Anda di halaman 1dari 5

PEMECAHAN PAKET UNTUK E-PURCHASING BUKAN

PIDANA
By Samsul Ramli / November 17, 2016
Pasal 24 ayat 3 huruf c. Dalam melakukan pemaketan
Barang/Jasa, PA dilarang memecah Pengadaan Barang/Jasa
menjadi beberapa paket dengan maksud menghindari
pelelangan, sering dipahami secara serampangan. Akibat
pemahaman seperti ini, tujuan tercapainya efektivitas dan
efisiensi pengadaan barang/jasa pemerintah terhalangi.

Diskusi ini juga pernah saya tulis pada artikel


http://samsulramli.com/epurchasing-obat-pemecahan-paket/

Ada baiknya kita pahami bersama konstruksi pasal di atas,


terutama substansi apa sebenarnya yang dilarang. Yang
dilarang bukanlah memecah paket! Yang dilarang sebenarnya
adalah upaya menghindari pelelangan.

Terkait dengan memecah paket dengan tujuan menghindari


pelelangan ini diperjelas pada beberapa pasal yaitu :

Pasal 39 ayat (4) PA/KPA dilarang menggunakan metode


Pengadaan Langsung sebagai alasan untuk memecah paket
Pengadaan menjadi beberapa paket dengan maksud untuk
menghindari pelelangan.

Pasal 45 ayat (3) PA/KPA dilarang menggunakan metode


Pengadaan Langsung sebagai alasan untuk memecah paket
pengadaan menjadi beberapa paket dengan maksud untuk
menghindari Seleksi.

Dengan demikian jelas arah dan tujuan larangan memecah


paket pekerjaan adalah menekan penggunaan metode
pengadaan langsung. Penggunaan metode selain pengadaan
langsung yang berdampak pada pemecahan paket pekerjaan
tidak serta merta dikatakan pelanggaran.
Secara gamblang artikel ini ditujukan untuk menjawab
pertanyaan apakah pemecahan paket akibat adanya e-katalog
adalah perbuatan yang dilarang?

Jawabnya adalah tidak ada satupun pasal dalam Perpres


54/2010 sebagaimana diubah dengan Perpres 4/2015 yang
melarang hal tersebut. Apalagi dalam pasal 110 ayat (4)
disebutkan K/L/D/I wajib
melakukan E-Purchasing terhadap Barang/Jasa yang sudah
dimuat dalam sistem katalog elektronik sesuai dengan
kebutuhan K/L/D/I.

Dengan adanya pasal 110 ini maka tindakan PA/KPA memecah


paket pekerjaan ketika menemukan abrang/jasa yang
dibutuhkan ada dalam katalog adalah sebuah langkah yang
justru menjalankan amanat peraturan.

Sebagai ilustrasi mungkin bisa diambil kasus pengadaan mobil


ambulance. Dengan catatan pilihan dalam ilustrasi ini tidak fit
untuk semua kondisi atau kasus.

Dilihat dari tipe dan jenis setidaknya ada 3 kategori ambulance


yaitu :

Ambulance transport. Untuk jenis ini biasanya berupa alat


transportasi sederhana, yang penting sanggup membawa
pasien menuju tempat yang dituju. Tidak dilengkapi
perlengkapan medis lengkap, hanya terdiri dari tandu/stretcher
serta oksigen portable. Bentuk kendaraan serupa dengan city
car karena targetnya adalah hanya mengantar pasien saja
dengan harga yang relatif murah serta irit bahan bakar dan
kondisi pasien dalam keadaan stabil tanpa alat bantu medis.

Ambulance rescue. Ambulan ini lebih difungsikan sebagai


kendaraan transportasi pasien sejak pasien diketemukan di
lokasi kejadian hingga ke rumah sakit. Tersedia perlengkapan
medis setara unit Instalasi Gawat Darurat di rumah sakit. Juga
tersedia alat-alat rescue non-medis seperti yang dimiliki oleh
pemadam kebakaran. Untuk bentuk kendaraan biasanya tipe
high roof dan besar karena harus membawa banyak sekali
peralatan rescue selain peralatan medis.

Ambulance emergency transport. Untuk jenis ini, alat


transportasi dilengkapi perlengkapan medis yang memadai
untuk mengontrol kondisi pasien selama perjalanan serta
tersedia perlengkapan yang dapat disetarakan dengan unit
Instalasi Intensive Care Unit / Intensive Cardiac Care Unit di
rumah sakit, sehingga digunakan sebagai alat transport dari
rumah sakit ke rumah sakit atau alat penghubung dari
ambulance lain ke rumah sakit.

Dari 3 jenis dan tipe ambulance ini maka pilihan pemaketan


pekerjaan yang dapat dipilih oleh PA/KPA dan PPK setidaknya
sebagai berikut :

Pengadaan Ambulance transport. Mengingat jenis ambulance


serupa dengan city car maka untuk mobil induk banyak
tersedia dalam e-Catalogue. Masalahnya adalah untuk
kebutuhan tambahan berupa Landasan tandu dilengkapi
dengan tempat Scoop Stretcher, Logo dan Tulisan Standar dari
bahan sticker 3M, sirine dll kerap tidak tersedia dalam e-
Catalogue.

Untuk kasus ini maka proses pengadaan mobil induk sesuai


amanat perpres pasal 110 dilakukan melalui e-Purchasing.
Sedangkan untuk kelengkapan dilakukan dengan metode yang
lain.

Umumnya kelengkapan tambahan ini nilainya tidak sampai


melebihi 200juta untuk kemudian dilakukan pengadaan
langsung kepada penyedia jasa karoseri atau penyedia barang
accesories.
Dengan demikian setidaknya telah terjadi pemecahan paket
pekerjaan menjadi 2 paket pekerjaan yaitu e-purchasing dan
pengadaan langsung.

Ambulance rescue dan Ambulance emergency transport.


Berbeda dengan ambulance transport yang sifatnya
sederhana, kedua jenis ambulance berikut perlu penanganan
yang khusus. Secara umum mobil induk tersedia dalam e-
Catalogue. Namun demikian peralatan tambahan yang
diperlukan jauh lebih banyak dan kompleks. Bahkan
pemasangan peralatan tambahan ini kerap memerlukan
modifikasi besar terhadap mobil induk. Akibat modifikasi ini, hal
kunci yang akan terganggu adalah garansi dan jaminan purna
jual mobil induk. Fasilitas layanan ini bisa saja tidak lagi dapat
ditanggung oleh produsen dan penyedia mobil induk.

Perpres 54/2010 pasal 72 menyebutkan bahwa dalam


Pengadaan Barang modal, Penyedia Barang menyerahkan
Sertifikat Garansi. Untuk itu jika garansi ini hilang menjadi
sangat substansial.

Dengan demikian menyerahkan pengadaan mobil ambulance


jenis ini sepenuhnya kepada penyedia karoseri terkait fasilitas
tambahan adalah yang terbaik. Garansi dan purnajual produk
ditanggung sepenuhnya oleh penyedia jasa karoseri.

Fokus artikel ini adalah pada opsi pertama terkait Ambulance


transport. Pemecahan paket pekerjaan/pengadaan, pada
ilustrasi kali ini, tentu sama sekali bukan pelanggaran atas
peraturan. Jika ditilik lebih jauh upaya Pengguna Anggaran
(PA) memecah paket ini justru wujud kepatuhan terhadap
pencapaian prinsip efisien dan efektif.

Satu-satunya permasalahan yang akan dihadapi PA adalah


disisi pembayaran. Masalah ini adalah tentang adanya mitos
bahwa satu kode rekening belanja tidak boleh dipecah atas
beberapa bukti perjanjian. Mitos ini kerap ada dipemerintah
daerah. Di APBN pemecahan bukti perjanjian pada satu kode
rekening tidak menjadi permasalahan selama secara total tidak
melebihi pagu anggaran rekening.

Kiranya sudah dapat disimpulkan bahwa pemecahan paket


pekerjaan/pengadaan dikaitkan dengan e-Catalogue adalah
bukan perbuatan yang dilarang apalagi terindikasi pidana.
Terkecuali pemecahan tersebut ditujukan untuk mengupayakan
dapat dilakukannya pengadaan langsung atau dengan tujuan
jahat demi menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

Semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai