Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke, yang menduduki peringkat tinggi sebagai penyebab kematian
di banyak negara, adalah penyakit di mana terjadi kerusakan sel-sel saraf di
otak akibat terganggunya pasokan darah ke bagian otak. Di Amerika Serikat,
stroke menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian setelah
penyakit jantung dan kanker. Di Indonesia sendiri, stroke merupakan
penyebab utama kematian dengan prevalensi berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007 adalah 8 kasus per 1000 jiwa.
Diperkirakan sekitar 80% yang hidup dengan stroke memiliki
pengalaman gangguan pada pergerakan (motorik). Salah satu contoh
hemiparesis: kelumpuhan sebagian satu sisi pada tubuh. Hemiparesis lebih
sering menyebabkan kelumpuhan yang kronis pada ekstremitas atas dari pada
ekstremitas bawah. Orang dengan hemiparesis akan mengalami hambatan
dalam mengontrol motorik halus, kekuatan dan range of motion yang
akhirnya mengakibatkan pasien tidak mampu hidup mandiri, kembali kerja
produktif, berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat, rekreasi dan bahhkan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi dan berpakaian.
Di Indonesia, minimnya fasilitas rehabilitasi dan akses yang terbatas
serta jauhnya akses menyebabkan banyak kendala tersendiri. Oleh sebab itu,
penderita stroke membutuhkan latihan rehabilitasi di rumah secara mandiri
untuk pemulihan gangguan motorik agar tercapai repetisi yang cukup atau
jumlah latihan yang cukup.
Salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan sistem home-
based yang dapat memberikan latihan terapeutik sehari-hari dan dapat
membantu penderita mencapai repetisi latihan yang diperlukan dan tidak
monoton sehingga membuat pasien lebih antusias dalam latihan. Salah satu
terapi tersebut adalah dengan sistem video game home-based yakni motion-
based video game.

Neurorehabilitasi Nursing | 1
B. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas penggunaan terapi sistem video game
home-based pada rehabilitasi pasca stroke.
2) Tujuan Khusus
a) Untuk mengidentifikasi berbagai teori yang terkait dengan
penggunaan terapi sistem video game pada program rehabilitasi.
b) Untuk mengidentifikasi berbagai jurnal penelitian yang berhubungan
dengan penggunaan terapi sistem video game pada program
rehabilitasi.
c) Untuk menghubungkan penggunaan terapi sistem video game home-
based pada rehabilitasi pasca stroke yang relevan dengan praktik
keperawatan.

C. Manfaat penulisan
a) Bagi profesi keperawatan
Sebagai tambahan pengetahuan baru bahwa penggunaan terapi sistem
video game home-based pada rehabilitasi pasca stroke sangat diperlukan.
b) Bagi keluarga pasien
Dengan tulisan ini, dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
keluarga dalam memberikan program rehabilitasi pasca stroke bagi
anggota keluarganya secara efektif dan efisien.
c) Bagi peneliti lain
Diharapkan dengan adanya tulisan yang berangkat dari berbagai
penelitian-penelitian yang sudah ada ini dapat digunakan sebagai acuan
untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Neurorehabilitasi Nursing | 2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Defnisi
1.1 Stroke
Cerebrovascular Accident (CVA) atau yang biasa disebut stroke,
adalah suatu kondisi yang terjadi ketika aliran darah menuju suatu bagian
di otak terganggu atau terhenti akibat tersumbatnya atau pecahnya
pembuluh darah di otak. (MedicineNet, 2011. MedicineNet.
www.medicinenet.com diakses tgl.06 Juli 2015).
Menurut WHO, stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak
fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih
dari 24 jam akibat gangguan aliran darah otak.
Kurangnya aliran darah dalam jaringan otak dapat menyebabkan
kerusakan atau matinya sel-sel saraf di otak. Kerusakan atau kematian sel
saraf di otak pada akhirnya dapat menyebabkan hilangnya fungsi bagian
tubuh yang dikendalikan oleh saraf tersebut. Stroke dapat berakibat
kematian dan merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia.
Seseorang yang mengalami serangan stroke dan dapat terselamatkan dari
kematian, terkadang mengalami cacat atau kelumpuhan di sebagian
anggota tubuhnya, dan kehilangan sebagian kemampuan bicara dan
ingatannya.

Gambar: Stroke (MedicineNet, 2011)

Neurorehabilitasi Nursing | 3
1.2 Pasca Stroke
Pasca stroke didefinisikan sebagai keadaan individu setelah
mengalami terjadinya serangan stroke (brain attack). Jika seseorang
terkena stroke maka yang terserang adalah bagian otak yang merupakan
pusat kendali bagi seluruh tubuh. Keadaan yang dialami oleh individu
pascastroke akan berdampak pada fisik dan psikologis penderita
(Lumbantobing, 2001).

B. Rehabilitasi pasca stroke


Rehabilitasi stroke merupakan sebuah program yang terkoordinasi
yang memberikan perawatan restoratif untuk memaksimalkan pemulihan
dan meminimalisasi impairment, disability, dan hadicap yang disebabkan
oleh stroke (Widiyanto, 2009). Disability atau ketidakmampuan
didefinisikan sebagai keterbatasan atau hilangnya kemampuan untuk
melakukan aktivitas yang umum dilakukan orang normal akibat
impairment yang dideritanya (Wirawan, 2009). Menurut Wirawan (2009),
terdapat 6 prinsip dasar pada rehabilitasi stroke sebagai berikut:
1. Gerak merupakan obat yang paling mujarab.
2. Latihan yang digunakan pada terapi gerak sebaiknya merupakan gerak
fungsional.
3. Pasien diarahkan untuk melakukan gerak dengan keadaan senormal
mungkin.
4. Latihan gerak fungsional dapat dilakukan setelah stabilitas tubuh
sudah tercapai.
5. Terapi gerak diberikan kepada pasien yang siap secara fisik maupun
mental.
6. Hasil terapi akan optimal jika ditunjang dengan kemampuan fungsi
kognitif, persepsi, dan modalitas sensoris yang baik.

Latihan terapi fisik yang secara rutin dijalankan oleh penderita


stroke telah berhasil menunjukkan hasil positif berupa peningkatan

Neurorehabilitasi Nursing | 4
kemampuan anggota gerak bawah (lower limb), mobilitas fungsional
(keseimbangan dan berjalan) dan kualitas hidup (Dalgas et al., 2008; Motl
dan Gosney, 2008). Belum banyak studi yang meneliti efektivitas terapi
rehabilitasi anggota gerak atas (upper limb rehabilitation) untuk penderita
stroke. Rehabilitasi anggota gerak atas sangat penting bagi penderita
stroke, mengingat disfungsi bagian tubuh atas sangat berpengaruh terhadap
kapasitas mereka untuk melakukan kegiatan sehari-hari (activities of daily
living/ADL) seperti makan/minum (self-feeding), mandi, berpakaian,
mengkonsumsi obat dan lain sebagainya.
Pemulihan stroke sendiri tergantung pada banyak hal seperti bagian
otak mana yang terkena serangan stroke, keadaan kesehatan penderita
stroke, personality dari penderita stroke, dukungan keluarga, perawatan
yang didapatkan oleh penderita stroke. Rehabilitasi yang dilakukan pada
pasien stroke semakin lama akan semakin aktif disesuaikan dengan
keadaan kesehatan pasien. Peranan keluarga sangat penting dalam program
rehabilitasi stroke di rumah. Ketika penderita stroke sudah kembali ke
rumah penderita stroke akan lebih banyak berinteraksi dengan keluarganya
dibandingan dengan terapis yang hanya datang beberapa jam ke rumah
(Brass, 1992).
Semakin cepat rehabiltasi dilaksanakan, maka hasilnya akan
semakin baik. Jika serangan akut telah berlalu, pasien sudah boleh
memulai program rehabilitasi. (Lanny Lingga, 2013)
Menurut beberapa penelitian, rehabilitasi yang sesungguhnya
seharusnya telah dimulai sesaat setelah pasien melewati masa kritisnya.
Sangat dianjurkan agar kegiatan pemulihan dilakukan secepat mungkin,
namun perlu dipertimbangkan pula kondisi pasien untuk menjalaninya.
Para ahli berpendapat bahwa rehabilitasi yang dimulai sesudah 6 bulan
pasca stroke dianggap sudah telah telat. Proses penyembuhan sering kali
tidak dapat lagi terlaksana seperti yang diharapkan dan umumnya pasien
terlanjur mengalami cacat permanen. Jika rehabilitasi dilakukan sesegera
mungkin, maka defisit pasca stroke dapat ditangani semaksimal mungkin.

Neurorehabilitasi Nursing | 5
Proses pemulihan berlangsung cepat dan bahkan dapat mengurangi risiko
cacat dan mengembalikan kondisi pasien ke kondisi sehat seperti semula.

C. Multimedia Interaktif
Menurut Wahono (Warsita, 2008) jenis multimedia dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif.
Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan
alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna.
Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film.
Sedangkan multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi
dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga
pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.
Contoh multimedia interaktif adalah: multimedia pembelajaran interaktif,
aplikasi game, dan lain-lain (Kusnandar dkk, 2007).

D. Penggunaan terapi motion-based video games untuk rehabilitasi


stroke
Motion-Based Video Games atau disebut juga dengan motion-
controlled gaming system merupakan jenis game yang memfasilitasi
pemainnya untuk berinteraksi dengan sistem melalui pergerakan tubuh,
dikombinasi dengan perintah suara, natural real-world actions dan
pengenalan pergerakan.
Tujuan dari Motion-based games untuk rehabilitasi adalah agar
menjadi alternative yang efektif bagi penderita stroke agar dapat
melakukan latihan terapeutik di rumahnya. Di samping itu, game dapat
memberikan motivasi tersendiri dan diharapkan pasien dapat mengikuti
semua program rehabilitasi dengan antusias, sehingga tercapai jumlah
latihan yang repetitive untuk pemulihan motorik.
Salah satu keunggulan game sebagai terapi yakni, menurunkan
gerakan yang monoton dan memberikan umpan balik serta meningkatkan
kualitas dan kuantitas terapi di rumah. Menurut beberapa penelitian

Neurorehabilitasi Nursing | 6
menyimpulkan bahwa terapi dengan menggunakan game dapat membantu
untuk mengembalikan kembali dalam mengontrol hilangnya motor kontrol
pada pasien hemiparesis (Deutsch, J.E. et al. 2001). Selain itu, game dapat
meningkatkan pengetahuan skill, perilaku yang sehat dan outcomes,
memotivasi untuk meningkatkan perawatan diri sendiri (self-care) dan
self-management (Robert Wood Johnson Foundation, 2008).
Game ini berfokus pada pemulihan pada ektremitas atas di mana
hal tersebut membutuhkan pemulihan yang lambat dan melalui outpatient
terapi dan di rumah. Pasien dimulai dengan terapi pergerakan dari bahu,
siku, pergelangan tangan dan terakhir tangan (Selzer, M. et al. 2006).
Riset terbaru menunjukkan bahwa terapi efektif haruslah
menantang, repetitif, baru dan lebih spesifik. Video game menerapkan
konsep tersebut, membantu otak untuk sembuh lewat proses yang disebut
neuroplasticity, yakni kemampuan otak untuk melakukan remodelling
setelah cedera dengan menciptakan koneksi sel saraf baru.

Neurorehabilitasi Nursing | 7
BAB III
PEMBAHASAN

1) Latar Belakang
Setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke
merupakan pembunuh nomor satu di RS Pemerintah di seluruh penjuru
Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari
jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya
mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya
mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus
menerus di kasur yang membutuhkan perawatan jangka panjang (Yastroki,
2006).
Penderita stroke tidak dapat disembuhkan secara total. Namun, apabila
ditangani dengan baik maka dapat meringankan beban penderita,
meminimalkan kecacatan, dan mengurangi ketergantungan pada orang lain
dalam beraktivitas. Seringkali ketika pulang dari rumah sakit, pasien pasca
stroke masih mengalami gejala sisa, misalnya keadaan kehilangan fungsi
motorik (hemiplegic), kehilangan komunikasi atau kesulitan berbicara
(disatria), gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik,
atau disfungsi kandung kemih, bahkan pasien pulang dalam keadaan bedrest
total. Oleh karena itu, perawatan yang diberikan kepada penderita stroke
harus dilakukan secara terus-menerus. Perawatan ini bertujuan agar kondisi
klien membaik, risiko serangan stroke berulang menurun, tidak terjadi
komplikasi, atau kematian mendadak.
Salah satu perawatan yang dapat diberikan yaitu pelatihan latihan
rentang pergerakan sendi, yang merupakan sekumpulan gerakan yang
dilakukan pada bagian sendi yang bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas
dan kekuatan otot. Pada saat ini gerakan – gerakan tersebut hanya terwujud
dalam gambar – gambar tidak bergerak (statis) yang tentunya tidak mudah
atau kurang bisa dipahami bagi insan paska stroke jika diterapkan dirumah.

Neurorehabilitasi Nursing | 8
Kemajuan terbaru dalam teknologi informasi telah memungkinkan
pemberian pelayanan medis dan keperawatan dari penyedia layanan kepada
pasien di rumah mereka sendiri (Burn et, 1998). Dengan memvisualisasikan
gerakan – gerakan latihan insan paska stroke ke dalam multimedia interaktif
diharapkan akan lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh insan paska
stroke untuk melakukan gerakan – gerakan tersebut dengan benar, dengan
begitu dapat mempercepat insan paska stroke dalam mencapai keadaan fisik
yang maksimal, selain itu lebih praktis dan dari segi biaya juga lebih ringan
dibandingkan dengan harus melakukan terapi secara berkala di rumah sakit
yang memerlukan waktu yang tidak sedikit dan membutuhkan biaya yang
lebih besar. Dengan adanya aplikasi multimedia interaktif ini insan paska
stroke bisa melakukan terapi sendiri atau dengan bantuan keluarga di rumah.

2) Kajian Literatur
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang bagi
orang dewasa di negara-negara industri. Kelumpuhan parsial yang
seringkali dialami oleh pasien stroke dapat membuat kehidupan mereka
menjadi semakin sulit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak
pasien dapat pulih dengan melakukan sesering mungkin latihan-latihan
rentang gerak untuk bagian tubuh yang mengalami dampak stroke. Namun,
hanya sekitar 31% dari pasien yang melakukan latihan yang
direkomendasikan oleh para terapis mereka.
Menurut penelitian yang sudah dilakukan (Chair et al.,2011 dalam
artikel), menyimpulkan bahwa motion-based video games dapat membantu
untuk memotivasi penderita stroke dalam melakukan latihan terapi yang
dibutuhkan dalam pemulihan pascastroke.
Menurut beberapa penelitian menyimpulkan bahwa terapi dengan
menggunakan game dapat membantu untuk mengembalikan kembali dalam
mengontrol hilangnya motor kontrol pada pasien hemiparesis (Deutsch, J.E.
et al. 2001). Selain itu, game dapat meningkatkan pengetahuan skill, perilaku
yang sehat dan outcomes, memotivasi untuk meningkatkan perawatan diri

Neurorehabilitasi Nursing | 9
sendiri (self-care) dan self-management (Robert Wood Johnson Foundation,
2008).
Berbagai permainan video game ternyata memiliki manfaat positif bagi
pasien stroke. Permainan itu memperbaiki fungsi motorik pasien secara
signifikan. Peneliti dari rumah sakit St. Michael di Toronto, Kanada
menyatakan bahwa pasien yang memainkan video games seperti Wii dan Play
station lima kali lebih cepat menunjukkan perbaikan dalam fungsi motor
tangan dibandingkan orang yang hanya menjalani terapi standar. Permainan
virtual reality adalah alternatif potensial dan menjanjikan untuk mempercepat
perbaikan motorik setelah stroke. (Dr. Gustavo Saposnik, peneliti utama studi
dan direktur Stroke Outcomes Research Unit di rumah sakit St. Michael).
Saposnik dan timnya mengkaji 12 studi lain tentang efek permainan
elektronik pada pergerakan dan kekuatan lengan atas. Antara 55 dan 75
persen orang yang sembuh dari stroke mengalami masalah motorik pada
tangan mereka. Terapi standar, seperti fisioterapi dan terapi okupasi, kata
Saposnik, hanya memberikan pengaruh sedikit dan terkadang justru
memperlambat. Pemulihan kemampuan motorik amat bergantung pada
pemulihan neurologis, adaptasi, dan strategi belajar baru. Sistem virtual
reality mendorong neuroplasticity dan mengarah pada manfaat dalam
perbaikan fungsi motorik pasca stroke.
Beberapa model video game yang dapat digunakan sebagai terapi
rehabilitasi pasca stroke di rumah, yakni:
 Seorang pasien yang bermain game Helikopter dengan menggunakan
remote Wii yang diikatkan pada lengan atas pasien yang mendeteksi
dengan cara melakukan fleksi bahu.
 Seorang pasien menggunakan sebuah kaos tangan berwarna dan sebuah
webcam berwarna yang berfungsi sebagai pendeteksi untuk bermain
game tangkap baseball.
Permainan-permainan tersebut di atas dapat dilakukan secara mandiri oleh
para pengguna (pasien). Dengan demikian, selain untuk melatih rentang gerak

Neurorehabilitasi Nursing | 10
tubuh pasien juga dapat memberi kemandirian pasien dalam terapi yang
dilakukan dengan mudah, menarik dan terlihat fun.
Beberapa kelebihan terapi video game yang disebutkan dalam jurnal
penelitian oleh Gazihan dari Washington University in St. Louis yang
sekaligus menjadi alasan mengapa terapi ini dapat diberikan secara efektif
dan efisien kepada pasien pasca stroke di rumah yakni; 1) Dalam konteks
sosial dapat memberi motivasi yang tinggin kepada pasien untuk melakukan
terapi karena dalam permainan pasien dituntut untuk berkompetisi
mengalahkan lawan; 2) Tipe gerakan yang dapat dilakukan tidak hanya
dengan fleksi siku, tetapi dapat melibatkan kombinasi dari banyak otot yang
dapat diatur melalui sistem struktur game seperti 1D atau 2D; 3) Terapi game
yang diberikan sederhana dan mudah dipahami oleh pasien pasca stroke.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Eko Yuliarianto di Universitas Dian
Nuswantoro Semarang (2013) yang telah merancang dan membangun
aplikasi multimedia interaktif sebagai alat bantu latihan rentang pergerakan
sendi bagi insan paska stroke yang dinamis dan komunikatif sehingga dapat
menyajikan visualisasi gerakan kepada insan paska stroke yang mudah
dipahami dan dimengerti. Melalui alat bantu latihan rentang pergerakan sendi
bagi insan paska stroke ini, maka proses latihan rentang pergerakan sendi
menjadi lebih menarik, mudah dan dimengerti untuk dilakukan oleh insan
paska stroke.
Menurut pandangan saya, aplikasi video game ini adalah alternatif yang
terjangkau, asyik dan efektif untuk mengintensifkan penanganan dan
mendukung pemulihan pasca stroke. Kebanyakan pasien enggan menjalani
terapi, bisa jadi dengan terapi model ini, pasien bisa lebih tertarik sehingga
mempercepat kesembuhan mereka. Hal ini didukung dengan teori yang
menyatakan bahwa terapi video game dapat membantu otak untuk sembuh
lewat proses yang disebut neuroplasticity, yakni kemampuan otak untuk
melakukan remodelling setelah cedera dengan menciptakan koneksi sel saraf
baru.

Neurorehabilitasi Nursing | 11
3) Kesimpulan dan Rekomendasi
a) Kesimpulan
 Terapi efektif haruslah menantang, repetitif, baru dan lebih spesifik.
Video game menerapkan konsep tersebut, membantu otak untuk
sembuh lewat proses yang disebut neuroplasticity, yakni kemampuan
otak untuk melakukan remodelling setelah cedera dengan
menciptakan koneksi sel saraf baru.
 Beberapa penelitian terkait dengan terapi sistem video game yang
digunakan sebagai alternatif rehabilitasi pasien pasca stroke sudah
cukup banyak dilakukan di berbagai negara. Salah satunya di
Washington University in St. Louis yang membuktikan bahwa terapi
rehabilitasi pasca stroke dengan menggunakan media video game
dapat meningkatkan kualitas hidup pasca stroke dengan
mengembalikan fungsi motor yang terganggu akibat gangguan saraf
otak.
 Terapi video game memiliki manfaat dapat memberikan fasilitas
pergerakan reahabilitasi yang tidak monoton dan fun, memotivasi
klien dalam melakukan pergerakan dan dapat merubah perilaku klien
karena game dapat diintegrasikan ke dalam dunia nyata sehingga
dapat mempervepat proses recovery.

b) Rekomendasi
Motion-Based Video Games dapat dijadikan alternative terapi
untuk rehabilitasi pemulihan stroke terutama untuk terapi di rumah
sehingga pasien tidak perlu lagi pergi ke pusat rehabilitasi. Hal ini telah
dibuktikan oleh beberapa penelitian bahwa keefektifan dan efisiensi
terapi sangat signifikan. Tenaga kesehatan terutama perawat dapat
menjadikan Motion-Based Video Games rujukan dan metode baru dalam
rehabilitasi pasca serangan stroke karena metode tersebut sejalan dengan
kaidah dalam perawatan rehabilitasi stroke.

Neurorehabilitasi Nursing | 12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Motion-Based Video Games merupakan salah satu alternative terapi bagi
pasien pasca serangan stroke untuk memulihkan motorik dan mencegah
kecacatan. Terdapat beberapa macam permainan pada game ini, namun
disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan terapi.
 Motion-Based Video Games memilki keunggulan dibandingkan terapi
yang sudah lazim digunakan di rumah sakit sebab game tersebut dapat
memfasilitasi pergerakan rehabilitasi yang tidak monoton dan fun,
memotivasi klien dalam melakukan pergerakan dan dapat merubah
perilaku klien karena game dapat diintegrasikan ke dalam dunia nyata
serta reward dan punishment dapat disisipkan dalam permainan, pasien
tidak perlu pergi ke rumah sakit untuk melakukan rehabilitasi dan
meningkatkan self-care dan self-management.
 Terapi efektif haruslah menantang, repetitif, baru dan lebih spesifik.
Video game menerapkan konsep tersebut, membantu otak untuk sembuh
lewat proses yang disebut neuroplasticity, yakni kemampuan otak untuk
melakukan remodelling setelah cedera dengan menciptakan koneksi sel
saraf baru.

B. Saran
a. Bagi mahasiswa
Sebagai mahasiswa yang sedang dalam proses pembelajaran
menuju perawat yang profesional nantinya dituntut untuk mempunyai
knowledge, skill, dan attitude untuk memberikan perawatan kepada pasien
secara holistik diharapkan agar semakin menambah wawasannya dalam
dunia keperawatan, khususnya dalam hal rehabilitasi pasien pasca stroke.
Dengan perkembangan teknologi yang ada, diharapkan mahasiswa dapat

Neurorehabilitasi Nursing | 13
memanfaatkan itu sebagai media dalam perawatan alternatif untuk
rehabilitasi misalnya terapi video game.
b. Bagi tenaga keperawatan
Tenaga kesehatan terutama perawat dapat menjadikan terapi
Video Games sebagai rujukan dan metode baru dalam rehabilitasi pasca
serangan stroke karena metode tersebut sejalan dengan kaidah dalam
perawatan rehabilitasi stroke.

Neurorehabilitasi Nursing | 14
DAFTAR PUSTAKA

Lingga, Lanny.(2013).All About Stroke Hidup Sebelum dan Pasca Stroke.Jakarta:


PT Elex Media Komputindo.

Irfan, Muhammad.(2010).Fisioterapi bagi Insan Stroke.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Lumbantobing S. M., (2001). Neurogeriatri Ed 1.Jakarta: BP FK-UI.

MedicineNet, (2011). www.medicinenet.com diakses tgl.06 Juli 2015

Gazihan Alankus., Amanda Lazar., Matt May., Caitlin Kelleher.(2010). Towards


Customizable Games for Stroke Rehabilitation.
http://dmrussell.net/CHI2010/docs/p2113.pdf (diakses tgl 08 juli 2015).

http://www.kompasiana.com/zaqqi_ubaidillah/video-game-motion-based-video-.
games-untuk-rehabilitasi-pasien-stroke_552b99656ea834eb308b456e
(diakses tgl 07 juli 2015).

Yuliarianto, Eko. (2013).Rancang Bangun Multimedia Interaktif Sebagai Alat


Bantu Latihan Rentang Pergerakan Sendi Bagi Insan Paska Stroke.
http://eprints.dinus.ac.id/12345/1/jurnal_12269.pdf (diakses tgl 07 juli
2015).

Neurorehabilitasi Nursing | 15

Anda mungkin juga menyukai