Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PRIA

Untuk memenuhi tugas sistem reproduksi yang diampu oleh:

Ibu Dr. Sri Handayani, S.Kep, Ns, M.Kes

DI SUSUN OLEH :

1. Ayuni Adekayanti 10. Meita Armayanti 19. Ramli Wabula


2. Dara Ayu R 11. Milda 20. Restiani
3. Egi Riska 12. Muhammad H 21. Rusmita La B
4. Eka Wulansari 13. Nia Rohima 22. Siti Jaitun S
5. Fransiscus X 14. Nirwana Y Domu 23. Sri Armita Sari
6. Ika Desi Amalia 15. Nita Purnamasari 24. Wilhelmina R
7. Indah Ayu Ningsih 16. Putri Puspita Devi 25. Yulia Evi Susanti
8. Jati Rahmahwati P 17. Rafik Mahmud
9. Maria Regina Bria 18. Rahmania Mochtar

PRODI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan


karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PRIA”. Tujuan
penulisan makalah ini selain untuk pemenuhan tugas sistem reproduksi juga
untuk menambah pengetahuan dan wawasan kepada pembaca. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Sri Handayani S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen mata kuliah
sistem reproduksi.
2. Kedua Orang Tua tercinta yang telah memberikan dukungan moral
dan materil serta nasihat yang bermanfaat sehingga penulis selalu
ingin berusaha dan tidak mudah menyerah.
3. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan
bekerjasama dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak


kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sebagai
perbaikan untuk menyusun makalah yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat. Amin.

Yogyakarta, 24 Februari 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Organ Reproduksi Pria .......................................................... 5


B. Sistem Duktus Pada Reproduksi Pria ................................... 9
C. Struktur Aksesori Pada Reproduksi Pria ............................... 12
D. Proses Maturasi Seksual Pada Pria ....................................... 16

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ........................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem reproduksi pada laki-laki berkaitan terutama dengan
kelangsungan keberadaan spesies manusia. Oleh karena itu, sistem ini
berbeda dengan sistem organ lainnya dalam tubuh yang berhubungan
dengan homeostatis dan kemampuan bertahan individu. Proses reproduksi
pada laki-laki meliputi, maturasi seksual (perangkat fisiologi untuk
reproduksi), pembentukan gamet (spermatozoa), dan ejakulasi.
Reproduksi merupakan ciri utama makhluk hidup yang bertujuan untuk
mempertahankan kelestarian jenisnya. Reproduksi pada manusia diawali
oleh peleburan sel kelamin jantan (sperma) dengan sel kelamin betina
(ovum) yang menghasilkan zigot. Berdasarkan kepemilikan alat
kelaminnya, manusia dikelompokkan menjadi organisme yang bersifat
gonochoris (satu individu memiliki satu alat kelamin).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa sajakah organ reproduksi pria?
2. Melalui apa saja sistem duktus pada reproduksi pria?
3. Apa saja struktur aksesori pada reproduksi pria?
4. Bagaimana proses maturasi seksual pada pria?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa sajakah organ reproduksi pria.
2. Untuk mengetahui melalui apa saja sistem duktus pada reproduksi
pria.
3. Untuk mengetahui apa saja struktur aksesori pada reproduksi pria.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses maturasi seksual pada pria.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. ORGAN REPRODUKSI PRIA


Organ-organ saluran reproduksi pria berasal dari jaringan embrional
yang sama dengan saluran reproduksi wanita. Perkembangan atau
penekanan pertumbuhan sel-sel tertentu ditentukan oleh pola kromosom
XX atau XY pada saat fertilisasi. Sebagai contoh, crypta urethralis dan
duktus urethralis pada wanita analog secara rudimenter (sisa-sisa) dengan
prostat pria, sedangkan glans clitoridis dan corpus clitoridis analog dengan
penis pada pria.
Seperti sistem reproduksi wanita, pria mempunyai baik organ
reproduksi interna maupun eksterna.
Organ eksterna :
1. Penis yang dilalui urethra
2. Scrotum yang berisi epididymis dan sebagian vas deferens
Organ interna :
1. Vas deferens selebihnya.
2. Vesicula seminalis dan duktus seminalis.
3. Duktus ejakulatorius.
4. Prostata.
5. Glandula bulbourethralis (Cowper).

5
B. PENIS
Untuk sebagian besar waktunya, penis tergantung linglai antara kedua
paha, tergantung ke bawah di depan scrotum. Penis memanjang pada ujung
distalnya membentuk bangunan seperti buah jati Belanda, yang disebut
glans penis. Penis tersusun atas tiga batang seperti spons yang bersifat
erektil dan kaya akan pembuluh darah. batang-batang spongiosa ini dilapisi
oleh selubung jaringan fibrosa yang kuat dan selanjutnya diluarnya tertutup
oleh kulit yang merupakan lanjutan kulit pada scrotum dan selakang
(inguinal). Kulit yang menutupi glans penis melipat ke belakang untuk
membentuk preputium, kecuali pada bayi yang preputiumnya masih
melekat pada glans penis. Lipatan kulit inilah yang dibuang saat operasi
sirkumsisi (khitan).
Penis dilalui oleh sebagian dari urethra yang bekerja sebagai jalannya
sperma maupun untuk ekskresi urin. Suatu otot sphincter kecil mencegah
masuknya sperma ke dalam vesica urinariadan mencegah keluarnya sperma
dan urin secara bersama-sama. Ereksi penis penting apabila hubungan
seksual terjadi, dan hanya terjadi dalam reaksinya terhadap rangsangan
seksual. Otot-otot dasar pelvis (bulbocavernosus dan ischiocavernosus) ikut
berperan pada ereksi, tetapi sebagian besar ereksi ini disebabkan oleh
perubahan pada ketiga jaringan batang spongiosa tadi. Pembuluh-pembuluh
darah yang terdapat di dalam batang spongiosa sangat mengalami dilatasi
dan cepat terisi dan digelembungkan oleh darah apabila terjadi jawaban
terhadap rangsangan seksual yang menyebabkan saraf-saraf autonom
memacu dinding-dinding otot polosnya. Kalau cavernea terisi dengan
darah, maka penisakan menjadi keras, berdiri tegak, dan mengarah ke
depan.
Anak laki-laki sebaiknya diberi penjelasan sebelum mulainya pubertas
bahwa ereksi tadi mungkin terjadi sebagai akibat rangsangan seksual atau
yang lain. Mereka sebaiknya juga diberitahu apabila merekan mulai
menghasilkan sperma, akan terjadi ‘mimpi basah’ (emisio nocturnal)

6
sebagai akibat dari mimpi erotik. Mereka sebaiknya diyakinkan bahwa
keadaan demikian adalah normal, karena laki-laki remaja memperlihatkan
hal yang sama mengenai fungsi reproduksi mereka seperti halnya
menstruasi pada anak perempuan.

C. SCROTUM
Scrotum adalah bangunan seperti kantong yang tertutup oleh kulit dan
merupakan tempat bergantungnya penis. Scrotum dibagi oleh septum yang
terdiri dari jaringan fibrosa menjadi dua ruangan yang masing-masing berisi
satu testis, satu epididymis, dan bagian permulaan vas deferens. Scrotum
tidak mengandung lemak subkutan, tetapi mengandung jaringan otot yang
dapat mengadakan retraksi (penarikan ke atas) testes dalam usaha untuk
melindungi testes terhadap trauma.

7
D. TESTIS

Testis dibentuk di dalam abdomen fetus kira-kira 28 minggu kehidupan


intrauteri, dan turun ke dalam scrotum dan ditopang oleh funiculus

8
spermaticus sebelum lahir. Kegagalan testis untuk turun disebut
cryporchismus, dan keadaan ini merupakan penyebab sterilitas pada pria,
karena produksi sperma memerlukan suhu yang lebih rendah daripada suhu
tubuh normal. Testes baru akan berfungsi penuh sampai ada rangsangan
oleh glandula pituitaria anterior pada saat pubertas.
Mengenai ujudnya, testis merupakan bangunan yang berbentuk oval,
berwarna putih, kira-kira panjangnya 4 cm, lebarnya 2,5 cm dan tebalnya 3
cm. Masing-masing testis beratnya antara 10-14 gram.
Testis diselubungi ileh kapsula pelindung fibrosayang disebut tunica
albuginea, dan ditutup lagi oleh membran serosa yang disebut tunica
vaginalis, yang memungkinkan masing-masing testis dapat bergerak secara
bebas didalam scrotum.
Jaringan glanduler (kelenjar) yang menyusun testis dibagi menjadi 200-
300 lobi. Setiap lobus berisi tubulus seminiferus yang berkelok-kelok yang
bermuara ke dalam vas deferens.
Tubulus seminiferi mulai berkembang dari sel-sel syncitium pada saat
anak laki-laki berumur 7 tahun, dan perkembangan yang cepet terjadi
sampai umur 16 tahun pada saat testes mencapai ukuran dewasa. Dinding
dalam tubulus dilapisi oleh lamina basalis, di atanya terletak epitelium
germinativum yang merupakan asal pembentukan sperma setelah pubertas.
Pada pemeriksaan mikroskopik kadang-kadang dapat dilihat
spermatogonia sebelum anak laki-laki berumur 11 tahun, tetapi produksi
sperma yang mengalami pemasakan sebagian biasanya baru terjadi setelah
anak laki-laki berumur 12 tahun. Produksi sperma yang masak baru terjadi
setelah anak laki-laki berumur 16 tahun.
Sel-sel sertilo berkembang pada waktu yang bersamaan dengan
epitelium germinativum dan sel sertilo ini memberi nutrien (makan)
spermatozoa selama perkembangannya didalam testes. Sel-sel interstisial
berkembang pada waktu yang sama, tetapi lebih lambat dibandingkan
dengan perkembangan tubulus seminiferi.

9
Sel-sel interstisial menghasilkan testosteron dan baru berkembang
dengan sempurna pada waktu anak laki-laki berumur 18 tahun. Testis
mempunyai dua fungsi yaitu :
1. Untuk memproduksi testosteron, yaitu hormon yang mengendalikan
sifat-sifat sekunder kejantanan
2. Untuk memproduksi spermatozoa
Fungsi testis dapat terganggu oleh adanya orchitis (radang testes) yang
dapat terjadi pada parotitis atau infeksi akut yang lain. Infeksi tadi dapat
menyebabkan kegagalan testis dalam memproduksi spermatozoa.

E. SISTEM DUKTUS
a) Epididymis.
Epididymis merupakan pipa halus yang berkelok-kelok, masing-
masing panjangnya 6 meter, yang menghubungkan testis dengan vas
deferens. Tubulus tadi mempunyai epitel bercilia yang melapisi bagian
dalam guna membantu spermatozoa bergerak menuju vas deferens.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perjalanan sperma dari testis
ke luar tubuh melalui sistem saluran. Dalam rangka (proksimal distal)
saluran acessory adalah epididimis, duktus deferens, saluran ejakulasi,
dan uretra.
Bentuk epidydimis (epi = samping, didym = testis) adalah sekitar
3,8 cm (1,5 inci). Kepalanya, berisi ductules eferen, aspek unggul testis.
Tubuh dan ekor berada di daerah posterolateral testis. Sebagian dari
epididimis terdiri dari saluran melingkar dari epididimis dengan panjang
sekitar 6 m (20 kaki). Beberapa sel epitel pseudostraified dari saluran
mukosa panjang, nonmotile microvili (stereocilia). Luas permukaan
besar stereocilia ini memungkinkan mereka untuk menyerap cairan
lebih dari testis dan untuk memberi nutrien ke banyak sperma yang
disimpan sementara di dalam lumen.

10
Yang belum dewasa, sperma hampir nonmotile yang meninggalkan
daerah testis bergerak perlahan di sepanjang duktus epididimis melalui
cairan yang mengandung sejumlah protein antimikroba, termasuk
beberapa β-defensin. Ketika mereka bergerak sepanjang tostous nya
(perjalanan yang memakan waktu sekitar 20 hari), kemampuan sperma
untuk berenang mulai terlatih.
Sperma ejakulasi dari epdidymis, bukan dari testis. Ketika seorang
pria sedang terangsang secara seksual dan ejakulasi, otot polos di
saluran dari kontrak epididimis, duktus deferens. Sperma dapat
disimpan dalam epididimis selama beberapa bulan, tetapi jika diadakan
lagi, mereka akhirnya phagocytized oleh sel epithalial dari epididimis.
Ini bukan masalah bagi pria, karena sperma yang dihasilkan terus
menerus.

b) Vas Deferens.
Vas deferens berbentuk tabung yang masing-masing panjangnya 45
cm, yang mengangkut spermatozoa dari epididymis ke urethra pars
prostatica. Tidak seperti epididymis, vas deferens tidak mempunyai
pelapis epitel bercilia karena sekresi vesicula seminalis dan prostat
merupakan medium untuk membantu pengangkutan spermatozoa.
Spermatozoa disimpan di dalam vas deferens, disini terjadi pemasakan
dan peningkatan motilitasnya.
Vas deferens ini merupakan saluran yang dapat diikat dan dipotong
pada saat vasektomi. Sperma masih diproduksi dan memasuki vas
deferens, tetapi sperma tadi tidak dapat diejakulasikan sehingga
mengalami degenerasi.
Duktus deferens (duk'tus def'er-ens, "membawa pergi"), atau vas
deferens sekitar 45 cm (18 inci) panjang. Ini berjalan ke atas sebagai
bagian dari korda spermatika dari epididimis melalui kanalis inguinalis
ke dalam rongga panggul. Mudah teraba saat melewati anterior tulang

11
kemaluan, maka loop medial atas ureter dan menurun sepanjang dinding
kandung kemih posterior. Terminus yang mengembang dari ampula
duktus deferens dan kemudian bergabung dengan duktus vesikula
seminalis (kelenjar) untuk membentuk saluran ejakulasi pendek. Setiap
memasuki saluran ejakulasi prostat, dan ada itu bermuara uretra.
Seperti itu epididimis, mukosa duktus deferens adalah epithalium
semu. Namun, lapisan otot yang sangat tebal dan saluran terasa seperti
kawat keras ketika terjepit di antara jari. Pada saat ejakulasi, lapisan
tebal otot polos di dindingnya menciptakan gelombang peristaltik yang
kuat dengan cepat memeras sperma depan sepanjang saluran dan masuk
ke uretra.
Bagian dari ductus deferens terletak pada skrotum. Beberapa pria
memilih untuk mengambil resposibilty penuh untuk pengendalian
kelahiran dengan memiliki vasektomi (memotong vas) dalam operasi ini
relatif kecil, dokter membuat sayatan kecil dalam skrotum dan
kemudian memotong dan ligates (ikatan off) masing-masing duktus
deferens. Sperma masih diproduksi, mereka tidak bisa lagi mencapai
bagian luar tubuh. Akhirnya, mereka memburuk dan phagocytized.
Vasektomi adalah sederhana dan memberikan kontrol kelahiran sangat
efektif (hampir 100%). Bagi mereka yang ingin membalikkan prosedur
itu, tingkat keberhasilan sekitar 50%.

c) Ductus Ejakulatorius.
Ductus ejakulatorius dibentuk dari persatuan vas deferens dengan
ductus seminalis. Ductus ejakulatorius panjangnya kira-kira 2,5 cm.
Ductus ejakulatorius berjalan melewati prostat dan bertemu dengan
urethra. Dengan demikian ductus ejakulatorius ini menghubungkan vas
deferens dengan urethra.

d) Uretra.

12
Uretra adalah bagian terminal dari sistem saluran laki-laki. Ini
menyampaikan baik urin dan air mani (pada waktu yang berbeda),
sehingga berfungsi baik kemih dan sistem reproduksi. Tiga daerah
adalah (1) dalam uretra prostat, porsi dikelilingi oleh prostat, (2)
membran (atau bagian antara dari) uretra di diafragma urogenital, dan
(3) spons (penis) uretra, yang berjalan melalui penis dan membuka ke
luar pada lubang uretra eksternal. Spons uretra adalah sekitar 15 cm (6
inci) panjang dan menyumbang for75% dari panjang uretra. Mukosa
yang mengandung kelenjar uretra tersebar yang mengeluarkan lendir ke
dalam lumen sesaat sebelum ejakulasi.

F. STRUKTUR ASESORI
Kelenjar aksesori termasuk vesikula seminalis berpasangan dan kelenjar
Cowper dan prostat tunggal. Bersama kelenjar ini menghasilkan sebagian
besar air mani (sperma ditambah aksesori sekresi kelenjar).
a) Vesicula Seminalis.
Vesikula seminalis merupakan kantong-kantong kecil yang berbentuk
tidak teratur, panjangnya 5 cm dan terletak di antara dasar vesica urinaria
dan rectum. Fungsi vesicula seminalis adalah mensekresi cairan yang kental
berwarna kekuningan yang ditambahkan pada sperma untuk membentuk
cairan seminal. Cairan tadi mengandung glukosa dan bahan lain untuk
memberi nutrien (makan) kepada sperma. Masing-masing vesicula
bermuara pada ductus seminalis yang bergabung dengan vas deferens pada
sisi yang sesuai untuk membentuk ductus ejakulatorius.
Vesikula seminalis atau kelenjar mani terletak pada permukaan
posterior kandung kemih. Masing-masing cukup besar, kelenjar berongga
adalah tentang bentuk dan panjang (5-7 cm) dari jari kelingking. Namun,
karena vesikula seminalis yang bersaku, melingkar, dan melipat kembali
pada dirinya sendiri, panjang uncoiled yang sebenarnya sekitar 15 cm.

13
Kapsul fibrosa yang membungkus lapisan tebal otot polos yang
berkontraksi selama ejakulasi ke kelenjar kosong.
Disimpan di dalam sarang lebah mukosa tentang kriptus dan jalan buntu
adalah cairan alkali kekuningan kental yang mengandung gula fruktosa,
asam askorbat, enzim koagulasi (vesiculase), dan prostaglandin, serta zat-
zat lain yang meningkatkan motilitas sperma atau kemampuan pemupukan.
Sebagaimana dicatat, saluran masing-masing vesikula seminalis bergabung
bahwa dari duktus deferens pada bentuk sisi yang sama dengan saluran
ejakulasi. Sperma dan mani campuran cairan pada saluran ejakulasi yang
memasuki uretra prostat bersama selama ejakulasi. Seminal rekening
sekresi kelenjar untuk sama 70% dari volume air mani.

b) Glandula Bulbourethralis (Cowper).


Merupakan kelenjar kecil kira-kira sebesar kacang kapri, berwarna
kuning, terletak tepat di bawah prostat. Saluran kelenjar ini panjangnya
kira-kira 3cm, dan bermuara ke dalam urethra sebelum mencapai bagian
penis. Sekresi dari glandula bulbourethralis ini ditambahkan ke dalam
cairan seminal. Glandula bulbourethralis mengeluarkan sedikit cairan
sebelum ejakulasi dengan tujuan untuk melumasi penis sehingga
mempermudah masuk ke dalam vagina.
Kalau sekresi prostat sendiri mempunyai pH 6,6 maka pH cairan
seminal secara keseluruhan sana dengan darah yaitu 9,5.

c) Prostat.
Prostat merupakan bangunan yang berbentuk kerucut yang panjangnya
4 cm, lebarnya 3 cm dan tebalnya 2 cm dengan berat kira-kira 8 gram.
Prostat mengelilingi bagian atas urethra dan terletak dalam hubungan
langsung dengan cervix vesicae urinaria. Prostattersusun atas jaringan
kelenjar dan serabut-serabut otot involunter dan bereda di dalam kapsul
fibrosa. Prostat adalah kelenjar berbentuk donat tunggal seukuran lubang

14
persik. Ini mengelilingi tentang uretra hanya kalah dengan kandung kemih.
Tertutup oleh kapsul jaringan conective tebal, terdiri dari 20-30 senyawa
kelenjar tubuloalveolar diembed dalam massa (stroma) dari otot polos dan
jaringan ikat padat.
Jaringan otot prostat berfungsi untuk membantu dalam ejakulasi.
Sekresi prostat diproduksi secara terus-menerus dan diekskresikan ke dalam
urin. Setiap hari diproduksi kira-kira 1 ml, tetapi jumlahnya tergantung dari
kadar testosteron, karena hormon inilah yang merangsang sekresi tadi.
Sekret prostat mempunyai pH 6,6 dan susunannya seperti plasma, tetapi
mengandung bahan-bahan tambahan misalnya kolesterol, asam sitrat dan
suatu enzim hialuronidase. Sekret prostat ditambahkan ke dalam sperma
dan cairan seminal pada saat sperma dan cairan seminal melewati urethra.
Sekresi kelenjar prostat memasuki uretra prostat melalui beberapa
saluran prostat ketika kontrak otot polos saat ejakulasi. Hal ini memainkan
peran dalam mengaktifkan sperma dan bertanggung jawab atas sebanyak
sepertiga dari volume air mani. Itu ia seperti susu, cairan sedikit asam yang
mengandung sitrat (sumber nutrisi), beberapa enzim (fibrinolisin,
hialuronidase, asam fosfatase), dan antigen prostatespecific (PSA). Prostat
memiliki reputasi sebagai perusak kesehatan (mungkin tercermin dalam
umum salah ucapan "prostat").
Prostat sering membesar pada pria setengah umur atau umur tua, dan
pembesaran ini karena tekanan lain yang disebabkan oleh apa saja pada
sphincter urethra atau urethra itu sendisi, akan menyebabkan retensi urin
akut. Keadaan demikian dapat disembuhkan dengan memasang kateter ke
dalam vesica urinaria atau melakukan prostatektomi pada pasien tertentu.

d) Cairan Seminal
Cairan seminal adalah cairan tempat berenangnya spermatozoa. Cairan
ini memberi nutrien (makan) kepada spermatozoa dan membantu motilitas
spermatozoa. Setelah berjalan dari vesicula seminalis dan ductus

15
ejakulatorius ke urethra, disini ditambahkan sekresi prostat dan sekresi dari
glandula bulbourethralis. Akhirnya cairan seminal ini diejakulasikan selama
rangsangan seksual. Sekresi prostat ini merupakan komponen paling besar
dari cairan seminal.

G. MATURASI SEKSUAL PRIA


Struktur sperma terdiri dari kepala, bagian tengah (badan) dan ekor (
flagella). Pada bagian kepala terdapat inti sel dan akrosom yang dibentuk
dari kompleks golgi, akrosom menghasilkan enzim yang berfungsi memb-
antu sperma menembus sel telur. Pada bagian tengah terdapat mitokondria
tempat berlangsungnya oksidasi sel untuk membentuk energy yang
digunakan oleh sperma sehingga sperma dapat bergerak aktif.

16
Spermatogenesis yang sempurna dicapai pada sebagian besar laki-laki
pada umur 16 tahun, dan kemudian berlangsung terus selama hidup.
Spermatogenesis tidak terjadi secara serentak pada semua tubulus semiferi
atau bahkan tidak serentak pada setiap bagian tubulus yang sama. Daur ini
mulai pada lamina basalis epithelium germinativum dalam jawabannya
terhadap hormon pemacu folikel (FSH). Pada saat spermatozoa
berkembang, maka spermatozoa ini akan mendekati lumen tubulus.
Pemasakan spermatozoa memerlukan waktu kira-kira 10 hari.
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan
reproduksi (membelah) dengan cara mitosis paling tidak satu kali. Setelah
reproduksi, spermatogonia ini diberi nutrien (makan) oleh sel-sel sertoli dan
berkembang menjadi spermatosit primer.
Spermatosit primer mengandung kromosom dengan jumlah diploid pada
inti selnya dan mengalami meiosis 9pembelahan reduksi dan pertukaran
bahan genetik). Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu
spermatosit sekunder.
Sel-sel spermatosit sekunder yang haploid ini sekarang mengalami
pembelahan meiosis kedua untuk menyusun kembali bahan genetik.

17
Pengaruh hormon luteinisasi (LH) diperlukan untuk perkembangan stadium
berikutnya.
Sel sperma yang berfungsi dalam reproduksi, harus mengalami
perkembangan dan pembelahan. Proses pembelahan tersebut terjadi secara
mitosis dan meiosis. Sebagai alat reproduksi, sel sperma harus haploid
sehingga setelah pembuahan, akan tetap dihasilkan individu yang diploid.
Begitu juga halnya dengan pembentukan sel telur yang haploid.
Pembelahan mitosis hanya terjadi pada spermatogonia untuk
memperbanyak bakal sel sperma menjadi spermatosit primer. Mulai dari
spermatosit, terjadi pembelahan secara meiosis yang pertama dan
menghasilkan sel anak haploid yang disebut spermatosit sekunder.
Selanjutnya terjadi pembelahann meiosis yang kedua dan menghasilkan sel
spermatid. Setelah mengalami pematangan, sel spermatid akan menjadi sel
sperma.
 Langkah-langkah spermatogenesis.
Tubulus seminiferus, mengandung banyak sel epitel germinativum yang
berukuran kecil sampai sedang yang dinamakan spermatogonia, yang
terletak dalam dua sampai tiga lapisan sepanjang pinggir luar epitel tubulus.
Sel-sel ini terus mengalami proliferasi untuk melengkapi mereka kembali,
dan sebagian dari mereka berdiferensiasi melalui stadium-stadium
definitive perkembangan untuk membentuk sperma.
Stadium pertama spermatogenesis adalah pertumbuhan beberapa
spermatogonia menjadi sel yang sangat besar yang dinamakan spermatosit.
Kemudian spermatosis membelah dengan proses meiosis membentuk dua
spermatosit, masing-masing mengandung 23 kromosom. Spermatid tidak
membelah lagi tetapi menjadi matur selama beberapa minggu untuk
menjadi spermatozoa.
 Kromosom Seks
Pada setiap spermatogonium, salah satu dari 23 pasang kromosom
membawa informasi genetic yang menentukan seks dari turunan akhir.

18
Pasangan ini terdiri dari satu kromosom “X”, yang dinamakan kromosom
wanita dan satu kromosom “Y”, kromosom pria. Selama pembelahan
mitosis, kromosom penentu seks dibagi diantara spermatid sehingga
separoh sperma menjadi sperma pria yang mengandung kromosom “Y” dan
setengah lainnya sperma wanita yang mengandung kromosom “X”.
Kelamin dari keturunan ditentukan oleh jenis sperma mana yang
mengadakan fertilisasi pada ovum.
 Pembentukan Sperma.
Bila spermatid pertama kali dibentuk, mereka masih mempunyai sifat
umum sel epiteloid, tetapi segera sebagian besar sitoplasmanya menghilang,
dan setiap spermatid mulai memanjang menjadi spermatozoa, terdiri atas
kepala, leher, badan, dan ekor. Untuk membentuk kepala, zat inti memadat
menjadi suatu massa yang padat, dan membrane sel berkontraksi sekitar
inti. Ini adalah zat inti yang melakukan fertilisasi ovum.
Di depan kepala sperma terdapat struktur kecil yang dinamakan
akrosom, yang dibentuk dari aparatus golgi serta mengandung hialuronidase
dan protease yang memegang peranan penting untuk masuknya sperma ke
dalam ovum. Sentriol mengelompok pada leher sperma dan mitokondria
tersusun berbentuk spiral dalam badan. Yang menonjol ke luar tubuh adalah
ekor panjang, yang merupakan pertumbuhan keluar dari salah satu sentriol.
Ekor hampir mempunyai struktur yang hampir sama seperti silia. Ekor
mengandung dua pasang mikrotubulus yang turun ke tengah dan sembilan
mikrotubulus ganda yang tersusun sekitar pinggir. Ekor diliputi oleh
perluasan membrane sel, dan mengandung banyak adenosine trifosfat, yang
niscaya memberi energi pergerakan ekor. Pada pengeluaran sperma dari
saluran genitalis pria ke dalam saluran genitalis wanita, ekor mulai bergerak
bolak-balik dan bergerak spiral pada ujungnya, memberikan pendorongan
yang menyerupai ular yang menggerakkan sperma ke depan dengan
kecepatan maksimum sekitar 20 sentimeter per jam.

19
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Organ-organ saluran reproduksi pria berasal dari jaringan embrional
yang sama dengan saluran reproduksi wanita. Perkembangan atau

20
penekanan pertumbuhan sel-sel tertentu ditentukan oleh pola kromosom
XX atau XY pada saat fertilisasi. Sebagai contoh, crypta urethralis dan
duktus urethralis pada wanita analog secara rudimenter (sisa-sisa) dengan
prostat pria, sedangkan glans clitoridis dan corpus clitoridis analog dengan
penis pada pria.
Seperti sistem reproduksi wanita, pria mempunyai baik organ
reproduksi interna maupun eksterna.
Organ eksterna :
1. Penis yang dilalui urethra.
2. Scrotum yang berisi epididymis dan sebagian vas deferens.
Organ interna :
1. Vas deferens selebihnya.
2. Vesicula seminalis dan duktus seminalis.
3. Duktus ejakulatorius.
4. Prostata.
5. Glandula bulbourethralis (Cowper).
Spermatogenesis yang sempurna dicapai pada sebagian besar laki-laki
pada umur 16 tahun, dan kemudian berlangsung terus selama hidup.
Spermatogenesis tidak terjadi secara serentak pada semua tubulus semiferi
atau bahkan tidak serentak pada setiap bagian tubulus yang sama. Daur ini
mulai pada lamina basalis epithelium germinativum dalam jawabannya
terhadap hormon pemacu folikel (FSH). Pada saat spermatozoa
berkembang, maka spermatozoa ini akan mendekati lumen tubulus.
Pemasakan spermatozoa memerlukan waktu kira-kira 10 hari.
DAFTAR PUSTAKA

 Marieb, Elaine N dan Katja Ttoen. 2011. Anatomy and Physiologi. San
Fransisco: Pearson
 Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

21
 Verrals, sylvia. 1997. Anatomi Fisiologi Terapan dalam Kebidanan.
Jakarta: EGC

22

Anda mungkin juga menyukai