Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMATOID ATRITIS

2.3.1 Pengkajian

1. Biodata

Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data dasar pengkajian
pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung,
paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-
bentuk arthritis lainnya.

2. Riwayat Kesehatan

a. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

b. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan
merasakan adanya perubahan pada sendi.

3. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran,
lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial

1) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

2) Catat bila ada krepitasi

3) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

4) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

c. Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

d. Ukur kekuatan otot

e. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

f. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

4. Aktivitas/istirahat

Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada
pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.

Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise

Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.

5. Kardiovaskuler

Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan
pada jari sebelum warna kembali normal).

6. Integritas ego

Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor
hubungan.

Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)

Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).

7. Makanan/ cairan

Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual,


anoreksia

Kesulitan untuk mengunyah

Tanda : Penurunan berat badan\

Kekeringan pada membran mukosa.

8. Hygiene

Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan

9. Neurosensori

Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

Gejala : Pembengkakan sendi simetris

10. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi).

11. Keamanan

Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam
menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan
membran mukosa.

12. Interaksi social


Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.

13. Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada pasien
yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan
pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan
pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

2.3.2 Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal. Nyeri, ketidaknyamanan,


Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan


kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan,


daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

2.3.3 Intervensi keperawatan

1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

Kriteria Hasil:

a. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,

b. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.

c. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,

d. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.

Intervensi

Rasional

a. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yangmempercepat dan
tanda-tanda rasa sakit non verbal

b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.

d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang
sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak

e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau
pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali
sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.

a. Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program

b. Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran
tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri

c. Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi

d. Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi
gerakan/ rasa sakit pada sendi

e. Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan
kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan

2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal

Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

Kriteria Hasil :

a. Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.


b. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi
bagian tubuh.

c. Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

Intervensi

Rasional

a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi

b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan
periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu

c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika
memungkinkan

d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik
pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas,

e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace

a. Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi

b. Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting
untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan

c. Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan :
latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat
merusak sendi

d. Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Memepermudah perawatan


diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit

e. Meningkatkan stabilitas (mengurangi resiko cidera) dan memerptahankan posisi sendi yang
diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.

Kriteria Hasil :

a. Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi


penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.

b. Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

Intervensi

Rasional

a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan

b. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana
pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek
seksual.

c. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.

d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan

e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan


perubahan

f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif
yang dapat membantu koping.

a. Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya
secara langsung

b. Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang
lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut

c. Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana
pasien memandang dirinya sendiri

d. Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi
e. Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi
lebih lanjut

f. Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan
harga diri

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan,


daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Kriteria Hasil :

a. Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan
individual.

b. Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan


diri.

c. Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan


perawatan diri.

Intervensi

Rasional

a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial
perubahan yang sekarang diantisipasi

b. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan

c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk modifikasi
lingkungan

d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.

e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.

a. Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada
keterbatasan saat ini
b. Mendukung kemandirian fisik/emosional

c. Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri

d. Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang
kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi
pancuran

e. Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual

2.3.4 Implementasi

Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan/ melaksanakan rencana tindakan yang
telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Nursalam, 2008).

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi
perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap
intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi
ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses
perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan
melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil (Hidayat,
A.A.A, 2008).

Anda mungkin juga menyukai