Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERALATAN INDUSTRI KIMIA

“ FORMALDEHID DAN ETILEN OKSIDA “

DISUSUN OLEH:

DERI MIFTHAHUL JANNA (061430401988)


DWI INDAH MAYASARI (061430401989)

KELAS : 4 KC

DOSEN PEMBIMBING : IR. HJ. ERWANA DEWI, M. ENG

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

TEKNIK KIMIA

TAHUN AJARAN 2016


PENDAHULUAN

Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di sektor


industri sebenarnya formalin sangat banyak manfaatnya. Formaldehid memiliki banyak
manfaat, seperti anti bakteri atau pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih
lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Dalam dunia
fotografi biasaya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas. Bahan pembuatan
pupuk dalam bentuk urea, bahan pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetika,
pengeras kuku dan bahan untuk insulasi busa. Formalin juga dipakai sebagai pencegah
korosi untuk sumur minyak.. Di bidang industri kayu sebagai bahan perekat untuk produk
kayu lapis (plywood). Dalam konsentrasi yag sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai
pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci
piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet. Di industri perikanan,
formalin digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan.

Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat
ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga sangat
beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah, sehinggga terkadang ikan yang
diobati malah mati akibat formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin banyak digunakan
dalam pengawetan specimen ikan untuk keperluan penelitian dan identifikasi. Di dunia
kedokteran formalin digunakan untuk pengawetan mayat manusia untuk dipakai dalam
pendidikan mahasiswa kedokteran. Untuk pengawetan biasanya digunakan formalin dengan
konsentrasi 10%.

Besarnya manfaat di bidang industri ini ternyata disalahgunakan untuk penggunaan


pengawetan industri makanan. Biasanya hal ini sering ditemukan dalam industri rumahan,
karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Balai POM setempat.
Bahan makanan yang diawetkan dengan formalin biasanya adalah mi basah, tahu, bakso, ikan
asin dan beberapa makanang minnya. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan
baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam
air, sebagai bahan pengawet biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen. Bila tidak
diberi bahan pengawet makanan seperti tahu atau mi basah seringkali tidak bisa tahan dalam
lebih dari 12 jam.
FORMALDEHID
A. Pengertian Formalin
Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin), merupakan
aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai
formalin, atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxane. Formaldehida
awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi
oleh Hoffman tahun 1867.

Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reasi oksidasi katalitik pada metanol.
Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung
karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau.
Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen
terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil
sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.

Formalin merupakan salah satu pengawet yang akhir-akhir ini banyak digunakan
dalam makanan, padahal jenis pengawet tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan. Formalin
merupakan larutan tidak berwarna, berbau tajam, mengandung formaldehid sekitar 37%
dalam air, biasanya ditambahkan metanol 10-15%.

Formalin mempunyai banyak nama atau sinonim, seperti formol, morbicid, methanal,
formic aldehyde, methyl oxide, oxymethylene, methyl aldehyde, oxomethane, formoform,
formalith, oxomethane, karsan, methylene glycol, paraforin, poly-oxymethylene glycols,
superlysoform, tetraoxymethylene dan trioxane.

B. Sifat Formalin
Pengawet ini memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein,
karenanya ketika disiramkan ke makanan seperti tahu, formalin akan mengikat unsur protein
mulai dari bagian permukaan tahu hingga terus meresap kebagian dalamnya. Dengan matinya
protein setelah terikat unsur kimia dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih kenyal .
Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan
senyawa asam, Itulah sebabnya tahu atau makanan berformalin lainnya menjadi lebih awet.

Formaldehida membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi


(kekurangan air), sehingga sel bakteri akan kering dan membentuk lapisan baru di
permukaan. Artinya, formalin tidak saja membunuh bakteri, tetapi juga membentuk lapisan
baru yang melindungi lapisan di bawahnya, supaya tahan terhadap serangan bakteri lain. Bila
desinfektan lainnya mendeaktifasikan serangan bakteri dengan cara membunuh dan tidak
bereaksi dengan bahan yang dilindungi, maka formaldehida akan bereaksi secara kimiawi dan
tetap ada di dalam materi tersebut untuk melindungi dari serangan berikutnya.

Melihat sifatnya, formalin juga sudah tentu akan menyerang protein yang banyak
terdapat di dalam tubuh manusia seperti pada lambung. Terlebih, bila formalin yang masuk
ke tubuh itu memiliki dosis tinggi.

Masalahnya, sebagai bahan yang digunakan hanya untuk mengawetkan makanan,


dosis formalin yang digunakan pun akan rendah. Sehingga efek samping dari mengkonsumsi
makanan berformalin tidak akan dirasakan langsung oleh konsumen.

Banyak pihak mengingatkan formalin juga memiliki sifat karsinogen atau dapat
menyebabkan kanker.Tetapi kemunculan kanker akibat bahan berbahaya ini dengan kanker
dari penyebab yang lain hampir sulit dibedakan, keduanya membutuhkan waktu panjang
untuk menyerang tubuh manusia.

Isu kandungan formalin dalam berbagai produk makanan mendapat tanggapan serius
dari pemerintah, karena dalam jangka panjang dapat memicu terjadinya kanker. Menurut
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), sampai kadar tertentu, formalin
diizinkan untuk pengawet kosmetik, yaitu untuk pasta gigi maksimum 0,1% dan untuk
produk kosmetik lainnya 0,2%. Ketentuan ini sesuai dengan aturan yang berlaku secara
internasional seperti ASEAN Cosmetic Directive, European Union Directive, dan SK BPOM
untuk kosmetik.

 Sifat Fisik
Nama sistematis : Metanal
Rumus molekul : CH2O
Nama Lain : Formalin, Formol, Metal Adehid, Metilen oksida
Density : 0,815 pada 200C
Titik Didih : -19,300 C
Titik Leleh : -1170 C
Tidak bewarna
Mudah terbakar (Toksik)
 Sifat Kimia
- Larut dalam air, alkohol dan pelarut – pelarut polar.
Sedikit larut dalam Ester, Klorofom dan hidrokarbon.
- Formaldehida lebih reaktif daripada senyawa aldehida lainnya.
- Mengalami Reaksi subtitusi aromatik eloktofilik dan senyawa aromatik serta bisa
mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena
- Mengalami reaksi Cannizzaro dalam keadaan katalis basa

C. Pembuatan Formalin
 Persiapan bahan baku pembuatan formalin

Tahap penyiapan bahan baku bertujuan untuk:

a. Menguapkan dan memanaskan umpan metanol sehingga sesuai dengan kondisi


reaktor.

b. Memanaskan umpan udara sehingga sesuai dengan kondisi reaktor.

c. Menaikan tekanan umpan metanol dan udara sehinnga sesuai dengan kondisi
reaktor.

1. Metanol
Bahan baku metanol diambil dari tangki penyimpanan pada kondisi cair
dengan tekanan 1 atm dan suhu 30 c. Metanol dinaikan tekanannya dan dialirkan
dengan pompa menuju mixer untuk dicampur dengan aliran Recycle dari kolom
distilasi pada kondisi cair. Dari mixer metanol dialirkan ke vaparizer untuk
merubah dari fase cair menuju fase gas dengan pemanasan steam. Dari vaporizer
metanol dialirkan ke heat exchanger untuk menaikan suhu gas metanol yang
bertujuan menurunkan beban dari furnace. pemanas yang digunakan adalah
pemanas produk reaktor yang akan diturunkan suhunya. Kemudian metanol
dialirkan ke furnace untuk dipanaskan sampai kondisi reaktor yaitu 560 C.

2.Oksigen
Bahan baku udara diambil dari lingkungan dan masuk ke filter untuk
menyaring partikulat-partikulat yang ada dalam udara. Di blower udara dinaikan
tekanannya. Bersama-sama metanol udara masuk ke furnace untuk di panaskan
menjadi 560 C.

 Proses Reaksi
Udara, steam dan metanol gas bercampur rata di mix gas pada suhu 140 oC lalu
masuk ke reaktor (RE) dengan melewati mix gas filter (MGF) untuk menjaga agar
tidak ada tetes-tetes cairan (kondensat) masuk ke reaktor.
Pada saat start operation, temperatur katalis dinaikkan oleh heater sebagai pemanas
awal sampai suhu 400–450°C, setelah itu heater dimatikan sehingga suhu katalis naik
dengan sendirinya sampai suhu operasi yang diinginkan karena adanya reaksi
eksoterm. Di dalam reaktor terjadi reaksi pembuatan gas formaldehid dengan bantuan
katalis perak pada suhu operasi 650–700°C. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
1. Reaksi oksidasi metanol

CH3OH + ½ O2 ——–> CH2O + H2O -37 kcal/mol

2. Dehidrogenasi metanol

CH3OH ———> CH2O + H2 +21 kcal/mol

Gas formaldehide yang terbentuk kemudian di-spray dengan larutan crude formalin
44% dengan temperature 80 oC untuk menurunkan suhu gas formaldehid sampai
dibawah 250 oC. Spray crude formalin ini juga dapat menyebabkan terjadinya reaksi
samping yaitu terbentuknya paraform dan asam format (formic acid). Reaksi samping
yang terjadi di dalam reaktor yaitu:

1. Reaksi pembentukan paraform (methylen glycol)

CH2O + H2O ———> HOCH2OH (methylen glycol)

atau polymer dapat ditulis :

n CH2O + H2O ———-> HO(CH2O)n H

2. Reaksi pembentukan asam format (formic acid)

2 CH2O + H2O ———-> HCOOH + CH3OH

(asam format) (methanol)

 Proses Absorbsi
Gas formaldehide dari reaktor (RE) dialirkan ke bagian bawah packed tower . Gas ini
dikontakkan dengan larutan formalin 44% suhu 40 oC yang dialirkan dari atas menara
dengan bantuan distributor cairan agar larutan formalin yang digunakan tersebar secara
merata didalam packed tower dan membasahi seluruh permukaan raschig ring sehingga
penyerapan maksimal.
Hasil penyerapan di packed tower berupa formalin cair masuk ke control tank (CT).
Sisa gas yang belum terserap di packed tower masuk ke dalam bubble cap tower yang
akan diserap oleh pure water dari atas menara. Sisa dari penyerapan itu yang masih
lolos nantinya dibakar di flare stack yang sebelumnya melewati demister. Hasil
penyerapan dari bubble cap tower masuk ke control tank (CT).

 Proses pendinginan
Larutan crude formalin pada control tank (CT) temperaturnya ± 80°C, karena
temperaturnya masih relatif tinggi maka didinginkan lagi dengan dilewatkan cooler
(CO). Cooler yang digunakan yaitu frame and plate dengan temperatur keluar 40°C.
Selain itu agar formalin yang terbentuk sempurna, setelah melewati cooler larutan
tersebut masuk ke crude formalin filter (CF) baru masuk ke crude formalin tank . Kadar
formalin di crude formalin tank (T-03) sekitar 43-44%.
 Proses pengenceran
Untuk memperoleh formalin dengan kondisi standar yang digunakan oleh PT. PAI
yaitu formalin dengan kadar 37,3% maka formalin dari crude formalin tank diencerkan
dengan menggunakan pure water di mixing tank . Setelah terbentuk larutan formalin
37,3% disimpan dalam tangki penyimpanan.

D. Manfaat dan Kegunaan Formaldehid


Formalin selain harganya murah, mudah didapat dan pemakaiannya pun tidak sulit
sehingga sangat diminati sebagai pengawet oleh produsen pangan yang tidak bertanggung
jawab.

Hasil survei dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan, sejumlah produk pangan


menggunakan formalin sebagai pengawet.

Anjuran penggunaan formalin yang benar adalah:

 sebagai pembunuh kuman, sehingga banyak dipakai dalam pembersih lantai, pakaian,
kapal dan gudang,
 pembasmi lalat dan serangga lainnya,
 salah satu bahan dalam pembuatan sutera buatan, zat pewarna cermin kaca dan bahan
peledak,
 pengeras lapisan gelatin dan kertas foto,
 bahan pembuatan pupuk urea, parfum, pengeras kuku dan pengawet produk kosmetik,
 pencegah korosi pada sumur minyak,
 bahan untuk insulasi busa,
 bahan perekat kayu lapis
 pengawet mayat
 dalam konsentrasi kurang dari 1%, formalin digunakan sebagai pengawet dalam
pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, sampo mobil, lilin, dan karpet.

E. Bahaya Formalin Bagi Kesehatan Tubuh


Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya
jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa
gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan
mempengaruhi organ tubuh lainnya, serta gejala lainnya.

Bahaya bila terpapar oleh Formalin (Dep Kes RI, 2006)

 Bahaya utama
Formalin sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit, dan tertelan. Akibat
yang ditimbulkan dapat berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan,
reaksi alergi, dan bahaya kanker pada manusia.
 Bahaya jangka pendek (akut)
 Jika terhirup akan terjadi:
- Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada
hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk
- Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru,
pembengkakan paru.
- Tanda-tanda lainnya meliputi bersin, radang tenggorokan, sakit dada yang
berlebihan, kelelahan, jantung berdebar, sakit kepala, mual, dan muntah.
- Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian .
 Bila terkena kulit
Apabila terkena kulit maka akan menimbulkan perubahan warna, yaitu kulit
menjadi merah, mengeras, mati rasa, dan ada rasa terbakar
 Bila terkena mata
Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata
memerah, rasanya sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur, dan mengeluarkan air
mata. Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat
menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa
mata.
 Bila tertelan
Apabila tertelan maka mulut,tenggorokan, dan perut terasa terbakar, sakit saat
menelan, mual, muntah, diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang
hebat, sakit kepala, hipotensi ( tekanan darah rendah ), kejang, tidak sadar hingga
koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas,
sistem susunan saraf pusat, dan ginjal.

 Bahaya jangka panjang ( kronis )


 Bila terhirup
Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit
kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual,
mengantuk, luka pada ginjal, gangguan haid dan infertilitas pada perempuan,
kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru, dan otak. Efek
neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu,
kehilangan konsentrasi, dan daya ingat berkurang.
 Bila terkena kulit
Apabila terkena kulit akan terasa panas, mati rasa, serta gatal-gatal dan
memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit,
serta terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung.
 Bila terkena mata
 Jika terkena mata bahaya yang utama adalah terjadinya radang selaput mata.

 Bila tertelan
Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan ,muntah-
muntah, dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan
dan rasa gatal di dada.
ETILEN OKSIDA
A. Pengertian Etilen Oksida
Etilen Oksida yang disebut juga oxirane atau epathane adalah senyawa organik
dengan rumus C2H4O. Etilen oksida adalah senyawa yang reaktif, biasanya reaksinya
dimulai dari terbakarnya struktur cincin dan umumnya bersifat eksothermis.Etilen
oksida Ini adalah eter siklik. Ini berarti bahwa ia terdiri dari 2 kelompok alkil yang
terikat pada atom oksigen dalam bentuk siklik (melingkar). Mudah terbakar di atas
suhu 51,3 º F (10,7 º C) gas ini tidak berwarna dengan bau yang manis samar-samar,
cincin beranggota tiga terdiri dari dua karbon dan satu atom oksigen. Karena struktur
molekul khusus, etilen oksida dengan mudah berpartisipasi dalam reaksi samping itu,
membuka siklus, dan dengan demikian mudah berpolimerisasi. Etilen oksida adalah
isomerik dengan asetaldehida.

B. Sifat Etilen Oksida

 Sifat Fisik
Rumus moleku : C2H4O
Wujud : Gas
Berat molekul : 44,05 gr/mol
Densitas : 0,882 gr/ml
Titik leleh : -111,3°C, 162 K, -168°F
Titik didih : 10,7°C, 284 K, 51°F
Titik nyala : -20°C (-4°F)
Batas ledakan : Terendah 7% di udara
Tertinggi 73% volume di udara
Batas keracunan : min 3%, max 80% dalam udara
 Sifat Kimia
Etilen oksida adalah senyawa yang reaktif. Biasanya reaksinya dimulai dari terbakarnya
struktur cincin dan umumnya bersifat eksothermis. Suatu ledakan dapat terjadi jika
etilen oksida dalam bentuk uap mendapatkan pemanasan yang berlebihan.
1. Dekomposisi
Etilen oksida dalam bentuk gas akan mulai terdekomposisi pada 400oC
membentuk CO, CH4, C2H2, H2 atau CH3COH. Langkah pertama yang terjadi adalah
isomerisasi menjadi asetaldehid.
2. Adisi oleh atom hidrogen labil
Etilen bereaksi dengan senyawa yang mengandung atom hidrogen yang labil
dan membentuk gugus hidroksi etil XH-C2H4O  XC2H4OH
Contoh senyawa XH ini adalah HOH, H2NH, HRNH, R2NH, RCOOH,
RCONH2, HSH, ROH, NCH dan B2H6 (R= aril, alkil). Reaksi
berlangsung makin cepat dengan adanya asam atau basa.
3. Isomerisasi katalitik
Etilen oksida dapat bereaksi membentuk asetaldehid dengan bantuan katalis
perak pada suhu 170 – 300oC.
Reaksi : C2H4O  CH3COH
4. Reduksi menjadi etanol
Etilen oksida dapat direduksi menjadi etanol dengan katalis Ni, Cu
dan Cr pada Al2O3.
Reaksi : C2H4O + H2  C2H5OH
5. Reaksi dengan pereaksi Grignard
Etilen oksida dapat bereaksi dengan pereaksi grignard membentuk senyawa
dengan gugus hidrosil primer
C2H4O + RMgX + H2O  RC2H4OH + MgOHX

C. Pembuatan Etilen Oksida


Pada pembuatan Etilen oksida dengan proses Oksidasi langsung digunakan
etilen dengan kemurnian 95-98% yang digunakan sebagai umpan dialirkan kedalam
fixed bed tubular reactor dengan bantuan kompresor, kemudian ditempat terpisah
udara ditekan dan dialirkan kedalam reactor juga. Pada fixed bed tubular reactor
tersebut terjadi reaksi antara etilen dan udara dengan mekanisme reaksinya C2H4 +
O2 → C2H4O + ( CO2 + H2O ) pada temperatur 250 – 300°C dan pada tekanan 4
– 5 atm. Reaksi yang terjadi dalam reaktor dipercepat dengan ditambahkan katalis
perak oksida (AgO) dengan tujuan untuk mempercepat jalannya reaksi itu sendiri,
reaksi tersebut berlangsung secara eksotermis. Didalam tubular reaktor ini terjadi 2
tahapan reaksi, yang menghasilkan C2H4O sebagai reaksi utama, H2O dan CO2
sebagai reaksi samping dan sisa-sisa gas dari hasil reaksi yang tidak dibutuhkan akan
keluar melalui bagian steam, sedangkan hasil produk tersebut yaitu etilen oksida yang
masih mengandung air dan gas lain akan menuju ke water absorber yang berfungsi
untuk menyerap air dari campuran etilen oksida yang terbentuk, tetapi terlebih dahulu
campuran tersebut didinginkan melalui HE (cooler) sebelum masuk ke dalam water
absorber.
Pada water absorber ini terjadi proses pemisahan dengan menggunakan air
(H2O) sebagai medium penyerap. Gas yang tidak diserap dan memiliki titik didih
yang rendah atau memiliki fase yang ringan akan teruapkan keluar ke atas untuk
direcycle ke tubular reaktor dan sebagiannya lagi dibuang ke purge steam. Sedangkan
gas yang memiliki titik didih yang lebih tinggi atau yang memiliki fase berat yaitu gas
H2O akan dipanaskan melalui HE (heater) menuju desorber. Campuran etilen oksida
yang masih mengandung pelarut air akan dipisahkan atau dilepaskan dari air yang
dikandungnya didalam desorber. Pada alat ini terjadi proses pemisahan antara etilen
oksida dengan sisa – sisa air media penyerap. Gas yang memiliki titik didih yang
rendah akan keluar pada bagian atas. Sedangkan gas yang memiliki titik didih yang
tinggi akan keluar pada bagian bawah untuk kemudian direcycle kembali ke water
absorber yang dapat digunakan sebagai media penyerap.Lalu hasil keluaran pada
bagian atas didinginkan dengan kondensor kemudian dikompresi oleh kompresor
masuk kedalam stripper.
Setelah air terpisah dengan etilen oksida pada desorber kemudian produk yang
berupa etilen oksida dialirkan ke stripper dimana sisa uap air yang telah terpisah akan
keluar melalui keluaran atas yang terlebih dahulu didinginkan pada bagian kondenser,
sedangkan campuran etilen oksida yang masih mengandung gas atau zat lain yang
bercampur dimurnikan didalam refinning still.
Proses pemisahan pada alat refinning still ini berdasarkan perbandingan titik
didih dari komponen – komponen yang ada pada campuran. Dimana etilen oksida
akan menguap dan terpisah dari zat – zat pengotor masuk kedalam kondensor untuk
didinginkan.Etilen oksida yang telah murni dari gas atau zat yang lainnya dan
merupakan fase ringan dengan memiliki titik didih lebih rendah keluar melalui bagian
atas sedangkan gas atau zat yang telah terpisah dengan etilen oksida tersebut keluar
melalui bagian bawah (Heavy ends).

D. Kegunaan Etilen Oksida


Etilen oksida umumnya digunakan sebagai bahan pensteril. Dalam kehidupan
sehari-hari digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan seperti pakaian, perabot rumah
tangga dan bahkan bulu binatang. Etilen oksida juga digunakan sebagai pestisida. Di
dunia kedokteran etilen oksida dikenal luas sebagai desinfektan peralatan bedah, bahan-
bahan plastik, dan alat-alat lain yang tidak tahan panas sehingga tidak dapat disterilkan
dengan uap pada suhu tinggi.
Etilen oksida selain untuk penggunaan langsung, juga dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan:
a. Monoetilen Glycol, dihasilkan dari reaksi etilen oksida dengan air, merupakan agen
antibeku yang digunakan pada mesin-mesin, Juga digunakan untuk bahan baku
produksi polietilen terephthalate (PET) dan sebagai cairan penukar panas.
b. Dietilen Glycol, merupakan agen pelunak yang digunakan pada gabus lem dan
kertas. Juga digunakan sebagai solven dan agen de-icing pada pesawat terbang
maupun bandara.
c. Trietilen Glycol, merupakan agen humectant yang juga digunakan sebagai solven,
pernis dan pengering gas. Sering digunakan sebagai drying agent pada pengolahan
gas alam.
d. Tetraetilen Glycol, merupakan agen ekstraksi yang digunakan dalam ekstraksi
hidrokarbon aromatik.
e. Polietilen Glycol, digunakan sebagai bahan baku pembuatan kosmetik, farmasi,
pelumas, solven, bahan penunjang pembuatan keramik dan bahan pembuat perekat
maupun tinta cetak.
f. Polietilen oksida (Polyox), dihasilkan dengan reaksi polimerisasi dengan
melibatkan logam golongan IIA dan IIIA. Digunakan dalam bidang pertanian, agen
koagulasi dan bahan pengemas.
g. Etilen Glycol Ether, dihasilkan dari reaksi etilen oksida dengan alkohol. Digunakan
sebagai minyak rem, detergen, solven cat. Sering juga digunakan untuk bahan
pengekstrak bagi SO2, H2S, CO2, dan merkaptan dari gas alam.

Anda mungkin juga menyukai