Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH


DASAR
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen pengampu : Dra. Kurniana Bektiningsih, M. Pd

Disusun oleh :

1. Hidayatul Fithri (1401415199)


2. Zulekha Nurdini (1401415213)
3. Izka Alfiyan (1401415237)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak dengan kebutuhan khusus adalah semua anak yang mempunyai
hambatan dalam belajar dan perkembangan. Hambatan belajar dan perkembangan ini
ada yang bersifat permanen, ada yang bersifat temporer, dan kombinasi dari
keduanya. Hambatan belajar dan perkembangan yang permanen diantaranya adalah
anak penyandang cacat sensoris, yaitu hambatan penglihatan dan hambatan
pendengaran; anak yang mempunyai hambatan fungsi intelektual; anak dengan
hambatan gerak; anak dengan hambatan komunikasi; dan anak dengan hambatan
emosi dan perilaku. Anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa atau anak berbakat
termasuk dalam kategori istimewa atau anak berbakat termasuk dalam kategori
berkebutuhan khusus permanen. Anak berkebutuhan khusus memerlukan cara
penanganan yang khusus oleh guru maupun pihak sekolah.
Banyak kasus yang terjadi berkenaan dengan keberadaan anak berkebutuhan
khusus di sekolah-sekolah umum, termasuk di Sekolah Dasar (SD) yang perlu
mendapatkan perhatian dan layanan pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhannya. Masing-masing anak memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri,
khususnya megenai kebutuhan dan kemampuannya dalam belajar di sekolah. Anak-
anak tersebut, tentu saja tidak dapat dengan serta merta dilayani kebutuhan belajarnya
sebagaimana anak-anak normal pada umumnya.
Guru di sekolah haruslah dapat memberikan layanan pendidikan pada setiap
anak berkebutuhan khusus, hanya sayangnyanmasih banyak guru-guru di sekolah
dasar yang belum memahami tentang anak berkebutuhan khusus. Hal demikian tentu
saja mereka juga tidak akan dapat memberikan layanan pendidikan yang optimal.
Apalagi anak-anak berkebutuhan khusus mencakup berbagai macam jenis dan derajat
kelainan yang bervariasi. Sejumla itu pulalah sebenarnya layanan pendidikan
diberikan kepada mereka. Untuk itu perlu adanya pemahaman dan kreativitas seorang
guru di sekolah dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan anak. Dengan demikian akan lebih mudah tercapai peningkatan
kompetensi siswa dalam belajarnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan identifikasi anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimanakah identifikasi pada anak berkebutuhan khusus di SD?
3. Apakah tujuan identifikasi pada anak berkebutuhan khusus di SD?
4. Bagaimana teknik identifikasi pada anak berkebutuhan khusus di SD?
5. Bagaimana tindak lanjut pelaksanaan identifikasi pada anak bekebutuhan khusus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari identifikasi pada anak berkebutuhan khusus
2. Untuk mengetahui cara identifikasi pada anak berkebutuhan khusus
3. Untuk mengetahui tujuan identifikasi pada anak berkebutuhan khusus
4. Untuk mengetahui teknik identifikasi pada anak berkebutuhan khusus
5. Untuk mengetahui tidak lanjut dari pelaksanaan identifikasi pada anak
berkebutuhan khusus
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Identifikasi Pada Anak Berkebutuhan Khusus


Sebagai seorang guru di sekolah dasar, tentu diharapkan memiliki pemahaman
dan kepekaan terhadap kondisi masing-masing siswa sebagai muridnya.
Perkembangan dan kemajuan belajarnya, yang dapat dideteksi setiap saat selama
proses kegiatan pembelajaran di sekolah berlangsung. Disini peran guru, khususnya
guru kelas sangat penting dalam menetukan keberhasilan belajar siswa. Umumnya
guru memiliki catatan atau rekaman tentang perkembangan masing-masing siswa,
bagaimana kondisinya dan kebutuhan pendidikan apa yang diperlukan, terlebih untuk
anak-anak berkebutuhan khusus dapat dimulai dengan melakukan identifikasi.
Identfikasi dalam pengertian ini, dimaksudkan adalah usaha untuk mengenali
atau menemukan anak berkebutuha khusus sesuai dengan ciri-ciri yang ada. Dalam
kamus kontemporer (1985: 921) dijelaskan bahwa yang dimaksud identifikasi adalah
(1) pengenalan, (2) penyamaan, dan (3) tanda bukti pengenal. Menemukenali anak-
anak berkebutuhan khusus sudah tentu membutuhkan perhatian serius. Ada anak-anak
yang dengan mudah dapat dikenali sebagai anak berkebutuhan khusus, tetapi ada juga
yang membutuhkan pendekatan dan peralatan khusus untuk menentukan, bahwa anak
tersebut tergolong anak berkebutuhan khusus. Anak-anak yang mengalami kelainan
fisik misalnya, dapat dikenali dengan keberaadaannya, sebaliknya untuk anak-anak
yang mengalami kelainan dalam segi intelektual mapun emosional memerlukan
instrument dan alasan yang rasional untuk dapat menentukan keberadaannya.
Pengamatan yang seksama mengenai kondisi dan perkembangan anak sanat
diperlukan dalam melakukan identifikasi anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah
oleh guru, dan ini dapat dilakukan guru setiap saat. Kendati demikian, untuk dapat
memperoleh informasi yang lebih lengkap, maka usaha identifikasi perlu dilakukan
dengan berbagai cara, selain melakukan pengamatan secara seksama, perlu juga
dilakukan wawancara dengan orang tua ataupun keluarga lainnya. Informasi yang
telah iperoleh selanjutnya dapat digunakan untuk menemukenali dan menentukan
anak-anak yang berkebutuhan khusus.
B. Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di SD
Istilah identifikasi secara harfiah dapat diartikan menemukan atau
menemukenali. Dalam hal ini istilah identifikasi anak dengan kebutuhan khusus
dimaksudkan merupakan suatu usaha seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga
kependidikan lainnya) untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan
atau penyimpangan (phisik, intelektual, sosial, emosional atau tingkah laku) dalam
pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya
(anak-anak normal). Setelah dilakukan identifikasi, kondisi seseorang dapat diketahui,
apakah ptumbuhan atau perkembangannya termasuk normal atau mengalami kelainan
atau penyimoangan. Bila mengalami kelainan atau penyimpangan, dapat diketahi pula
apakah anak tergolong : (1) tunanetra/ anak yang mengalami gangguan penglihatan;
(2) tunarungu/ anak yang mengalami gangguan pendengaran; (3) tunadaksa/ anak
yang mengalami kelainan anggota tubuh atau gerakan; (4) anak bernakat/ anak yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa; (5) tunagrahita; (6) anak lamban
belajar; (7) anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (desleksia, disgrafia, atau
diskalkulia); (8) anak yag mengalami gangguan komunikasi; dan (9) tunalaras/ anak
yang mengalami gangguan emosi dan perilaku.
Kegiatan identifikasi sifatnya masih sederhana dan tujuannya lebih ditekankan
pada menemukan (secara kasar) apakah seorang anak tergolong anak dengan
kebutuhan khusus atau bukan. Maka biasanya identifikasi dapat dilakukan oleh orang-
orang yang dekat dengan anak, seperti orang tuanya, pengasuhnya, gurunya, dan
pihak-pihak yang terkait dengannya. Sedangkan langkah berikutnya, yang sering
disebut asesmen, bila diperlukan dapat dilakukan oleh tenaga professional seperti
dokter, psikolog, neurology, orthopedagog, therapis, dan lainnya.

C. Tujuan Identifikasi
Secara umum tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah
seorang anak mengalami kelainan atau penyimpangan (phisik, intelektual, sosial,
emosional, dan atau sensoris neorologis) dalam pertumbuhan atau perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak norma), yang hasilnya
akan dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran sesuai dengan keadaan
dan kebutuhannya.
Dalam rangka pendidikan inklusi, kegiatan identifikasi anak dengan kebutuhan
khusus dilakukan untuk lima keperluan, yaitu : (1) penjaringan (screening), (2)
pengalihtanganan (referal), (3) klasifikasi, (4) perencanaan pembelajaran, dan (5)
pemantauan kemajuan belajar.
1. Penjaringan (Screening)
Penjaringan dilakukan terhadap semua anak di kelas dengan Alat Identifikasi
Anak Berkebutuhan Khusus (AIABK).Pada tahap ini identifiksi berfungsi
menandai anak-anak mana yang menunjukkan gejala-gejala tertentu, kemudian
menyimpulkan anak-anak mana yang mengalami kelainan/penyimpangan tertentu,
sehingga tergolong anak dengan kebutuhan khusus.Dengan AI ALB guru, orang
tua, maupun tenaga professional terkait, dapat melakukan kegiatan ini secara baik
dan hasilnya dapat digunakan untuk bahan penanganan lebih lanjut.
2. Pengalihtanganan (referral)
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan pada tahap penjaringan, selanjutnya
anak-anak dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, ada anak yang
tidak perlu dirujuk ke ahli lain (tenaga profesional) dan dapat langsung ditangani
sendiri oleh guru dalam bentuk layanan pembelajaran yang sesuai. Kedua, ada
anak yang perlu dirujuk ke ahli lain terlebih dulu (referal) seperti psikolog, dokter,
orthopedagog (ahli PLB), dan/atau therapis, baru kemudian ditangani oleh guru.
Proses perujukan anak oleh guru ke tenaga professional lain untuk membantu
mengatasi masalah anak yang bersangkutan disebut proses pengalihtanganan
(referral). Jika tenaga professional tersebut tidak tersedia dapat dimintakan
bantuan ke tenaga lain yang ada seperti Guru Pembimbing Khusus (Guru PLB)
atau Konselor.
3. Klasifikasi
Pada tahap klasifikasi, kegiatan identifikasi bertujuan untuk menentukan apakah
anak yang telah dirujuk ke tenaga professional benar-benar memerlukan
penanganan lebih lanjut atau langsung dapat diberi pelayanan pendidikan
khusus.Apabila berdasar pemeriksaan tenaga professional ditemukan masalah
yang perlu penanganan lebih lanjut (misalnya pengobatan, therapy, latihan-latihan
khusus, dan sebagainya) maka guru tinggal mengkomunikasikan kepada orang tua
siswa yang bersangkutan. Jadi guru tidak mengobati dan/atau memberi therapy,
melainkan sekedar meneruskan kepada orang tua tentang kondisi anak yang
bersangkutan. Guru hanya akan membantu siswa dalam hal pemberian pelayanan
pendidikan sesuai dengan kondisi anak. Apabila tidak ditemukan tanda-tanda yang
cukup kuat bahwa anak yang bersangkutan memerlukan penanganan lebih lanjut,
maka anak dapat dikembalikan ke kelas semula untuk mendapatkan pelayanan
pendidikan khusus. Kegiatan klasifikasi ini memilah-milah mana anak dengan
kebutuhan khusus yang memerlukan penanganan lebih lanjut dan mana yang
langsung dapat mengikuti pelayanan pendidikan khusus di kelas reguler.
4. Perencanaan pembelajaran
Pada tahap ini, kegiatan identifikasi bertujuan untuk keperluan penyusunan
program pembelajaran yang diindividualisasikan (PPI). Dasarnya adalah hasil dari
klasifikasi. Setiap jenis dan gradasi (tingkat kelainan) anak dengan kebutuhan
khusus memerlukan program pembelajaran yang berbeda satu sama lain.
5. Pemantauan kemajuan belajar
Kemajuan belajar perlu dipantau untuk mengetahui apakah program pembelajaran
khusus yang diberikan berhasil atau tidak. Apabila dalam kurun waktu tertentu
anak tidak mengalami kemajuan yang signifikan (berarti), maka perlu ditinjau lagi
beberapa aspek yang berkaitan. Misalnya apakah diagnosis yang kita buat tepat
atau tidak, Program Pembelajaran Individual (PPI) yang kita susun sesuai atau
tidak, bimbingan belajar khusus yang kita berikan sesuai atau tidak, dan
seterusnya. Sebaliknya, apabila dengan program khusus yang diberikan, anak
mengalami kemajuan yang cukup signifikan maka program tersebut perlu
diteruskan sambil memperbaiki/menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang
ada.Dengan lima tujuan khusus di atas, identifikasi perlu dilakukan secara terus
menerus oleh guru, dan jika perlu dapat meminta bantuan dan/atau bekerja sama
dengan tenaga professional terkait.

D. Teknik Identifikasi
Pada hakikatnya ada banyak metode atau teknik yang dapat digunakan
untukmengidentifikasi keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar.
Beberapa teknik khusus akan sangat diperlukan untuk menemukenali anak-anak yang
berkebutuhan khusus. Hal ini diperlukan, mengingat adanya karakteristik atau ciri-ciri
khusus yang ada pada mereka, yang tidak dapat diidentifikasi secara umum.
Namun demikian, pada kesempatan ini hanya akan diuraikan beberapa teknik
identifikasi secara umum, yang memungkinkan bagi guru-guru untuk melakukannya
sendiri di sekolah, yaitu; observasi; wawancara; tes psikologi; dan tes buatan sendiri.
Secara lebih jelas keempat teknik tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melakukan
identifikasi anak-anak berkebutuhan khusus, yaitu dengan cara mengamati
kondisi atau keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di kelas atau di
sekolah secara sistematis. Observasi dapat dilakukan secara langsung ataupun
tidak langsung. Secara langsung, dalam arti melakukan observasi secara langsung
terhadap obyek atau siswa dalam lingkungan yang wajar, apa adanya dalam
aktivitas kesehariannya. Sedang observasi tidak langsung, dilakukan dengan
menciptakan kondisi yang diinginkan untuk diobservasi, misalnya anak diminta
untuk melakukan sesuatu, berbicara, menulis, membaca atau yang lainnya untuk
selanjutnya diamati dan dicatat hasilnya.
Banyak gejala atau fenomena anak berkebutuhan khusus di sekolah yang dapat
diamati oleh guru, yang itu menunjukkan adanya perbedaan atau penyimpangan
dari anak-anak pada umumnya. Apabila guru saat observasi mendapati seorang
anak yang selalu mendekatkan matanya saat menulis atau membaca, maka
dimungkinkan anak tersebut mengalami kelainan fungsi penglihatan. Jika
kelainan anak tersebut tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, maka dia termasuk
pada anak yang berkebutuhan khusus. Demikian juga misalnya ada anak-anak
sulit berkonsentrasi, suka mengganggu temannya, sering membolos, jarang
mencatat, dan masih banyak lagi yang bisa diobservasi dan mengindikasikasikan
sebagai anak berkebutuhan khusus.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik untuk memperoleh informasi mengenai
keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus, dalam upaya melakukan identifikasi.
Apabila data atau informasi yang diperoleh melalui observasi kurang memadai,
maka guru dapat melakukan wawancara terhadap siswa, orangtua, keluarga, teman
sepermainan, atau pihak-pihak lain yang dimungkinkan untuk dapat memberikan
informasi tambahan mengenai keadaan anak tersebut.
3. Tes
Teknik lain yang dapat dilakukan dalam idenditikasi anak-anak berkebutuhan
khusus di sekolah dasar adalah melalui tes yang dibuat sendiri oleh guru. Tes
merupakan suatu cara untuk melakukan penilaian yang berupa suatu tugas atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak, yang akan menghasilkan suatu
nilai tentang kemampuan atau perilaku anak yang bersangkutan. Bentuk tes
berupa suatu tugas yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah yang
harus dikerjakan anak, untuk selanjutnya dinilai hasilnya. Di dalam konteks ini,
untuk identifikasi anak berkebutuhan khusus tes dapat dilakukan dalam bentuk
perbuatan ataupun tulisan. Dalam bentuk perbuatan, misalnya guru dapat meminta
siswa yang diduga mengalami kelainan tertentu untuk melakukan sesuatu yang
terkait dengan kemungkinan terjadinya kelainan. Misalnya, untuk anak yang
diduga mengalami kelainan pendengaran diminta untuk menyimak beberapa jenis
suara, kemudian ditanyakan suara apa itu, dari mana datangnya suara, dan
sebagainya. Sedang tes tertulis dapat diberikan kepada siswa-siswa yang diduga
mengalami kelainan untuk menilai kemampuannya. Dalam hal ini, soal atau
pertanyaan-pertanyaan dapat dibuat secara sederhana, sesuai dengan kondisi dan
perkembangan anak. Apabila anak mampu mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan sesuai dengan usianya, maka materi tugas yang diberikan ditingkatkan
sesuai dengan usia di atasnya, sebaliknya bila anak tidak mampu mengerjakan,
maka materi tugas di turunkan di bawah usia anak yang bersangkutan. Hal ini
dilakukan secara sistematis dan terstruktur.
4. Tes Psikologi
Salah satu teknik lain yang sangat populer dan sering digunakan dalam upaya
identifikasi anak berkebutuhan khusus adalah dengan tes psikologi. Jenis tes ini
memiliki kelebihan dibanding dengan tes yang lainnya, karena memiliki akurasi
yang lebih baik dibanding tes buatan guru. Selain waktu pelaksanaannya yang
lebih singkat, melalui tes psikologi juga dapat diprediksikan apa-apa yang akan
terjadi dalam belajar anak di tahapan berikutnya. Untuk melihat tingkat
kecerdasan seorang anak, tes psikologi merupakan salah satu instrumen yang lebih
obyektif dan validitasnya telah teruji. Dari beberapa teknik identifikasi yang
diuraikan tersebut, diharapkan seorang guru akan mendapatkan informasi yang
lebih lengkap mengenai keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah.
Untuk menafsirkan dan menentukan apakah seseorang anak mengalami kelainan
atau berkebutuhan khusus, tentunya membutuhkan pengetahuan atau wawasan
yang lebih luas mengenai keberadaan anak berkebutuhan khusus. Namun yang
perlu diperhatikan, bahwa identifikasi merupakan langkah awal yang dilakukan
guru dalam memberikan layanan yang sesuai bagi anak-anak berkebutuhan
khusus. Apabila saudara masih mengalami kendala, maka sudara dapat juga
melakukan koordinasi atau merefer dengan pihak lain yang lebih kompeten.
E. Tindak Lanjut Kegiatan Identifikasi
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan identifikasi anak berkelainan untuk dapat
memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai, maka dilakukan tindak lanjut sebagai
berikut:
1. Perencaanaan pembelajaran dan pengorganisasian siswa
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan bidang-bidang atau aspek problema belajar yang akan ditangani:
Apakah seluruh mata pelajaran, sebagian mata pelajaran, atau hanya bagian
tertentu dari suatu mata pelajaran.
b. Menetapkan pendekatan pembelajaran yang akan dipilih termasuk rencana
pengorganisasian siswa, apakah bentuknya berupa pelajaran remedial,
penambahan latihan-latihan di dalam kelas atau luar kelas, pendekatan
kooperatif, atau kompetitif, dan lain- lain.
c. Menyusun program pembelajaran individual.
2. Pelaksanaan pembelajaran
Pada tahap ini guru melaksanakan program pembelajaran serta pengorganisasian
siswa berkelainan dalam kelas reguler sesuai dengan rancangan yang telah disusun
dan ditetapkan pada tahap sebelumnya. Sudah tentu pelaksanaan pembelajaran
harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan dan kemampuan anak, tidak
dapat dipaksakan sesuai dengan target yang akan dicapai oleh guru. Program
tersebut bersifat fleksibel.
3. Pemantauan kemajuan belajar dan evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam membantu mengatasi kesulitan belajar
anak, perlu dilakukan pemantauan secara terus menerus terhadap kemajuan
dan/atau bahkan kemunduran belajar anak. Jika anak mengalami kemajuan dalam
belajar, pendekatan yang dipilih guru perlu terus dimantapkan, tetapi jika tidak
terdapat kemajuan, perlu diadakan peninjauan kembali, baik mengenai isi dan
pendekatan program, maupun motivasi anak yang bersangkutan untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Dengan demikian diharapkan pada
akhirnya semua problema belajar anak, secara bertahap dapat diperbaiki sehingga
anak terhindar dari kemungkinan tidak naik kelas atau bahkan putus sekolah.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Identifkasi anak dengan kebutuhan khusus dimaksudkan merupakan suatu usaha
seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk mengetahui
apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, social,
emosional/tingkah laku) dalam pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya (anak-anak normal).Setelah dilakukan identifikasi, kondisi
seseorang dapat diketahui,apakah pertumbuhan/perkembangannya termasuk normal atau
mengalami kelainan/penyimpangan.

Kegiatan identifikasi anak dengan kebutuhan khusus dilakukan untuk lima keperluan,
yaitu: (1) penjaringan (screening), (2) pengalihtanganan (referal), (3) klasifikasi, (4)
perencanaan pembelajaran, dan (5) pemantauan kemajuan belajar.

B. Saran
Sebelum kita menentukan apa jenis kelainan atau hambatan yang dialami si anak tersebut
atau sebelum kita memberikan suatu layana pendidikan untuk anak tersebut. Akankah
lebih baiknya jika sebelumnya kita melakuka suatu identifikasi dan asesmen. Karena
dengan adanya identifikasi kita dapat mengetahui gangguan atau kelainan yang dialami
oleh si anak tersebut. Sedangkan dengan kita melakukan suatu asesmen selain kita dapat
mengetahui gejala atau kelainan yang dialami anak selanjutnya kita juga bisa
memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan si anak tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://docs.google.com/document/d/1YzuC8xGjG_53fBPkSjheHo-_dCZrC99qM-
jTRfaQ2yU/edit
Suparno. 2007. Bahan Ajar Cetak Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Anda mungkin juga menyukai