Anda di halaman 1dari 14

Modul Kuliah Hidrologi :

”KEBUTUHAN AIR TANAMAN”

Oleh
Ir. Gde Suardiari, MT
Pengampu Mata Kuliah Hidrologi
Universitas Muhammadyah Mataram (UMM)

Oktober 2011

KEBUTUHAN AIR TANAMAN

1
PENDAHULUAN
Mengetahui besar kebutuhan air tanaman, merupakan bagian penting dalam
perencanaan sistem irigasi. Kesalahan dalam penentuan besarnya kebutuhan air tanaman
dapat berakibat menurunnya produksi pertanian atau juga pemborosan air, sesuatu yang
tidak diharapkan dalam suatu rancangan sistem irigasi yang baik.
Modul ini terdiri dari 4 (empat) bagian, yang masing-masing membahas tentang:
1. Hubungan kabutuhan air irigasi (IR) dengan kebutuhan air tanaman
(ET).
2. Konsep kebutuhan air tanaman (ET) serta faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya, diantaranya adalah faktor (koefisien) tanaman (k) dan
evapotraspirasi potensial (ETo).
3. Konsep koefisien tanaman (k).
4. Konsep evapotranspirasi potensial (ETo) dan jabaran tiga rumus
yang umum digunakan untuk menghitungnya yakni rumus : Blaney-Criddle,Radiasi
dan Penman.

Setelah mempelajari modul ini, anda akan memahami konsep kebutuhan air
tanaman.

Bagian 1

2
HUBUNGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DENGAN KEBUTUHAN AIR
TANAMAN

Sebagaimana manusia tanaman membutuhkan sejumlah


air bagi kehidupannya. Seberapa banyak air yang
seharusnya dialirkan pada lahan persawahan, merupakan
persoalan yang berhubungan dengan kebutuhan air irigasi.
Bagian ini akan menjelaskan konsep kebutuhan air irigasi
dan menguraikan perbedaan dan hubungan kebutuhan air
tanaman dengan kebutuhan air irigasi.

Tanaman membutuhkan air agar ia dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
Air tersebut dapat berasal dari air hujan maupun air irigasi. Air irigasi adalah sejimlah air
yang umumnya diambil dari sungai atau waduk dan dialirkan melalui sistem jaringan
irigasi, guna menjaga keseimbangan jumlah air di lahan pertanian.
Keseimbangan jumlah air yang masuk dan keluar dari suatu lahan pertanian
adalah sebagai berikut:
Jumlah air yang masuk pada suatu lahan pertanian berupa air irigasi (IR) dan air
hujan (R).
Sedangkan air yang keluar merupakan sejumlah air yang dibutuhkan bagi
pertumbuhan tanaman (ET), air bagi persemaian dan pengelolaan tanah (Pd),
maupun sejumlah air yang merembes karena perkolasi dan infiltrasi.

Perhatikan keseimbangan jumlah air yang masuk dan keluar dari lahan, malalui
gambar di bawah ini:
u

Agar terjadi keseimbangan air, maka pada suatu lahan pertanian seharusnya
terjadi keadaan sebagaimana persamaan berikut ini,

3
Keutuhan Jumlah Air bagi Air bagi Air yang
air irigasi + air hujan = kebutuhan + pengolahan + merembes
(IR) (R) tanaman tanah (Pd) (P&I)
(ET)

Sehingga besar kebutuhan air irigasi (IR) dapat ditetapkan sebesar:


IR = (ET+Pd+P&I) – R

Bila tidak ada hujan (yaitu bila R =0), maka besaran jumlah air irigasi IR =
(ET+Pd+P&I). Sebaliknya bila terjadi hujan deras (yaitu bila R lebih besar dari
ET+Pd+P&I), pada saat tersebut tidak dibutuhkan air irigasi, bahkan diperlukan
pembuangan air (drainase) agar lahan tidak tergenang air secara berlebihan.
Baik kelebihan maupun kekurangan air pada lahan pertanian, akan berakibat
buruk terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.
Disamping faktor hujan (R) serta faktor lainnya (Pd dan P&I), kebutuhan air
tanaman (ET) merupakan faktor penting yang mempengaruhi besarnya kebutuhan air
irigasi (IR). Makin besar ET makin besar pula IR. Sehingga salah satu usaha untuk
memperkecil kebutuhan air irigasi adalah dengan jalan memperkecil kebutuhan air
tanaman.

Ringkasan
1. Tananaman membutuhkan air guna pertumbuhannya.
2. Keseimbangan air pada lahan pertanian harus dijaga agar tidak terjadi
kelebihan maupun kekurangan air. Kedua keadaan tersebut dapat mengakibatkan
turunnya produksi pertanian dan bahkan matinya tanaman.
3. Air irigasi adalah sejumlah air yang diberikan pada suatu lahan pertanian
guna menjaga keseimbangan jumlah air pada lahan tersebut.
4. Kebutuhan air irigasi (IR) berhubungan dengan berbagai faktor, antara lain:
jumlah air hujan (R), kebutuhan air tanaman (ET), kebutuhan air untuk pengolahan
tanah (pd), dan kehilangan air akibat rembesan yang berupa perkolasi maupun
infiltrasi (P&I).
5. IR = (ET+Pd+P&I) – R
6. Kebutuhan air tanaman (ET) merupakan faktor penting dalam penentuan
kebutuhan air irigasi.

4
7. Usaha memperkecil kebutuhan air irigasi dapat dilakukan dengan
memperkecil kebutuhan air tanaman.

Bagian 2
KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ET)

Kebutuhan air tanaman adalah sejumlah air yang dibutuhkan untuk mengganti air
yang hilang akibat penguapan. Air dapat menguap melalui permukaan air maupun melalui
daun-daun tanaman. Bila kedua proses penguapan tersebut terjadi bersama-sama, terjadilah

5
proses EVEPOTRANSPIRASI, yaitu gabungan dari proses penguapan air bebas
(EVAPORASI) dan penguapan melalui tanaman (TRANSPIRASI).
Dengan demikian besar kebutuhan air tanaman adalah sebesar jumlah air yang
hilang akibat proses eveporanspirasi. Tampak bahwa baik evaporasi maupun transpirasi
berkaitan dengan beberapa faktor lain.
Besar penguapan air permukaan (evaporasi) sangat erat berhubungan dengan
FAKTOR IKLIM (suhu udara, kecepatan angin, kelembaban udara, dan kecerahan
penyinaran matahari).
Sedangkan besarnya air yang menguap melalui tanaman (transpirasi), disamping
dipengaruhi oleh keadaan iklim, juga erat berhubungan dengan FAKTOR TANAMAN
(jenis, macam, umur pertumbuhan tanaman). Untuk lebih jelas perhatikanlah gambar
berikut ini.

Kebutuhan air tanaman (ET) tergantung dari besarnya vapotranspirasi dikalikan


dengan faktor koefisien tanaman. Hal tersebut rumuskan sebagai berikut :
ET = k. ETo

adapun
ET = kebutuhan air (untuk) tanaman (tertentu)

6
K = koefisien tanaman, yang besarnya tergantung pada jenis, macam,
dan umur tanaman.
ET0 = evepotranspirasi potensial, besarnya dapat dihitung melalui
berbagai rumus.
Bagan hubungan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan air tanaman
adalah sebagai berikut :

Ringkasan
1. Kebutuhan air tanaman (ET) adalah sejumlah air yang dibutuhkan sebagai
pengganti air yang hilang akibat proses evapotranspirasi.
2. Proses evapotranspirasi merupakan proses menguapnya air yang terjadi pada saat
yang bersamaan, baik melalui evaporasi maupun transpirasi.
3. ET = k. ETo
4. k = adalah koefisien tanaman yang besarnya sangat dipengaruhi oleh jenis, varietas
dan umur pertumbuhan tanaman.
5. ETo = adalah evapotranspirasi potensial yang besarnya sangat berhubungan dengan
kondisi iklim, yaitu suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan kecerahan
sinar matahari.
6. Berbagai rumus telah dikembangkan untuk menghitung besarnya ETo.

7
Bagian 3
KOEFISIEN TANAMAN (k)

Kebutuhan air tanaman dihitung berdasar ET=k.ETo.


Notasi (k) menunjukkan koefisien tanaman yang
besarnya tergantung pada jenis, verietas dan umur
pertumbuhan tanaman.
Bagian ini menjelaskan konsep koefisien tanaman (k),
konsep pola tata tanam dan penggunaannya dalam
memperkecil kebutuhan air tanaman.
8
Sebagaimana diuraikan terdahulu kebutuhan air tanaman dihasilkan dari rumus
umum.
ET = k. ETo
Notasi (k) menyatakan koefisien tanaman (sering juga disebut sebagai “koefisien
evapotranspirasi tanaman”), merupakan angka pengali untuk menjadikan evapotranspirasi
potensial (ETo) menjadi evapotranspirasi sebenarnya (ET).
Besarnya koefisien tanaman (k) ini sangat erat berhubungan dengan:
a. jenis tanaman (misalnya: padi, jagung, tebu)
b. varietas tanaman (misalnya varietas: padi PB5, padi IR12)
c. umur pertumbuhan tanaman.
Soyono dan Takeda (1980,,hlm. 62) menampilkan beberapa data koefisien
tanaman (k) padi di Indonesia sebagai berikut:

Tabel 3.1. Koefisien tanaman (k) untuk beberapa jenis padi

Lokasi Koefisien tanaman bulanan (k) Catatan


1 2 3 4 5 6
Ciujung Cisadane masa
tumbuh
Rentang 0,90 1,10 1,35 1,20 0,90 0,80 160 hari
Glapan Sedadi
Pekalen Sampean
Gambarsari

Pasangrahan 0,55 0,90 1,12 1,27 1,20 0,80 160 hr.


Sala 0,55 0,90 1,17 1,25 0,82 140 hr.
Cisadane 0,60 0,80 0,85 0,85 0,85 0,85 musim
basah
0,60 0,80 0,85 0,85 0,85 musim
kering

Gambar 3.1 berikut ini menyajikan contoh lain dari besaran koefisien tanaman (k)
padi dan jagung dengan varietas tertentu di Jawa Timur.
Salah satu tujuan irigasi adalah membagi sejumlah air yang sama pada lahan yang
seluas mungkin.Untuk itu dilakukan berbagai cara. Salah satu diantaranya adalah
memperkecil kebutuhan irigasi (IR). Upaya memperkecil kebutuhan irigasi (IR) dapat
dilakukan dengan memperkecil besar kebutuhan air tanaman (ET).

9
Gambar 3.2. Contoh besaran koefisien tanaman (k)

Upaya memperkecil kebutuhan air tanaman, hanya dapat dilakukan dengan


memperkecil besar koefisien tanaman (k). Hal ini karena besarnya ET=k.ETo, sedangkan
besarnya ETo sukar untuk dimanipulasi, karena sangat berhubungan dengan keadaan iklim.
Mengubah faktor k berarti mengubah jenis varietas, atau umur pertumbuhan
tanaman. Misalnya dengan memilih tanaman jagung sebagai pengganti padi, atau
mengubah saat tanam dalam usaha mengubah masa pertumbuhan tanaman pada bulan
tertentu.
Kegiatan mengatur jenis, varietas, dan masa pertumbuhan tanaman tersebut,
umumnya disebut sebagai pengaturan POLA TATA TANAM. Dengan demikian, usaha
mengatur pola tanam adalah dimaksudkan untuk mengubah besar koefisien tanaman agar
mendapatkan besaran ET tertentu.

Contoh:
Berdasar hasil perhitungan didapatkan besaran ETo sb:
Bulan Januari Pebruari Maret April Mei
ETo (mm/hr) 4,42 4,45 3,21 3,86 3,68

Diketahui nilai rata-rata bulanan koefisien tanaman (k) jagung untuk suatu jenis
tertentu adalah sebagai berikut:
Umur Pertumbuhan

10
Bulan ke 1 2 3
(k) 0,45 0,70 0,40

Apabila penanaman jagung dimulai pada awal bulan Januari, maka kebutuhan air
tanaman (ET) dapat diketahui sebesar:
Bulan Januari Pebruari Maret April Mei
ETo (mm/hr) 4,42 4,45 3,21 3,86 3,68 (k)
K 0,45 0,70 0,40
ET=k.ETo 1,91 3,11 1,28

Bila saat mulai tanam dirubah pada awal Pebruari :

Bulan Januari Pebruari Maret April Mei


ETo (mm/hr) 4,42 4,45 3,21 3,86 3,68 (k)
K 0,45 0,70 0,40
ET=k.ETo 2,00 2,25 1,54

Tampak bahwa bila tanaman dimulai pada awal Januari, besar ET bulan Pebruari
sebesar 3,11 mm/hr. Dengan mengubah saat penanaman, terjadi pula perubahan besar ET
pada bulan Pebruari turun menjadi sebesar 2,00 mm/hr.

Ringkasan
1. Kebutuhan air tanaman ET = k. ETo, notasi k menyatakan koefisien tanaman yang
besarnya dipengaruhi oleh jenis, varietas dan umur pertumbuhan tanaman.
2. Nilai k ditetapkan berdasar hasil percobaan di lapangan. Nilai k untuk tanaman padi
di Indonesia berkisar antara 0,50 sampai 1,35, sedangkan k tanaman jagung antara
0,30 – 0,90.
3. Upaya memperkecil ET hanya dapat dilakukan dengan cara memperkecil besaran k,
yaitu dengan mengubah pola tata tanam.
4. Perubahan pola tata tanam berarti mengubah, baik waktu tanam, jenis maupun
varietas tanaman.

Bagian 4
PERHITUNGAN ETo

Besar kebutuhan air tanaman (ET) =k.ETo. Berbagai rumus


telah dikembangkan guna menghitung besaran ETo,
diantaranya rumus Blaney-Criddle, Radiasi dan Penman.
Bagian ini menjelaskan prinsip umum serta perbedaan dan
persamaan dari ketiga rumus tersebut.

11
Sebagaimana telah dijelaskan, besar kebutuhan air tanaman (ET) dapat dihitung
berdasar rumus ET = k. ETo. Adapun nilai (k) berhubungan dengan faktor tanaman.
Sedangkan besaran ETo atau evapotranspirasi potensial sangat erat hubungannya dengan
keadaan iklim dan besar ETo ini dapat dihitung dengan berbagai rumus.
Berbagai rumus telah dikembangkan untuk menghitung harga ETo, diantaranya
rumus Blaney-Criddle, Radiasi dan rumus Penman. Oleh Badan Pangan dan Pertanian
PBB (FAO) ketiga rumus perhitungan tersebut telah direkomendasikan untuk
dipergunakan.
Dalam menghitung ETo, ketiga rumus tersebut menggunakan prinsip umum yang
sama yaitu:
ET = c. ETo*
adapun :
ETo = evapotranspirasi potensial, sering pula dinyatakan
sebagai evapotranspirasi tanaman acuan
c = angka koreksi
ETo* = Besaran evapotranspirasi potensial sebelum dikoreksi,
seringpula dinyatakaan sebagai evaporasi muka air bebas
dan dengan menggunakan notasi Eo atau h E (d).

Besar ETo sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim. Sementara itu diketahui,
bahwa iklim di suatu daerah sangat erat hubungannya dengan letak lintang daerah.
Indonesia yang terletak di sekitar garis khatulistiwa, tentunya mempunyai keadaan iklim
yang khas, yang jauh berbeda dengan daerah lain yang terletak jauh dari garis khatulistiwa
tersebut.
Rumus perhitungan ETo berdasarkan rumus Blaney-Criddle, Radiasi dam
Penman, sebagai dijelaskan terdahulu, mengguanakan prinsip umum yang sama, yaitu ETo
= c. ETo*. Perbedaan dari ketiga rumus tersebut adalah dalam penetapan besaran c dan
ETo*, yang berhubungan dengan macam data iklim yang dipergunakan.
Perhitungan ETo* membutuhkan data iklim yang benar-benar terjadi di suatu
tempat (selanjutnya disebut sebagai data terukur). Untuk rumus Penman misalnya,
perhitungan ETo* membutuhkan data terukur suhu udara (t), kelembaban relatif (RH),
kecepatan angin (u), dan kecerahan matahari (n/N), disamping data letak lintang (LL)
daerah.

12
Dalam praktek,pada suatu daerah tertentu, sukar untuk mendapatkan data terukur
tersebut, sehingga tidak memungkinkan penggunaan rumus Penman. Pada keadaan seperti
ini rumus Blaney-Criddle maupun rumus Radiasi dapat dipergunakan, karena keduanya
membutuhkan macam data terukur yang lebih sedikit daripada rumus Penman.
Perbedaan kebutuhan data terukur yang dibutuhkan guna menghitung ETo*
adalah sebagai berikut:
Rumus Data terukur yang dibutuhkan
Blaney-Criddle Letak lintang (LL), suhu udara (t)

Radiasi Letak lintang (LL), suhu dara (t) dan kecerahan matahari (n/N).

Penman Letak lintang (LL), suhu udara (t) kecerahan matahari (n/N),
kecepatan angin (u) dan kelembaban relatif (RH).

Untuk menyesuaikan perbedaan hasil perhitungan ETo*, sehubungan dengan


perbedaannya data iklim terukur, maka masing-masing rumus mempunyai angka koreksi
yang dinyatakan sebagai besaran c.
Nilai angka koreksi ini ditetapkan berdasar PERKIRAAN keadaan iklim dari
daerah yang ditinjau. Dengan demikian penetapan harga c untuk ketiga rumus tersebut juga
berbeda-beda.
Berbedanya keadaan iklim yang diperkirakan guna penetapan angka koreksi (c)
adalah sebagai berikut:
Rumus Keadaan iklim yang diperkirakan dalam penetapan besaran angka
koreksi (c)
Blaney-Criddle Kelembaban relatif (RH), kecepatan angin (u) dan kecerahan
matahari (n/N)

Radiasi Kelembaban relatif (RH) dan kecepatan angin 9u)

Penman Perbedaan kecepatan angin siang dan malam

Bila diasumsikan bahwa makin banyak data iklim yang diperkirakan, makin
kurang teliti hasil perhitungan, maka tampak bahwa rumus Blaney-Criddle mempunyai
tiga data terukur yang diperkirakan, sebaliknya rumus Penman hanya menggunakan satu
data perkiraan.
Dengan demikian, bila menggunakan pendekatan ini, maka rumus Penman dapat
dikatakan merupakan rumus yang paling teliti.Hal ini karena besaran nilai ETo* yang
dihitung berdasar rumus Penman yang paling sedikit data terukur yang diperkirakan (atau

13
dengan kata lain paling banyak menggunakan data iklim terukur yang benar-benar sesuai
dengan keadaan daerah yang ditinjau).

Ringkasan
1. Kebutuhan air tanaman ET = k. ETo.
2. Evapotranspirasi potensial (ETo) dapat dihitung dengan berbagai rumus,
diantaranya rumus Blaney-Criddle, Radiasi dan Penman.
3. Prinsip perhitungan ETo = c. ETo*
4. Besaran ETo* dihitung berdasar data iklim terukur
5. Rumus untuk menghitung ETo* membutuhkan data terukur:
Blaney Criddle lintang (LL), suhu (t)
Radiasi lintang (LL), suhu (t), kecerahan (n/N)

Penman lintang (LL), suhu (t), kecerahan (n/N), angin (u)


dan kelembaban (RH)

6. Untuk menyesuaikan perbedaan akibat berbedanya data terukur yang dibutuhkan,


dipakai angka koreksi (c), yang ditetapkan berdasar perkiraan keadaan iklim.
7. Ketiga rumus di atas menetapkan nilai c yang berbeda-beda, sehubungan dengan
berbedanya macam keadaan iklim yang diperkirakan.

14

Anda mungkin juga menyukai