Anda di halaman 1dari 2

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting

Status gizi bayi dan balita merupakan salah satu indikator gizi masyarakat, dan bahkan telah
dikembangkan menjadi salah satu indikator kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini
dikarenakan masa bayi dan balita merupakan salah satu masa penting untuk kelangsungan
hidup dan tumbuh kembang. Masa ini juga merupakan salah satu masa yang paling penting
untuk meletakkan dasar-dasar kesehatan dan intelektual anak untuk kehidupan yang akan
datang (UNICEF, 2002). Keadaan gizi yang baik dan sehat pada masa balita merupakan fondasi
penting bagi kesehatannya di masa depan. Kekurangan gizi yang terjadi pada masa tersebut
dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat terutama terjadi pada usia 1-3 tahun, pada usia ini kebutuhan tubuh
akan energi, protein, vitamin dan mineral cukup tinggi. Anak usia hingga 3 tahun berada pada
rentang usia dimana anak rentan terhadap masalah gizi, untuk itu ibu harus mengontrol ketat
asupan makanan anaknya (Sutomo et al. 2010).

Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan
linier yang tidak sesuai umur dapat merefleksikan keadaan gizi kurang dalam jangka waktu yang
lama (Rosha et al., 2012). Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks TB/U
menggambarkan status gizi masa lalu (Supariasa et al., 2012). Stunting merupakan gangguan
pertumbuhan linier yang disebabkan adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit
infeksi kronis berulang yang ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut usia (TB/U)
< -2 SD berdasarkan standar WHO (WHO, 2010). Retardasi pertumbuhan atau stunting pada
anak-anak di negara berkembang terjadi terutama sebagai akibat dari kekurangan gizi kronis
dan penyakit infeksi yang mempengaruhi 30% dari anak-anak usia di bawah lima tahun (UNSCN,
2004).

Kejadian stunting yang berlangsung sejak masa kanak-kanak dapat menyebabkan gangguan
Intelligence Quotient (IQ), perkembangan psikomotor, kemampuan motorik, dan integrasi
neurosensori. Anak yang menderita kurang gizi (stunting) berat mempunyai rata-rata IQ 11 point
lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak stunting (UNICEF 1998). Menurut
Anugraheni (2012) stunting juga meningkatkan risiko obesitas dan penyakit degeneratif. Hal ini
dikarenakan orang dengan tubuh pendek berat badan idealnya juga rendah, kenaikan berat
badan beberapa kilogram saja bisa menjadikan Indeks Masa Tubuh (IMT) naik melebihi batas
normal. Keadaan overweight dan obesitas yang terus berlangsung lama akan meningkatkan
risiko kejadian penyakit degeneratif.

Pada dasarnya banyak faktor penyebab terjadinya stunting, dimana faktor-faktor tersebut saling
berhubungan satu dengan lainnya. Menurut UNICEF (1998) terdapat dua faktor utama penyebab
stunting yaitu asupan makanan tidak seimbang dan riwayat penyakit. The World Bank (2007)
menambahkan, selain tidak adekuatnya makanan dan infeksi, status berat badan lahir juga
mempengaruhi secara langsung kejadian stunting. Menurut Soetjiningsih (1995) tumbuh
kembang anak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting


Menurut UNICEF (1998), pertumbuhan dipengaruhi oleh sebab langsung dan tidak langsung.
Penyebab langsung diantaranya adalah asupan makanan dan keadaan kesehatan, sedangkan
penyebab tidak langsung meliputi ketersediaan dan pola konsumsi rumah tangga, pola
pengasuhan anak, sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor-faktor
tersebut ditentukan oleh sumber daya manusia, eknonomi dan organisasi melalui faktor
pendidikan. Penyebab paling mendasar dari tumbuh kembang adalah masalah struktur politik,
ideologi, dan sosial ekonomi yang dilandasi oleh potensi sumber daya yang ada (Supariasa et al.,
2012).

Menurut Tuft (2001) dalam The World Bank (2007) stunting disebabkan oleh tiga faktor yaitu
faktor individu yang meliputi asupan makanan, berat badan lahir, dan keadaan kesehatan; faktor
rumah tangga yang meliputi kualitas dan kuantitas makanan, sumber daya, jumlah dan struktur
keluarga, pola asuh, perawatan kesehatan, dan pelayanan; serta faktor lingkungan yang meliputi
infrastruktur sosial ekonomi, layanan pendidikan dan layanan kesehatan. Sedangkan menurut
Soetjiningsih (1995) tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai