Anda di halaman 1dari 14

VEHIKULUM

Definisi
Vehikulum adalah zat inaktif yang digunakan dalam sediaan topikal sebagai pembawa
obat/ zat aktif agar dapat berkontak dengan kulit, memiliki efek fisik misalnya efek
proteksi, mendinginkan, hidrasi, mengeringkan/mengangkat eksudat, dan lubrikasi,
serta efek kimiawi/farmakologis, misalnya efek analgesic, sebagai astringent,
antipruritus, dan bakteriostatik.

Jenis
Bedak
Merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri dari talcum venetum dan
oxydum zincicum dalam komposisi yang sama. Oxydum zincicum merupakan suatu
bubuk halus berwarna putih bersifat hidrofob. Talcum venetum merupakan suatu
magnesium polisilikat murni, sangat ringan. Dua bahan ini dipakai sebagai komponen
bedak, bedak kocok dan pasta.
Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak
melekat erat sehingga penetrasinya sedikit sekali.
Efek bedak ialah :
 Mendinginkan
 Antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokonstriksi
 Anti-pruritus lemah
 Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat
 Proteksi mekanis

Yang diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Biasanya bedak dicampur
dengan seng oksida, sebab zat ini bersifat absorbsi air dan sebum, astringen, antiseptik
lemah, dan anti-pruritus lemah.
Indikasi
1. Dermatosis yang kering dan superfisial
2. Mempertahankan vesikel atau bula agar tidak pecah misalnya pada varisela
dan herpes zoster.

Kontraindikasi
Dermatitis yang basah terutama bila disertai dengan infeksi sekunder.
Salep
Salep merupakan sediaan semisolid berbahandasar lemak ditujukan untuk
kulit dan mukosa. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4
kwlompok yaitu :
a. Dasar Salep Hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak seperti vaselin album
(petrolatum), paraffin liquidum. Vaselin album adalah golongan lemak mineral
diperoleh dari minyak bumi. Titik cair sekitar 10-50o C, mengikat 30%, tidak berbau,
transparan, konsistensi lunak.
Hanya sejumlah kecil komponen air dapat dicampurkan kedalamnya. Sifat
dasar salep hidrokarbon sukar dicuci, tidak mongering dan tidak berubah dalam waktu
lama. Salep ini ditujukan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan
bertindak sebagai penutup. Dasar salep hidrokarbon terutama digunakan sebagai
bahan emolien.
b. Dasar Salep Serap
Dasar salep serap dibagi dalam dua tipe, yaitu bentuk anhidrat (parafin
hidrofilik dan lanolin anhidrat <adeps lanae>) dan bentuk emulsi (lanolin dan cold
cream) yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan tambahan.
Adeps Lanae ialah lemak murni dari lemak bulu domba, keras dan melekat,
sehingga sukar dioleskan, mudah mengikat air. Aedes lanae hydrosue atau lanolin
ialah adeps lanae dengan aqua 25-27%.
Salep ini dapat dicuci namun kemungkinan bahan sediaan yang tersisa masih
ada walaupun telah dicuci dengan air, sehingga tidak cocok untuk sediaan kosmetik.
Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien.
c. Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air misalnya salep hidrofilik.
Dasar ini dinyatakan “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit,
sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Dasar salep ini tampilannya
menyerupai krim karena fase terluarnya adalah air. Keuntungan lain dari dasar salep
ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudahme nyerap cairan yang terjadi pada
kelainan dermatologi.
d. Dasar salep larut dalam air
Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” terdiri dari komponen
cair. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungaan seperti halnya dasar salep
yang dapat dicuci dengan air karena tidak mengandung bahan tak larut dalam air
seperti paraffin, lanolin anhidrat. Contoh dasar salep ini adalah polietilenglikol.
Pemilihan dasar salep untuk dipakai dalam formulasi salep bergantung pada
beberapa faktor, seperti kecepatan pelepasan bahan obat dari dasar salep, absorbsi
obat, kemampuan mempertahankan kelembapan kulit oleh dasar salep, waktu obat
stabil dalam dasar salep, pengaruh obat terhadap dasar salep.
Pada dasarnya tidak ada dasar salep yang ideal. Namun, dengan pertimbangan
faktor diatas diharapkan dapat diperoleh bentuk sediaan paling baik.
Indikasi
1. Dermatosis yang kering dan kronik
2. Dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salep paling kuat
jika dibandingkan dengan bahan dasar lainnya.
3. Dermatosis yang bersisik dan berkrusta.

Kontraindikasi
Dermatitis madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian yang berambut,
penggunaan salep tidak dianjurkan karena menyebabkan perlekatan, dan salep jangan
dipakai diseluruh tubuh.

Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formulasi krim
ada dua, yaitu sebagai emulsi air dalam minyak (W/O), misalnya cold cream, dan
minyak dalam air (O/W) misalnya vanishing cream.
Selain itu dipakai emulgator, dan biasanya dipakai bahan pengawet misalnya
paraben dan juga dicampur dengan parfum. Berbagai bahan aktif dapat dimasukan di
dalam krim.
Dalam praktik, umumnya apotik tidak bersedia membuat krim karena tidak
tersedia emulgator dan pembuatannya lebih sulit dari salep. Jadi, jika hendak menulis
resep krim dan dibubuhi bahan aktif, dapat dipakai krim yang sudah jadi, misalnya
biocream. Krim ini bersifat ambifilik artinya berhasiat sebagai W/O atau O/W. Krim
dipakai pada kelainan yang kering, superfisial. Krim memiliki kelebihan disbanding
salep karena nyaman, dapat dipakai di daerah lipatan dan kulit berambut.
Indikasi
1. Indikasi Kosmetik
2. Dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang
lebih besar daripada bedak kocok
3. Krim boleh digunakan di daerah yang berambut
4. Krim dipakai pada lesi kering dan superfisial.

Kontraindikasi
Dermatitis madidans.

Pasta
Pasta ialah campuran salep dan bedak, sehingga komponen pasta terdiri dari
bahan untu salep, misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum, oxydum zincicum.
Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi
sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.
Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep, mempunyai daya penetrasi dan
daya maserasi lebih rendah dari salep. Pasta bersifat protektif dan mengeringkan.
Indikasi
1. Dermatosis yang agak basah.
2. Lesi akut dan superfisial

Kontraindikasi
Dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital eksterna
dan lipatan-lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.

Bedak Kocok
Bedak kocok adalah suatu campuran air yang didalamnya ditambahkan
komponen bedak dengan bahan perekat seperti gliserin. Supaya bedak tidak terlalu
kental dan tidak cepat menjadi kering, maka jumlah zat padat maksimal 40% dan
jumlah gliserin 10-15%. Hal ini berate bila beberapa zat aktif padat ditambahkan
maka persentase tersebut jangan dilampaui.
Bedak kocok ini ditujukan agar zat aktif dapat diaplikasikan secara luas di atas
permukaan kulit dan berkontak lebih lama dari pada bentuk sediaan bedak serta
berpenetrasi kelapisan kulit.
Indikasi
1. Dermatosis yang kering, superfisial, dan agak luas, yang diingkan adalah
sedikit penetrasi.
2. Pada keadaan subakut

Kontraindikasi
1. Dermatitis Madidans
2. Daerah badan yang berambut

Keuntungan penambahn zat pelarut pada bedak kocok seperti spritus dilitus, ialah
memberikan efek pendingin karena akan menguap, dapat melarutkan bahan aktif yang
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol, misalnya mentholium dan camphora.
Kedua zat tersebut bersifat antipruritik.
Jika hendak menambahkan bahan padat berupa bubuk hendaknya diperhitungkan
sehingga berat bahan padat tetap 40%. Misalnya, jika ditambahkan sulfur
precipitatum 20gr, maka berat oxydum zincicum dan talcum harus dikurangi.

Pasta Pendingin
Pasta pendingin disebut juga linimen merupakan campuran bedak, salep, dan
cairan. Sediaan ini telah jarang digunakan karena efeknya sama seperti krim.
Indikasi
1. Dermatosis yang subakut.
2. Dipakai pada lesi kulit yang kering

Kontraindikasi
Dermatosis Madidans.

Beberapa vehikulum yang merupakan pengembangan dari bentuk dasar monofase


sediaan lain, yaitu gel, aerosol foam, cat, jelly, losion.

Gel
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspense yang dibuat
dari partikel organic dan anorganik. Gel dikelompokan kedalam gel fase tunggal dan
fase ganda. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organic yang tersebar dalam
suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan molekul besar yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik
(misalnya karbomer) atau dari gom alam (seperti tragakan).
Karbomer membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel fase ganda yaitu
gel yang terdiri dari jaringan partikel yang terpisah misalnya gel aluminium
hidroksida. Gel ini merupakan suatu suspensi yang terdiri dari aluminium hidroksida
yang tidak larut dan aluminium oksida hidrat. Sediaan ini berbentuk kental, berwarna
putih, yang efektif untuk menetralkan asam klorida dalam lambung.
Gel segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan.
Absorbsi pada kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi kulit
yang berambut.
Berdasarkan sifat dan komposisinya, sediaan gel memiliki keistimewaan :
a) Mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim.
b) Sangat baik dipakai untuk area berambut
c) Disukai secara kosmetika

Jelly
Jelly merupakan dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat dari getah alami
seperti tragakan, pektin, alginate, borak gliserin.

Losion
Losion merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak dapat larut
terdispersi dalam cairan dengan konsentrasi mencapai 20%. Komponen yang tidak
tergabung ini menyebabkan dalam pemakaian losion dikocok terlebih dahulu.
Pemakaian losion meninggalkan rasa dingin oleh karena evaporasi komponen air.
Beberapa keistimewaan losion yaitu mudah diaplikasikan, tersebar rata,
favorit pada anak. Contoh losion yang tersedia seperti losion calamin, losion steroid,
losion faberi.

Foam aerosol
Aerosol merupakan sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat
aktif yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan
untuk pemakaian lokal pada kulit, hidung, mulut, dan paru. Komponen dasar aerosol
adalah wadah, propelen, konsentrasi zat aktif, katup, dan penyemprot.
Foam aerosol merupakan emulsi yang mengandung satu atau lebih zat aktif
menggunakan propelen untuk mengeluarkan sediaan obat dari wadah. Foam aerosol
merupakan sediaan baru obat topikal. Foam dapat berisi zat aktif dalam formulasi
emulsi dan surfaktan serta pelarut. Sediaan foam yang pernah dilaporkan antara lain
ketokonazol foam dan betametason foam.
Keistimewaan foam :
1. Foam saat diaplikasikan cepat mengalami evaporasi, sehingga zat aktif tersisa
cepat berpenetrasi.
2. Sediaan foam memberikan efek iritasi minimal

Cat
Pada dasarnya cat merupakan bentuk lain solusio yang berisi komponen air
dan alkohol. Penggabungan komponen alkohol dan air menjadikan sediaan ini mampu
bertahan lama. Sediaan baru pernah dilaporkan berupa solusio ciclopirox 8% sebagai
cat kuku untuk terapi onikomikosis.

Sumber :
 Hamzah M. Dermatoterapi. IN: Hamzah M, Aishah S, Eds. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta:FKUI, 2007.
 Wyatt EL, Sutter SH, Drake LA. Dermatological Pharmacology. In: Hardman
JG, Limbird IE, EDS. Goodman and Gillman’s the pharmacological basis of
therapeutic. 10th ed. New York : McGraw Hill, 2001.
 Djuanda A. Pengobatan Topikal Dalam Bidang Dermatologi. Yayasan
Penerbitan IDI. Jakarta, 1994.

KRUSTA
Krusta : Pengeringan Serum, Darah, Pus di atas Kulit yang rusak.
- Krusta kekuningan : serum
- Krusta hijau / kuning kehijauan : purulen
- Krusta coklat/merah gelap/hitam : darah
Jenis Penyakit Gambar
krusta
Krusta Impetigo
superfisial
terbatas
pada
epidermis
- tampak
krusta
halus,
honey-
colored
dengan
erosi
Krusta lebih Ektima
tebal disertai
nekrosis
dermis
- erosi
dalam-
ulkus

Sumber : Freeberg. M. Irwin, Eisen. Z. Atrhur, Wolff. Klaus, dkk. Fitzpatrick’s


Dermatology in General Medicine. Volume II B. Sixth Edition. Newyork; Mc
Graw-Hill Medical Publishing Division. 2003.

KORTIKOSTEROID TOPIKAL DAN SISTEMIK


Kortikosteroid merupakan derivat dari hormon kortikosteroid yang dihasilkan
oleh kelenjar adrenal. Hormon ini memainkan peran penting pada tubuh termasuk
mengontrol respon inflamasi. Kortikosteroid terbagi menjadi dua golongan utama
yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Golongan glukokortikoid adalah
kortikosteroid yang efek utamanya terhadap penyimpanan glikogen hepar dan khasiat
anti-inflamasinya nyata, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit
kecil atau tidak berarti. Prototip untuk golongan ini adalah kortisol dan kortison, yang
merupakan glukokortikoid alam. Terdapat juga glukokortikoid sintetik, misalnya
prednisolon, triamsinolon, dan betametason. Golongan mineralokortikoid adalah
kortikosteroid yang efek utamanya terhadap keseimbangan air dan elektrolit,
sedangkan pengaruhnya terhadap penyimpanan glikogen hepar sangat kecil. Prototip
dari golongan ini adalah desoksikortikosteron. Umumnya golongan ini tidak
mempunyai khasiat anti-inflamasi yang berarti, kecuali 9 α-fluorokortisol, meskipun
demikian sediaan ini tidak pernah digunakan sebagai obat anti-inflamasi karena
efeknya pada keseimbangan air dan elektrolit terlalu besar.
Berdasarkan cara penggunaannya kortikosteroid dapat dibagi dua yaitu
kortikosteroid sistemik dan kortikosteroid topikal.
KORTIKOSTEROID TOPIKAL
Steroid topikal terdiri dari berbagai macam vehikulum dan bentuk dosis. Salep
(ointments) ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar
berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula
lanolin atau minyak. Jenis ini merupakan yang terbaik untuk pengobatan kulit yang
kering karena banyak mengandung pelembab. Selain itu juga baik untuk pengobatan
pada kulit yang tebal contoh telapak tangan dan kaki. Salep mampu melembabkan
stratum korneum sehingga meningkatkan penyerapan dan potensi obat. Krim adalah
suspensi minyak dalam air. Krim memiliki komposisi yang bervariasi dan biasanya
lebih berminyak dibandingkan ointments tetapi berbeda pada daya hidrasi terhadap
kulit. Banyak pasien lebih mudah menemukan krim untuk kulit dan secara kosmetik
lebih baik dibandingkan ointments. Meskipun itu, krim terdiri dari emulsi dan bahan
pengawet yang mempermudah terjadi reaksi alergi pada beberapa pasien. Lotion
(bedak kocok) tediri atas campuran air dan bedak, yang biasanya ditambah dengan
gliserin sebagai bahan perekat, lotion mirip dengan krim. Lotion terdiri dari agents
yang membantu melarutkan kortikosteroid dan lebih mudah menyebar ke kulit.
Solution tidak mengandung minyak tetapi kandungannya terdiri dari air, alkohol dan
propylene glycol. Gel komponen solid pada suhu kamar tetapi mencair pada saat
kontak dengan kulit. Lotion, solution, dan gel memiliki daya penyerapan yang lebih
rendah dibandingkan ointment tetapi berguna pada pengobatan area rambut contoh
pada daerah scalp dimana lebih berminyak dan secara kosmerik lebih tidak nyaman
pada pasien.
Tabel 1. Macam-macam steroid topikal
Klasifikasi Nama Dagang Nama Generik
Golongan 1: (super Diprolene ointment 0,05% betamethason
poten) Diprolene AF cream dipropionate
Psorcon ointment
Temovate ointment 0,05% diflorasone diacetate
Temovate cream 0,05% clobetasol propionate
Olux foam
Ultravate ointment
Ultravate cream 0,05% halobetasol propionate

Cyclocort ointment
Golongan II: (potensi Diprosone ointment 0,1% amcinonide
tinggi) Elocon ointment 0,05% betamethasone
Florone ointment dipropionate
Halog ointment 0,01% mometasone fuorate
Halog cream 0,05% diflorasone diacetate
Halog solution 0,01% halcinonide
Lidex ointment
Lidex cream
Lidex gel 0,05% fluocinonide
Lidex solution
Maxiflor ointment
Maxivate ointment
Maxivate cream 0,05% diflorasone diacetate
Topicort ointment 0,05% betamethasone
Topicort cream dipropionate
Topicort gel
0,25% desoximetasone
Aristocort A ointment
Golongan III: (potensi Cultivate ointment 0,05% desoximetasone
tinggi) Cyclocort cream
Cyclocort lotion 0,1% triamcinolone acetonide
Diprosone cream 0,005% fluticasone propionate
Flurone cream 0,1 amcinonide
Lidex E cream
Maxiflor cream 0,05% betamethasone
Maxivate lotion dipropionate
Topicort LP cream 0,05% diflorosone diacetate
Valisone ointment 0,05% fluocinonide
0,05% diflorosone diacetate
Aristocort ointment 0,05% betamethasone
Golongan IV: (potensi Cordran ointment dipropionate
medium) Elocon cream 0,05% desoximetasone
Elocon lotion 0,01% betamethasone valerate
Kenalog ointment
Kenalog cream 0,1% triamcinolone acetonide
Synalar ointment 0,05% flurandrenolide
Westcort ointment 0,1% mometasone furoate

Cordran cream 0,1% triamcinolone acetonide


Golongan V: (potensi Cutivate cream
medium) Dermatop cream 0,025% fluocinolone acetonide
Diprosone lotion 0,2% hydrocortisone valerate
Kenalog lotion
Locoid ointment 0,05% flurandrenolide
Locoid cream 0,05% fluticasone propionate
Synalar cream 0,1% prednicarbate
Tridesilon ointment 0,05% betamethasone
Valisone cream dipropionate
Westcort cream 0,1% triamcinolone acetonide
0,1% hydrocortisone butyrate
Aclovate ointment
Golongan VI: (potensi Aclovate cream 0,025% fluocinolone acetonide
medium) Aristocort cream 0,05% desonide
Desowen cream 0,1% betamethasone valerate
Kenalog cream 0,2% hydrocortisone valerate
Kenalog lotion
Locoid solution 0,05% aclometasone
Synalar cream
Synalar solution 0,1% triamcinolone acetonide
Tridesilon cream 0,05% desonide
Valisone lotion 0,025% triamcinolone acetonide

Obat topical dengan 0,1% hydrocortisone butyrate


Golongan VII: (potensi hidrokortison, dekametason, 0,01% fluocinolone acetonide
lemah) glumetalone, prednisolone,
dan metilprednisolone 0,05% desonide
0,1% betamethasone valerate

Kortikosteroid topikal dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat


pilihan untuk suatu penyakit kulit. Perlu diperhatikan bahwa kortikosteroid topikal
bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan
pengobatan kausal. Biasanya pada kelainan akut dipakai kortikosteroid dengan
potensi lemah contohnya pada anak-anak dan usia lanjut, sedangkan pada kelainan
subakut digunakan kortikosteroid sedang contonya pada dermatitis kontak alergik,
dermatitis seboroik dan dermatitis intertriginosa. Jika kelainan kronis dan tebal
dipakai kortikosteroid potensi kuat contohnya pada psoriasis, dermatitis atopik,
dermatitis dishidrotik, dan dermatitis numular.
Ada beberapa cara pemakaian dari kortikosteroid topikal, yakni :
1. Pemakaian kortikosteroid topikal poten tidak dibenarkan pada bayi dan anak.
2. Pemakaian kortikosteroid poten orang dewasa hanya 40 gram per minggu,
sebaiknya jangan lebih lama dari 2 minggu. Bila lesi sudah membaik, pilihlah salah
satu dari golongan sedang dan bila perlu diteruskan dengan hidrokortison asetat 1%.
3. Jangan menyangka bahwa kortikosteroid topikal adalah obat mujarab (panacea) untuk
semua dermatosis. Apabila diagnosis suatu dermatosis tidak jelas, jangan pakai
kortikosteroid poten karena hal ini dapat mengaburkan ruam khas suatu dermatosis.
Tinea dan scabies incognito adalah tinea dan scabies dengan gambaran klinik tidak
khas disebabkan pemakaian kortikosteroid.
KORTIKOSTEROID SISTEMIK
Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan atas dua golongan besar,
yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Efek utama glukokortikoid ialah pada
penyimpanan glikogen hepar dan efek anti-inflamasi, sedangkan pengaruhnya pada
keseimbangan air dan elektrolit kecil. Prototip untuk golongan ini adalah kortisol.
Sebaliknya golongan mineralokortikoid efek utamanya adalah terhadap keseimbangan
air dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya terhadap penyimpanan glikogen hepar
sangat kecil. Prototip golongan ini adalah desoksikortikosteron. Umumnya golongan
mineralokortikoid tidak mempunyai khasiat anti-inflamasi yang berarti, kecuali 9 α-
fluorokortisol.
Sediaan kortikosteroid dapat dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan
masa kerjanya, antara lain kerja singkat (<12 jam), kerja sedang (12-36 jam), dan
kerja lama (>36 jam).
Kortikosteroid secara sistemik dapat diberikan secara intralesi, oral,
intramuskular, intravena. Pemilihan preparat yang digunakan tergantung dengan
keparahan penyakit. Pada suatu penyakit dimana kortikosteroid digunakan karena
efek samping seperti pada alopesia areata, kortikosteroid yang diberikan adalah
kortikosteroid dengan masa kerja yang panjang. Kortikosteroid biasanya digunakan
setiap hari atau selang sehari. Initial dose yang dugunakan untu mengontrol penyakit
rata-rata dari 2,5 mg hingga beberapa ratus mg setiap hari. Jika digunakan kurang dari
3-4 minggu, kortikosteroid diberhentikan tanpa tapering off. Dosis yang paling kecil
dengan masa kerja yang pendek dapat diberikan setiap pagi untuk meminimal efek
samping karena kortisol mencapai puncaknya sekitar jam 08.00 pagi dan terjadi
umpan balik yang maksimal dari seekresi ACTH. Sedangkan pada malam hari
kortikosteroid level yang rendah dan dengan sekresi ACTH yang normal sehingga
dosis rendah dari prednison (2,5 sampai 5mg) pada malam hari sebelum tidur dapat
digunakan untuk memaksimalkan supresi adrenal pada kasus akne maupun
hirsustisme
Tabel 2. Pembagian kortikosteroid berdasarkan penyakit

Nama penyakit Macam kortikosteroid dan dosisnya sehari


Dermatitis Prednison 4x5 mg atau 3x10mg
Erupsi alergi obat ringan Prednison 3x10 mg atau 4x10 mg
SJS berat dan NET Deksametason 6x5 mg
Eritrodermia Prednison 3x10 mg atau 4x10 mg
Reaksi lepra Prednison 3x10 mg
DLE Prednison 3x10 mg
Pemfigoid bulosa Prednison 40-80 mg
Pemfigus vulgaris Prednison 60-150 mg
Pemfigus foliaseus Prednison 3x20 mg
Pemfigus eritematosa Prednison 3x20 mg
Psoriasis pustulosa Prednison 4x10 mg
Reaksi Jarish-Herxheimer Prednison 20-40 mg

Kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai khasiat dan indikasi klinis


yang sangat luas. Manfaat dari preparat ini cukup besar tetapi karena efek samping
yang tidak diharapkan cukup banyak, maka dalam penggunaannya dibatasi.
Tabel 3. Efek samping kortikosteroid sistemik secara umum.

Tempat Macam efek samping


1. Saluran cerna Hipersekresi asam lambung, mengubah proteksi gaster,
ulkus peptikum/perforasi, pankreatitis, ileitis regional,
2. Otot kolitis ulseratif.
3. Susunan saraf pusat Hipotrofi, fibrosis, miopati panggul/bahu.
Perubahan kepribadian (euforia, insomnia, gelisah,
4. Tulang mudah tersinggung, psikosis, paranoid, hiperkinesis,
kecendrungan bunuh diri), nafsu makan bertambah.
5. Kulit Osteoporosis,fraktur, kompresi vertebra, skoliosis, fraktur
tulang panjang.
6. Mata Hirsutisme, hipotropi, strie atrofise, dermatosis
7. Darah akneiformis, purpura, telangiektasis.
8. Pembuluh darah Glaukoma dan katarak subkapsular posterior
9. Kelenjar adrenal Kenaikan Hb, eritrosit, leukosit dan limfosit
bagian kortek Kenaikan tekanan darah
10. Metabolisme protein, Atrofi, tidak bisa melawan stres
KH dan lemak
11. Elektrolit Kehilangan protein (efek katabolik), hiperlipidemia,gula
meninggi, obesitas, buffalo hump, perlemakan hati.
12. Sistem immunitas
Retensi Na/air, kehilangan kalium (astenia, paralisis,
tetani, aritmia kor)
Menurun, rentan terhadap infeksi, reaktivasi Tb dan
herpes simplek, keganasan dapat timbul.

Efek samping pada tulang terjadi umumnya pada manula dan wanita saat
menopause. Efek samping lain adalah sindrom Cushing yang terdiri atas muka bulan,
buffalo hump, penebalan lemak supraklavikula, obesitas sentral, striae atrofise,
purpura, dermatosis akneformis dan hirsustisme. Selain itu juga gangguan menstruasi,
nyeri kepala, psedudotumor serebri, impotensi, hiperhidrosis, flushing, vertigo,
hepatomegali dan keadaan aterosklerosis dipercepat. Pada anak memperlambat
pertumbuhan.
Sumber : Ganiswarna G Sulistia. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Balai
penerbit FKUI, 1995.
Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima,
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007

PERBEDAAN ERITRODERMA DAN HERPES ZOOSTER


ERITRODERMA HERPES ZOOSTER
Distribusi Regional Terlokalisir
Lokasi Terdapat di berbagai Hanya di suatu tempat
tempat
Jumlah Multipel
Konfluens Agak simetris Tersebar secara
dermatomal
Bentuk Ireguler Bergerombol
Ukuran Bervariasi Bervariasi
Batas Berbatas tegas Berbatas tegas
Permukaan Menonjol, permukaan Menonjol
kasar
Konsistensi Permukaan kasar Kesan vesikel
Efloresensi Eritematosa dengan Makula eritema dengan
skuama kasar vesikel diatasnya.
Sumber : Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi kelima, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007.

Anda mungkin juga menyukai