Anda di halaman 1dari 9

Hati merupakan bagian terpenting dalam tubuh manusia.

di bagian
inilah Allah melihat apakah kita seorang hamba yang bertakwa dengan kekuatan iman atau
justru menjadi hamba yang lemah imannya.

Keimanan yang lemah tersebut membuat banyak kaum muslim yang tak peduli terhadap
masalah hati ini. Padahal sebenarnya hati itu raja dari manusia, sebab kondisi hati akan
mempengaruhi pikiran, ucapan dan perilaku manusia itu sendiri.

Oleh di karenakan itu, penting sekali untuk seorang muslim untuk memahami permasalahan
hati ini. supaya hati tak terkontaminasi dengan kemunafikan dan kekafiran. Bagaimana
caranya? Yakni dengan mengetahui kondisi hati yang kita miliki. Berikut informasi
selengkapnya.
Dalam satu hadis dari Abu Sa’id Al-Khudri RA, Rasulullah SAW bersabda, “Hati itu
mempunyai empat kondisi, yaitu hati yang Higienis dari sifat khianat dan tipu daya. Ia
laksana lampu yang bersinar (inilah hati orang Mukmin). Hati yang tertutup dari kebenaran
(hati orang kafir), hati orang yang terbalik (hati orang-orang munafik yang mengetahui
kebenaran, akan tetapi mengingkarinya), dan hati yang mempunyai dua wajah (keimanan dan
kemunafikan).”
(HR Ahmad).
Hati yang Higienis itu dimiliki oleh orang mukmin yang di dalamnya terdapat cahaya.
Kondisi hati yang demikian ini senantiasa mengingat Allah dalam keadaan apapun.
Sementara kondisi hati yang tertutup dari kebenaran dimiliki oleh orang kafir. Mereka tak
mau menerima kebenaran mengenai ajaran Islam dan tetap bertahan dengan kekafirannya
tersebut.
Sementara itu yang dimaksud dengan hati terbalik yaitu yaitu kondisi hati orang munafik
murni yang sudah mengetahui mengenai ajaran Islam akan akan tetapi ia mengingkari ajaran
tersebut. Mereka yang mempunyai kondisi hati demikian akan menerima karena dari Allah
SWT. Yakni akan dicabut nikmat iman dari dalam hatinya, sehingga orang tersebut akan
sangat jauh dari kebenaran dan kebahagaiaan.
Sedangkan kondisi hati yang terakhir yaitu hati yang mempunyai dua wajah (keimanan dan
kemunafikan). Perumpamaan iman di dalam hati itu yaitu seperti sayur-sayuran yang disiram
air Higienis. Sedangkan perumpamaan kemunafikan dalam hati yaitu seperti luka yang
dilumuri nanah dan darah. Mana di antara keduanya (iman dan kemunafikan) yang
mengalahkan yang lainnya, maka dialah yang mendominasi.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya di dalam diri manusia ada segumpal darah (hati),
apabila hati itu bagus maka bagus pula seluruh diri dan amal perbuatan manusia dan apabila
hati itu rusak, maka rusaklah seluruh diri (amal perbuatan manusia tersebut). Ingatlah, ia
yaitu hati.” (HR. Bukhari-Muslim).
Demikianlah informasi mengenai empat kondisi hati manusia. Lalu di dalam kondisi
manakah hati kita? Setelah mengenal kondisi empat macam hati di atas, sudah semestinya
kita wajib mempunyai hati yang Higienis. Dengan hati yang Higienis itulah akan membuat
Hayati kita semakin bahagia di karenakan senantiasa mengingat Allah SWT.

Menjaga hati

Assalamua’alaikum Wr. Wb.

ُ‫ب للهُ ْال َح ْمد‬


ُ‫صالَةُ ْال َعالَ هميْنَُ َر ه‬ ُ‫اء أ َ ْش َر ه‬
َّ ‫ف َعُلَى َوال‬
َّ ‫سالَمُ َوال‬ َ ‫آ هل هُه َو َعلَى َو ْالم ْر‬
ُ‫س هليْنَُ األ َ ْنبهيَ ه‬
َ ‫أ َ ْج َم هعيْنَُ َو‬، ‫بَ ْعدُ أ َ َّما‬
ُ‫ص ْح هب هه‬
Pada kesempatan kali ini saya akan bertausiyah tentang mengapa kita perlu
untuk menjaga hati. Seseorang akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan
memperoleh rahmat Allah serta selamat dari azab-Nya pada Hari Kiamat kelak
dengan cara dia dapat menjaga hati dan memeliharanya. Allah tidak akan melihat
bagaimana ketampanan ataupun kecantikan kita, tidak juga melihat kemulusan dan
kemolekan tubuh kita. Tetapi, Allah akan melihat hati dan amal perbuatan kita.

Rasulullah bersabda, (HR Abu Hurairah)


“Sesungguhnya Allah tidak melihat jasadmu, dan bentukmu, tetapi Dia melihat hati kamu”

Hati adalah dunia abstrak, unik, dan berkembang. Hati memiliki peranan
yang sangat fital sebagai pengendali, karena dapat menentukan baik buruk dan
hitam putihnya seluruh amalan dan aspek kehidupan seorang Muslim. Hati mudah
untuk berubah, sukar dibaca, senantiasa berkembang, dan pasang-surut. Karena itu,
hati sangat wajib untuk dijaga. Begitu banyak manusia yang cerdas tetapi akhirnya
menjadi orang yang hina hanya karena memiliki hati yang sakit.

Rasulullah bersabda,
“Dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila ia baik, maka baik pula seluruh
tubuhnya, dan jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah, itulah hati”

Kini kebanyakan manusia memahami kebahagiaan sekedar dengan


penampilan lahiriyah dan materi belaka, sehingga mereka sibuk dengan kehidupan
dunianya, memperkaya diri, memperindah dan mempercantik diri dengan berbagai
aksesoris. Mereka lalai dan lupa dengan keindahan, kebersihan, serta kesucian batin
yang padahal akan menyelamatkan mereka baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Oleh karena itu, keindahan batin dan keselamatan hati merupakan dasar dan
pondasi keberuntungan di dunia dan di Hari Kiamat kelak.
Sesungguhnya perkara hati merupakan perkara agung dan kedudukannya
pun sangat mulia, sehingga Allah menurunkan kitab-kitab suci-Nya untuk
memperbaiki hati, dan Dia utus para Rasul untuk menyucikan hati, membersihkan,
dan memperindahnya.

Rasulullah bersabda, (HR Imam Ahmad dari Anas bin Malik)


“Iman seseorang tidak akan lurus sebelum hatinya lurus”

Ajaran yang paling besar dibawa oleh Rasululloh saw adalah memperbaiki
hati. Dengan demikian seseorang akan memahami bahwa hatinya merupakan
tempat bagi cahaya dan petunjuk Allah menuju akhirat, karena sesungguhnya
perjalanan menuju Allah adalah perjalanan hati.
Maka dari itu, agar hati kita tidak mudah menyimpang dari kebenaran dan
cahaya dari Allah, bahkan sampai tertutup dan terkunci karena hawa nafsu yang
membelitnya serta segala hal yang dapat merusak dan membinasakannya, maka
perlu adanya usaha-usaha penjagaan terhadap hati yang bersifat kuratif dan
kontinyu, sekaligus obat sebagai usaha prefentif agar bisa selamat dari segala bentuk
penyakit-penyakit hati yang mematikan.
Di antara hal yang dapat menyebabkan hati seseorang menjadi tenang dan
bersih adalah amalan memperbanyak membaca ayat-ayat al-Qur`an dan
mendengarkannya, karena al-Qur`an merupa-kan penawar yang ampuh dari
penyakit syubhat dan nafsu syahwat yang keduanya merupakan inti penyakit hati
seseorang.

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”
(Q.S. Ar-Rad : 28)

Jagalah hati jangan kau kotori


Jagalah hati lentera hidup ini
Jagalah hati jangan kau nodai
Jagalah hati cahaya Illahi
Bila hati kian bersih, pikiran pun kian jernih
Semangat hidup kan gigih, prestasi mudah diraih
Namun bila hati busuk, pikiran jahat merasuk
Ahlak kian terpuruk, jadi mahluk terkutuk
Menjaga hati merupakan tantangan kita setiap waktu maka jagalah hati
dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah akan terpancar kehidupan yang
amat damai. Sekian tausiyah dari saya dan terima kasih atas perhatiannya. Wabillahi
taufik walhidayah.
Wassalamua’alaikum Wr. Wb.

Air Zat yang Tidak Biasa

Secara biasa atau sepintas lalu, pernyataan judul di atas tidak biasa. Semua orang akan
berkata bahwa air itu adalah zat yang amat biasa. Marilah kita simak! Seperti pernah
dijelaskan dalam seri 009, ilmu pengetahuan harus dibina atas landasan Tawhid. Dengan
demikian sumber ilmu pengetahuan itu adalah wahyu, alam dan sejarah. Wahyu berwujud
Ayat Qawliyah, alam dan sejarah disebut Ayat Kawniyah. Namun khusus untuk pembahasan
mengenai air ini tentu saja sumber informasi yang dipakai adalah wahyu dan alam, karena
ruang lingkupnya adalah ilmu eksakta.
Kita mulai dahulu dari sumber informasi wahyu. Berfirman Allah dalam S. Al Anbiyaa' ayat
30: Wa ja'alnaa minalmaai kulla syay.in hayyin, afalaa yu'minuwn., artinya: Dan Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup dari air, apakah mereka tidak beriman? Kebenaran wahyu
harus diterima dengan iman. Namun untuk memahami wahyu dengan baik, harus memakai
akal. Langkah pertama dalam mempergunakan akal adalah memikirkan makna ayat di atas
itu. Kalau air itu diciptakan Allah sebagai sumber kehidupan, maka air itu adalah zat yang
tidak biasa, artinya sangat istimewa. Lalu bagaimana istimewanya? Untuk menjawabnya
haruslah mempergunakan akal untuk langkah berikutnya. Yaitu dalam hal ini kita pergunakan
sumber informasi yang kedua, yakni alam. Dan dalam hal ini masuklah kita ke daerah ilmu /
sains. Demikianlah metode pendekatan yang dipakai dalam cakrawala: Wahyu dan Akal -
Iman dan Ilmu.
Tubuh manusia dalam bentuk bayi di dalam rahim berenang selama 9 bulan dalam air.
Kemudian setelah lahir tubuh manusia terdiri atas sel-sel yang hidup. Setiap sel di dalamnya
berisi air dengan larutan bermacam-macam zat. Darah kita lebih dari 90 % terdiri dari air.
Ginjal terdiri atas sekitar 82 % air. Otot mengandung sekitar 75 % air. Lever 69 % air.
Bahkan tulang yang kelihatannya kering terdiri atas 22 % air. Secara keseluruhan tubuh kita
terdiri atas 71 % air di takar dalam berat. Dan air ini menguap, mengalir dari permukaan
tubuh, dikeluarkan waktu menghembuskan nafas, dan secara sinambung harus diganti agar
tetap 71 % untuk dapat mempertahankan hidup dengan ruh di dalam diri manusia.
Tetapi yang disebutkan di atas itu hanya menyangkut dengan tubuh manusia. Ayat di atas
menyebutkan kullu syay.in, segala sesuatu. Maka perlu disimak lebih lanjut. Rumus kimia air
H2O, berat molekulnya 16. Kita bandingkan dengan 3 saudaranya yang lain: H2Te (Te
lambang tellurium), berat molekulnya 129. H2Se (Se lambang selenium) berat molekulnya
80. Dan H2S (S lambang sulfur/belerang) berat molekulnya 34. Jadi air yang teringan di
antara ketiga saudaranya itu. Secara logika makin berat makin sukar mendidih. Dan ini benar
untuk ketiga saudara air tersebut dan juga untuk saudara-saudara air lainnya. H2Te mendidih
pada -4 derajat C, H2Se mendidih pada -42 derajat C, jadi lebih rendah karena lebih ringan,
berikut H2S mendidih pada -61 derajat C, lebih rendah lagi karena lebih ringan dari H2Se.
Jadi kalau air itu termasuk zat yang biasa, maka titik didihnya akan lebih rendah dari -61
derajat C, karena air lebih ringan dari asam belerang H2S. Tetapi kenyataannya air mendidih
pada 100 derajat C.
Jadi Allah menciptakan air secara tidak biasa untuk keprluan hidup makhluk. Dengan titik
didih air yang menyimpang itu maka air dalam keadaan udara luar, wujudnya dapat berupa
tiga Fase / tingkat: es, air dan uap. Apa peranannya dalam kehidupan makhluk di permukaan
bumi. Makhluk tidak dapat minum air, karena jika air itu adalah zat biasa, maka air dalam
bentuk cair hanya didapatkan di bawah suhu -61 derajat C. Bukan itu saja, es timbul dalam
air. Dan ini juga tidak biasa, karena zat yang lain tenggelam dalam zat cairnya. Coba
bayangkan jika Allah SWT menciptakan air itu sebagai zat biasa, artinya es tenggelam dalam
air. Di musim dingin air sungai dan danau di tempat yang ada musim dinginnya, air akan
membeku dari bawah. Maka makhluk air akan mati semua. Inilah caranya Allah menjaga
makhluk air supaya dapat tetap hidup di musim dingin. Air membeku dari atas, sampai cukup
tebal, maka lapisan di bawah es tetap cair. Makhluk air berenang-renang dan tetap hidup di
bawah lapisan es.
Bukan itu saja, air adalah zat pelarut yang paling rakus. Ini juga tidak biasa. Andaikata Allah
menciptakan air dengan sifat biasa, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia tidak mungkin
dapat menyerap makanan yang dibutuhkannya, karena seperti kita ketahui makanan yang
diserap oleh ketiga makhluk tersebut adalah berupa zat-zat yang larut dalam air.
Bukan itu saja. Air adalah zat yang paling rakus menyerap panas. Sebagai perbandingan
bacalah data berkut: Panas penguapan air, 539,55, alkohol 204, asam belerang 122,1, bensin
94,3, terpentin 68,6, semua dalam kal/gr. Sifat rakus panas ini juga tidak biasa. Andai kata air
diciptakan Allah dengan sifat biasa, maka bayangkanlah hal berikut: uap air di udara tidak
banyak menyerap panas sinar matahari. Maka di siang hari seperti di gurun sahara yang
kering udaranya, telur dapat matang di pasir. Di waktu malam dingin menusuk ke tulang
sumsum. Keringat yang menguap di badan kita tidak cukup untuk melepaskan panas dari
tubuh kita.
Coba bayangkan terus andaikata air membeku dari bawah, maka air akan berkurang. Juga uap
air di udara akan berkurang pula. Artinya kita disengat panas di siang hari dan disengat
dingin di malam hari, walaupun tidak berada di gurun pasir. Jadi dengan kombinasi ketidak
biasaan air: es timbul di air dan air rakus menyerap panas, maka ketidak biasaan air ini
mengontrol iklim seperti kedaan sekarang ini, makhluk dapat bertahan hidup.
Bukan itu saja, air mempunyai tegangan permukaan yang paling besar di antara zat yang kita
kenal. Akibatnya adalah yang kita kenal sebagai gejala kapilaritas, dan timbulnya tekanan
osmotik yang tinggi. Dengan kapilaritas air dapat naik setinggi pohon yang tertinggi di dunia
ini. Dan dengan tekanan osmotik yang tinggi, air dapat menembus lapisan akar tumbuh-
tumbuhan dan menembus pembuluh darah kita.
Demikianlah Allah menciptakan air sebagai zat yang tidak biasa. Air khusus didisain oleh
Allah SWT untuk kehidupan, seperti diinformasikan melalui wahyu dalam S. Al Anbiyaa ,
ayat 30. WaLlahu a'lamu bishshawab

Allah tak pernah mengharamkan cinta. Cinta adalah sebuah rasa yang sudah menjadi fitrah
bagi setiap umat manusia. Namun, manusia diperintahkan untuk menjaga agar cinta itu tidak
lantas menjerumuskannya pada tindakan yang diharamkan-Nya. Cinta haruslah menjadi
media untuk mendekat kepada-Nya. Cinta yang seperti apakah yang sekiranya mampu
mendekatkan kita kepada Sang Pemberi Cinta? Sebut saja, cinta dalam diam.

Cinta dalam diam menurut Islam adalah cara mencintai yang dirasa paling tepat ketika diri
belum mampu terikat dalam sebuah ikatan suci, yaitu pernikahan. Jika belum mampu
mencintai dan dicintai dalam ikatan pernikahan, cinta dalam diam merupakan jawaban atas
segala kegalauan hati. Bagaimanakah cara memperjuangkan cinta dalam diam?
Jangan Jatuh Cinta, tetapi Bangun Cinta

Pantaskan diri untuk yang kau cinta. (http://weknowyourdreams.com)

“Kini aku tersadar, bahwa sendiri adalah status terbaik sebelum menikah. Kesucian diri,
tulusnya cinta, dan besarnya pengorbanan, hanya untuk orang yang sudah dihalalkan bagi
kita. Maka sebelum nikah kita harus bersabar dalam kesendirian. Kita padatkan waktu untuk
berprestasi. Tak perlu lagi kita galau soal jodoh. Kalau diri kita berkualitas. Jodoh yang
berkualitas akan dihadirkan untuk kita,” (Ahmad Rifa’i Rif’an).

Persoalan tidak akan selesai hanya dengan kita mengatakan, “Allah, aku mencintainya.”
Lantas, apakah yang menjadi bukti bahwa perasaan itu adalah cinta karena Allah? Ya, sebuah
perjuangan. Sebuah perjuangan untuk membangun cintalah yang akan kita lakukan setelah
rasa bernama cinta itu hadir. Cinta tak semestinya memaksa diri untuk melupakan, tetapi
cinta juga tak boleh memaksa diri untuk memiliki. Perasaan cinta haruslah dikelola agar rasa
cinta dapat tumbuh ataupun mengkerut sewajarnya. Memantaskan diri merupakan cara untuk
mencintai dalam diam.
Tidak Harus Dia, tetapi Harus karena Dia

Berdoalah kepada Yang Maha Pemilik. (http://cdn.muslimvillage.com)

“Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan ke atas kamu
pedihnya sebuah pengharapan supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui
hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu
kembali berharap kepada-Nya,” (Imam Syafi’i).

Apakah kita sungguh yakin bahwa dialah jodoh kita? Jodoh itu mungkin saja teman kita, atau
orang yang baru saja kita temui di suatu tempat, atau seseorang yang dulunya kita ikhlaskan.
Jodoh itu bisa saja orang tua atau wali kita yang mencarikan, atau teman kita yang
menjodohkan. Bagaimana pun juga, jodoh itu bukan hanya perihal cinta, tetapi juga tentang
rencana Allah kepada kita. Bukan cinta yang pada akhirnya membuat kita berjodoh dengan
seseorang, tetapi Allah-lah yang menjodohkan. Tentunya, semua telah tertulis dalam Lauful
Mahfuzh. Jadi, janganlah kita mencintai seseorang melebihi cinta kita kepada Allah.
Cukuplah cinta dalam diam dan serahkan sepenuhnya kepada Allah. Setelah usaha cinta
dalam diam ini yang bisa kita lakukan ialah mengikhlaskan semuanya kembali kepada Allah.

Dalam proses mengikhlaskan sembari terus berusaha menjadi seorang muslim/muslimah


yang baik, tetap berdoalah kepada Allah yang mengetahui rasa cinta yang dirasakan. “Ya
Allah, ampuni aku karena sampai detik ini aku masih menyimpan sebuah rasa cinta kepada
salah satu hamba-Mu yang jauh di sana. Ya Allah, jika memang rasa cinta ini membuatku
jauh dari-Mu, maka hilangkanlah. Kumohon pertemukan aku dengan orang yang mencintai-
Mu di atas segalanya, yang mencintaiku karena-Mu dan yang kucintai karena-Mu. Namun,
jika memang rasa cinta ini membuatku mendekat kepada-Mu dan dialah yang Kau tetapkan
sebagai jodohku, maka pertemukanlah kami di waktu yang tepat. Di saat kami telah siap,
pertemukan kami dalam kesucian cinta-Mu.”

Mencintalah dengan bijak. Tak perlu terlalu berharap terhadap cinta yang dirasa, cukuplah
cinta dalam diam. Berdoalah pada Yang Maha Kuasa atas segala pilihan terbaik-Nya.
Semoga kita akan mendapatkan pilihan yang benar-benar terbaik dan menjadi pendamping
dunia dan akhirat. Wallahualam bisawab.

Anda mungkin juga menyukai