DISUSUN OLEH:
KELAS : 4 KC
TEKNIK KIMIA
Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat
ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga sangat
beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah, sehinggga terkadang ikan yang
diobati malah mati akibat formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin banyak digunakan
dalam pengawetan specimen ikan untuk keperluan penelitian dan identifikasi. Di dunia
kedokteran formalin digunakan untuk pengawetan mayat manusia untuk dipakai dalam
pendidikan mahasiswa kedokteran. Untuk pengawetan biasanya digunakan formalin dengan
konsentrasi 10%.
Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reasi oksidasi katalitik pada metanol.
Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung
karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau.
Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen
terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil
sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.
Formalin merupakan salah satu pengawet yang akhir-akhir ini banyak digunakan
dalam makanan, padahal jenis pengawet tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan. Formalin
merupakan larutan tidak berwarna, berbau tajam, mengandung formaldehid sekitar 37%
dalam air, biasanya ditambahkan metanol 10-15%.
Formalin mempunyai banyak nama atau sinonim, seperti formol, morbicid, methanal,
formic aldehyde, methyl oxide, oxymethylene, methyl aldehyde, oxomethane, formoform,
formalith, oxomethane, karsan, methylene glycol, paraforin, poly-oxymethylene glycols,
superlysoform, tetraoxymethylene dan trioxane.
B. Sifat Formalin
Pengawet ini memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein,
karenanya ketika disiramkan ke makanan seperti tahu, formalin akan mengikat unsur protein
mulai dari bagian permukaan tahu hingga terus meresap kebagian dalamnya. Dengan matinya
protein setelah terikat unsur kimia dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih kenyal .
Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan
senyawa asam, Itulah sebabnya tahu atau makanan berformalin lainnya menjadi lebih awet.
Melihat sifatnya, formalin juga sudah tentu akan menyerang protein yang banyak
terdapat di dalam tubuh manusia seperti pada lambung. Terlebih, bila formalin yang masuk
ke tubuh itu memiliki dosis tinggi.
Banyak pihak mengingatkan formalin juga memiliki sifat karsinogen atau dapat
menyebabkan kanker.Tetapi kemunculan kanker akibat bahan berbahaya ini dengan kanker
dari penyebab yang lain hampir sulit dibedakan, keduanya membutuhkan waktu panjang
untuk menyerang tubuh manusia.
Isu kandungan formalin dalam berbagai produk makanan mendapat tanggapan serius
dari pemerintah, karena dalam jangka panjang dapat memicu terjadinya kanker. Menurut
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), sampai kadar tertentu, formalin
diizinkan untuk pengawet kosmetik, yaitu untuk pasta gigi maksimum 0,1% dan untuk
produk kosmetik lainnya 0,2%. Ketentuan ini sesuai dengan aturan yang berlaku secara
internasional seperti ASEAN Cosmetic Directive, European Union Directive, dan SK BPOM
untuk kosmetik.
Sifat Fisik
Nama sistematis : Metanal
Rumus molekul : CH2O
Nama Lain : Formalin, Formol, Metal Adehid, Metilen oksida
Density : 0,815 pada 200C
Titik Didih : -19,300 C
Titik Leleh : -1170 C
Tidak bewarna
Mudah terbakar (Toksik)
Sifat Kimia
- Larut dalam air, alkohol dan pelarut – pelarut polar.
Sedikit larut dalam Ester, Klorofom dan hidrokarbon.
- Formaldehida lebih reaktif daripada senyawa aldehida lainnya.
- Mengalami Reaksi subtitusi aromatik eloktofilik dan senyawa aromatik serta bisa
mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena
- Mengalami reaksi Cannizzaro dalam keadaan katalis basa
C. Pembuatan Formalin
Persiapan bahan baku pembuatan formalin
c. Menaikan tekanan umpan metanol dan udara sehinnga sesuai dengan kondisi
reaktor.
1. Metanol
Bahan baku metanol diambil dari tangki penyimpanan pada kondisi cair
dengan tekanan 1 atm dan suhu 30 c. Metanol dinaikan tekanannya dan dialirkan
dengan pompa menuju mixer untuk dicampur dengan aliran Recycle dari kolom
distilasi pada kondisi cair. Dari mixer metanol dialirkan ke vaparizer untuk
merubah dari fase cair menuju fase gas dengan pemanasan steam. Dari vaporizer
metanol dialirkan ke heat exchanger untuk menaikan suhu gas metanol yang
bertujuan menurunkan beban dari furnace. pemanas yang digunakan adalah
pemanas produk reaktor yang akan diturunkan suhunya. Kemudian metanol
dialirkan ke furnace untuk dipanaskan sampai kondisi reaktor yaitu 560 C.
2.Oksigen
Bahan baku udara diambil dari lingkungan dan masuk ke filter untuk
menyaring partikulat-partikulat yang ada dalam udara. Di blower udara dinaikan
tekanannya. Bersama-sama metanol udara masuk ke furnace untuk di panaskan
menjadi 560 C.
Proses Reaksi
Udara, steam dan metanol gas bercampur rata di mix gas pada suhu 140 oC lalu
masuk ke reaktor (RE) dengan melewati mix gas filter (MGF) untuk menjaga agar
tidak ada tetes-tetes cairan (kondensat) masuk ke reaktor.
Pada saat start operation, temperatur katalis dinaikkan oleh heater sebagai pemanas
awal sampai suhu 400–450°C, setelah itu heater dimatikan sehingga suhu katalis naik
dengan sendirinya sampai suhu operasi yang diinginkan karena adanya reaksi
eksoterm. Di dalam reaktor terjadi reaksi pembuatan gas formaldehid dengan bantuan
katalis perak pada suhu operasi 650–700°C. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
1. Reaksi oksidasi metanol
2. Dehidrogenasi metanol
Gas formaldehide yang terbentuk kemudian di-spray dengan larutan crude formalin
44% dengan temperature 80 oC untuk menurunkan suhu gas formaldehid sampai
dibawah 250 oC. Spray crude formalin ini juga dapat menyebabkan terjadinya reaksi
samping yaitu terbentuknya paraform dan asam format (formic acid). Reaksi samping
yang terjadi di dalam reaktor yaitu:
Proses Absorbsi
Gas formaldehide dari reaktor (RE) dialirkan ke bagian bawah packed tower . Gas ini
dikontakkan dengan larutan formalin 44% suhu 40 oC yang dialirkan dari atas menara
dengan bantuan distributor cairan agar larutan formalin yang digunakan tersebar secara
merata didalam packed tower dan membasahi seluruh permukaan raschig ring sehingga
penyerapan maksimal.
Hasil penyerapan di packed tower berupa formalin cair masuk ke control tank (CT).
Sisa gas yang belum terserap di packed tower masuk ke dalam bubble cap tower yang
akan diserap oleh pure water dari atas menara. Sisa dari penyerapan itu yang masih
lolos nantinya dibakar di flare stack yang sebelumnya melewati demister. Hasil
penyerapan dari bubble cap tower masuk ke control tank (CT).
Proses pendinginan
Larutan crude formalin pada control tank (CT) temperaturnya ± 80°C, karena
temperaturnya masih relatif tinggi maka didinginkan lagi dengan dilewatkan cooler
(CO). Cooler yang digunakan yaitu frame and plate dengan temperatur keluar 40°C.
Selain itu agar formalin yang terbentuk sempurna, setelah melewati cooler larutan
tersebut masuk ke crude formalin filter (CF) baru masuk ke crude formalin tank . Kadar
formalin di crude formalin tank (T-03) sekitar 43-44%.
Proses pengenceran
Untuk memperoleh formalin dengan kondisi standar yang digunakan oleh PT. PAI
yaitu formalin dengan kadar 37,3% maka formalin dari crude formalin tank diencerkan
dengan menggunakan pure water di mixing tank . Setelah terbentuk larutan formalin
37,3% disimpan dalam tangki penyimpanan.
sebagai pembunuh kuman, sehingga banyak dipakai dalam pembersih lantai, pakaian,
kapal dan gudang,
pembasmi lalat dan serangga lainnya,
salah satu bahan dalam pembuatan sutera buatan, zat pewarna cermin kaca dan bahan
peledak,
pengeras lapisan gelatin dan kertas foto,
bahan pembuatan pupuk urea, parfum, pengeras kuku dan pengawet produk kosmetik,
pencegah korosi pada sumur minyak,
bahan untuk insulasi busa,
bahan perekat kayu lapis
pengawet mayat
dalam konsentrasi kurang dari 1%, formalin digunakan sebagai pengawet dalam
pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, sampo mobil, lilin, dan karpet.
Bahaya utama
Formalin sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit, dan tertelan. Akibat
yang ditimbulkan dapat berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan,
reaksi alergi, dan bahaya kanker pada manusia.
Bahaya jangka pendek (akut)
Jika terhirup akan terjadi:
- Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada
hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk
- Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru,
pembengkakan paru.
- Tanda-tanda lainnya meliputi bersin, radang tenggorokan, sakit dada yang
berlebihan, kelelahan, jantung berdebar, sakit kepala, mual, dan muntah.
- Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian .
Bila terkena kulit
Apabila terkena kulit maka akan menimbulkan perubahan warna, yaitu kulit
menjadi merah, mengeras, mati rasa, dan ada rasa terbakar
Bila terkena mata
Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata
memerah, rasanya sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur, dan mengeluarkan air
mata. Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat
menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa
mata.
Bila tertelan
Apabila tertelan maka mulut,tenggorokan, dan perut terasa terbakar, sakit saat
menelan, mual, muntah, diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang
hebat, sakit kepala, hipotensi ( tekanan darah rendah ), kejang, tidak sadar hingga
koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas,
sistem susunan saraf pusat, dan ginjal.
Sifat Fisik
Rumus moleku : C2H4O
Wujud : Gas
Berat molekul : 44,05 gr/mol
Densitas : 0,882 gr/ml
Titik leleh : -111,3°C, 162 K, -168°F
Titik didih : 10,7°C, 284 K, 51°F
Titik nyala : -20°C (-4°F)
Batas ledakan : Terendah 7% di udara
Tertinggi 73% volume di udara
Batas keracunan : min 3%, max 80% dalam udara
Sifat Kimia
Etilen oksida adalah senyawa yang reaktif. Biasanya reaksinya dimulai dari terbakarnya
struktur cincin dan umumnya bersifat eksothermis. Suatu ledakan dapat terjadi jika
etilen oksida dalam bentuk uap mendapatkan pemanasan yang berlebihan.
1. Dekomposisi
Etilen oksida dalam bentuk gas akan mulai terdekomposisi pada 400oC
membentuk CO, CH4, C2H2, H2 atau CH3COH. Langkah pertama yang terjadi adalah
isomerisasi menjadi asetaldehid.
2. Adisi oleh atom hidrogen labil
Etilen bereaksi dengan senyawa yang mengandung atom hidrogen yang labil
dan membentuk gugus hidroksi etil XH-C2H4O XC2H4OH
Contoh senyawa XH ini adalah HOH, H2NH, HRNH, R2NH, RCOOH,
RCONH2, HSH, ROH, NCH dan B2H6 (R= aril, alkil). Reaksi
berlangsung makin cepat dengan adanya asam atau basa.
3. Isomerisasi katalitik
Etilen oksida dapat bereaksi membentuk asetaldehid dengan bantuan katalis
perak pada suhu 170 – 300oC.
Reaksi : C2H4O CH3COH
4. Reduksi menjadi etanol
Etilen oksida dapat direduksi menjadi etanol dengan katalis Ni, Cu
dan Cr pada Al2O3.
Reaksi : C2H4O + H2 C2H5OH
5. Reaksi dengan pereaksi Grignard
Etilen oksida dapat bereaksi dengan pereaksi grignard membentuk senyawa
dengan gugus hidrosil primer
C2H4O + RMgX + H2O RC2H4OH + MgOHX