SIROSIS HATI
OLEH
SI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JEMBRANA
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
SIROSIS HATI
I. Tinjauan Teori
A. Definisi
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini
merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan
dari hati (Sujono H, 2002).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati
akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur
akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan
Brenda G. Bare, 2001).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus,
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan disertai nodul. Dimulai dengan
proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan
usaha regenerasi nodul. (Iin Inayah, 2004).
B. Etiologi
Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan. Tapi ada
dua penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan Chirrosis hepatis adalah:
1. Hepatitis virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab
chirrosis hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg
pada tahun 1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka
diduga mempunyai peranan yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati
sehingga terjadi chirrosisi. Secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus
B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan
memberi gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis, bila
dibandingkan dengan hepatitis virus A
2. Zat hepatotoksik atau Alkoholisme.
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan
berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan
berupa sirosis hati. Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah alcohol.
Sirosis hepatis oleh karena alkoholisme sangat jarang, namun peminum
yang bertahun-tahun mungkin dapat mengarah pada kerusakan parenkim
hati.
3. Hemokromatosis
Bentuk chirrosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan
timbulnya hemokromatosis, yaitu:
a. Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe.
b. Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya dijumpai pada
penderita dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari
Fe, kemungkinan menyebabkan timbulnya sirosis hati.
C. Manifestasi Klinis
Gejala chirrosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di
liver yang mulai rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan, mual-
mual, badan lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung dan munculnya
jaringan darah mirip laba-laba di kulit (spider angiomas). Pada chirrosis terjadi
kerusakan hati yang terus menerus dan terjadi regenerasi noduler serta ploriferasi
jaringan ikat yang difus.
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:
a. Adanya ikterus (penguningan) pada penderita chrirosis.
Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda bahwa
ia sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi
ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi
penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Ikterus terjadi sedikitnya pada 60 %
penderita selama perjalanan penyakit
b. Timbulnya asites dan edema pada penderita chirrosis
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air
menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites
adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus . Edema umumnya
timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari hipoalbuminemia dan
resistensi garam dan air.
c. Hati yang membesar
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati
membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa
nyeri bila ditekan.
d. Hipertensi portal
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang
memetap di atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan
resistensi terhadap aliran darah melalui hati.
D. Patofisiologi
Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati.
Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler),
terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai
terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati, walaupun etiologinya berbeda,
gambaran histologi sirosis hati sama atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari
sel retikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini
dapat menghubungkan daerah porta dengan sentral. Beberapa sel tumbuh kembali
dan membentuk nodul dengan berbagai macam ukuran dan ini menyebabkan
distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah porta, dan
menimbulkan hipertensi portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada sirosis
alkoholik tapi prosesnya lebih lama. Tahap berikutnya terjadi peradangan pada
nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrinogenesis dan
septa aktif. Jaringan kolagen berubah dari reversible menjadi ireversibel bila telah
terbentuk septa permanen yang aseluler pada daerah porta dan parenkim hati.
Gambaran septa ini bergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan etiologi
hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis
alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limposit T dan makrofag
menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya
fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan nekrosis aktif. Septal
aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke parenkim hati.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urine
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita
ada ikterus. Pada penderita dengan asites , maka ekskresi Na dalam urine
berkurang ( urine kurang dari 4 meq/l) menunjukkan kemungkinan telah
terjadi syndrome hepatorenal.
b. Tinja
Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus,
ekskresi pigmen empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh
darah, di dalam usus akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen
yang menyebabkan tinja berwarna cokelat atau kehitaman.
c. Darah
Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan, kadang –
kadang dalam bentuk makrositer yang disebabkan kekurangan asam folik
dan vitamin B12 atau karena splenomegali. Bilamana penderita pernah
mengalami perdarahan gastrointestinal maka baru akan terjadi
hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni bersamaan dengan adanya
trombositopeni.
d. Tes Faal Hati
Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi
penderita yang sudah disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis
globulin menaik, sedangkan albumin menurun. Pada orang normal tiap
hari akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan sirosis hanya
dapat disintesa antara 3,5-5,9 gr per hari.9 Kadar normal albumin dalam
F. WOC
Penekanan Kesadaran
Varises
Mual, Nafsu diafragma menurun Nyeri Akut
esophagus
makan menurun,
Kelemahan otot,
Cepat lelah Tekanan Ruang paru Risiko Cedera
meningkat menyempit
1. Ketidakseimbangan
Pembuluh darah Sesak nafas
Nutrisi Kurang Dari
pecah
Kebutuhan Tubuh
2. Intoleransi Aktivitas
3. Kerusakan Pola Nafas Tidak
Integrititas Kulit Hematemesis,
Efektif
Melena
A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan Sirosis Hati menurut Gordon.
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama
Umur
Agama
Jenis Kelamin
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Suku Bangsa
Alamat
Tanggal Masuk
Tanggal Pengkajian
No. Register
Diagnosa Medis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama
Umur
Hub. Dengan Pasien
Pekerjaan
Alamat
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
2) Alasan masuk rumah sakit.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
2) Pernah dirawat
3) Alergi
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
d. Diagnosa Medis dan therapy
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum :
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : verbal:……….Psikomotor:……….Mata :……………..
b. Tanda-tanda Vital :
- Nadi
- Suhu
- TD
- RR
c. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher
2) Dada
Paru
Jantung
3) Payudara dan ketiak
4) Abdomen
5) Genetalia
6) Integumen
7) Ekstremitas
Atas
Bawah
8) Neurologis
Status mental dan emosi
Pengkajian saraf kranial :
Pemeriksaan refleks :
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan
2) Pemeriksaan radiologi
3) Hasil konsultasi
4) Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
5. Analisa Data
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (hati yang membesar
serta nyeri tekan dan asites).
C. Rencana Keperawatan
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Pasien mengeluh nyeri pada daerah perut kanan bagian atas.
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Sejak 2 minggu yang lalu pasien mengeluh sakit pada daerah perut
kanan bagian atas, sejak itu juga pasien tidak nafsu makan, selain
itu pasien mengatakan bahwa ia tidak mampu untuk bergerak secara
bebas karena menahan nyeri, kerena rasa sakit sudah tidak
tertahankan, pasien membeli obat penghilang nyeri di warung.
Karena rasa nyerinya tidak hilang, sehingga pada tanggal 1
Desember 2016 pukul 08.00 Wita dibawa ke Rumah Sakit Umum
Negara.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Pasien mengatakan hanya membeli obat penggilang rasa nyeri di
warung dan beristirahat.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit : pasien megatakan makan 2x sehari, dengan porsi
habis, minum 8 gelas (air putih dan kopi), BB : 68
kg
Saat sakit : pasien mengatakan tidak nafsu makan, pasien
mengatakan makan 2x sehari, dengan habis 2-3
sendok setiap porsi yang diberikan, selama 24 jam
minum 1700 cc ( air, kopi, alcohol) dan BB : 65 kg.
c. Pola Eliminasi
1. BAB
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB 1x dalam sehari,
dengan konsistensi feses lembek, berwarna
kuning kecoklatan tidak disertai darah.
Saat sakit : pasien mengatakan BAB 2x sehari, dengan
konsistensi feses lembek, berwarna kecoklatan
tidak disertai darah.
2. BAK
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAK 5x dalam sehari, urine
berwarna kekuningan dan berbau pesing.
Saat sakit : pasien mengatakan BAK 4x dalam sehari, urine
berwarna kecoklatan seperti teh dan berbau
pesing.
i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit : pasien mengatakan sudah menikah
Saat sakit : pasien mengatakan sudah menikah dan memiliki 1
orang anak
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Sebelum sakit : pasien mengatakan sembahyang 1x sehari di rumah
tanpa bantuan orang lain.
Saat sakit : pasien mengatakan sembahnyang 1x sehari di atas
tempat tidur.
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Composmetis E4V5M5
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 112x/menit
Suhu = 37 ̊ C
TD = 140/90 mmHg
R = 20x/menit
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher
Inspeksi : warna rambut hitam, kuantitas rambut tipis, distribusi
rambut merata, kulit kepala tidak ada lesi, tidak ada
ketombe, tidak ada benjolan, bentuk kepala
mesocephalus, posisi mata sejajar, konjungtiva anemis,
ikterus pada mata, aurikula tidak ada lesi, liang telinga
tidak ada serumen, tidak ada kemerahan pada hidung,
bibir kering, leher tidak ada jaringan parut, tidak ada
masa.
Palpasi : tekstur rambut kasar, kulit kepala tidak ada nyeri tekan
dan benjolan, kelopak mata tidak ada benjolan dan nyeri
tekan, pada telinga tidak ada benjolan dan nyeri tekan,
pada hidung tidak ada nyeri tekan, pembengkakan dan
benjolan, pada leher denyut karotis teraba.
Auskultasi : pada arteri tidak terdengar bruit, pada kelenjar tiroid
tidak terdengar bruit.
b. Dada
· Paru
Inspeksi : bentuk dada normochest.
Palpasi : pada dada tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur iga,
tidak ada massa.
Perkusi : pada dada suara yang dihasilkan sonor.
Auskultasi : frekuensi dada 20x/menit, bunyi napas vesikular, tidak
ada bunyi napas tambahan.
· Jantung
Inspeksi : tidak ada thrill, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan.
Palpasi : letak jantung bagian atas RIC 2, bawah RIC5, kiri RIC
V kiri 1 jari media dari garis midclavicularis, bagian
kanan parasternum kanan.
Perkusi : pada jantung suara yang dihasilkan redup
Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2, tidak ada bunyi tambahan.
c. Payudara dan ketiak
Inspeksi : payudara simetris, tidak ada edema, pada axila tidak ada
ruam dan infeksi.
Palpasi : payudara tidak ada nyeri tekan dan benjolan, pada axila
tidak ada nyeri tekan.
d. Abdomen
Inspeksi : ada pembesaran abdomen pada kuadran kanan atas.
Auskultasi : ada bising usus 4 x/menit, terdengar bruit.
Perkusi : pada abdomen dihasilakan bunyi timpani ( nyaring)
Palpasi : ada nyeri lepas, ada nyeri tekan pada abdomen kuadran
kanan atas
e. Genetalia
Inspeksi : tidak ada ruam, tidak ada parut, tidak ada kutil.
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
f. Integumen
Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak ada sianosis, tidak ada lesi,
tidak ada benjolan
Palpasi : turgor kulit kurang elastis, kulit teraba kasar, kulit teraba
sedikit dingin.
g. Ekstremitas
1. Atas
Inspeksi : tidak ada atrofi dan dislokasi, siku tidak ada dislokasi,
pergelangan tangan rentang gerak normal, tidak
deformitas, tidak ada pembengkakan.
Palpasi : pada bahu, siku dan pergelangan tangan tidak ada
benjolan, nyeri tekan, peradangan, parut dan krepitasi.
2. Bawah
Inspeksi : rentang gerak pinggul terbatas, tidak ada dislokasi,
gaya berjalan lambat, lutut sejajar, pergelangan kaki
rentang gerak normal.
Palpasi : tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan
h. Neurologis
· Status mental dan emosi
Tidak ada gangguan mental.
· Pengkajian saraf kranial
Dapat membedakan bau, ketajaman mata 20/25, bola mata dapat
bergerak ke segala arah, ada nyeri, ada kontraksi otot temporalis,
ada refleks kornea, dapat mengangkat kedua alis, dapat menutup
mata dengan rapat, dapat memperlihatkan gigi dan dapat tersenyum,
dapat mendengar dengan baik, dapat menelan, dapat mengeluarkan
suara, dapat mengangkat bahu, lidah dapat bergerak kesegala arah.
· Pemeriksaan refleks
1. Biceps : Fleksi pada perkusi 2
2. Triceps : Ekstensi pada perkusi 2
3. Achilles percussion reflex : plantar fleksi pada perkusi 1
4. Knee percussion reflex : ekstensi pada perkusi 1
5. Babinsky : kelima jari kaki plantar fleksi
6. Kaku kuduk : dagu dapat menyentuh dada
7. Brudsinsky 1 : saat dagu akan ditekuk tidak muncul terasa nyeri.
8. Brudsinsky 2 : saat kaki kanan fleksi, kaki kiri ikut fleksi.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
HbSAg SGOT : 110 u/l (5-40)
SGPT : 150 u/l (5-41)
Albumin : 2,5 gr% (3,5-5,0)
Hb : 8 gr/dl (13,5-17,5)
2. Pemeriksaan radiologi
USG : Abdomen Sirosis Hepatis
3. Hasil konsultasi
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
5. ANALISA DATA
DATA Etiologi MASALAH
DS Pembesaran hati Nyeri akut
1. Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian
kanan atas
2. Pasien mengatakan nyeri terasa seperti di tusuk-
tusuk
3. Skala nyeri 5 dari (0-10) skala yang diberikan
4. Nyeri dirasakan pada saat bangun dari tempat
tidur dan berjalan
DO
1. Pasien tampak meringis menahan sakit
2. TD : 140/90 mmHg, N : 112 x/menit
3. Pembesaran pada abdomen kuadran kanan
atas
4. Adanya nyeri tekan dan nyeri lepas pada
abdomen kuadran kanan atas
5. HbSAg SGOT : 110 u/l
6. SGPT : 150 u/l
7. Albumin : 2,5 gr%
8. Hb : 8 gr/dl
DS Anoreksia Ketidakeimbangan
1. Pasien mengatakan tidak nafsu untuk makan nutrisi kurang dari
2. Pasien mengatakan merasa mual dan muntah kebutuhan tubuh
2x pada hari ini
3. Pasien mengatakan makan hanya 3 sendok
dari persi yang diberikan.
DO
1. Pasien tampak lemah
2. Pasien tampak muntah setelah makan
3. Wajah pasien tampak pucat
4. BB sebelum sakit 68 kg, saat sakit BB 65 kg
5. Konjungtiva anemis
6. Bibir tampak kering
7. Ikterus pada mata
8. Bising usus 4x/menit dan adanya suara bruit
Kamis, 1III Setelah dilakukan tindakan 1) Motivasi pasien untuk1) Menghemat tenaga
Desember keperawatan selama 3x24 melakukan latihan pasien sambil
2016 jam diharapkan intoleransi yang diselingi istirahat mendorong pasien
2) Motivasi dan bantu
aktivitas dapat teratasi, untuk melakukan
pasien untuk
dengan kriteria hasil : latihan dalam batas
melakukan latihan
1) Pasien dapat toleransi pasien.
dengan periode waktu2) Memperbaiki perasaan
beraktivitas secara
yang ditingkatkan sehat secara umum
mandiri.
2) Pasien tampak lebih secara bertahap dan percaya diri
3) Melakukan ADL3) Meningkatkan
rileks.
(activity daily living) kemampuan
atau aktivitas beraktivitas
kehidupan sehari hari
09.00 Wita I Melakukan pengkajian nyeri secara S : Pasien mengeluh nyeri pada
komprehensif termasuk lokasi, perut bagian kanan atas, pasien
frekuensi, karakteristik, durasi dan mengatakan nyeri terasa seperti
kualitas.
di tusuk-tusuk, Skala nyeri 5 dari
(0-10) skala yang diberikan,
Nyeri dirasakan pada saat
bangun dari tempat tidur dan
berjalan.
O : Pasien tampak meringis,
Pembesaran pada abdomen
kuadran kanan atas, adanya
nyeri tekan dan nyeri lepas pada
kuadran kanan atas
12.00 Wita III Melakukan ADL (activity daily S : Pasien mengatakan sudah
living) atau aktivitas kehidupan melakukan tindakan ADL
sehari hari O : Pasien tampak dibantu orang
lain dalam tindakan ADL
16.00 Wita III Memotivasi dan bantu pasien S : Pasien mengatakan malu dengan
untuk melakukan latihan dengan orang lain
periode waktu yang ditingkatkan O : Pasien tampak menarik diri
secara bertahap
17.00 Wita I Mengajarkan teknik distraksi dan S : Pasien mengatakan merasa lebih
relaksasi nyaman
O : Pasien tampak lebih rileks dari
sebelumnya
18.00 Wita II Memberikan makanan dengan S : Pasien mengatakan mau untuk
porsi sedikit tapi sering makan
O : Pasien tampak makan hanya 3
sendok dari porsi yang
diberikan, minum 300 ml.
19.00 Wita I Memberikan obat Asam Mefenamat S : Pasien mengatakan terima kasih
1x500 mg dan Hepatin 1x750 mg O : Pasien tampak minum obat
08.30 wita I Melakukan pengkajian nyeri secara S : Pasien mengeluh nyeri pada
komprehensif termasuk lokasi, perut bagian kanan atas, pasien
frekuensi, karakteristik, durasi dan mengatakan nyeri terasa seperti
kualitas.
di tusuk-tusuk, Skala nyeri 4 dari
(0-10) skala yang diberikan,
Nyeri dirasakan berkurang dari
sebelumnya
O : Pembesaran pada abdomen
kuadran kanan atas, adanya
nyeri tekan
11.00 Wita III Melakukan ADL (activity daily S : Pasien mengatakan sudah
living) atau aktivitas kehidupan melakukan tindakan ADL
sehari hari O : Pasien tampak dibantu orang
lain dalam tindakan ADL
16.00 Wita III Memotivasi dan bantu pasien S : Pasien mengatakan mau untuk
untuk melakukan latihan dengan latihan dan pasien juga
periode waktu yang ditingkatkan mengatakan ingin cepat sembuh
secara bertahap O : Pasien tampak bersemangat
untuk sembuh
17.00 Wita I Mengajarkan teknik distraksi dan S : Pasien mengatakan merasa lebih
relaksasi nyaman
O : Pasien tampak lebih rileks dari
sebelumnya
19.00 Wita I Memberikan obat Asam Mefenamat S : Pasien mengatakan terima kasih
1x500 mg dan Hepatin 1x750 mg
O : Pasien tampak minum obat
20.00 Wita I S :-
O : HbSAg SGOT : 50 u/l
SGPT : 65 u/l
Memberikan kompres air hangat Albumin : 3,5 gr%
pada areal nyeri Hb : 13,5 gr/dl
V. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl No
No Evaluasi TTd
Jam Dx
1 Minggu, 4 I S : Pasien mengatakan merasa lebih nyaman setelah diberikan
Desember 2016 kompres air hangat, pasien mengatakan nyeri berkurang, skala
Pukul 08.30 nyeri 3 dari (0-10) skala yang diberikan.
Wita O : TD : 120/80 mmHg, N : 90 x/menit, R: 20x/menit, S: 37,0oc,
HbSAg SGOT : 50 u/l, SGPT : 65 u/l, Albumin : 3,5 gr%,
Hb : 13,5 gr/dl, pasien tampak lebih rileks.
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi.
P : Pertahankan kondisi pasien, pasien boleh pulang.
3 Minggu, 4 III S : Pasien mengatakan mau untuk latihan dan pasien juga mengatakan
Desember 2016 ingin cepat sembuh, pasien mengatakan sudah melakukan
Pukul 08.30 Wita tindakan ADL tanpa bantun orang lain,
O : Pasien tampak melakukan latihan secara mandiri, pasien tampak
bersemangat untuk sembuh, pasien tampak rileks.
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien, pasien boleh pulang