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK, berdasarkan kriteria sampel yaitu

sesuai arah angin dominan dengan kondisi cuaca yang relatip sama, dimana semakin

jauh dari sumber (TPAS Terjun) maka penyebaran akan semakin luas, sehingga

36
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
ditentukan jumlah titik sampel untuk masing-masing jarak berdasarkan populasi

dengan formula sebagai berikut:

Proporsi = n x 100 %
N
Jumlah sampel setiap jarak = Proposi x Total Sampel

Dengan formula di atas, maka diperoleh jumlah sampel setiap jarak adalah

seperti pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1. Jumlah Sampel Penelitian Berdasarkan Proporsi

No. Jarak Rumah Populasi Proporsi Jumlah


dari TPAS Sampel
1. 0m 43 KK 13,44 % 4
2. 100 m 64 KK 20 |% 6
3. 200 m 85 KK 26,56 % 8
5. 300 m 128 KK 40 % 12
Total 320 KK 100 % 30 KK

Lokasi titik pengambilan sampel udara dalam rumah penduduk dilakukan

pada ruang tamu/keluarga. Pengambilan sampel udara menggunanakan alat Midget

Impinger. Sampel yang diperoleh dibawa ke laboratorium untuk dianalisis kadar gas

SO2 dengan metode pararosanilin dan kadar gas amonia (NH3) dengan metode

Nessler. Untuk kadar gas metan dan H2S diukur langsung di lokasi penelitian

menggunakan alat Gas Analyzer (IAQ 5001 Pro). Suhu dan kelembaban ruangan

diukur dengan alat Termohygrometer.

37
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
3.6. Metode pengumpulan data

3.6.1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari:

1. Data primer diperoleh dari hasil observasi melalui pengukuran langsung kualitas

udara dalam rumah responden dan kualitas udara di TPAS Terjun.

2. Data sekunder diperoleh dari pencatatan data-data tentang penduduk dan TPAS

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dari Dinas Kebersihan Kota

Medan, Puskesmas dan Kecamatan Medan Marelan.

3.6.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Data Suhu dan Kelembaban dalam rumah penduduk (ruang keluarga) diukur

dengan alat Thermohygometer.

2. Data kadar SO2 dan NH3 di udara dalam rumah dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut:

a. Pengambilan contoh uji selama 1 jam (SNI 19-7119.7-2005)

a.1. Peralatan yang digunakan untuk pengambilan contoh uji disiapkan,

lalu larutan penyerap SO2 atau larutan penyerap NH3 dimasukkan

sebanyak 10 mL ke masing-masing botol penyerap yang diatur agar

terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung.

a.2. Pompa penghisap udara dihidupkan dan diatur kecepatan aliran udara

pada 2 L/menit.

38
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
a.3. Kemudian pengambilan contoh uji dilukukan selama 1 jam, setelah itu

pompa penghisap dimatikan.

a.4. Setelah pengambilan contoh uji, diamkan selama 20 menit untuk

menghilangkan pengganggu. (Contoh uji dapat stabil selama 24 jam,

jika disimpan pada suhu 5oC dan terhindar dari sinar matahari).

b. Pengujian kadar SO2 dalam contoh uji dengan metode Pararosanilin

(SNI 19-7119.7-2005)

b.1. Larutan contoh uji dipindahkan ke dalam tabung uji 25 mL dan

ditambahkan 5 mL air suling untuk membilas.

b.2. Sebanyak 1 mL larutan asam sulfamat 0,6 % ditambahkan ke dalam

tabung uji dan ditunggu sampai 10 menit.

b.3. Kemudian sebanyak 2,0 mL larutan formaldehida 0,2 % dan sebanyak

5,0 mL larutan pararosanilin ditambahkan ke dalam tabung uji.

b.4. Air suling ditepatkan sampai tanda batas dengan volum sebanyak 25

mL, lalu homogenkan dan ditunggu sampai 30-60 menit.

b.5. Campuran larutan di atas diukur serapannya dengan spektrofotometer

pada panjang gelombang 550 nm.

b.6. Untuk pengujian blanko, ulangi seperti langkah-langkah di atas

dengan menggunakan sebanyak 10 mL larutan penyerap.

39
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
c. Pengujian kadar NH3 dalam contoh uji dengan metode Nessler

(SNI 19-7119.1-2005).

c.1. Larutan contoh uji dipindahkan ke dalam tabung uji 25 mL.

c.2. Sebanyak 1 mL larutan Nessler ditambahkan ke dalam tabung uji, dan

sisa contoh uji dimasukkan sampai tanda batas, lalu dihomogenkan

dan didiamkan selama 10 menit.

c.3. Larutan contoh uji dimasukkan ke dalam kuvet pada alat

spektrofotometer, lalu diukur serapannya pada panjang gelombang

425 nm.

c.4. Untuk pengujian blanko, ulangi seperti langkah-langkah di atas

dengan menggunakan sebanyak 10 mL larutan penyerap NH3.

3. Data kadar H2S dan CH4 di udara dalam rumah dilakukan dengan pengukuran

langsung di titik sampling yang langsung terbaca menggunakan alat Gas Analyzer

(IAQ 5001 Pro) yang dirata-ratakan untuk waktu pengukuran selama ± 1 jam.

3.7. Variabel dan Definisi Operasional

3.7.1. Variabel

1. Variabel pengaruh (independent variabel), adalah jarak rumah dari Tempat

Pembuangan Akhir Sampah Terjun dan kualitas fisik perumahan

(ventilasi, luas lantai, jenis lantai dan jenis dinding).

2. Variabel terpengaruh (dependent variabel), adalah kualitas udara (SO2,

CH4, H2S dan NH3) dalam rumah di sekitar lokasi TPAS Terjun.

40
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
3.7.2. Definisi Operasional

1. Tempat Pembuangan Akhir Sampah adalah proses terakhir dalam pengelolaan

sampah, dimana sampah secara mekanis dibuang, ditumpuk, ditimbun, diratakan,

dipadatkan, dan dibiarkan membusuk serta mengurai sendiri secara alami di TPA.

Tumpukan sampah menghasilkan berbagai polutan di udara antara lain metan,

hidrogen sulfida (H2S), amoniak (NH3), dan sulfit (SO2).

2. Kualitas fisik perumahan adalah kualitis fisik bangunan rumah meliputi; luas

lantai, jenis lantai, ventilasi, dan dinding rumah.

2. Sulfur dioksida (SO2) adalah senyawa yang tidak mudah terbakar, tidak berwarna

yang dapat berada di udara dalam bentuk gas atau terlarut dalam butiran air dan

dapat menyebabkan iritasi pada membran mukosa mata, hidung, dan tenggorokan.

3. Metan (CH4) adalah merupakan gas dominan yang dihasilkan dari proses

dekomposisi sampah di tempat pembuangan akhir. Keberadaan dan pergerakan

metan sangat berbahaya pada TPA yang tidak dilengkapi dengan fasilitas

pengelolaan gas.

4. Hidrogen sulfida (H2S) adalah gas yang berbau telur busuk, bersifat iritan bagi

paru-paru. Digolongkan ke dalam asphyxiant karena efek utamanya adalah

melumpuhkan pusat pernafasan. H2S pada kadar 0.05 ppm dapat dideteksi dari

bau, dan pada kadar 0,1 ppm mengakibatkan iritasi dan kehilangan rasa sensoris.

41
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
5. Amonia (NH3) adalah merupakan gas yang tidak berwarna dengan kadar 50 ppm

memberikan bau yang menyengat. Dibentuk dari proses dekomposisi asam amino

atau ikatan organik oleh bakteri.

Tabel 3.2. Tabel Definisi Operasional Penelitian


No. Variabel Definisi JumLah Alat Kategori Skala
Indikator Ukur Ukur
Variabel Independent

1. Jarak Jarak antara TPAS 1. 0 m


dengan perumahan 2. 100 m Meteran - Interval
penduduk sekitar 3. 200 m panjang
berdasarkan arah 4. 300 m
angin dominan.

2 Kualitas Fisik Kualitas rumah yang 1. > 2 dari Memenuhi


Rumah ditentukan melalui 4 indicator syarat.
indikator yaitu: terpenuhi Observasi Ordinal
ventilasi, luas lantai 2. < 2 dari Tdk memenuhi
perkapita, jenis indicator syarat
laintai dan jenis terpenuhi
dinding.

2. a. Ventilasi adalah jendela untuk 1. 10 % luas Memenuhi


pertukaran udara lantai Observasi syarat. Ordinal
dalam rumah.
2. < 10% luas Tdk memenuhi
lantai syarat

2.b. Jenis lantai Jenis lantai yang 1. Marmer/ke- 1-3 memenuhi


dipakai di rumah. ramik/teraso syarat.
2. Ubin/tegel Observasi Ordinal
3. Semen 4-6 tdk
4. Kayu/papan memenuhi
5. Bambu syarat
6. Tanah

2.c. Jenis dinding Jenis dinding yang 1. Tembok 1 memenuhi


dipakai dalam rumah 2. Kayu Observasi syarat. Ordinal
3. Bambu 2-4 tdk meme-
4. Lainnya nuhi syarat.

2.d. Luas lantai Luas lantai yang 1. < 4 m2/orang Memenuhi


perkapita dihuni perkapita. Observasi syarat. Ordinal
2. > 4 m2/orang Tdk memenuhi
syarat

42
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
Variabel Dependent
No. Variabel Definisi JumLah Alat Kategori Skala
Indikator Ukur Ukur

1. H2S Pengukuran kadar Pengukuran Carbon


gas H2S dalam rumah konsentrai gas Analyzer - Interval
penduduk sekitar dalam ppm/jam
TPAS Terjun.

2. SO2 Pengukuran kadar Pengukuran Spektro-


gas SO2 dalam rumah konsentrai gas fotometer, - Interval
penduduk sekitar dalam ppm/jam metode
TPAS Terjun. pararosan
ilin

3. NH3 Pengukuran kadar Pengukuran Spektro-


gas NH3 dalam konsentrai gas fotometer, - Interval
rumah penduduk dalam ppm/jam metode
sekitar TPAS Terjun Nessler

4. CH4 Pengukuran kadar Pengukuran Gas


gas metan dalam konsentrai gas Analyzer - Interval
rumah penduduk dalam ppm/jam
sekitar TPAS Terjun.

3.8. Teknik Pengumpulan Data

Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dianalisis dengan

proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Editing, data yang ada diolah, dirapikan, diseragamkan sehingga terlihat jelas

sifat-sifat yang dimiliki data tersebut.

2. Tabulasi, data dikelompokkan sesuai dengan sifat yang dimiliki dan dipindahkan

ke dalam semua tabel dan disesuaikan dengan tujuan lalu dianalisis.

3. Coding, untuk memudahkan entry data, setiap jawaban diberi kode dan skor.

4. Entry, data yang diperoleh dimasukkan ke dalam program SPSS.

5. Penyajian data/laporan, disajikan dalam bentuk tabel.

43
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
3.9. Metode Analisa Data

3.9.1. Univariat

Yaitu melakukan analisis pada seluruh variabel yaitu jarak, kualitas fisik

perumahan (jenis dinding, jenis lantai, luas lantai dan ventilasi), kualitas udara dalam

rumah (fisik dan kimiawi) untuk mendeskripsikan tiap variabel yang akan diteliti.

3.9.2. Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan metode uji statistik regresi linier untuk

mengetahui hubungan kualitas fisik rumah dan jarak rumah dari Tempat Pembuangan

Akhir Sampah dengan kualitas kimiawi udara dalam rumah. Analisis dilakukan

menggunakan program komputer dengan α = 0,05.

44
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
45

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Rumah dari Tempat


Pembuangan Akhir Sampah

Hasil penelitian yang dilakukan di rumah penduduk di sekitar Tempat

Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat

diketahui distribusi responden berdasarkan jarak rumah dengan Tempat Pembuangan

Akhir Sampah, yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Rumah dengan Tempat


Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan
Marelan pada Tahun 2008

No Jarak Rumah-TPA (meter) Jumlah %


1. 0 4 13,33
2. 100 6 20,00
3. 200 8 26,67
4. 300 12 40,00
Total 30 100,00

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa responden yang jarak rumahnya 0 meter dari

Tempat Pembuangan Akhir Sampah sebanyak 4 KK (13,33%), yang berjarak 100

meter sebanyak 6 KK (20,00%) dan yang berjarak 200 meter sebanyak 8 KK orang

(26,67%) sedangkan yang berjarak 300 meter sebanyak 12 KK (40,00%).

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
46

4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Rumah

Hasil penelitian yang dilakukan di rumah penduduk di sekitar Tempat

Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat

diketahui distribusi responden berdasarkan kualitas fisik rumah, yang dapat dilihat

pada Tabel 4.2. berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Rumah di Sekitar


Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan pada Tahun 2008

Memenuhi Tidak
Syarat Memenuhi
No Karakteristik Total
Syarat
Kualitas Fisik Rumah
N % n % n %

1. Jenis Dinding 14 46,67 16 53,33 30 100


2. Jenis Lantai 28 93,33 2 6,67 30 100
3. Luas lantai perkapita 6 20,00 24 80,00 30 100
4. Ventilasi 20 66,67 10 33,33 30 100

Tabel 4.2. menunjukkan bahwa responden yang memiliki rumah dengan

jenis dinding tidak memenuhi syarat sebanyak 16 responden (53,33%) dan yang

memenuhi syarat sebanyak 14 responden (46,67%). Responden yang memiliki rumah

dengan jenis lantai tidak memenuhi syarat sebanyak 2 responden (6,67%) dan yang

memenuhi syarat sebanyak 28 responden (93,33%). Responden yang memiliki rumah

dengan luas lantai perkapita tidak memenuhi syarat sebanyak 24 responden (80,00%)

dan yang memenuhi syarat sebanyak 6 responden (20,00%). Responden yang

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
47

memiliki rumah dengan ventilasi tidak memenuhi syarat sebanyak 10 responden

(33,33%) dan yang memenuhi syarat sebanyak 20 responden (66,67%).

Dari ke empat karakteristik kualitas fisik rumah pada Tabel 4.2. di atas, maka

dapat ditentukan kualitas fisik rumah secara keseluruhan dengan pembobotan nilai,

sehingga diperoleh jumlah rumah yang memenuhi syarat dan yang tidak memenuhi

syarat pada Tabel berikut ini:

Tabel. 4.3. Kualitas Fisik Rumah Responden di Kelurahan Terjun Kecamatan


Medan Marelan pada Tahun 2008

No Karakteristik Jumlah %

Kualitas Fisik Rumah

1. Tidak memenuhi syarat 17 56,67


2. Memenuhi syarat 13 43,33
Total 30 100,00

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa responden yang memiliki rumah dengan

kualitas fisik rumah tidak memenuhi syarat sebanyak 17 responden (56,67%) dan

yang memenuhi syarat sebanyak 13 responden (43,33%).

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah

Hasil penelitian yang dilakukan di rumah penduduk di sekitar Tempat

Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
48

diketahui distribusi responden berdasarkan kualitas fisik udara dalam rumah, yang

dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Udara Dalam


Rumah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan
Terjun Kecamatan Medan pada Tahun 2008

No Karakteristik Jumlah %

Suhu
1. Tidak memenuhi syarat 5 16,67
2. Memenuhi syarat 25 83,33
Total 30 100,00
Kelembaban
1. Tidak memenuhi syarat 7 23,33
2. Memenuhi syarat 23 76,67
Total 30 100,00

Tabel 4.4. menunjukkan bahwa responden yang memiliki rumah dengan

suhu dalam rumah tidak memenuhi syarat sebanyak 5 responden (16,67%) dan yang

memenuhi syarat sebanyak 25 responden (83,33%). Responden yang memiliki rumah

dengan kelembaban dalam rumah tidak memenuhi syarat sebanyak 7 responden

(23,33%) dan yang memenuhi syarat sebanyak 23 responden (76,67%).

4.4. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah

Hasil penelitian yang dilakukan di rumah penduduk di sekitar Tempat

Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
49

diketahui hasil pengukuran kualitas fisik udara dalam rumah, yang dapat dilihat pada

Tabel 4.5. berikut:

Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah di Sekitar
Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan pada Tahun 2008

Parameter Jumlah Hasil Pengukuran


No Fisik Udara Rata-rata
Responden Minimum Maksimum
Dalam Rumah

1. Suhu 30 270C 330C 29,730C


2. Kelembaban 30 45% 76% 59,83%

Tabel 4.5. menunjukkan bahwa suhu dalam rumah terendah adalah 270C,

sedangkan suhu dalam rumah tertinggi adalah 330C dengan rata-rata 29,730C.

Kelembaban dalam rumah terendah adalah 45%, sedangkan kelembaban dalam

rumah tertinggi adalah 76% dengan rata-rata 62,17%.

4.5. Hasil Pengukuran Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah

Hasil penelitian yang dilakukan di rumah penduduk di sekitar Tempat

Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat

diketahui hasil pengukuran kualitas kimiawi udara dalam rumah yang dapat dilihat

pada Tabel 4.6. berikut:

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
50

Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah di Sekitar
Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan pada Tahun 2008

Parameter Hasil Pengukuran


No Jumlah Rata-rata
Kimiawi Udara
Responden Minimum Maksimum (ppm)
Dalam Rumah
(ppm) (ppm)

1. SO2 30 0,000 0,035 0,01387


2. H2S 30 0,28 0,90 0,5023
3. NH3 30 0,07 1,03 0,4623
4 CH4 30 65 485 140,47

Tabel 4.6. menunjukkan bahwa kadar SO2 di udara dalam rumah terendah

adalah 0,00 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 0,035 ppm dengan rata-rata

0,01387 ppm. Kadar H2S di udara dalam rumah terendah adalah 0,28 ppm, sedangkan

yang tertinggi adalah 0,90 ppm dengan rata-rata 0,5023 ppm. Kadar NH3 di udara

dalam rumah terendah adalah 0,07 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 1,03 ppm

dengan rata-rata 0,4623 ppm. Kadar CH4 di udara dalam rumah terendah adalah 65

ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 485 ppm dengan rata-rata 140,47 ppm.

4.6. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah


dengan Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah

4.6.1. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah


dengan Konsentrasi gas SO2 di Udara Dalam Rumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui

hubungan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan konsentrasi

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
51

gas SO2 di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir

Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,001) < 0,050,

artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata (α) = 5 % terdapat

hubungan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan konsentrasi

gas SO2 di udara dalam rumah.

4.6.2. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah


dengan Konsentrasi gas H2S di Udara Dalam Rumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui

hubungan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan konsentrasi

gas H2S di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir

Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,012) < 0,050,

artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata (α) = 5 % terdapat

hubungan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan konsentrasi

gas H2S di udara dalam rumah.

4.6.3. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah


dengan Konsentrasi gas NH3 di Udara Dalam Rumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui

hubungan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan konsentrasi

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
52

gas NH3 di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir

Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,000) < 0,050,

artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata (α) = 5 % terdapat

hubungan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan konsentrasi

gas NH3 di udara dalam rumah.

4.6.4. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah


dengan Konsentrasi gas CH4 di Udara Dalam Rumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui

hubungan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan konsentrasi

gas CH4 di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir

Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,000) < 0,050,

artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata (α) = 5 % terdapat

hubungan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan konsentrasi

gas CH4 di udara dalam rumah.

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
53

4.7. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Kualitas Kimiawi Udara Dalam
Rumah

4.7.1. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas SO2 di Udara
Dalam Rumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui

hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas SO2 di udara dalam rumah

penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,021) < 0,050,

artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata (α) = 5 % terdapat

hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas SO2 di udara dalam rumah.

4.7.2. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas H2S di Udara
Dalam Rumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui

hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas H2S di udara dalam rumah

penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,001) < 0,050,

artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata (α) = 5 % terdapat

hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas H2S di udara dalam rumah.

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
54

4.7.3. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas NH3 di Udara
Dalam Rumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui

hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas NH3 di udara dalam rumah

penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,005) < 0,050,

artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata (α) = 5 % terdapat

hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas NH3 di udara dalam rumah.

4.7.4. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas CH4 di Udara
Dalam Rumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui

hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas CH4 di udara dalam rumah

penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji regresi linier memperlihatkan bahwa nilai p (0,017) < 0,050,

artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata (α) = 5 % terdapat

hubungan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas CH4 di udara dalam rumah.

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
55

BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah

5.1.1. Konsentrasi Gas SO2 di Dalam Rumah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar SO2 di udara dalam rumah

penduduk di sekitar TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan yang

terendah adalah 0,00 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 0,035 ppm dengan rata-

rata 0,01387 ppm.

Kosentrasi SO2 dari hasil penelitian ini masih dibawah batas kosentrasi

maksimal yang diperbolehkan. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan (Kualitas

Udara) batas kosentrasi maksimal yang diperbolehkan untuk SO2 adalah 0,10 ppm.

Hal ini disebabkan karena penghasil utama gas SO2 adalah sepertiganya dari hasil

pembakaran bahan bakar dan sepertiganya lagi dari aktifitas gunung merapi

sedangkan dari hasil pembusukan sampah hanya menghasilkan sedikit gas SO2.

Sulfur dioksida merupakan ikatan yang tidak stabil dan sangat reaktip

terhadap gas lain. Sebagian SO2 yang berada di atmosfer akan diubah menjadi SO3

dan selanjutnya menjadi H2SO4 oleh proses-proses fotolisis dan penguraian zat oleh

cahaya (Sunu, 2001).

SO2 merupakan polutan yang berbahaya bagi kesehatan, terutama bagi

penderita penyakit kronis sistem pernafasan dan kardiovaskuler. Penderita sangat

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
56

sensitif terhadap kontak dengan SO2 meskipun dalam konsentrasi yang relatip rendah

(Sunu, 2001).

5.1.2. Konsentrasi Gas H2S di Dalam Rumah

Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi gas H2S di dalam rumah terendah

adalah 0,28 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 0,90 ppm dengan rata-rata 0,5023

ppm. Gas H2S yang terdeteksi dalam rumah penduduk berasal dari TPAS Terjun yang

dihasilkan oleh pembusukan sampah.

Kosentrasi gas H2S dari hasil penelitian ini menunjukkan konsentrasi polutan

yang cukup tinggi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan (Kualitas

Udara) konsentrasi gas H2S untuk lingkungan perumahan adalah tidak terdeteksi

secara biologis.

Gas H2S pada kadar 0,05 ppm dapat dideteksi dari bau, dan pada kadar 0,1

ppm dapat menyebabkan iritasi dan kehilangan rasa sensoris. Jika terpajan gas H2S

dengan kadar di atas 50 ppm, gejala secara bertahap akan naik, conjunctivitis yang

nyeri, pusing, mual, batuk, radang tenggorokan dan edema paru. Pada kadar 500 ppm

akan terjadi kehilangan kesadaran mendadak, dan meninggal dalam waktu 30-60

menit (Ditjen PPM&PL, 2001).

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
57

5.1.3. Konsentrasi gas NH3 di Dalam Rumah

Hasil penelitian menunjukkan kadar gas NH3 di dalam rumah terendah

adalah 0,07 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 1,03 ppm dengan rata-rata 0,4623

ppm.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999

tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan (Kualitas Udara) konsentrasi gas NH3

untuk lingkungan perumahan adalah tidak terdeteksi secara biologis.

Amonia berasal dari produk manusia dan alami, merupakan gas tidak

berwarna dengan bau yang tajam. Amonia mudah larut dalam air berubah menjadi

amonium (bukan gas dan tidak berbau). Amonia yang ada di lingkungan merupakan

hasil pembusukan sampah (Ditjen PPM&PL, 2001).

Konsentrasi gas NH3 yang terdeteksi dalam rumah sekitar TPAS Terjun

masih dalam batas yang belum membahayakan kesehatan. Menurut Ditjen PPM&PL,

bau gas NH3 tercium dan menyebabkan gangguan kesehatan (seperti iritasi mata dan

tenggorokan serta rangsangan batuk), bila kadarnya lebih dari 50 ppm di udara.

Rendahnya konsentrasi gas NH3 yang ada dalam rumah disebabkan oleh sifat gas

NH3 yang tidak stabil di udara dan kelarutannya yang tinggi dengan uap air akan

membentuk amonium.

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
58

5.1.4. Konsentrasi gas CH4 di Dalam Rumah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar gas CH4 di dalam rumah

terendah adalah 65 ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 485 ppm dengan rata-rata

140,47 ppm.

Dari seluruh parameter gas di udara yang diteliti, maka gas yang paling

dominan adalah gas metan (CH4), hal ini sesuai dengan Anonimous (2008) yang

menyatakan bahwa metan (CH4) merupakan gas dominan selain karbon dioksida

(CO2) yang dihasilkan dari proses dekomposisi sampah di tempat pembuangan akhir.

Timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir

sampah berpotensi melepaskan gas metan yang dapat meningkatkan emisi gas rumah

kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Keberadaan dan

pergerakan metan sangat berbahaya pada TPA yang tidak dilengkapi dengan fasilitas

pengelolaan gas.

Menurut Sastrawijaya, 1991 sampah dapat dibuat biogas yang merupakan

hasil penguraian sampah secara anaerob dengan bantuan bakteri pengurai. Biogas

yang dihasilkan tidak murni terdiri dari metana (65%), karbon dioksida (30%),

hydrogen sulfide (1%) dan sejumlah gas lain.

5.2. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah


dengan Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier untuk mengetahui

hubungan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan kualitas

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
59

kimiawi udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan memperlihatkan bahwa terdapat

hubungan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan kualitas

kimiawi udara dalam rumah.

Hasil uji regresi linier untuk mengetahui hubungan jarak rumah dari Tempat

Pembuangan Akhir Sampah dengan konsentrasi gas SO2 menunjukkan nilai p=0,001,

dengan konsentrasi gas H2S menunjukkan nilai p=0,012, dan dengan konsentrasi gas

NH3 menunjukkan nilai p=0,000, serta dengan konsentrasi gas CH4 menunjukkan

nilai p=0,000. Semua hasil uji menunjukkan nilai p < 0,050 artinya Ho ditolak atau

dengan kesimpulan bahwa pada taraf nyata (α) = 5 % terdapat hubungan jarak rumah

dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan seluruh konsentrasi gas di udara

dalam rumah.

Hasil penelitian ini didukung pernyataan Tata Sutardi (2008) yang

menyatakan kosentrasi suatu gas di udara pada suatu tempat dalam ruangan

dipengaruhi oleh 2 faktor, pertama: faktor sumber yaitu volume sumber, konsentrasi

sumber dan jarak tempat pengukuran dari sumber. Kedua, faktor lingkungan (kondisi

ruangan) yaitu temperatur udara, kelembaban udara, tekanan udara, arah dan

kecepatan angin.

Jarak rumah dari TPAS Terjun berhubungan dengan konsentrasi polutan-

polutan gas H2S, SO2, NH3, dan CH4. Keberadaan polutan gas dalam rumah berasal

dari udara luar yang telah tercemar akibat kegiatan pemrosesan sampah di TPAS.

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
60

Timbunan sampah dalam volume yang besar berpotensi melepaskan polutan-polutan

gas seperti H2S, SO2, NH3, dan CH4.

Menurut US. EPA (2001), polutan udara dalam rumah disebabkan oleh

banyak hal seperti material bangunan yang digunakan, perabot rumah tangga, produk

pembersih rumah dan polutan udara dari luar rumah. Temperatur yang tinggi dan

kelembaban akan menambah konsentrasi polutan di udara.

Pergerakan udara dari luar rumah masuk ke dalam rumah disebabkan adanya

perbedaan temperatur. Udara bergerak dari temperatur rendah ke temperatur yang

lebih tinggi. Umumnya temperatur udara dalam rumah lebih tinggi dibandingkan

dengan temperatur di luar rumah. Pencahayaan yang tinggi dalam rumah akan

meningkatkan temperatur dalam rumah.

Menurut Wijaya Kusuma (2007), banyak faktor yang berpengaruh pada

proses penyebaran polutan udara, yakni kecepatan dan keadaan aliran udara (angin)

serta dipengaruhi oleh parameter suhu, kecepatan aliran dan masa jenis.

Meningkatnya konsentrasi polutan gas di udara dalam rumah selain akibat

adanya perbedaan temperatur juga akibat masa jenis dari gas tersebut. Hidrogen

sulfida yang lebih berat dari udara, sering terkumpul di udara pada lapisan bagian

bawah dan biasanya ditemukan bersama-sama gas beracun lainnya seperti metan.

Bencana di Poza Rica pada tahun 1950 disebabkan kesalahan penanganan gas di

dalam industri kilang minyak di Meksiko. Kebocoran gas H2S yang berlangsung 20-

25 menit memungkinkan gas tersebut masuk ke udara bebas dan ke daerah

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
61

pemukiman (udara tak bebas). Dari 320 orang yang terserang, 22 orang meninggal.

(Soemirat, 2004).

Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Pemukiman Departemen kesehatan No. 281 tahun 1989 tentang Persyaratan

Kesehatan Pengelolaan Sampah menyatakan bahwa jarak minimal antara rumah huni

penduduk dengan Tempat Pengolahan Akhir Sampah adalah ± 3 km. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa jarak TPAS berpengaruh terhadap kualitas udara dalam rumah,

sehingga relokasi lahan bagi pemukiman yang ada dekat dengan atau di lokasi TPAS

sebaiknya dilakukan untuk melindungi kesehatan masyarakat.

Menurut penelitian Mardiani (2006) tentang Hubungan Kualitas Udara

Ambien dan Vektor Terhadap Gangguan Keluhan Saluran Pernafasan dan Saluran

Pencernaan di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah menunjukkan bahwa

kadar gas H2S terdeteksi melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) pada radius 150 meter

dari TPA.

Hasil penelitian yang dilakukan Rudianto dan Azizah (2005) di lokasi TPA

Kabupaten Pasuruan yang terletak di Desa Kenep Kecamatan Beji, menyatakan

bahwa jarak perumahan ke Tempat Pembuangan Akhir sampah mempengaruhi

kepadatan lalat dan kejadian diare.

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
62

5.3. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Kualitas Kimiawi Udara Dalam
Rumah

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier memperlihatkan bahwa

terdapat hubungan antara kualitas fisik rumah dengan kualitas kimiawi udara dalam

rumah.

Hasil uji regresi linier untuk mengetahui hubungan kualitas fisik rumah

dengan konsentrasi gas SO2 menunjukkan nilai p=0,021, dengan konsentrasi gas H2S

menunjukkan nilai p=0,001, dengan konsentrasi gas NH3 menunjukkan nilai p=0,005,

dan dengan konsentrasi gas CH4 menunjukkan nilai p=0,017. Semua hasil uji

menunjukkan nilai p < 0,050 artinya Ho ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada

taraf nyata (α) = 5 % terdapat hubungan kualitas fisik rumah dari Tempat

Pembuangan Akhir Sampah dengan kesemua konsentrasi gas di udara dalam rumah.

Kualitas fisik rumah seperti jenis dinding, jenis lantai, luas lantai, kepadatan

hunian, ventilasi, dan lain-lain berhubungan dengan kualitas udara dalam rumah.

Dinding yang terbuat dari papan atau seng mempunyai celah/lubang yang lebih

banyak sehingga menyebabkan udara dari luar lebih banyak masuk ke dalam rumah.

Udara dari luar rumah (udara bebas) yang telah tercemar polutan gas-gas H2S, NH3,

SO2, dan CH4 dari kegiatan yang ada di TPAS Terjun masuk ke dalam rumah (udara

tidak bebas), akibatnya udara dalam rumah menjadi tidak sehat.

Menurut US. EPA (2001), jika sejumlah kecil udara dari luar masuk ke

dalam rumah, beberapa polutan akan terakumulasi menjadi konsentrasi yang dapat

mempengaruhi kesehatan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh ventilasi, dimana

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
63

rumah yang di dibuat dengan pertukaran udara yang kurang dapat meningkatkan

jumlah polutan gas dalam rumah.

Luas lantai bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas

bangunan yang optimum adalah apabila menyediakan 2,5-3 m2 untuk setiap orang

(anggota keluarga). Menurut Notoatmodjo (2003) luas lantai yang tidak sebanding

dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded) yang

menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen dan peningkatan suhu ruangan.

Ventilasi digunakan untuk mengendalikan suhu, kelembaban udara dan

pergerakan udara. Ventilasi dengan tekanan udara tertentu dapat mempengaruhi

kecepatan pergerakan udara, arah pergerakan, intensitas dan pola aliran serta

rintangan setempat. Laju ventilasi alami memiliki hubungan yang linier dengan

kecepatan udara dan tergantung pada perbedaan tekanan udara yang ditimbulkan oleh

perbedaan temperatur lingkungan (Takakura, 1979).

Ventilasi yang kurang menyebabkan aliran udara dalam rumah tidak segar

karena kurangnya oksigen di dalam rumah dan meningkatkan polutan gas yang

bersifat racun bagi penghuninya. Tidak cukupnya ventilasi menyebabkan kelembaban

udara di dalam ruangan naik karena terjadi proses penguapan cairan dari kulit.

Moerdjoko (2004) menyatakan bahwa ventilasi terjadi jika terdapat

perbedaan tekanan udara. Ventilasi dengan tekanan udara tertentu dapat

mempengaruhi kecepatan pergerakan udara, arah pergerakan, intensitas dan pola

aliran udara serta suhu ruangan.

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
64

Menurut Tata Sutardi (2008), kosentrasi suatu gas di udara disuatu tempat

dalam ruangan dipengaruhi oleh 2 faktor, pertama: faktor sumber yaitu volume

sumber, konsentrasi sumber dan jarak tempat pengukuran dari sumber. Kedua: faktor

lingkungan (kondisi ruangan) yaitu temperatur udara, kelembaban udara, tekanan

udara, arah dan kecepatan angin. Kondisi ruangan (temperatur udara, kelembaban

udara, tekanan udara, arah dan kecepatan angin dalam ruangan) mempunyai

hubungan dengan kualitas fisik ruangan.

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
65

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh

beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Kualitas udara dalam rumah penduduk di sekitar lokasi TPAS Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan tidak memenuhi syarat kesehatan disebabkan oleh

adanya konsentrasi polutan-polutan gas penggganggu yaitu: gas H2S dengan

konsentrasi maksimum 0,9 ppm, gas CH4 dengan konsentrasi maksimum 485

ppm, gas NH3 dengan konsentrasi maksimum 1,03 ppm dan gas SO2 dengan

konsentrasi maksimum 0,03 ppm.

2. Terdapat hubungan antara jarak rumah dari tempat pembuangan akhir sampah

dengan konsentrasi gas SO2, gas H2S, gas NH3 dan gas CH4 dalam rumah. Untuk

rumah-rumah yang ada bersebelahan dengan TPAS (titik 0 m) diperoleh

konsentrasi polutan gas SO2, H2S, NH3 dan CH4 dalam rumah lebih tinggi dari

rumah yang posisinya lebih jauh dari TPAS.

3. Terdapat hubungan antara kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas SO2, gas

H2S, gas NH3 dan gas CH4 dalam rumah. Kualitas fisik rumah (ventilasi, jenis

dinding, jenis lantai, luas lantai perkapita) mempengaruhi temperatur dan

pergerakan udara dalam rumah, sehingga kualitas fisik rumah yang tidak

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
66

memenuhi persyaratan menyebabkan lebih banyak polutan gas pengganggu yang

masuk dan tinggal di dalam rumah.

6.2. Saran

Dari kesimpulan di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi institusi terkait

Sebagai masukan bagi pemerintah kota untuk memperbaiki sistim pengolahan

sampah yang ada dengan metode dan teknik pengolahan sampah yang

berwawasan lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak negatip terhadap

masyarakat dan lingkungan. Melakukan penghijauan dengan menanami jenis

pepohonan seperti mahoni, angsana, beringin, dan lain-lain di areal TPAS akan

mengurangi polutan gas yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah.

2. Bagi masyarakat

Khususnya masyarakat yang telah tinggal di sekitar lokasi TPAS sebaiknya

memperbaiki kondisi fisik rumahnya seperti ventilasi yang memadai agar udara

dalam rumah selalu berganti. Lingkungan di sekitar rumah ditanami dengan

pohon-pohon yang fungsinya selain sebagai penyaring udara juga dapat

menurunkan temperatur dalam rumah.

3. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai

informasi mengenai kualitas udara dalam rumah yang berada di sekitar Tempat

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
67

Pembuangan Akhir Sampah, khususnya TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan

Medan Marelan, serta sebagai dokumen ilmiah yang dapat dikembangkan oleh

peneliti selanjutnya, khususnya berbagai dampak yang diakibatkan oleh TPAS

seperti polutan pencemar udara berupa partikel serta pengaruhnya terhadap

kesehatan masyarakat di sekitarnya.

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
68

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous., 2008. Sampah Sumbang Laju Perubahan Iklim Global, Jakarta: Antara
News.

Adistya Prameswari, 2007. Pencemaran Udara oleh Hidrokarbon, Surabaya.


http://dizzproperty.blogspot.com/. diakses tgl 15-02-2008.

Achmadi, U.F. Faktor-Faktor Penyebab ISPA Dalam Lingkungan Rumah tangga di


Jakarta. Lembaga Penelitian UI. Jakarta. 1990

Annisa. 2007. 8 Cara Ramah Lingkungan Menurunkan Suhu Ruangan.


http://www.ideaonline.co.id/article.php?name=/8-cara-ramah-lingkungan-
menurunkan-suhu-ruangan&channel=interior, diakses tgl. 18-08-2008.

Aditama,TY., 1992. Polusi Udara dan Kesehatan, Jakarta : Arcan.

Azwar, A., 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta : Mutiara Sumber
Widya.

Chandra, Budiman., 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran. EGC.

Dinas Perumahan DKI Jakarta, 2006. Sehat dari Aspek Perumahan, Jakarta.
http://www.Jakarta.go.id/dinasperumahan-DinasPerumahanDKIJakarta acsess
tgl 04-02-2008

Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum R.I., 1997. Rumah dan Lingkungan
Pemukiman Sehat, Jakarta

Ditjen PPM & PL., 2001. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap
Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Ditjen PPM dan PL., 2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah sehat. Jakarta :
Departemen Kesehatan R.I.

Ebenhaezer, Gloria., 2000. Hubungan Kualitas Lingkungan Perumahan Dengan


Derajat Kesehatan Ibu dan Balita di Sumatera Utara. USU Medan.

Gunawan, Rudi dan FX Haryanto. 1982. Pedoman Perencanaan Rumah Sehat.


Yogyakarta : Yayasan Sarana Cipta.

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
69

Keman, Soedjajadi, 2005. Kesehatan Perumahan. Jurnal Kualitas Udara. Surabaya.


Unair.http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-04.pdf. Diakses
tgl. 25-02-2008.

Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan


Perumahan., Jakarta : Departemen Kesehatan R.I.

Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan., 2001. Planet Kita Kesehatan
Kita, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, p. 279.
.
Kusnoputranto, H. Dewi Susanna., 2000. Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Universitas
Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Lily P, Septa R dan Happy RS., 1998. Kualitas Udara Dalam Ruangan, Jakarta:
Dirjen. Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Mardiani, Erni, 2006. Hubungan Kualitas Udara Ambien & Vektor Terhadap
Gangguan Keluhan Saluran Pernafasan dan Saluran Pencernaan di Sekitar
Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Universitas Airlangga.

Moerdjoko. 2004. Kaitan Sistem Ventllasi Bangunan dengan Keberadaan


Mikroorganisme Udara. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 32, No. 1, Juli 2004

Mukono, HJ., 2000. Prinsip dasar Kesehatan Lingkungan, Surabaya: Airlangga


University Press, pp 155-157.

Napitupulu, MF., 1994. Pelaksanaan Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman


melalui Pendekatan Kelurahan

Noriko, Nita., 2003. Tinjauan Akhir Tempat Pemusnahan Akhir Bantar Gebang
Bekasi, Program Pasca Sarjana S3, Institut Pertanian Bogor.
http://tumoutou.net/6_sem2_023/nita_noriko.htm. Diakses tgl. 08-02-2008.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.


Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

Panudju, B., 1999. Pengadaan Rumah Kota dengan Peran Serta Masyarakat
Berpenghasilan Rendah , Bandung : Penerbit Alumni.

Rudianto, Heru dan Azizah R. 2005. Studi Perbedaan Jarak Perumahan ke TPAS
Open Dumping Dengan Indikator Tingkat Kepadatan Lalat & Kejadian Diare,
Jurnal Kesehatan Lingkungan UNAIR, Vol.1, No.2

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
70

Sanropie D., 1992. Pedoman Bidang Studi Perencanaan Penyehatan Lingkungan


Pemukiman, Jakarta: Departemen Kesehatan R.I.

Sastrawijaya T., 1991. Pencemaran Lingkungan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sihotang, Jonder. 2003. Gas Metan di TPA Bukan Lagi Ancaman. Jakarta: Sinar
Harapan

Sitepoe, Mangku., 1997. Usaha Mencegah Pencemaran Udara. Jakarta: PT. Grasindo.

Soemirat. S, Juli., 2004. Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Suma’mur, P.K. 1993. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Cetakan Sembilan.
Jakarta: CV. Haji Masagung.

Sukowati, Andria. 2006. Perubahan Lingkungan Global, Penipisan Lapisan Ozon dan
Gas Rumah Kaca. andria_sukowati@mail.bplhdjabar.go.id, diakses tgl.
10-08-2008

Sunu, Pramudya., 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001,


Jakarta : PT. Grasindo.

Suriawiria U., 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum, Bandung : Penerbit Angkasa.

Sutardi, Tata. 2008. Teknik Pengukuran Udara. http://www.ccitonline.com


/mekanika/tiki--ndex.php?page=ctd.flomerics, diakses tgl. 10-08-2008.

Tebbut, T.H.Y., 1982. Principles of Water Quality Control. Germany, Department of


Civil Engineering. University of Birmingham.

US. EPA, 2001. An Introduction to Indoor Air Quality (IAQ).


http://www.epa.gov/iaq/ia-intro.html. diakses tgl. 23-08-2008.

Yusup, Nur Achmad. 2005. Hubungan Sanitasi Rumah Secara Fisik dengan Kejadian
ISPA pada Balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan UNAIR, Vol.1, No.2

WHO SEARO., 1986. Environmental Health Aspects of Industrial and Residential


Area. Regional Health Papers No. 11 . New Delhi : WHO Regional Office for
South East Asia.

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS UDARA


DALAM RUMAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH
KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2008

Meirinda1, Irnawati Marsaulina2, Indra Chahaya, S.3


1
Pegawai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan DepKes. RI Medan, 2Staf Pengajar MKLI USU, 3Staf Pengajar MKLI USU

Abstract
Garbage dump sites has a very important function but it can bring an impact in the form of
environmental quality degradation because the pile of garbage produces various pollutants which can
pollute either indoor or outdoor air that the incident of Acute Respiratory Tract Infection. Garbage
decomposing will produce methane gas (CH4), hydrogen sulfide gas (H2S), and ammonia gas (NH3)
that can be a toxin for human body.
The purpose of this study is to analyze the factors related to the Air Quality inside the House
around the garbage dump site in Kelurahan Terjun, Medan Marelan Sub–district. This observational
study with cross sectional design was conducted in the vicinity of the garbage dump site in Kelurahan
Terjun, Medan Marelan Sub–district with the samples of 4 houses with distance of 0 (zero) meter, 6
houses with the distance of 100 meters, 8 houses with distance of 200 meters and 12 houses with the
distance of 300 meters from the garbage dump site. The relationship between the chemical quality of
air in the houses and distance of the houses from the garbage dump site and physical quality of the
houses was statically examined by means of linear regression test.
The result of this study show that there is a relationship between the concentration of SO2
(p=0,001), H2S (p=0,012), NH3 (p=0,000) and CH4 (p=0,000) gases and the distance of the houses
from the Terjun garbage dump site. There is a relationship between the physical quality of the houses
and the concentration of SO2 (p=0,021), H2S (p=0,001), NH3 (p=0,005) and CH4 (p=0,005) gases
found in the air inside the residents house around the garbage dump site in Kelurahan Terjun , Medan
Mareland Sub-district.
It is expected that the Municipal Government of Medan to improve the existing treatment
system of garbage by using environmental-oriented methods and growing such trees as mahogany,
angsena, banyan tree, etc around the garbage dump site to absorb the gas pollutants. In addition, the
community who lived around the location of garbage, it is expected to improve the physical quality of
their houses to make air circulation smoother.

Key word: Garbage Dump Site, Air Quality inside the House

Pendahuluan

Indonesia Sehat 2010 yang telah angkutan umum, dan lingkungan lainnya yang
dicanangkan oleh Departemen Kesehatan meliputi penyehatan air, udara, pengamanan
Republik Indonesia mempunyai visi yang limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi,
sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang kebisingan, pengendalian vektor dan
penduduknya hidup dalam lingkungan dan penyehatan lainnya.
perilaku hidup sehat, mampu menjangkau Keterbatasan tempat tinggal di daerah
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan perkotaan semakin meningkat dari waktu ke
merata serta memiliki derajat kesehatan yang waktu. Pertumbuhan penduduk lebih cepat
setinggi-tingginya. (Notoatmodjo, 2005). dibandingkan dengan ketersediaan lahan.
Undang-undang No. 23 tahun 1992 Kondisi ini mengakibatkan munculnya
tentang kesehatan mengamanatkan bahwa permasalahan perumahan yang semakin rumit
upaya kesehatan lingkungan diselenggarakan di perkotaan terutama masalah sanitasi
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang lingkungan yang kurang baik. Penduduk
sehat dan dilaksanakan terhadap tempat dengan status sosial ekonomi rendah
umum, lingkungan pemukiman, tempat kerja, jumlahnya cukup banyak, dan untuk mengatasi

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
2

kebutuhan perumahan, mereka cenderung terjadinya ISPA, Pneumonia dan penyakit


tinggal di daerah pinggiran, termasuk gangguan saluran pernafasan lainnya
masyarakat umum dan pemulung yang disebabkan oleh buruknya kualitas udara di
bermukim di sekitar lokasi Tempat dalam rumah/gedung dan di luar rumah baik
Pembuangan Akhir Sampah (TPAS). secara fisik, kimia maupun biologis.
Pemulung yang menjadikan TPAS sebagai Menurut penelitian Mardiani (2006)
sumber mata pencahariannya bahkan tentang Hubungan Kualitas Udara Ambien dan
mendirikan rumahnya di atas timbunan Vektor Terhadap Gangguan Keluhan Saluran
sampah di lokasi TPAS. Kebutuhan ekonomi Pernafasan dan Saluran Pencernaan di Sekitar
yang semakin meningkat dan sulitnya mencari Tempat Pembuangan Akhir Sampah
pekerjaan yang layak membuat para pemulung menunjukkan bahwa kadar gas H2S terdeteksi
tetap bertahan tinggal di lokasi TPAS. melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) pada
Tempat pembuangan akhir sampah radius 150 meter dari TPA, sedangkan kadar
mempunyai fungsi yang sangat penting, polutan udara yang lain belum melebihi NAB.
namun dapat menimbulkan dampak yaitu Studi AMDAL terhadap TPA Bantar Gebang
menurunnya kualitas lingkungan yang Bekasi tahun 1989 menyatakan bahwa
disebabkan karena tumpukan sampah timbulnya pencemaran udara akibat
menghasilkan berbagai polutan yang dapat meningkatnya konsentrasi gas serta timbulnya
menyebabkan pencemaran udara. Pemukiman bau, baik yang ditimbulkan pada tahap operasi
yang ada di sekitar TPAS sangat beresiko bagi penimbunan dan pemadatan sampah maupun
kesehatan penghuninya. Pembusukan sampah setelah selesainya tahap operasi (Noriko,
akan menghasilkan antara lain gas metan 2003).
(CH4), gas amonia (NH3), dan gas hidrogen Tempat Pembuangan Akhir Sampah
sulfida (H2S) yang bersifat racun bagi tubuh. (TPAS) Kelurahan Terjun Kecamatan Medan
Selain beracun H2S juga berbau busuk Marelan berada dekat dengan perumahan
sehingga secara estetis tidak dapat diterima; penduduk. Di sekitar lokasi TPAS Terjun
jadi, penumpukan sampah yang membusuk banyak berdiri rumah, baik rumah penduduk
tidak dapat dibenarkan (Soemirat, 2004). maupun pemulung. Hal ini bertentangan
Masalah yang dihadapi para pengelola dengan Keputusan Menkes RI No. 829 tahun
sampah adalah mengenai metode dan lokasi 1999 tentang Persyaratan kesehatan
pemindahan fisik sampah dari TPS (Tempat perumahan dan lingkungan pemukiman,
Pembuangan Sementara) ke TPA (Tempat dimana salah satu persyaratan adalah tidak
Pembuangan Akhir). Sampah secara mekanis terletak pada daerah bekas Tempat
dibuang, ditumpuk, ditimbun, diratakan, Pembuangan Akhir Sampah.
dipadatkan, dan dibiarkan membusuk serta Kelurahan Terjun Kecamatan Medan
mengurai sendiri secara alami di TPA. Marelan Kota Medan mempunyai luas area
Sebagian lain dibakar secara langsung di keseluruhan ± 16,05 Km2 dengan luas
tempat dengan atau tanpa menggunakan pemukiman ± 2,1 Km2, dengan deskripsi
fasilitas insinerator/tungku pembakaran wilayah sebagai berikut:
(Kramadibrata, 2006). a. Sebelah Utara berbatasan dengan
Tercemarnya udara di sekitar TPA Kecamatan Hamparan Perak,
sampah menyebabkan kesehatan lingkungan b. Sebelah Selatan berbatasan dengan
terganggu, termasuk kualitas udara dalam Kecamatan Labuhan Deli,
rumah yang berada disekitar TPA sampah c. Sebelah Timur berbatasan dengan
terutama meningkatnya penyakit Infeksi Kecamatan Medan Labuhan, dan
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Hasil kajian d. Sebelah Barat berbatasan dengan
dari Departemen Kesehatan pada tahun Kecamatan Medan Helvetia.
2004/2005 menyatakan bahwa penyakit ISPA Kelurahan Terjun Kecamatan Medan
selalu berada di urutan pertama dari sepuluh Marelan terbagi dalam 22 Lingkungan. Lokasi
besar penyakit di 80% kabupaten/kota pada 22 penelitian dilakukan pada lingkungan 13 yang
propinsi di Indonesia. Diketahui bahwa resiko mempunyai luas area ± 225 Ha dan terdiri dari

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
3

± 320 KK/RT. Sebagian besar penduduknya faktor-faktor apa saja yang berhubungan
mempunyai mata pencaharian sebagai buruh dengan kualitas udara dalam rumah di sekitar
dan nelayan dengan tingkat perekonomian Tempat Pembuangan Akhir Sampah
menengah ke bawah. Di Lingkungan 13 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
terdapat lahan Pemerintah Kota Medan seluas Metode Penelitian
± 10 Ha yang dijadikan sebagai Tempat
Jenis penelitian adalah survai bersifat
Pembuangan Akhir Sampah, atau dikenal
deskriptif analitik dengan rancangan penelitian
sebagai TPAS Terjun.
cross-sectional yaitu pendekatan yang bersifat
TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan
sesaat pada suatu waktu dan tidak diikuti
Medan Marelan mulai beroperasi tahun 1991.
dalam suatu kurun waktu tertentu.
Sampah-sampah yang ada dari TPS (Tempat
Penelitian dilakukan pada perumahan
Pembuangan Sementara) di kota Medan dan
penduduk yang ada di sekitar lokasi Tempat
dari TPS sekitar TPAS Terjun dibuang setiap
Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun
hari ke lokasi TPAS Terjun. Sistem yang
Kecamatan Medan Marelan. Adapun yang
digunakan untuk mengolah sampah di TPAS
menjadi alasan pemilihan lokasi penelitian
Terjun menggunakan sistem open dumping.
adalah karena di sekitar lokasi TPAS Terjun
Di sekitar lokasi TPAS Terjun banyak
banyak berdiri rumah-rumah penduduk dan
berdiri rumah-rumah penduduk, sebagian telah
data yang diperoleh dari Puskesmas Kelurahan
ada sebelum TPAS Terjun dibuat dan banyak
Terjun penyakit ISPA menempati urutan
pula yang baru dibangun setelah TPAS ada.
pertama dari 10 penyakit terbanyak.
Lahan-lahan kosong di sekitar lokasi TPAS
Waktu penelitian dimulai dengan
dan letaknya bersebelahan langsung dengan
pengajuan judul penelitian, survey awal,
TPAS Terjun, sebelumnya merupakan areal
penelusuran daftar pustaka, persiapan
persawahan dan rawa-rawa, tetapi saat ini
proposal, konsultasi dengan pembimbing,
sebagian telah berdiri rumah-rumah penduduk.
pelaksanaan penelitian, pengumpulan data dan
Bahkan sebagai tanah timbunan untuk
pengolahan data sampai dengan penyusunan
membangun rumah mereka digunakan dari
laporan akhir direncanakan berlangsung
timbunan sampah dengan bantuan mobil
selama 6 bulan, mulai dari bulan Maret 2008
pengeruk yang sengaja di sewa oleh penduduk
sampai Agustus 2008.
untuk meratakan sampah.
Populasi dalam penelitian ini adalah
Lokasi TPAS Terjun yang berada di
perumahan penduduk yang ada di sekitar
sekitar perumahan penduduk sangat
lokasi TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan
berpeluang menimbulkan berbagai
Medan Marelan. Populasi berjumlah 320 KK
permasalahan lingkungan, diantaranya
yang tersebar pada jarak: 0 m, 100 m, 200 m,
pencemaran udara di luar maupun di dalam
dan 300 m. Pengambilan sampel dilakukan
rumah. Timbunan sampah yang ada di TPAS
secara stratified random sampling, dimana
Terjun menimbulkan bau yang tidak sedap.
populasi yang ada dibagi dalam lapisan-
Data dari Puskesmas Terjun Kecamatan
lapisan (strata) yang seragam dan dari setiap
Medan Marelan menyatakan bahwa penyakit
lapisan diambil sampel secara acak. Jumlah
ISPA dengan jumlah kasus sebanyak 1.840
sampel dalam penelitian adalah lebih kurang
berada di urutan pertama dari sepuluh penyakit
sebanyak 30 KK, dimana jumlah sampel
terbanyak di puskesmas selama bulan Januari
disesuaikan untuk masing-masing jarak.
sampai dengan Desember tahun 2007. Hal ini
Teknik pengambilan sampel yang
kemungkinan besar disebabkan oleh
tersebar pada jarak: 0 m, 100 m, 200 m, dan
pencemaran yang berasal dari TPAS Terjun.
300 m dengan jumlah sampel sebanyak 30
KK, berdasarkan kriteria sampel yaitu sesuai
Perumusan Masalah
arah angin dominan dengan kondisi cuaca
Berdasarkan latar belakang dari uraian yang relatip sama, dimana semakin jauh dari
di atas maka dapat dirumuskan yang menjadi sumber (TPAS Terjun) maka penyebaran akan
permasalahan dalam penelitian ini adalah semakin luas, sehingga ditentukan jumlah titik

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
4

sampel untuk masing-masing jarak Tabel 1. DistribusiResponden Berdasarkan


berdasarkan populasi dengan formula sebagai Jarak Rumah dengan TPAS Kel.
berikut: Terjun Kec. Medan Marelan pada
Proporsi = n x 100 % Tahun 2008
N No Jarak Rumah- Jumlah %
Jumlah sampel setiap jarak = Proposi x Total TPA (meter)
Sampel 1. 0 4 13,33
Lokasi titik pengambilan sampel udara 2. 100 6 20,00
dalam rumah penduduk dilakukan pada ruang 3. 200 8 26,67
tamu/keluarga. Pengambilan sampel udara 4. 300 12 40,00
menggunanakan alat Midget Impinger. Sampel Total 30 100,00
yang diperoleh dibawa ke laboratorium untuk
Tabel 1. menunjukkan bahwa
dianalisis kadar gas SO2 dengan metode
responden yang jarak rumahnya 0 meter dari
pararosanilin dan kadar gas amonia (NH3)
Tempat Pembuangan Akhir Sampah sebanyak
dengan metode Nessler. Untuk kadar gas
4 KK (13,33%), yang berjarak 100 meter
metan dan H2S diukur langsung di lokasi
sebanyak 6 KK (20,00%) dan yang berjarak
penelitian menggunakan alat Gas Analyzer
200 meter sebanyak 8 KK orang (26,67%)
(IAQ 5001 Pro). Suhu dan kelembaban
sedangkan yang berjarak 300 meter sebanyak
ruangan diukur dengan alat Termohygrometer.
12 KK (40,00%).
Variabel penelitian ini dikelompokkan
menjadi:
2. Distribusi Responden Berdasarkan
1. Variabel pengaruh (independent variabel),
Kualitas Fisik Rumah
adalah jarak rumah dari Tempat
Hasil penelitian yang dilakukan di
Pembuangan Akhir Sampah Terjun dan
rumah penduduk di sekitar Tempat
kualitas fisik perumahan (ventilasi, luas
Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun
lantai, jenis lantai dan jenis dinding).
Kecamatan Medan Marelan dapat diketahui
2. Variabel terpengaruh (dependent variabel),
distribusi responden berdasarkan kualitas fisik
adalah kualitas udara (SO2, CH4, H2S dan
rumah, yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.
NH3) dalam rumah di sekitar lokasi TPAS
berikut:
Terjun.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
Kualitas Fisik Rumah di Sekitar
Hasil Penelitian TPAS Kel. Terjun Kec. Medan
Marelan pada Tahun 2008
1. Distribusi Responden Berdasarkan Memenuhi Tidak
No Karakteristik Syarat Memenuhi Total
Jarak Rumah dari Tempat Syarat
Kualitas
Pembuangan Akhir Sampah Fisik N % n % n %
Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah
rumah penduduk di sekitar Tempat
1. Jenis 14 46,67 16 53,33 30 100
Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun
Dinding
Kecamatan Medan Marelan dapat diketahui 2. Jenis Lantai 28 93,33 2 6,67 30 100
distribusi responden berdasarkan jarak rumah 3. Luas lantai 6 20,00 24 80,00 30 100
dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah, perkapita
4. Ventilasi 20 66,67 10 33,33 30 100
yang dapat dilihat pada Tabel 1. berikut:
Tabel 2. menunjukkan bahwa
responden yang memiliki rumah dengan jenis
dinding tidak memenuhi syarat sebanyak 16
responden (53,33%) dan yang memenuhi
syarat sebanyak 14 responden (46,67%).
Responden yang memiliki rumah dengan jenis
lantai tidak memenuhi syarat sebanyak 2
responden (6,67%) dan yang memenuhi syarat

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
5

sebanyak 28 responden (93,33%). Responden Tabel 4. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik


yang memiliki rumah dengan luas lantai Udara Dalam Rumah di Sekitar
perkapita tidak memenuhi syarat sebanyak 24 TPAS Kel. Terjun Kec. Medan
responden (80,00%) dan yang memenuhi pada Tahun 2008
syarat sebanyak 6 responden (20,00%). Parameter Jum Hasil
Responden yang memiliki rumah dengan Fisik Udara lah Pengukuran Rata-
No Res
ventilasi tidak memenuhi syarat sebanyak 10 Dalam
pon
rata
Rumah Min Max
responden (33,33%) dan yang memenuhi den
syarat sebanyak 20 responden (66,67%).
Dari ke empat karakteristik kualitas 1. Suhu 30 270C 330C 29,730
C
fisik rumah pada Tabel 4.. di atas, maka dapat 2. Kelembaban 30 45% 76% 59,83%
ditentukan kualitas fisik rumah secara
Tabel 4. menunjukkan bahwa suhu
keseluruhan dengan pembobotan nilai,
dalam rumah terendah adalah 270C, sedangkan
sehingga diperoleh jumlah rumah yang
suhu dalam rumah tertinggi adalah 330C
memenuhi syarat dan yang tidak memenuhi
dengan rata-rata 29,730C. Kelembaban dalam
syarat pada Tabel berikut ini:
rumah terendah adalah 45%, sedangkan
kelembaban dalam rumah tertinggi adalah
Tabel. 3. Kualitas Fisik Rumah Responden 76% dengan rata-rata 62,17%.
di Kel. Terjun Kec. Medan
Marelan pada Tahun 2008
b. Hasil Pengukuran Kualitas Kimiawi
Udara Dalam Rumah
No Karakteristik Jumlah %
Hasil penelitian yang dilakukan di
Kualitas Fisik Rumah rumah penduduk di sekitar Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun
1. Tidak memenuhi 17 56,67 Kecamatan Medan Marelan dapat diketahui
syarat hasil pengukuran kualitas kimiawi udara
2. Memenuhi syarat 13 43,33 dalam rumah yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Total 30 100,0 berikut:
Tabel 3. menunjukkan bahwa
responden yang memiliki rumah dengan Tabel 5. Hasil Pengukuran Kualitas
kualitas fisik rumah tidak memenuhi syarat Kimiawi Udara Dalam Rumah di
sebanyak 17 responden (56,67%) dan yang Sekitar TPAS Kel. Terjun Kec.
memenuhi syarat sebanyak 13 responden Medan pada Tahun 2008
(43,33%). Parameter Jum Hasil
Kimiawi lah Pengukuran Rata-
No Udara Res rata
a. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Udara Dalam pon (ppm)
Min. Maks
Dalam Rumah Rumah den (ppm) (ppm)
Hasil penelitian yang dilakukan di
rumah penduduk di sekitar Tempat 1. SO2 30 0,000 0,03 0,0138
Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun 2. H2 S 30 0,28 0,90 0,5023
Kecamatan Medan Marelan dapat diketahui 3. NH3 30 0,07 1,03 0,4623
hasil pengukuran kualitas fisik udara dalam 4 CH4 30 65 485 140,47
rumah, yang dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 5. menunjukkan bahwa kadar SO2
berikut: di udara dalam rumah terendah adalah 0,00
ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 0,035
ppm dengan rata-rata 0,01387 ppm. Kadar H2S
di udara dalam rumah terendah adalah 0,28
ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 0,90
ppm dengan rata-rata 0,5023 ppm. Kadar NH3

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
6

di udara dalam rumah terendah adalah 0,07 c.3. Hubungan Jarak Rumah dari TPAS
ppm, sedangkan yang tertinggi adalah 1,03 dengan Konsentrasi gas NH3 di
ppm dengan rata-rata 0,4623 ppm. Kadar CH4 Udara Dalam Rumah
di udara dalam rumah terendah adalah 65 ppm, Hasil analisis statistik menggunakan
sedangkan yang tertinggi adalah 485 ppm regresi linier untuk mengetahui hubungan
dengan rata-rata 140,47 ppm. jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir
Sampah dengan konsentrasi gas NH3 di udara
c. Hubungan Jarak Rumah dari TPAS dalam rumah penduduk di sekitar Tempat
dengan Kualitas Kimiawi Udara Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun
Dalam Rumah Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada
c.1. Hubungan Jarak Rumah dari TPAS lampiran.
dengan Konsentrasi gas SO2 di Hasil uji regresi linier memperlihatkan
Udara Dalam Rumah bahwa nilai p (0,000) < 0,050, artinya Ho
Hasil analisis statistik menggunakan ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada
regresi linier untuk mengetahui hubungan taraf nyata (α) = 5 % terdapat hubungan jarak
jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir rumah dari Tempat Pembuangan Akhir
Sampah dengan konsentrasi gas SO2 di udara Sampah dengan konsentrasi gas NH3 di udara
dalam rumah penduduk di sekitar Tempat dalam rumah.
Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada c.4. Hubungan Jarak Rumah dari TPAS
lampiran. dengan Konsentrasi gas CH4 di
Hasil uji regresi linier memperlihatkan Udara Dalam Rumah
bahwa nilai p (0,001) < 0,050, artinya Ho Hasil analisis statistik menggunakan
ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada regresi linier untuk mengetahui hubungan
taraf nyata (α) = 5 % terdapat hubungan jarak jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir
rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan konsentrasi gas CH4 di udara
Sampah dengan konsentrasi gas SO2 di udara dalam rumah penduduk di sekitar Tempat
dalam rumah. Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada
c.2. Hubungan Jarak Rumah dari TPAS lampiran.
dengan Konsentrasi gas H2S di Hasil uji regresi linier memperlihatkan
Udara Dalam Rumah bahwa nilai p (0,000) < 0,050, artinya Ho
Hasil analisis statistik menggunakan ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada
regresi linier untuk mengetahui hubungan taraf nyata (α) = 5 % terdapat hubungan jarak
jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir rumah dari Tempat Pembuangan Akhir
Sampah dengan konsentrasi gas H2S di udara Sampah dengan konsentrasi gas CH4 di udara
dalam rumah penduduk di sekitar Tempat dalam rumah.
Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Jarak rumah dari TPAS Terjun
Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat pada berhubungan dengan konsentrasi polutan-
lampiran. polutan gas H2S, SO2, NH3, dan CH4.
Hasil uji regresi linier memperlihatkan Keberadaan polutan gas dalam rumah berasal
bahwa nilai p (0,012) < 0,050, artinya Ho dari udara luar yang telah tercemar akibat
ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada kegiatan pemrosesan sampah di TPAS.
taraf nyata (α) = 5 % terdapat hubungan jarak Timbunan sampah dalam volume yang besar
rumah dari Tempat Pembuangan Akhir berpotensi melepaskan polutan-polutan gas
Sampah dengan konsentrasi gas H2S di udara seperti H2S, SO2, NH3, dan CH4.
dalam rumah. Menurut US. EPA (2001), polutan
udara dalam rumah disebabkan oleh banyak
hal seperti material bangunan yang digunakan,
perabot rumah tangga, produk pembersih
rumah dan polutan udara dari luar rumah.

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
7

Temperatur yang tinggi dan kelembaban akan menunjukkan bahwa kadar gas H2S terdeteksi
menambah konsentrasi polutan di udara. melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) pada
Pergerakan udara dari luar rumah radius 150 meter dari TPA.
masuk ke dalam rumah disebabkan adanya Hasil penelitian yang dilakukan
perbedaan temperatur. Udara bergerak dari Rudianto dan Azizah (2005) di lokasi TPA
temperatur rendah ke temperatur yang lebih Kabupaten Pasuruan yang terletak di Desa
tinggi. Umumnya temperatur udara dalam Kenep Kecamatan Beji, menyatakan bahwa
rumah lebih tinggi dibandingkan dengan jarak perumahan ke Tempat Pembuangan
temperatur di luar rumah. Pencahayaan yang Akhir sampah mempengaruhi kepadatan lalat
tinggi dalam rumah akan meningkatkan dan kejadian diare.
temperatur dalam rumah.
Menurut Wijaya Kusuma (2007), d. Hubungan Kualitas Fisik Rumah
banyak faktor yang berpengaruh pada proses dengan Kualitas Kimiawi Udara Dalam
penyebaran polutan udara, yakni kecepatan Rumah
dan keadaan aliran udara (angin) serta d.1. Hubungan Kualitas Fisik Rumah
dipengaruhi oleh parameter suhu, kecepatan dengan Konsentrasi gas SO2 di
aliran dan masa jenis. Udara Dalam Rumah
Meningkatnya konsentrasi polutan gas Hasil analisis statistik menggunakan
di udara dalam rumah selain akibat adanya regresi linier untuk mengetahui hubungan
perbedaan temperatur juga akibat masa jenis kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas
dari gas tersebut. Hidrogen sulfida yang lebih SO2 di udara dalam rumah penduduk di
berat dari udara, sering terkumpul di udara sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah
pada lapisan bagian bawah dan biasanya Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
ditemukan bersama-sama gas beracun lainnya dapat dilihat pada lampiran.
seperti metan. Bencana di Poza Rica pada Hasil uji regresi linier memperlihatkan
tahun 1950 disebabkan kesalahan penanganan bahwa nilai p (0,021) < 0,050, artinya Ho
gas di dalam industri kilang minyak di ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada
Meksiko. Kebocoran gas H2S yang taraf nyata (α) = 5 % terdapat hubungan
berlangsung 20-25 menit memungkinkan gas kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas
tersebut masuk ke udara bebas dan ke daerah SO2 di udara dalam rumah.
pemukiman (udara tak bebas). Dari 320 orang
yang terserang, 22 orang meninggal. d.2. Hubungan Kualitas Fisik Rumah
(Soemirat, 2004). dengan Konsentrasi gas H2S di
Keputusan Dirjen Pemberantasan Udara Dalam Rumah
Penyakit Menular dan Penyehatan Hasil analisis statistik menggunakan
Pemukiman Departemen kesehatan No. 281 regresi linier untuk mengetahui hubungan
tahun 1989 tentang Persyaratan Kesehatan kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas
Pengelolaan Sampah menyatakan bahwa jarak H2S di udara dalam rumah penduduk di
minimal antara rumah huni penduduk dengan sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Tempat Pengolahan Akhir Sampah adalah ± 3 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
km. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat dilihat pada lampiran.
jarak TPAS berpengaruh terhadap kualitas Hasil uji regresi linier memperlihatkan
udara dalam rumah, sehingga relokasi lahan bahwa nilai p (0,001) < 0,050, artinya Ho
bagi pemukiman yang ada dekat dengan atau ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada
di lokasi TPAS sebaiknya dilakukan untuk taraf nyata (α) = 5 % terdapat hubungan
melindungi kesehatan masyarakat. kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas
Menurut penelitian Mardiani (2006) H2S di udara dalam rumah.
tentang Hubungan Kualitas Udara Ambien dan
Vektor Terhadap Gangguan Keluhan Saluran
Pernafasan dan Saluran Pencernaan di Sekitar
Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
8

d.3. Hubungan Kualitas Fisik Rumah Menurut US. EPA (2001), jika sejumlah
dengan Konsentrasi gas NH3 di kecil udara dari luar masuk ke dalam rumah,
Udara Dalam Rumah beberapa polutan akan terakumulasi menjadi
Hasil analisis statistik menggunakan konsentrasi yang dapat mempengaruhi
regresi linier untuk mengetahui hubungan kesehatan. Hal ini salah satunya disebabkan
kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas oleh ventilasi, dimana rumah yang di dibuat
NH3 di udara dalam rumah penduduk di sekitar dengan pertukaran udara yang kurang dapat
Tempat Pembuangan Akhir Sampah meningkatkan jumlah polutan gas dalam
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan rumah.
dapat dilihat pada lampiran. Luas lantai bangunan harus disesuaikan
Hasil uji regresi linier memperlihatkan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan
bahwa nilai p (0,005) < 0,050, artinya Ho yang optimum adalah apabila menyediakan
ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada 2,5-3 m2 untuk setiap orang (anggota
taraf nyata (α) = 5 % terdapat hubungan keluarga). Menurut Notoatmodjo (2003) luas
kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas lantai yang tidak sebanding dengan jumlah
NH3 di udara dalam rumah. penghuninya akan menyebabkan perjubelan
(overcrowded) yang menyebabkan kurangnya
d.4. Hubungan Kualitas Fisik Rumah konsumsi oksigen dan peningkatan suhu
dengan Konsentrasi gas CH4 di ruangan.
Udara Dalam Rumah Ventilasi digunakan untuk
Hasil analisis statistik menggunakan mengendalikan suhu, kelembaban udara dan
regresi linier untuk mengetahui hubungan pergerakan udara. Ventilasi dengan tekanan
kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas udara tertentu dapat mempengaruhi kecepatan
CH4 di udara dalam rumah penduduk di pergerakan udara, arah pergerakan, intensitas
sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah dan pola aliran serta rintangan setempat. Laju
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ventilasi alami memiliki hubungan yang linier
dapat dilihat pada lampiran. dengan kecepatan udara dan tergantung pada
Hasil uji regresi linier memperlihatkan perbedaan tekanan udara yang ditimbulkan
bahwa nilai p (0,017) < 0,050, artinya Ho oleh perbedaan temperatur lingkungan
ditolak atau dengan kesimpulan bahwa pada (Takakura, 1979).
taraf nyata (α) = 5 % terdapat hubungan Ventilasi yang kurang menyebabkan
kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas aliran udara dalam rumah tidak segar karena
CH4 di udara dalam rumah. kurangnya oksigen di dalam rumah dan
meningkatkan polutan gas yang bersifat racun
Hasil analisis statistik menggunakan bagi penghuninya. Tidak cukupnya ventilasi
regresi linier memperlihatkan bahwa terdapat menyebabkan kelembaban udara di dalam
hubungan antara kualitas fisik rumah dengan ruangan naik karena terjadi proses penguapan
kualitas kimiawi udara dalam rumah. cairan dari kulit.
Kualitas fisik rumah seperti jenis Moerdjoko (2004) menyatakan bahwa
dinding, jenis lantai, luas lantai, kepadatan ventilasi terjadi jika terdapat perbedaan
hunian, ventilasi, dan lain-lain berhubungan tekanan udara. Ventilasi dengan tekanan udara
dengan kualitas udara dalam rumah. Dinding tertentu dapat mempengaruhi kecepatan
yang terbuat dari papan atau seng mempunyai pergerakan udara, arah pergerakan, intensitas
celah/lubang yang lebih banyak sehingga dan pola aliran udara serta suhu ruangan.
menyebabkan udara dari luar lebih banyak
masuk ke dalam rumah. Udara dari luar rumah Kesimpulan
(udara bebas) yang telah tercemar polutan gas- 1. Kualitas udara dalam rumah penduduk di
gas H2S, NH3, SO2, dan CH4 dari kegiatan sekitar lokasi TPAS Kelurahan Terjun
yang ada di TPAS Terjun masuk ke dalam Kecamatan Medan Marelan tidak
rumah (udara tidak bebas), akibatnya udara memenuhi syarat kesehatan disebabkan
dalam rumah menjadi tidak sehat. oleh adanya konsentrasi polutan-polutan

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
9

gas penggganggu yaitu: gas H2S dengan menurunkan-suhu-ruangan&channel=


konsentrasi maksimum 0,9 ppm, gas CH4 nterior, diakses tgl. 18-08-2008.
dengan konsentrasi maksimum 485 ppm, Aditama,TY., 1992. Polusi Udara dan
gas NH3 dengan konsentrasi maksimum Kesehatan, Jakarta : Arcan.
1,03 ppm dan gas SO2 dengan konsentrasi Azwar, A., 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan
maksimum 0,03 ppm. Lingkungan, Jakarta : Mutiara Sumber
2. Terdapat hubungan antara jarak rumah Widya.
dari tempat pembuangan akhir sampah Chandra, Budiman., 2007. Pengantar
dengan konsentrasi gas SO2, gas H2S, gas Kesehatan Lingkungan, Jakarta :
NH3 dan gas CH4 dalam rumah. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
3. Terdapat hubungan antara kualitas fisik Ditjen PPM & PL., 2001. Parameter Pencemar
rumah dengan konsentrasi gas SO2, gas Udara dan Dampaknya Terhadap
H2S, gas NH3 dan gas CH4 dalam rumah. Kesehatan. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Saran Ditjen PPM dan PL., 2002. Pedoman Teknis
1. Sebagai masukan bagi pemerintah kota Penilaian Rumah sehat. Jakarta :
untuk memperbaiki sistim pengolahan Departemen Kesehatan R.I.
sampah yang ada dengan metode dan Gunawan, Rudi dan FX Haryanto. 1982.
teknik pengolahan sampah yang Pedoman Perencanaan Rumah Sehat.
berwawasan lingkungan sehingga tidak Yogyakarta : Yayasan Sarana Cipta.
menimbulkan dampak negatip terhadap Keman, Soedjajadi, 2005. Kesehatan
masyarakat dan lingkungan. Melakukan Perumahan. Jurnal Kualitas Udara.
penghijauan dengan menanami jenis Surabaya. Unair. http://www.journal.
pepohonan seperti mahoni, angsana, unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-04.
beringin, dan lain-lain di areal TPAS akan pdf. Diakses tgl. 25-02-2008.
mengurangi polutan gas yang dihasilkan Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999
dari proses pembusukan sampah. tentang Persyaratan Kesehatan
2. Bagi masyarakat, khususnya masyarakat Perumahan., Jakarta : Departemen
yang telah tinggal di sekitar lokasi TPAS Kesehatan R.I.
sebaiknya memperbaiki kondisi fisik Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan
rumahnya seperti ventilasi yang memadai Lingkungan., 2001. Planet Kita
agar udara dalam rumah selalu berganti. Kesehatan Kita, Yogyakarta : Gajah
Lingkungan di sekitar rumah ditanami Mada University Press, p. 279.
dengan pohon-pohon yang fungsinya .Kusnoputranto, H. Dewi Susanna., 2000.
selain sebagai penyaring udara juga dapat Kesehatan Lingkungan, Jakarta:
menurunkan temperatur dalam rumah. Universitas Indonesia Fakultas
Kesehatan Masyarakat.
Daftar Pustaka Lily P, Septa R dan Happy RS., 1998. Kualitas
Udara Dalam Ruangan, Jakarta: Dirjen.
Adistya Prameswari, 2007. Pencemaran Udara Pendidikan Tinggi Departemen
oleh Hidrokarbon, Surabaya. http://dizz Pendidikan dan Kebudayaan RI.
property.blogspot.com/. diakses tgl 15- Mardiani, Erni, 2006. Hubungan Kualitas
02-2008. Udara Ambien & Vektor Terhadap
Achmadi, U.F. Faktor-Faktor Penyebab ISPA Gangguan Keluhan Saluran Pernafasan
Dalam Lingkungan Rumah tangga di dan Saluran Pencernaan di Sekitar
Jakarta. Lembaga Penelitian UI. Tempat Pembuangan Akhir Sampah,
Jakarta. 1990 Universitas Airlangga.
Annisa. 2007. 8 Cara Ramah Lingkungan Moerdjoko. 2004. Kaitan Sistem Ventilasi
Menurunkan Suhu Ruangan. Bangunan dengan Keberadaan
http://www.ideaonline.co.id/article.php? Mikroorganisme Udara. Dimensi
name=/8-cara-ramah-lingkungan-

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008
10

Teknik Arsitektur Vol. 32, No. 1, Juli Sutardi, Tata. 2008. Teknik Pengukuran
2004 Udara. http://www.ccitonline.com
Mukono, HJ., 2000. Prinsip dasar Kesehatan /mekanika/tiki--ndex.php?page=ctd.
Lingkungan, Surabaya: Airlangga flomerics, diakses tgl. 10-08-2008.
University Press, pp 155-157. US. EPA, 2001. An Introduction to Indoor Air
Napitupulu, MF., 1994. Pelaksanaan Program Quality (IAQ). http://www.epa.gov/
Penyehatan Lingkungan Pemukiman iaq/ia-intro.html. diaksestgl.23-08-2008
melalui Pendekatan Kelurahan Yusup, Nur Achmad. 2005. Hubungan
Noriko, Nita., 2003. Tinjauan Akhir Tempat Sanitasi Rumah Secara Fisik dengan
Pemusnahan Akhir Bantar Gebang Kejadian ISPA pada Balita. Jurnal
Bekasi, Program Pasca Sarjana S3, Kesehatan Lingkungan UNAIR, Vol.1,
Institut Pertanian Bogor. No.2
http://tumoutou.net/6_sem2_023/nitano WHO SEARO., 1986. Environmental Health
riko.htm. Diakses tgl. 08-02-2008. Aspects of Industrial and Residential
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Area. Regional Health Papers No. 11 .
Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. New Delhi : WHO Regional Office for
ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. South East Asia.
Rudianto, Heru dan Azizah R. 2005. Studi
Perbedaan Jarak Perumahan ke TPAS
Open Dumping Dengan Indikator
Tingkat Kepadatan Lalat & Kejadian
Diare, Jurnal Kesehatan Lingkungan
UNAIR, Vol.1, No.2
Sanropie D., 1992. Pedoman Bidang Studi
Perencanaan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman, Jakarta: Departemen
Kesehatan R.I.
Sastrawijaya T., 1991. Pencemaran
Lingkungan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sihotang, Jonder. 2003. Gas Metan di TPA
Bukan Lagi Ancaman. Jakarta: Sinar
Harapan
Sitepoe, Mangku., 1997. Usaha Mencegah
Pencemaran Udara. Jakarta: PT.
Grasindo.
Soemirat. S, Juli., 2004. Kesehatan
Lingkungan, Yogyakarta: Gajah Mada
Press.
Suma’mur, P.K. 1993. Higiene Perusahaan
dan Kesehatan Kerja. Cetakan
Sembilan. Jakarta: CV. Haji Masagung.
Sukowati, Andria. 2006. Perubahan
Lingkungan Global, Penipisan Lapisan
Ozon dan Gas Rumah Kaca.
andria_sukowati@mail.bplhdjabar.go.id
diakses tgl. 10-08-2008
Sunu, Pramudya., 2001. Melindungi
Lingkungan dengan Menerapkan ISO
14001, Jakarta : PT. Grasindo.
Suriawiria U., 1985. Pengantar Mikrobiologi
Umum, Bandung : Penerbit Angkasa.

Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008
USU e-Repository © 2008

Anda mungkin juga menyukai