Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN

SIROSIS HATI

OLEH

1. Anda Kristianti (102011503)


2. Bima Elsa (102011505)
3. Budiana (102011506)
4. Dian Saputra (102011509)
5. Widya Aryanti (102011518)

SI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JEMBRANA
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
SIROSIS HATI

I. Tinjauan Teori
A. Definisi
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini
merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan
dari hati (Sujono H, 2002).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati
akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur
akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan
Brenda G. Bare, 2001).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus,
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan disertai nodul. Dimulai dengan
proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan
usaha regenerasi nodul. (Iin Inayah, 2004).

B. Etiologi
Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan. Tapi ada
dua penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan Chirrosis hepatis adalah:
1. Hepatitis virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab
chirrosis hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg
pada tahun 1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka
diduga mempunyai peranan yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati
sehingga terjadi chirrosisi. Secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus
B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan
memberi gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis, bila
dibandingkan dengan hepatitis virus A
2. Zat hepatotoksik atau Alkoholisme.
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan
berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan
berupa sirosis hati. Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah alcohol.
Sirosis hepatis oleh karena alkoholisme sangat jarang, namun peminum
yang bertahun-tahun mungkin dapat mengarah pada kerusakan parenkim
hati.
3. Hemokromatosis
Bentuk chirrosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan
timbulnya hemokromatosis, yaitu:
a. Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe.
b. Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya dijumpai pada
penderita dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari
Fe, kemungkinan menyebabkan timbulnya sirosis hati.

C. Manifestasi Klinis
Gejala chirrosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di
liver yang mulai rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan, mual-
mual, badan lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung dan munculnya
jaringan darah mirip laba-laba di kulit (spider angiomas). Pada chirrosis terjadi
kerusakan hati yang terus menerus dan terjadi regenerasi noduler serta ploriferasi
jaringan ikat yang difus.
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:
a. Adanya ikterus (penguningan) pada penderita chrirosis.
Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda bahwa
ia sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi
ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi
penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Ikterus terjadi sedikitnya pada 60 %
penderita selama perjalanan penyakit
b. Timbulnya asites dan edema pada penderita chirrosis
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air
menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites
adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus . Edema umumnya
timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari hipoalbuminemia dan
resistensi garam dan air.
c. Hati yang membesar
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati
membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa
nyeri bila ditekan.
d. Hipertensi portal
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang
memetap di atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan
resistensi terhadap aliran darah melalui hati.

D. Patofisiologi
Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati.
Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler),
terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai
terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati, walaupun etiologinya berbeda,
gambaran histologi sirosis hati sama atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari
sel retikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini
dapat menghubungkan daerah porta dengan sentral. Beberapa sel tumbuh kembali
dan membentuk nodul dengan berbagai macam ukuran dan ini menyebabkan
distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah porta, dan
menimbulkan hipertensi portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada sirosis
alkoholik tapi prosesnya lebih lama. Tahap berikutnya terjadi peradangan pada
nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrinogenesis dan
septa aktif. Jaringan kolagen berubah dari reversible menjadi ireversibel bila telah
terbentuk septa permanen yang aseluler pada daerah porta dan parenkim hati.
Gambaran septa ini bergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan etiologi
hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis
alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limposit T dan makrofag
menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya
fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan nekrosis aktif. Septal
aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke parenkim hati.

E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urine
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita
ada ikterus. Pada penderita dengan asites , maka ekskresi Na dalam urine
berkurang ( urine kurang dari 4 meq/l) menunjukkan kemungkinan telah
terjadi syndrome hepatorenal.
b. Tinja
Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus,
ekskresi pigmen empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh
darah, di dalam usus akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen
yang menyebabkan tinja berwarna cokelat atau kehitaman.
c. Darah
Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan, kadang –
kadang dalam bentuk makrositer yang disebabkan kekurangan asam folik
dan vitamin B12 atau karena splenomegali. Bilamana penderita pernah
mengalami perdarahan gastrointestinal maka baru akan terjadi
hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni bersamaan dengan adanya
trombositopeni.
d. Tes Faal Hati
Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi
penderita yang sudah disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis
globulin menaik, sedangkan albumin menurun. Pada orang normal tiap
hari akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan sirosis hanya

dapat disintesa antara 3,5-5,9 gr per hari.9 Kadar normal albumin dalam

darah 3,5-5,0 g/dL38. Jumlah albumin dan globulin yang masing-masing


diukur melalui proses yang disebut elektroforesis protein serum.

Perbandingan normal albumin : globulin adalah 2:1 atau lebih. 39 Selain


itu, kadar asam empedu juga termasuk salah satu tes faal hati yang peka
untuk mendeteksi kelainan hati secara dini.
2. Sarana Penunjang Diagnostik
a. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah,: pemeriksaan
fototoraks, splenoportografi, Percutaneus Transhepatic Porthography
(PTP)
b. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelaianan
di hati, termasuk sirosi hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat
ringannya penyakit. Pada tingkat permulaan sirosis akan tampak hati
membesar, permulaan irregular, tepi hati tumpul, . Pada fase lanjut terlihat
perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati yang
irregular. Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas
nomal.
c. Peritoneoskopi (laparoskopi)
Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati akan
jelas kelihatan permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk nodul yang
besar atau kecil dan terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi biasanya
tumpul. Seringkali didapatkan pembesaran limpa.

F. WOC

Hepatitis virus Alkoholisme Hemokromatosis


Nekrosis Parenkim
Hati

Pembentukan jaringan ikat

Kegagalan Hipertensi portal Asites Ensefalopati Inflamasi


parenkim hati akut

Penekanan Kesadaran
Varises
Mual, Nafsu diafragma menurun Nyeri Akut
esophagus
makan menurun,
Kelemahan otot,
Cepat lelah Tekanan Ruang paru Risiko Cedera
meningkat menyempit

1. Ketidakseimbangan
Pembuluh darah Sesak nafas
Nutrisi Kurang Dari
pecah
Kebutuhan Tubuh
2. Intoleransi Aktivitas
3. Kerusakan Pola Nafas Tidak
Integrititas Kulit Hematemesis,
Efektif
Melena

Kelebihan Volume Cairan

II. Tinjauan Kasus

A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan Sirosis Hati menurut Gordon.
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama
Umur
Agama
Jenis Kelamin
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Suku Bangsa
Alamat
Tanggal Masuk
Tanggal Pengkajian
No. Register
Diagnosa Medis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama
Umur
Hub. Dengan Pasien
Pekerjaan
Alamat
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
2) Alasan masuk rumah sakit.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
2) Pernah dirawat
3) Alergi
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
d. Diagnosa Medis dan therapy

3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola Persepsi dan Magajemen Kesehatan.
b. Pola Nutrisi-Metabolik.
c. Pola Eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola kognitif dan persepsi.
f. Pola persepsi-konsep diri.
g. Pola tidur dan istirahat.
h. Pola peran-hubungan.
i. Pola seksual-reproduksi.
j. Pola toleransi stress-koping.
k. Pola nilai-kepercayaan.

4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum :
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : verbal:……….Psikomotor:……….Mata :……………..
b. Tanda-tanda Vital :
- Nadi
- Suhu
- TD
- RR
c. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher
2) Dada
 Paru
 Jantung
3) Payudara dan ketiak
4) Abdomen
5) Genetalia
6) Integumen
7) Ekstremitas
 Atas
 Bawah
8) Neurologis
 Status mental dan emosi
 Pengkajian saraf kranial :
 Pemeriksaan refleks :
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan
2) Pemeriksaan radiologi
3) Hasil konsultasi
4) Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
5. Analisa Data

B. Diagnosa Keperawatan pada pasien dengan Sirosis Hati.

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat


badan.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan status


imunologi yang terganggu.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia, gangguan gastrointestinal dan mual muntah.

4. Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan


mekanisme pembekuan dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat.

5. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (hati yang membesar
serta nyeri tekan dan asites).

6. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan


edema.
7. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan asites dan restriksi
pengembangan toraks akibat aistes, distensi abdomen serta adanya cairan
dalam rongga toraks.

C. Rencana Keperawatan

Diagnosa Rencana Keperawatan


NOC NIC Rasional
Keperawatan
Intoleransi aktivitas Tujuan: Peningkatan 1. Tawarkan diet 1. Memberikan
berhubungan energi dan partisipasi tinggi kalori, kalori bagi
dengan kelelahan dalam aktivitas tinggi protein tenaga dan
Kriteria Hasil:
dan penurunan (TKTP). protein bagi
· Melaporkan
berat badan 2. Berikan proses
peningkatan
suplemen vitamin penyembuhan.
kekuatan dan
(A, B kompleks, 2. Memberikan
kesehatan pasien.
C dan K) nutrien
· Merencanakan
3. Motivasi pasien tambahan.
aktivitas untuk
untuk melakukan 3. Menghemat
memberikan
latihan yang tenaga pasien
kesempatan istirahat
diselingi istirahat sambil
yang cukup.
4. Motivasi dan mendorong
· Meningkatkan
bantu pasien pasien untuk
aktivitas dan latihan
untuk melakukan melakukan
bersamaan dengan
latihan dengan latihan dalam
bertambahnya
periode waktu batas toleransi
kekuatan.
yang ditingkatkan pasien.
· Memperlihatkan
secara bertahap 4. Memperbaiki
asupan nutrien yang
perasaan sehat
adekuat dan
secara umum dan
menghilangkan
percaya diri
alkohol dari diet.

Kerusakan Tujuan: 1. Observasi dan 1. Memberikan


integritas kulit Memperbaiki catat derajat dasar untuk
berhubungan integritas kulit dan ikterus pada kulit deteksi
dengan ikterus dan meminimalkan iritasi dan sklera. perubahan dan
status imunologi kulit 2. Lakukan evaluasi
Kriteria Hasil:
yang terganggu perawatan yang intervensi.
· Memperlihatkan
sering pada kulit, 2. Mencegah
kulit yang utuh tanpa
mandi tanpa kekeringan kulit
terlihat luka atau
menggunakan dan
infeksi.
sabun dan meminimalkan
· Melaporkan tidak
melakukan pruritus.
adanya pruritus.
masase dengan 3. Mencegah
· Memperlihatkan
losion pelembut ekskoriasi kulit
pengurangan gejala
(emolien). akibat garukan.
ikterus pada kulit dan
3. Jaga agar kuku
sklera.
pasien selalu
· Menggunakan
pendek.
emolien dan
menghindari
pemakaian sabun
dalam menjaga
higiene sehari-hari.

Ketidakseimbanga Tujuan: Perbaikan 1. Motivasi pasien 1. Motivasi sangat


n nutrisi kurang status nutrisi untuk makan penting bagi
dari kebutuhan Kriteria Hasil: makanan dan penderita
tubuh berhubungan · Memperlihatkan suplemen anoreksia dan
dengan anoreksia, asupan makanan makanan. gangguan
gangguan yang tinggi kalori, 2. Tawarkan makan gastrointestinal.
gastrointestinal dan tinggi protein dengan makanan dengan 2. Makanan dengan
mual muntah. jumlah memadai. porsi sedikit tapi porsi kecil dan
· Mengenali sering. sering lebih
makanan dan 3. Hidangkan ditolerir oleh
minuman yang makanan yang penderita
bergizi dan menimbulkan anoreksia.
diperbolehkan dalam selera dan 3. Meningkatkan
diet. menarik dalam selera makan dan
· Bertambah berat penyajiannya. rasa sehat.
tanpa 4. Pantang alkohol. 4. Menghilangkan
memperlihatkan 5. Pelihara higiene makanan dengan
penambahan edema oral sebelum “kalori kosong”
dan pembentukan makan. dan menghindari
asites. 6. Pasang ice collar iritasi lambung
· Mengenali dasar untuk mengatasi oleh alkohol.
pemikiran mengapa mual. 5. Mengurangi
pasien harus makan 7. Berikan obat citarasa yang
sedikit-sedikit tapi yang diresepkan tidak enak dan
sering. untuk mengatasi merangsang
· Melaporkan mual, muntah, selera makan.
peningkatan selera diare atau 6. Dapat
makan dan rasa konstipasi. mengurangi
sehat. 8. Motivasi frekuensi mual.
· Menyisihkan peningkatan 7. Mengurangi
alkohol dari dalam asupan cairan dan gejala
diet. latihan jika gastrointestinal
· Turut serta dalam pasien dan perasaan
upaya memelihara melaporkan tidak enak pada
higiene oral sebelum konstipasi. perut yang
makan dan 9. Amati gejala mengurangi
menghadapi mual. yang selera makan dan
· Menggunakna obat membuktikan keinginan
kelainan adanya terhadap
gastrointestinal perdarahan makanan.
seperti yang gastrointestinal. 8. Meningkatkan
diresepkan. pola defekasi
· Melaporkan fungsi yang normal dan
gastrointestinal yang mengurangi rasa
normal dengan tidakenak serta
defekasi yang teratur. distensi pada
· Mengenali gejala abdomen.
yang dapat 9. Mendeteksi
dilaporkan: melena, komplikasi
pendarahan yang gastrointestinal
nyata. yang serius.

Resiko cedera Tujuan: Pengurangan 1. Amati setiap 1.


berhubungan resiko cedera feses yang Memungkinkan
Kriteria Hasil:
dengan hipertensi dieksresikan deteksi
· Tidak
portal, perubahan untuk perdarahan
memperlihatkan
mekanisme memeriksa dalam traktus
adanya perdarahan
pembekuan dan warna, gastrointestinal.
yang nyata dari
gangguan dalam konsistensi dan 2. Dapat
traktus
proses detoksifikasi jumlahnya. menunjukkan
gastrointestinal.
obat. 2. Waspadai tanda-tanda dini
· Tidak
gejala ansietas, perdarahan dan
memperlihatkan
rasa penuh pada syok.
adanya kegelisahan,
epigastrium, 3. Mendeteksi
rasa penuh pada
kelemahan dan tanda dini yang
epigastrium dan
kegelisahan. membuktikan
indikator lain yang
3. Periksa setiap adanya
menunjukkan feses dan perdarahan.
hemoragi serta syok. muntahan untuk 4. Menunjukkan
· Memperlihatkan mendeteksi perubahan pada
hasil pemeriksaan darah yang mekanisme
yang negatif untuk tersembunyi. pembekuan
perdarahan 4. Amati darah.
tersembunyi manifestasi 5. Memberikan
gastrointestinal. hemoragi: dasar dan bukti
· Bebas dari daerah- ekimosis, adanya
daerah yang epitaksis, hipovolemia dan
mengalami ekimosis petekie dan syok.
atau pembentukan perdarahan gusi. 6. Meminimalkan
hematom. 5. Catat tanda- resiko
· Memperlihatkan tanda vital perdarahan dan
tanda-tanda vital dengan interval mengejan.
yang normal. waktu tertentu. 7. Memudahkan
· Mempertahankan 6. Jaga agar insersi kateter
istirahat dalam pasien tenang kontraumatik
keadaan tenang dan membatasi untuk mengatasi
ketika terjadi aktivitasnya. perdarahan
perdarahan aktif. 7. Bantu dokter dengan segera
· Mengenali rasional dalam pada pasien yang
untuk melakukan memasang cemas dan
transfusi darah dan kateter untuk melawan.
tindakan guna tamponade 8.
mengatasi balon esofagus. Memungkinkan
perdarahan. 8. Lakukan deteksi reaksi
· Melakukan tindakan observasi selama transfusi (resiko
untuk mencegah transfusi darah ini akan
trauma (misalnya, dilaksanakan. meningkat
menggunakan sikat 9. Ukur dan catat dengan
gigi yang lunak, sifat, waktu serta pelaksanaan
membuang ingus jumlah lebih dari satu
secara perlahan- muntahan. kali transfusi
lahan, menghindari 10. Pertahankan yang diperlukan
terbentur serta pasien dalam untuk mengatasi
terjatuh, menghindari keadaan puasa perdarahan aktif
mengejan pada saat jika diperlukan. dari varises
defekasi). 11. Berikan vitamin esofagus)
· Tidak mengalami K seperti yang 9. Membantu
efek samping diresepkan. mengevaluasi
pemberian obat. 12. Dampingi taraf perdarahan
· Menggunakan pasien secara dan kehilangan
semua obat seperti terus menerus darah.
yang diresepkan. selama episode 10. Mengurangi
· Mengenali rasional perdarahan. resiko aspirasi isi
untuk melakukan 13. Tawarkan lambung dan
tindakan penjagaan minuman dingin meminimalkan
dengan lewat mulut resiko trauma
menggunakan semua ketika lebih lanjut pada
obat. perdarahan esofagus dan
teratasi (bila lambung.
diinstruksikan). 11. Meningkatkan
14. Lakukan pembekuan
tindakan untuk dengan
mencegah memberikan
trauma : vitamin larut
a. lemak yang
Mempertahanka diperlukan untuk
n lingkungan mekanisme
yang aman. pembekuan
b. Mendorong darah.
pasien untuk 12. Menenangkan
membuang pasien yang
ingus secara merasa cemas
perlahan-lahan. dan
c. Menyediakan memungkinkan
sikat gigi yang pemantauan serta
lunak dan deteksi terhadap
menghindari kebutuhan pasien
penggunaan selanjutnya.
tusuk gigi. 13. Mengurangi
d. Mendorong resiko
konsumsi perdarahan lebih
makanan dengan lanjut dengan
kandungan meningkatkan
vitamin C yang vasokontriksi
tinggi. pembuluh darah
e. Melakukan esofagus dan
kompres dingin lambung.
jika diperlukan. 14. Meningkatkan
f. Mencatat lokasi keamanan
tempat pasien.
perdarahan. a. Mengurangi
g. Menggunakan resiko trauma
jarum kecil dan perdarahan
ketika dengan
melakukan menghindari
penyuntikan. cedera, terjatuh,
15. Berikan obat terpotong, dll.
dengan hati-hati; b. Mengurangi
pantau efek resiko epistaksis
samping sekunder akibat
pemberian obat. trauma dan
penurunan
pembekuan
darah.
c. Mencegah trauma
pada mukosa
oral sementara
higiene oral yang
baik
ditingkatkan.
d. Meningkatkan
proses
penyembuhan
e. Mengurangi
perdarahan ke
dalam jaringan
dengan
meningkatkan
vasokontriksi
lokal.
f. Memungkinkan
deteksi tempat
perdarahan yang
baru dan
pemantauan
tempat
perdarahan
sebelumnya.
g. Meminimalkan
perambesan dan
kehilangan darah
akibat
penyuntikan
yang berkali-
kali.
15. Mengurangi
resiko efek
samping yang
terjadi sekunder
karena
ketidakmampuan
hati yang rusak
untuk melakukan
detoksifikasi
(memetabolisasi)
obat secara
normal.

Nyeri akut Tujuan: Peningkatan 1. Pertahankan 1. Mengurangi


berhubungan rasa kenyamanan tirah baring kebutuhan
Kriteria Hasil:
dengan agen injuri ketika pasien metabolik dan
· Mempertahankan
biologi (hati yang mengalami melindungi
tirah baring dan
membesar serta gangguan rasa hati.
mengurangi aktivitas
nyeri tekan dan nyaman pada 2. Mengurangi
ketika nyeri terasa.
asites) abdomen. iritabilitas
· Menggunakan
2. Berikan traktus
antipasmodik dan
antipasmodik gastrointestinal
sedatif sesuai
dan sedatif dan nyeri serta
indikasi dan resep
seperti yang gangguan rasa
yang diberikan.
diresepkan. nyaman pada
· Melaporkan
3. Kurangi asupan abdomen.
pengurangan rasa
natrium dan 3. Memberikan
nyeri dan gangguan
cairan jika dasar untuk
rasa nyaman pada
diinstruksikan. mendeteksi
abdomen.
lebih lanjut
· Melaporkan rasa
kemunduran
nyeri dan gangguan
keadaan pasien
rasa nyaman jika
dan untuk
terasa. mengevaluasi
· Mengurangi asupan intervensi.
natrium dan cairan 4. Meminimalkan
sesuai kebutuhan pembentukan
hingga tingkat yang asites lebih
diinstruksikan untuk lanjut.
mengatasi asites.
· Merasakan
pengurangan rasa
nyeri.
· Memperlihatkan
pengurangan rasa
nyeri.
· Memperlihatkan
pengurangan lingkar
perut dan perubahan
berat badan yang
sesuai.

Kelebihan volume Tujuan: Pemulihan 1. Batasi asupan 1. Meminimalkan


cairan berhubungan kepada volume natrium dan pembentukan
dengan asites dan cairan yang normal cairan jika asites dan
Kriteria Hasil:
pembentukan diinstruksikan. edema.
· Mengikuti diet
edema. 2. Berikan 2. Meningkatkan
rendah natrium dan
diuretik, ekskresi cairan
pembatasan cairan
suplemen lewat ginjal
seperti yang
kalium dan dan
diinstruksikan.
protein seperti mempertahank
· Menggunakan
yang an
diuretik, suplemen
dipreskripsikan keseimbangan
kalium dan protein
. cairan serta
sesuai indikasi tanpa
3. Catat asupan elektrolit yang
mengalami efek
dan haluaran normal.
samping. cairan. 3. Menilai
· Memperlihatkan 4. Ukur dan catat efektivitas
peningkatan haluaran lingkar perut terapi dan
urine. setiap hari. kecukupan
· Memperlihatkan 5. Jelaskan asupan cairan.
pengecilan lingkar rasional 4. Memantau
perut. pembatasan perubahan
· Mengidentifikasi natrium dan pada
rasional pembatasan cairan. pembentukan
natrium dan cairan. asites dan
penumpukan
cairan.
5. Meningkatkan
pemahaman
dan kerjasama
pasien dalam
menjalani dan
melaksanakan
pembatasan
cairan.

Ketidakefektifan Tujuan: Perbaikan 1. Tinggalkan 1. Mengurangi


pola nafas status pernapasan bagian kepala tekanan
KriteriaHasil:
berhubungan tempat tidur. abdominal
· Mengalami
dengan asites dan 2. Hemat tenaga pada
perbaikan status
restriksi pasien. diafragma
pernapasan.
pengembangan 3. Ubah posisi dan
· Melaporkan
toraks akibat aistes, dengan memungkinka
pengurangan gejala
distensi abdomen interval. n
sesak napas.
serta adanya cairan 4. Bantu pasien pengembanga
· Melaporkan
dalam rongga dalam n toraks dan
peningkatan tenaga
toraks. menjalani ekspansi paru
dan rasa sehat.
parasentesis yang
· Memperlihatkan atau maksimal.
frekuensi respirasi torakosentesis. 2. Mengurangi
yang normal (12- a. Berikan kebutuhan
18/menit) tanpa dukungan dan metabolik dan
terdengarnya suara pertahankan oksigen
pernapasan posisi selama pasien.
tambahan. menjalani 3. Meningkatkan
· Memperlihatkan prosedur. ekspansi
pengembangan b. Mencatat (pengembang
toraks yang penuh jumlah dan an) dan
tanpa gejala sifat cairan oksigenasi
pernapasan dangkal. yang diaspirasi. pada semua
· Memperlihatkan gas c. Melakukan bagian paru).
darah yang normal. observasi 4. Parasentesis
· Tidak mengalami terhadap bukti dan
gejala konfusi atau terjadinya torakosentesis
sianosis. batuk, (yang
peningkatan dilakukan
dispnu atau untuk
frekuensi mengeluarkan
denyut nadi. cairan dari
rongga
toraks)
merupakan
tindakan yang
menakutkan
bagi pasien.
Bantu pasien
agar bekerja
sama dalam
menjalani
prosedur ini
dengan
meminimalka
n resiko dan
gangguan
rasa nyaman.
a. Menghasilkan
catatan
tentang cairan
yang
dikeluarkan
dan indikasi
keterbatasan
pengembanga
n paru oleh
cairan.
b. Menunjukkan
iritasi rongga
pleura dan
bukti adanya
gangguan
fungsi
respirasi oleh
pneumotoraks
atau
hemotoraks
(penumpukan
udara atau
darah dalam
rongga
pleura).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. TN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS SIROSIS HEPATIS
DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM NEGARA
TANGGAL 1 – 4 DESEMBER 2016
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. TN
Umur : 30 Tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki – laki
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Pabrik Miras
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Pekutatan
Tanggal Masuk : 1 Desember 2016
Tanggal Pengkajian : 1 Desember 2016
No. Register : 0577409
Diagnosa Medis : Sirosis Hati (Sirosis Hepatis)

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. Ny
Umur : 30 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Istri
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pekutatan

2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Pasien mengeluh nyeri pada daerah perut kanan bagian atas.
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Sejak 2 minggu yang lalu pasien mengeluh sakit pada daerah perut
kanan bagian atas, sejak itu juga pasien tidak nafsu makan, selain
itu pasien mengatakan bahwa ia tidak mampu untuk bergerak secara
bebas karena menahan nyeri, kerena rasa sakit sudah tidak
tertahankan, pasien membeli obat penghilang nyeri di warung.
Karena rasa nyerinya tidak hilang, sehingga pada tanggal 1
Desember 2016 pukul 08.00 Wita dibawa ke Rumah Sakit Umum
Negara.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Pasien mengatakan hanya membeli obat penggilang rasa nyeri di
warung dan beristirahat.

b. Satus Kesehatan Masa Lalu


1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan sebelumnya pernah mengalami demam dan sakit
kepala ringan.
2) Pernah dirawat
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di RS.
3) Alergi
Pasien tidak memilki riwayat alergi obat, makanan, dan debu.
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Pasien mengatakan sering merokok 1 hari 2 bungkus, sering minum
kopi 3 gelas per hari, dan pasien mengatakan sering minum alkohol
untuk menghilangkan penat sekurang kurang nya 10 sloki per hari.

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan tidak
memiliki penyakit menular.

d. Diagnosa Medis dan therapy


Diagnosa medis : Sirosis hati (Sirosis Hepatis)
Therapy : IFVD RL 20 tetes/menit
Asam Mefenamat 3x500 mg
Hepatin 2x750 mg

3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan sehat itu merupakan suatu keadaan yang dapat
melakukan pekerjaan sehari-hari. Pasien mengatakan cara mengatur
kesehatannya dengan istirahat yang cukup.

b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit : pasien megatakan makan 2x sehari, dengan porsi
habis, minum 8 gelas (air putih dan kopi), BB : 68
kg
Saat sakit : pasien mengatakan tidak nafsu makan, pasien
mengatakan makan 2x sehari, dengan habis 2-3
sendok setiap porsi yang diberikan, selama 24 jam
minum 1700 cc ( air, kopi, alcohol) dan BB : 65 kg.

c. Pola Eliminasi
1. BAB
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB 1x dalam sehari,
dengan konsistensi feses lembek, berwarna
kuning kecoklatan tidak disertai darah.
Saat sakit : pasien mengatakan BAB 2x sehari, dengan
konsistensi feses lembek, berwarna kecoklatan
tidak disertai darah.
2. BAK
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAK 5x dalam sehari, urine
berwarna kekuningan dan berbau pesing.
Saat sakit : pasien mengatakan BAK 4x dalam sehari, urine
berwarna kecoklatan seperti teh dan berbau
pesing.

d. Pola aktivitas dan latihan


1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan √
minum
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan
kegiatan sehari-hari dengan baik.
Saat sakit : pasien mengatakan tidak bisa melakukan tugasnya
dengan baik dan banyak kegiatan sehari-harinya
memerlukan bantuan orang lain.

e. Pola kognitif dan Persepsi


Pasien mengatakan bahwa ia seorang pegawai pabrik miras dan lulusan
SMA.
f. Pola Persepsi-Konsep diri
Pasien ingin menjadi suami dan bapak yang baik dan pasien mengatakan
bahwa dirinya tidak maksimal menjadi suami dan bapak yang baik.

g. Pola Tidur dan Istirahat


Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur 7 jam dalam sehari.
Saat sakit : pasien mengatakan tidur 6 jam karena kadang
terbangun akibat merasa tidak nyaman.
h. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan peran dalam keluarganya sebagai suami.

i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit : pasien mengatakan sudah menikah
Saat sakit : pasien mengatakan sudah menikah dan memiliki 1
orang anak

j. Pola Toleransi Stress-Koping


Pasien mengatakan pernah khawatir karena penyakitnya dan pasien
berusaha untuk mencari pengobatan agar cepat sembuh.

k. Pola Nilai-Kepercayaan
Sebelum sakit : pasien mengatakan sembahyang 1x sehari di rumah
tanpa bantuan orang lain.
Saat sakit : pasien mengatakan sembahnyang 1x sehari di atas
tempat tidur.

4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Composmetis E4V5M5
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 112x/menit
Suhu = 37 ̊ C
TD = 140/90 mmHg
R = 20x/menit
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher
Inspeksi : warna rambut hitam, kuantitas rambut tipis, distribusi
rambut merata, kulit kepala tidak ada lesi, tidak ada
ketombe, tidak ada benjolan, bentuk kepala
mesocephalus, posisi mata sejajar, konjungtiva anemis,
ikterus pada mata, aurikula tidak ada lesi, liang telinga
tidak ada serumen, tidak ada kemerahan pada hidung,
bibir kering, leher tidak ada jaringan parut, tidak ada
masa.
Palpasi : tekstur rambut kasar, kulit kepala tidak ada nyeri tekan
dan benjolan, kelopak mata tidak ada benjolan dan nyeri
tekan, pada telinga tidak ada benjolan dan nyeri tekan,
pada hidung tidak ada nyeri tekan, pembengkakan dan
benjolan, pada leher denyut karotis teraba.
Auskultasi : pada arteri tidak terdengar bruit, pada kelenjar tiroid
tidak terdengar bruit.

b. Dada
· Paru
Inspeksi : bentuk dada normochest.
Palpasi : pada dada tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur iga,
tidak ada massa.
Perkusi : pada dada suara yang dihasilkan sonor.
Auskultasi : frekuensi dada 20x/menit, bunyi napas vesikular, tidak
ada bunyi napas tambahan.
· Jantung
Inspeksi : tidak ada thrill, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan.
Palpasi : letak jantung bagian atas RIC 2, bawah RIC5, kiri RIC
V kiri 1 jari media dari garis midclavicularis, bagian
kanan parasternum kanan.
Perkusi : pada jantung suara yang dihasilkan redup
Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2, tidak ada bunyi tambahan.
c. Payudara dan ketiak
Inspeksi : payudara simetris, tidak ada edema, pada axila tidak ada
ruam dan infeksi.
Palpasi : payudara tidak ada nyeri tekan dan benjolan, pada axila
tidak ada nyeri tekan.

d. Abdomen
Inspeksi : ada pembesaran abdomen pada kuadran kanan atas.
Auskultasi : ada bising usus 4 x/menit, terdengar bruit.
Perkusi : pada abdomen dihasilakan bunyi timpani ( nyaring)
Palpasi : ada nyeri lepas, ada nyeri tekan pada abdomen kuadran
kanan atas

e. Genetalia
Inspeksi : tidak ada ruam, tidak ada parut, tidak ada kutil.
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.

f. Integumen
Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak ada sianosis, tidak ada lesi,
tidak ada benjolan
Palpasi : turgor kulit kurang elastis, kulit teraba kasar, kulit teraba
sedikit dingin.

g. Ekstremitas
1. Atas
Inspeksi : tidak ada atrofi dan dislokasi, siku tidak ada dislokasi,
pergelangan tangan rentang gerak normal, tidak
deformitas, tidak ada pembengkakan.
Palpasi : pada bahu, siku dan pergelangan tangan tidak ada
benjolan, nyeri tekan, peradangan, parut dan krepitasi.
2. Bawah
Inspeksi : rentang gerak pinggul terbatas, tidak ada dislokasi,
gaya berjalan lambat, lutut sejajar, pergelangan kaki
rentang gerak normal.
Palpasi : tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan

h. Neurologis
· Status mental dan emosi
Tidak ada gangguan mental.
· Pengkajian saraf kranial
Dapat membedakan bau, ketajaman mata 20/25, bola mata dapat
bergerak ke segala arah, ada nyeri, ada kontraksi otot temporalis,
ada refleks kornea, dapat mengangkat kedua alis, dapat menutup
mata dengan rapat, dapat memperlihatkan gigi dan dapat tersenyum,
dapat mendengar dengan baik, dapat menelan, dapat mengeluarkan
suara, dapat mengangkat bahu, lidah dapat bergerak kesegala arah.
· Pemeriksaan refleks
1. Biceps : Fleksi pada perkusi 2
2. Triceps : Ekstensi pada perkusi 2
3. Achilles percussion reflex : plantar fleksi pada perkusi 1
4. Knee percussion reflex : ekstensi pada perkusi 1
5. Babinsky : kelima jari kaki plantar fleksi
6. Kaku kuduk : dagu dapat menyentuh dada
7. Brudsinsky 1 : saat dagu akan ditekuk tidak muncul terasa nyeri.
8. Brudsinsky 2 : saat kaki kanan fleksi, kaki kiri ikut fleksi.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
HbSAg SGOT : 110 u/l (5-40)
SGPT : 150 u/l (5-41)
Albumin : 2,5 gr% (3,5-5,0)
Hb : 8 gr/dl (13,5-17,5)
2. Pemeriksaan radiologi
USG : Abdomen Sirosis Hepatis
3. Hasil konsultasi
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain

5. ANALISA DATA
DATA Etiologi MASALAH
DS Pembesaran hati Nyeri akut
1. Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian
kanan atas
2. Pasien mengatakan nyeri terasa seperti di tusuk-
tusuk
3. Skala nyeri 5 dari (0-10) skala yang diberikan
4. Nyeri dirasakan pada saat bangun dari tempat
tidur dan berjalan
DO
1. Pasien tampak meringis menahan sakit
2. TD : 140/90 mmHg, N : 112 x/menit
3. Pembesaran pada abdomen kuadran kanan
atas
4. Adanya nyeri tekan dan nyeri lepas pada
abdomen kuadran kanan atas
5. HbSAg SGOT : 110 u/l
6. SGPT : 150 u/l
7. Albumin : 2,5 gr%
8. Hb : 8 gr/dl

DS Anoreksia Ketidakeimbangan
1. Pasien mengatakan tidak nafsu untuk makan nutrisi kurang dari
2. Pasien mengatakan merasa mual dan muntah kebutuhan tubuh
2x pada hari ini
3. Pasien mengatakan makan hanya 3 sendok
dari persi yang diberikan.
DO
1. Pasien tampak lemah
2. Pasien tampak muntah setelah makan
3. Wajah pasien tampak pucat
4. BB sebelum sakit 68 kg, saat sakit BB 65 kg
5. Konjungtiva anemis
6. Bibir tampak kering
7. Ikterus pada mata
8. Bising usus 4x/menit dan adanya suara bruit

DS Kelemahan Intoleransi aktivitas


1. Pasien mengatakan bahwa ia mudah merasa
lelah saat melakukan aktivitas
2. Pasien mengatakan tidak dapat melakukan
aktivitas secara mandiri.
DO
1. Pasien tampak lemah
2. Pasien hanya berbaring di atas tempat tidur
3. Pasien tampak dibantu keluarganya saat
melakukan aktivitas

II. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan


Prioritas
N TANGGAL / DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL Ttd
O JAM TERATASI
DITEMUKAN
1 1 Desember Nyeri akut b/d pembesaran hati d/d pasien mengeluh nyeri 4 Desember
2016, Pukul pada perut bagian kanan atas, pasien mengatakan nyeri 2016, Pukul
08.00 Wita terasa seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri 5 dari (0-10) skala 08.30 Wita
yang diberikan, nyeri dirasakan pada saat bangun dari
tempat tidur dan berjalan, pasien tampak meringis menahan
sakit, TD : 140/90 mmHg, N : 112 x/menit, pembesaran
pada abdomen kuadran kanan atas, adanya nyeri tekan dan
nyeri lepas pada abdomen kuadran kanan atas, HbSAg
SGOT: 110 u/l, SGPT: 150 u/l, Albumin: 2,5 gr%, Hb: 8
gr/dl

2 1 Desember Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d 4 Desember


2016, Pukul anoreksia d/d pasien mengatakan tidak nafsu untuk makan, 2016, Pukul
08.00 Wita pasien mengatakan merasa mual dan muntah 2x pada hari 08.30 Wita
ini, pasien mengatakan makan hanya 3 sendok dari persi
yang diberikan, pasien tampak lemah, pasien tampak
muntah setelah makan, wajah pasien tampak pucat, BB
sebelum sakit 68 kg, saat sakit BB 65 kg, konjungtiva
anemis, bibir tampak kering, ikterus pada mata, bising usus
4x/menit dan adanya suara bruit

3 1 Desember Intoleransi aktivitas b/d kelemahan d/d pasien mengatakan4 Desember


2016, Pukul bahwa ia mudah merasa lelah saat melakukan aktivitas, pasien 2016, Pukul
08.00 Wita mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri,08.30 Wita
pasien tampak lemah, pasien hanya berbaring di atas tempat
tidur, pasien tampak dibantu keluarganya saat melakukan
aktivitas
III. Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana Perawatan Ttd


Hari/ No
Tujuan dan Kriteria
Tgl Dx Intervensi Rasional
Hasil
Kamis, 1 I Setelah dilakukan 1) Ukur TTV 1) Untuk mengetahui
Desembe tindakan keperawatan 2) Lakukan pengkajian kondisi umum pasien

r 2016 selama 3x24 jam nyeri nyeri secara 2) Untuk mengetahui


komprehensif status nyeri dan untuk
pasien teratasi, dengan
termasuk lokasi, menentukan intervensi
kriteria hasil :
frekuensi, lanjutan
1) TD dalam rentang
karakteristik, durasi 3) Untuk mengalihkan
normal 120/70 mmHg
dan kualitas. perhatian dari nyeri
2) Pasien tampak rileks
3) Ajarkan teknik 4) Membantu
3) Pasien tampak nyaman
distraksi dan relaksasi meringankan rasa nyeri
4) Skala nyeri 3 dari (0-
4) Berikan kompres air 5) Mengetahui
10) skala yang
hangat pada areal perkembangan
diberikan.
nyeri pemeriksaan
5) Hasil pemeriksaan
5) Pantau hasil laboratorium
laboratorium membaik
pemeriksaan 6) Golongan obat
atau mendekati normal
laboratorium analgetik berfungsi
6) Kolaborasi pemberian untuk meringankan
analgetik : Asam rasa nyeri.
Mefenamat 3x500 7) Suplemen untuk
mg. melindungi fungsi hati.
7) Kolaborasi pemberian
obat Hepatin 2x750
mg
Kamis, 1 II Setelah dilakukan 1) Berikan makan 1) Makanan dengan
Desembe tindakan keperawatan makanan dengan porsi kecil dan
r 2016 selama 3x24 jam porsi sedikit tapi sering lebih ditolerir
diharapkan sering. oleh penderita
ketidakseimbangan 2) Anjurkan Hindari anoreksia.
nutrisi kurang dari makanan yang 2) Menghilangkan
kebutuhan tubuh dapat mengandung alcohol makanan dengan
teratasi, dengan kriteria 3) Motivasi pasien “kalori kosong” dan
hasil : untuk makan menghindari iritasi
1) Pasien mengatakan makanan dan lambung oleh
nafsu makan suplemen makanan. alcohol
bertambah 4) Timbang BB pasien 3) Motivasi sangat
2) BB bertambah ½ kg penting bagi
3) Tidak ada tanda- penderita anoreksia
tanda malnutrisi dan gangguan
gastrointestinal.
4) Untuk mengetahui
perkembangan BB
pasien

Kamis, 1III Setelah dilakukan tindakan 1) Motivasi pasien untuk1) Menghemat tenaga
Desember keperawatan selama 3x24 melakukan latihan pasien sambil
2016 jam diharapkan intoleransi yang diselingi istirahat mendorong pasien
2) Motivasi dan bantu
aktivitas dapat teratasi, untuk melakukan
pasien untuk
dengan kriteria hasil : latihan dalam batas
melakukan latihan
1) Pasien dapat toleransi pasien.
dengan periode waktu2) Memperbaiki perasaan
beraktivitas secara
yang ditingkatkan sehat secara umum
mandiri.
2) Pasien tampak lebih secara bertahap dan percaya diri
3) Melakukan ADL3) Meningkatkan
rileks.
(activity daily living) kemampuan
atau aktivitas beraktivitas
kehidupan sehari hari

IV. Implementasi Keperawatan

Hari/Tgl/Jam N Tindakan Keperawatan Evaluasi Proses Ttd


o
D
x
Kamis, 1 II Menimbang BB pasien S : Pasien mengucapkan terima
Desember 2016 kasih setelah melakukan
Pukul 08.00 Wita pemeriksaan BB
O : BB pasien 65kg

08.30 Wita I Mengukur TTV S : Pasien mengucapkan terima


kasih setelah melakukan
pemeriksaan TTV
O : TD : 140/90 mmHg, N : 112
x/menit, R: 20x/menit, S: 37,0oc

09.00 Wita I Melakukan pengkajian nyeri secara S : Pasien mengeluh nyeri pada
komprehensif termasuk lokasi, perut bagian kanan atas, pasien
frekuensi, karakteristik, durasi dan mengatakan nyeri terasa seperti
kualitas.
di tusuk-tusuk, Skala nyeri 5 dari
(0-10) skala yang diberikan,
Nyeri dirasakan pada saat
bangun dari tempat tidur dan
berjalan.
O : Pasien tampak meringis,
Pembesaran pada abdomen
kuadran kanan atas, adanya
nyeri tekan dan nyeri lepas pada
kuadran kanan atas

Memotivasi pasien untuk makan


09.30 Wita II S : Pasien mengatakan sudah
makanan dan suplemen
mengerti
makanan.
O : Pasien tampak menganggukan
kepala

Menganjurkan hindari makanan


10.00 Wita II S : Pasien mengatakan sudah
yang mengandung alcohol mengerti
minum obat O : Pasien tampak paham

11.00 Wita II Memberikan makanan dengan S : Pasien mengatakan tidak mau


porsi sedikit tapi sering makan
O : Pasien tampak makan hanyak 2
sdm dari porsi yang diberikan

12.00 Wita III Melakukan ADL (activity daily S : Pasien mengatakan sudah
living) atau aktivitas kehidupan melakukan tindakan ADL
sehari hari O : Pasien tampak dibantu orang
lain dalam tindakan ADL

14.00 Wita I Memberikan obat Asam S : Pasien mengatakan terima kasih


Mefenamat 1x500 mg dan O : Pasien tampak minum obat
Hepatin 1x750 mg

15.00 Wita III Memotivasi pasien untuk S : Pasien mengatakan mau


melakukan latihan yang diselingi melakukan latihan
istirahat O : Pasien tampak menganggukan
kepala.

16.00 Wita III Memotivasi dan bantu pasien S : Pasien mengatakan malu dengan
untuk melakukan latihan dengan orang lain
periode waktu yang ditingkatkan O : Pasien tampak menarik diri
secara bertahap

17.00 Wita I Mengajarkan teknik distraksi dan S : Pasien mengatakan merasa lebih
relaksasi nyaman
O : Pasien tampak lebih rileks dari
sebelumnya
18.00 Wita II Memberikan makanan dengan S : Pasien mengatakan mau untuk
porsi sedikit tapi sering makan
O : Pasien tampak makan hanya 3
sendok dari porsi yang
diberikan, minum 300 ml.

19.00 Wita I Memberikan obat Asam Mefenamat S : Pasien mengatakan terima kasih
1x500 mg dan Hepatin 1x750 mg O : Pasien tampak minum obat

Memberikan kompres air hangat


pada areal nyeri
20.15 Wita I S : Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman setelah diberikan
kompres air hangat
O : Pasien tampak nyaman

Jumat, 2 II Menimbang BB pasien S : Pasien mengucapkan terima


Desember 2016 kasih setelah melakukan
Pukul 08.00 Wita pemeriksaan BB
O : BB pasien 65kg

08.15 Wita I Mengukur TTV S : Pasien mengucapkan terima


kasih setelah melakukan
pemeriksaan TTV
O : TD : 130/90 mmHg, N : 100
x/menit, R: 20x/menit, S: 37,0oc

08.30 wita I Melakukan pengkajian nyeri secara S : Pasien mengeluh nyeri pada
komprehensif termasuk lokasi, perut bagian kanan atas, pasien
frekuensi, karakteristik, durasi dan mengatakan nyeri terasa seperti
kualitas.
di tusuk-tusuk, Skala nyeri 4 dari
(0-10) skala yang diberikan,
Nyeri dirasakan berkurang dari
sebelumnya
O : Pembesaran pada abdomen
kuadran kanan atas, adanya
nyeri tekan

08.45 Wita II Memotivasi pasien untuk makan S : Pasien mengatakan sudah


makanan dan suplemen mengerti dan pasien juga
makanan. mengatakan bahwa pasien sudah
mulai ingin makan
O : Pasien tampak menganggukan
kepala

09.00 Wita II Memberikan makanan dengan S : Pasien mengatakan ingin makan


porsi sedikit tapi sering O : Pasien tampak makan habis ½
porsi yang diberikan

09.30 Wita I Memberikan obat Asam S : Pasien mengatakan terima kasih


Mefenamat 1x500 mg dan O : Pasien tampak minum obat
Hepatin 1x750 mg

11.00 Wita III Melakukan ADL (activity daily S : Pasien mengatakan sudah
living) atau aktivitas kehidupan melakukan tindakan ADL
sehari hari O : Pasien tampak dibantu orang
lain dalam tindakan ADL

13.00 Wita II Memberikan makanan dengan S : Pasien mengatakan mau makan


porsi sedikit tapi sering O : Pasien tampak makan habis ½
porsi yang diberikan

13.30 Wita I Memberikan obat Asam S : Pasien mengatakan terima kasih


Mefenamat 1x500 mg O : Pasien tampak minum obat

15.00 Wita III Memotivasi pasien untuk S : Pasien mengatakan mau


melakukan latihan yang diselingi melakukan latihan
istirahat O : Pasien tampak menganggukan
kepala.

16.00 Wita III Memotivasi dan bantu pasien S : Pasien mengatakan mau untuk
untuk melakukan latihan dengan latihan dan pasien juga
periode waktu yang ditingkatkan mengatakan ingin cepat sembuh
secara bertahap O : Pasien tampak bersemangat
untuk sembuh

17.00 Wita I Mengajarkan teknik distraksi dan S : Pasien mengatakan merasa lebih
relaksasi nyaman
O : Pasien tampak lebih rileks dari
sebelumnya

18.00 Wita II Memberikan makanan dengan S : Pasien mengatakan mau untuk


porsi sedikit tapi sering makan
O : Pasien tampak makan hanya 3
sendok dari porsi yang
diberikan, minum 300 ml.

19.00 Wita I Memberikan obat Asam Mefenamat S : Pasien mengatakan terima kasih
1x500 mg dan Hepatin 1x750 mg
O : Pasien tampak minum obat

Memberikan kompres air hangat


pada areal nyeri
20.00 Wita I S : Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman setelah diberikan
kompres air hangat
O : Pasien tampak nyaman

Sabtu, 3 II Menimbang BB pasien S : Pasien mengucapkan terima


Desember 2016 kasih setelah melakukan
Pukul 08.00 Wita pemeriksaan BB
O : BB pasien 65,5kg

08.15 Wita I Mengukur TTV S : Pasien mengucapkan terima


kasih setelah melakukan
pemeriksaan TTV
O : TD : 130/80 mmHg, N : 90
x/menit, R: 20x/menit, S: 37,0oc

08.30 wita I Melakukan pengkajian nyeri secara S : Pasien mengatakan nyeri


komprehensif termasuk lokasi, berkurang, skala nyeri 3 dari (0-
frekuensi, karakteristik, durasi dan 10) skala yang diberikan
kualitas.
O : Pasien tampak rileks

Memotivasi pasien untuk makan


08.45 Wita II S : Pasien mengatakan bahwa nafsu
makanan dan suplemen
makan bertambah
makanan.
O : Pasien tampak tersenyum

Memberikan makanan dengan


09.00 Wita II S : Pasien mengatakan ingin makan
porsi sedikit tapi sering
O : Pasien tampak makan habis ½
porsi yang diberikan

Memberikan obat Asam


09.30 Wita I S : Pasien mengatakan terima kasih
Mefenamat 1x500 mg dan
O : Pasien tampak minum obat
Hepatin 1x750 mg

Melakukan ADL (activity daily


11.00 Wita III S : Pasien mengatakan sudah
living) atau aktivitas kehidupan
melakukan tindakan ADL tanpa
sehari hari
bantun orang lain
O : Pasien tampak melakukan
latihan secara mandiri

Memberikan makanan dengan


13.00 Wita II S : Pasien mengatakan mau makan
porsi sedikit tapi sering
O : Pasien tampak makan habis ½
porsi yang diberikan, minum air
putih 250 ml
Memberikan obat Asam
13.30 Wita I Mefenamat 1x500 mg S : Pasien mengatakan terima kasih
O : Pasien tampak minum obat
Memotivasi pasien untuk
15.00 Wita III melakukan latihan yang diselingi S : Pasien mengatakan mau
istirahat melakukan latihan
O : Pasien tampak menganggukan
kepala.
Memotivasi dan bantu pasien
16.00 Wita III untuk melakukan latihan dengan S : Pasien mengatakan mau untuk
periode waktu yang ditingkatkan latihan dan pasien juga
secara bertahap mengatakan ingin cepat sembuh
O : Pasien tampak bersemangat
untuk sembuh
Mengajarkan teknik distraksi dan
17.00 Wita I relaksasi S : Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman
O : Pasien tampak lebih rileks dari
sebelumnya
Memberikan makanan dengan
18.00 Wita II porsi sedikit tapi sering S : Pasien mengatakan mau untuk
makan
O : Pasien tampak makan dengan
habis dari porsi yang diberikan,
minum 300 ml, tidak ada tanda-
tanda malnutrisi
Memberikan obat Asam Mefenamat
1x500 mg dan Hepatin 1x750 mg
19.00 Wita I S : Pasien mengatakan terima kasih
O : Pasien tampak minum obat
Memantau hasil pemeriksaan
laboratorium

20.00 Wita I S :-
O : HbSAg SGOT : 50 u/l
SGPT : 65 u/l
Memberikan kompres air hangat Albumin : 3,5 gr%
pada areal nyeri Hb : 13,5 gr/dl

20.20 Wita I S : Pasien mengatakan merasa lebih


nyaman setelah diberikan
kompres air hangat
O : Pasien tampak nyaman

Minggu, 4 II Menimbang BB pasien S : Pasien mengucapkan terima


Desember 2016 kasih setelah melakukan
Pukul 08.00 Wita pemeriksaan BB
O : BB pasien 66 kg

I Mengukur TTV S : Pasien mengucapkan terima


kasih setelah melakukan
pemeriksaan TTV
O : TD : 120/80 mmHg, N : 90
x/menit, R: 20x/menit, S: 37,0oc

V. Evaluasi Keperawatan

Hari/Tgl No
No Evaluasi TTd
Jam Dx
1 Minggu, 4 I S : Pasien mengatakan merasa lebih nyaman setelah diberikan
Desember 2016 kompres air hangat, pasien mengatakan nyeri berkurang, skala
Pukul 08.30 nyeri 3 dari (0-10) skala yang diberikan.
Wita O : TD : 120/80 mmHg, N : 90 x/menit, R: 20x/menit, S: 37,0oc,
HbSAg SGOT : 50 u/l, SGPT : 65 u/l, Albumin : 3,5 gr%,
Hb : 13,5 gr/dl, pasien tampak lebih rileks.
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi.
P : Pertahankan kondisi pasien, pasien boleh pulang.

2 Minggu, 4 II S : Pasien mengatakan bahwa nafsu makan bertambah.


Desember 2016 O : BB pasien 66 kg, pasien tampak makan dengan habis dari porsi
Pukul 08.30 yang diberikan, tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Wita A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien, pasien boleh pulang

3 Minggu, 4 III S : Pasien mengatakan mau untuk latihan dan pasien juga mengatakan
Desember 2016 ingin cepat sembuh, pasien mengatakan sudah melakukan
Pukul 08.30 Wita tindakan ADL tanpa bantun orang lain,
O : Pasien tampak melakukan latihan secara mandiri, pasien tampak
bersemangat untuk sembuh, pasien tampak rileks.
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien, pasien boleh pulang

Anda mungkin juga menyukai