Anda di halaman 1dari 2

1

1. Tema dan Topik karangan


Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti menempatkan
atau meletakkan. Berdasarkan hal itu, tema dapat diartikan sebagai sesuatu yang
telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Pengertian tema secara
khusus dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang karangan
yang telah selesai dan dari sudut pandang proses penyusunan karangan. Dilihat
dari sudut pandang sebuah karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat
utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Adapun dari segi
proses penulisan, tema diartikan sebagai suatu perumusan dari topik yang akan
dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik
(Keraf, 1984: 107—108).
Berdasarkan pengertian tema dari sudut pandang proses penulisan
diketahui bahwa topik merupakan unsur dasar dalam proses penulisan komposisi.
Topik atau pokok pembicaraan ditentukan sebelum merumuskan tema. Topik
berfungsi untuk membatasi tema agar tidak terlalu umum dan membatasi setiap
persoalan yang akan diuraikan oleh pengarang. Kata topik berasal dari kata
Yunani topoi yang berarti tempat. Hal itu berarti bahwa setiap pengarang yang
ingin menyampaikan sesuatu, mula-mula harus menentukan topik yang bisa
dijadikan tempat atau landasan untuk menyampaikan maksud topik tersebut
(Keraf, 1984: 108). Pengertian topik juga terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008: 1481), yaitu pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah,
karangan, dsb. Dengan demikian, topik dapat diartikan sebagai pokok
pembicaraan yang lebih umum daripada tema.

2. Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis
besar sebuah karangan yang akan dibuat. Kerangka kerja mengandung rencana
kerja dan memuat ketentuan-ketentuan pokok tentang bagaimana suatu topik
harus diperinci serta dikembangkan. Kerangka karangan membuat susunan
komposisi menjadi logis dan teratur. Kerangka karangan juga membantu penulis
untuk membedakan gagasan-gagasan utama dari gagasa-gagasan bawahan atau
2

tambahan. Selain itu, kerangka karangan dapat membantu memudahkan penulis


dalam menciptakan klimaks yang berbeda-beda dan mencari data-data atau fakta-
fakta untuk memperjelas dan membuktikan pendapatnya (Keraf, 1984: 132—
134).

3. Pengumpulan Data
Topik yang akan disampaikan dalam sebuah komposisi harus dipersempit
ruang lingkupnya sehingga penulis dapat memusatkan perhatiaannya pada
masalah yang khusus dan mencari bahan-bahan yang khusus. Dengan bahan-
bahan khusus itu, penulis dapat membahas topik dengan terperinci dan mendalam.
Semua bahan yang dikumpulkan pada tahap awal disebut data atau informasi.
Sebelum digunakan dalam karangan, semua data atau informasi harus dievaluasi
kebenarannya, yaitu apakah data-data tersebut termasuk fakta atau bukan fakta.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan data dan
informasi serta menguji data atau informasi tersebut. Beberapa cara itu adalah
dengan melakukan wawancara dan angket; mengadakan observasi dan penelitian
lapangan; dan penelitian kepustakaan (Keraf, 1984: 160). Wawancara adalah
suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyan
langsung kepada seorang informan atau seorang ahli dalam bidang tertentu.
Adapun observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu objek yang akan
diteliti untuk memperoleh data-data, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha
pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisis dan pengujian
ulang terhadap data yang telah diperoleh. Selain kedua cara tersebut,
pengumpulan data dan informasi dapat juga dilakukan dengan penelitian
kepustakaan, yaitu pengumpulan data dan informasi melalui sumber-sumber
pustaka, seperti buku, majalah, hasil laporan, dan artikel.

Referensi:
Keraf, Gorys. 1984. Komposisi. Flores: Nusa Indah.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat


Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai