Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
3.2 Pengumpulan Data...................................................................... III-1
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
1.2 Perumusan Masalah
Masalah yang dihadapi saat ini adalah hampir seluruh perusahaan
mengabaikan lingkungan pekerjaannya karena dianggap tidak penting dalam
pencapaian produktifitas. Namun sebenarnya faktor lingkungan merupakan aspek
yang sangat penting dalam menunjang kelancaran produktivitas suatu perusahaan.
Maka dari itu, melalui praktikum ini penulis mencoba meneliti kesalahan
perhitungan akibat pengaruh lingkungan berdasarkan hasil dari praktikum yang
telah dilakukan.
I-2
3. Intensitas kebisingan pada saat praktikum yaitu 60 dB dan 75 dB
4. Intensitas cahaya pada saat praktikum yaitu 110 cd, 150 cd, 250 cd, dan
300 cd.
I-3
BAB II
LANDASAN TEORI
II-1
Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa lingkungan kerja
merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, baik
yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat
mempengaruhi dirinya dan pekerjaanya saat bekerja.
II-2
Menurut Alex Nitisemito (2000:171-173) Perusahaan hendaknya dapat
mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan,
bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi
yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik,
dan pengendalian diri.
Suryadi Perwiro Sentoso (2001:19-21) yang mengutip pernyataan Prof.
Myon Woo Lee sang pencetus teori W dalam Ilmu Manajemen Sumber Daya
Manusia, bahwa pihak manajemen perusahaan hendaknya membangun suatu
iklim dan suasana kerja yang bisa membangkitkan rasa kekeluargaan untuk
mencapai tujuan bersama. Pihak manajemen perusahaan juga hendaknya mampu
mendorong inisiatif dan kreativitas. Kondisi seperti inilah yang selanjutnya
menciptakan antusiasme untuk bersatu dalam organisasi perusahaan untuk
mencapai tujuan.
II-3
Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak
mengalami kesalahan, dan pada skhirnya menyebabkan kurang efisien dalam
melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.
Untuk mengukur kesatuan cahaya disebut “Foot Candle”, yaitu banyaknya
cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya sebuah lilin berukuran biasa yang
jatuh di suatu benda yang berjarak satu kaki dari sebuah lilin yang berukuran
biasa.
Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Cahaya alam yang berasal dari matahari
2. Cahaya buatan yang berupa lampu.
Cahaya buatan terdiri dari empat macam, yaitu :
a. Cahaya langsung
b. Cahaya setengah langsung
c. Cahaya tidak langsung
d. Cahaya setengah tidak langsung
II-4
1. Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discamfort Glare)
Cahaya ini mengganggu, tetapi tidak menyebabkan gangguan yang
terlalu fatal terhadap penglihatan, akan tetapi cahaya ini akan
meyebabkan meningkatnya tingkat kelelahan dan dapat menyebabkan
rasa sakit pada bagian kepala.
2. Cahaya menyilaukan yang mengganggu (Disability Glare)
Cahaya ini secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya
penghamburan cahaya dalam lensa mata. Orang-orang lanjut usia kurang
bisa untuk menerima cahaya seperti ini.
Sumber-sumber glare adalah sebagai berikut :
1. Lampu-lampu tanpa pelindung yang dipasang terlalu rendah.
2. Jendela-jendela besar yang terdapat tepat di depan mata.
3. Lampu atau cahaya dengan tingkat keterangan yang terlalu berlebihan.
4. Pantulan yang berasal dari permukaan yang terang.
c. Shadows (Bayang-bayang)
Bayang-bayang yang tajam (sharp shadows) adalah akibat dari sumber cahaya
buatan (artificial) yang kecil atau dari cahaya yang langsung berasal dari
cahaya matahari. Kedua sumber tersebut dapat menyebabkan rasio terang
yang berlebihan dalam jangkauan penglihatan, detil-detil penting yang tidak
terlalu jelas.
d. Background (Latar Belakang)
Latar belakang sampai pada daerah kerja utama, seharusnya dibuat
sesederhana mungkin. Latar belakang yang kacau atau latar belakang yang
mempunyai banyak perpindahan sedapat mungkin dihindari, dengan
menggunakan sekat-sekat.
II-5
B. Temperatur di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai
temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan
keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi,
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar jika perubahannya
tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin terhadap
temperatur normal ± 24 °C.
Temperatur udara lebih rendah dari 37 C berati temparatur dara ini
dibawah kemampuan tubuh unutk menyesuaikasn didi (35% dibawah normal),
maka tubuh manuasia akan mengalami kedinginan, karena hilangnya panas tubuh
yang sebagian besar diakibatkan oleh konveksi dan radiasi, juga sebagian kecil
akibat penguapan. Sebaliknya jika temperatur udara terlalu panas dibanding
temperatur tubuh, maka tubuh akan menerima panas akibat konveksi dan radiasi
yang jauh lebih besar dari kemampuan tubuh untuk mendinginkan tubuhnya
malalui sistem penguapan. Hal ini menyebabkan temperatur tubuh menjadi ikut
naik dengan tingginya temperatur udara. Temparatur yang terlalu dingin akan
mengakibatkan gairah kerja menurun. Sedangkan temperatur udara yang
terlampau panas, akan mengakibatkan cepat timbulnya kelelahan tubuh dan
cenderung melakukan kesalahan dalam bekerja.
Secara fundamental, ergonomi merupakan studi tentang penyerasian
antara pekerja dan pekerjaannya untuk meningkatkan performansi dan melindungi
kehidupan. Untuk dapat melakukan penyerasian tersebut kita harus dapat
memprediksi adanya stressor yang menyebabkan terjadinya strain dan
mengevaluasinya. Mikroklimat dalam lingkungan kerja menjadi sangat penting
karena dapat bertindak sebagai stressor yang menyebabkan strain kepada pekerja
apabila tidak dikendalikan dengan baik. Mikroklimat dalam lingkungan kerja
terdiri dan unsur suhu udara (kering dan basah), kelembaban nisbi, panas radiasi
dan kecepatan gerakan udara.
Metode terbaik untuk menentukan apakah tekanan panas di tempat kerja
menyebakan gangguan kesehatan adalah dengan mengukur suhu inti tubuh
pekerja yang bersangkutan. Normal suhu inti tubuh adalah 37° C, mungkin mudah
II-6
dilampaui dengan akumulasi panas dan konveksi, konduksi, radiasi dan panas
metabolisme. Apabila rerata suhu inti tubuh pekerja >38° C, diduga terdapat
pemaparan suhu lingkungan panas yang dapat meningkatkan suhu tubuh tersebut.
Selanjutnya harus dilakukan pengukuran suhu lingkungan kerja.
Menurut Sutalaksana, dkk (1979) berbagai tingkat temperatur akan
memberikan pengaruh yang berbeda-beda sebagai berikut:
a. 49 °C : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas tingkat
kemampuan fisik dan mental. Lebih kurang 30° derajat Celcius: aktivitas
mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat
kesalahan dalam pekerjaan. Timbul kelelahan fisik.
b. ± 30 °C : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung
untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik.
c. ± 24 °C: Kondisi optimum.
d. ± 10 °C: Kelakuan fisik yang extrem mulai muncul.
Harga-harga diatas tidak mutlak berlaku untuk setiap orang karena
sebenarnya kemampuan beradaptasi tiap orang berbeda-beda, tergantung di daerah
bagaimana dia biasa hidup. Orang yang biasa hidup di daerah panas berbeda
kemampuan beradaptasinya dibandingkan dengan mereka yang hidup di daerah
dingin atau sedang. Tichauer telah menyelidiki pengaruh terhadap produktifitas
para pekerja penenunan kapas, yang menyimpulkan bahwa tingkat produksi
paling tinggi dicapai pada kondisi temperatur 750F - 800F (240C - 270C).
Nilai Ambang Batas (NAB) untuk iklim kerja adalah situasi kerja yang
masih dapat dihadapi tenaga kerja dalam bekerja sehari-hari dimana tidak
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus
menerus selama 8 jam kerja sehari dan 40 jam seminggu. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor: 405/Menkes/SK/XI/2002) NAB terendah untuk
temperatur ruangan adalah 18° C dan NAB tertinggi adalah 30° pada kelembaban
nisbi udara antara 65% sampai dengan 95%.
II-7
C. Kebisingan di Tempat Kerja
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk
mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga.
Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat
mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan
kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa
menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara
bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan
efisien sehingga produktivitas kerja meningkat.
Semakin lama telinga mendengar kebisingan, akan semakin buruk
akibatnya, diantaranya pendengaran dapat makin berkurang.
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan kualitas
bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan pada manusia yaitu:
1. Lama waktu bunyi tersebut terdengar.
2. Intentitas biasanya diukur dalam satuan desibel (dB) yang menunjukan
besarnya arus energi per satuan luas.
3. Frekuensi suara yang menunjukan jumlah dari gelombang-gelombang
suara yang sampai ke telinga kita setiap detik dinyatakan dalam jumlah
getaran per detik (Hz).
Intensitas kebisingan biasanya diukur dengan satuan desibel (dB), yang
menunjukan besarnya arus energi persatua luas. Frekuensi yang menunjukan
jumlah gelombang suara yang sampai di telinga setiap detik, dinyatakan dalam
jumlah getaran atau Hertz (Hz).
II-8
Jenis
Sifat Pengaruh Untuk Ruang
Warna
Dinamis,
Pekerja
Merah merangsang, Menimbulkan semangat kerja
sepintas/singkat
dan panas
Keanggunan, Menimbulkan rasa gembira
Gang-gang jalan
Kuning bebas, dan merangsang urat syaraf
lorong
hangat mata
Tenang,
Mengurangi tekanan atau Berfikir,
Biru tentram dan
ketegangan konsentrasi
sejuk
II-9
INTENSITAS KEBISINGAN TINGKAT CAHAYA
130
Level yang menyebabkan
L jatuh
120
e Guntur
v 110
Mesin jet
e
100 Pembuatan rivelling
l
90 Level not-acceptable
Resiko Kerusakan
T
80 Kereta (eksternal)
i Drill pneumatic
n 70 Lalu lintas
Mobil
g
60 Percakapan
k
a 50
t
40
S 30
u
a 20 Bisikan
r 10
a
0 Suara kecil selintas
II-10
3. Menghitung standar deviasi
Ada dua cara menghitung standar deviasi
a. Standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian
𝜎𝑥
𝜎= .............................................................................(2.2)
√𝑛
∑(𝑥₁−𝑥̅ )
𝜎= √ .................................................................(2.3)
𝑛−1
BKA = 𝑥̅ + 3𝜎 ...................................................................(2.4)
BKB = 𝑥̅ – 3𝜎 ....................................................................(2.5)
𝑘/𝑠√𝑁Σxi²−(Σxi)²
𝑁′ = [ ] ² ..............................................................(2.6)
Σ𝑥𝑖
Keterangan :
N’ = jumlah data yang diperlukan
N = jumlah data yang telah di lakukan
k = tingkat kepercayaan
s = tingkat ketelitian
II-11
2.3.3 Uji kenormalan data
Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan
berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Metode klasik dalam
pengujian normalitas suatu data tidak begitu rumit.
Berdasarkan pengalaman empiris beberapa pakar statistik, data yang
banyaknya lebih dari 30 angka (n > 30), maka sudah dapat diasumsikan
berdistribusi normal. Biasa dikatakan sebagai sampel besar.
Adapun langkah – langkah penyelesaiannya adalah sebagai berikut :
1. Cari rata-rata dan simpangan baku dari data yang dikumpulkan :
∑ 𝑥𝑖
𝑥̅ = ............................................................................................(2.7)
𝑛
∑(𝑥𝑖− 𝑥̅ )
𝑆² = ...............................................................................(2.8)
𝑛−1
Simpangan baku (s) = .....................................................................(2.9)
2. Buat data dalam bentuk daftar frekuensi dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Tentukan Rentang Kelas (R)
R = Data terbesar – data terkecil ...........................................(2.10)
b. Tentukan Banyaknya Kelas Interval (k)
Kelas paling sedikit 5 kelas dan paling banyak 15 kelas
k = 1 + 3,3 log n .....................................................................(2.11)
c. Tentukan Panjang Kelas Interval (P)
𝑅
P = 𝑘 .......................................................................................(2.12)
II-12
6. Frekuensi yang diharapkan (Ei)
Ei = luas kelas tiap interval x jumlah data ....................................(2.14)
7. Frekuensi pengamatan
Oi = frekuensi asli dari data...........................................................(2.15)
8. Kriteria uji kenormalan digunakan distribusi chi-kuadrat dengan
derajat
(𝑂𝑖−𝐸𝑖)2
x² = ∑𝑘
𝑖=1 ..................................................................(2.16)
𝐸𝑖
Kebebasan = (k-3) dan taraf ɑ (taraf keberartian)
Jika x² hitung < x² tabel, maka data normal.
𝑇12
𝑖=𝑙 𝑇2
JKA = − ........................................................................................(2.18)
𝑏𝑐𝑛 𝑎𝑏𝑐𝑛
𝑇12
𝑇2
JKB = 𝑗=𝑙
− ........................................................................................(2.19)
𝑎𝑐𝑛 𝑎𝑏𝑐𝑛
𝑇12
𝑘=𝑙 𝑇2
JKC = − ........................................................................................(2.20)
𝑎𝑏𝑛 𝑎𝑏𝑐𝑛
II-13
𝑎 𝑏 𝑎 𝑏
𝑎 𝑐 𝑎 𝑐
2 𝑇2 𝑇2
𝑇𝑖𝑘 1 1
𝑖=𝑙 𝑘=𝑙 𝑖=𝑙 𝑘=𝑙 𝑇 2 ........................................................(2.22)
JK(AC) = +
𝑏𝑛 𝑏𝑐𝑛 𝑎𝑏𝑛 𝑎𝑏𝑐𝑛
𝑏 𝑐 𝑏 𝑐
2 𝑇2 𝑇2
𝑇𝑗𝑘 1 1
𝑗=𝑙 𝑘=𝑙 𝑗=𝑙 𝑘=𝑙 𝑇 2 ......................................................(2.23)
JK(BC) = +
𝑎𝑛 𝑎𝑐𝑛 𝑎𝑏𝑛 𝑎𝑏𝑐𝑛
𝑎 𝑏 𝑐 𝑎 𝑏 𝑎 𝑐 𝑏 𝑐
2 2 2
𝑇𝑖𝑗𝑘 𝑇𝑖𝑗2 𝑇𝑖𝑘 𝑇𝑗𝑘
𝑖=𝑙 𝑗=𝑙 𝑘=𝑙 𝑖=𝑙 𝑗=𝑙 𝑖=𝑙 𝑘=𝑙 𝑗=𝑙 𝑘=𝑙
JK(ABC) =
𝑛 𝑐𝑛 𝑏𝑛 𝑎𝑛
𝑎 𝑏 𝑐
II-14
Tabel 2. 1 Analisis Variansi Untuk Percobaan Tri Faktor Dengan n Refikasi
Pengaruh Utama
𝑆12
A JKA a-1 S₁² 𝑓=
𝑆2
𝑆22
B JKB b-1 S₂² 𝑓=
𝑆2
𝑆32
C JKC c-1 S₃² 𝑓=
𝑆2
𝑆42
AB JK(AB) (a - 1)(b - 1) S₄² 𝑓=
𝑆2
𝑆52
AC JK(AC) (a - 1)(c - 1) S₅² 𝑓=
𝑆2
𝑆62
BC JK(BC) (b - 1)(c - 1) S₆² 𝑓=
𝑆2
𝑆72
ABC JK(ABC) (a - 1)(b - 1)(c - 1) S₇² 𝑓=
𝑆2
II-15
Asumsi di dalam pemakaian ANOVA :
a. Populasi harus berdistribusi normal
b. Populasi harus bersifat homogen (𝜎12 = 𝜎22 = 𝜎32 =...= 𝜎𝑘2 )
c. sampel di ambil secara random
d. Data Y₁ - N dengan variabel yang dianalisis 𝑌𝑖𝑗
𝑌𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝛼1 + 𝜀𝑖𝑗
Keterangan :
𝑌𝑖𝑗 = variabel yang dianalisis
𝜇 = rata-rata
𝛼1 = efek perlakuakn ke –i
𝜀𝑖𝑗 = error akibat perlakuan ke – i pada pengamatan ke - j
Dengan : i = 1,2,...a
j = 1,2,...b
k = 1,2,...n
II-16
Keterangan :
𝑌𝑖𝑗𝑘 = varians respon hasil ke – k yang terjadi karena faktor ke – i dari
taraf A dan B faktor ke – j
𝜇 = rata-rata sebenarnya (konstan)
𝐴𝑖 = taraf ke – i faktor A
𝐵𝑗 = taraf ke – j faktor B
𝐴𝐵𝑖𝑗 = efek interaksi
𝜀𝑘(𝑖𝑗) = efek unit eksponen
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 : FA : FB : FC
4. ANOVA
5. Kesimpulan, tolak Ho jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑎(𝑉1,𝑉2)
II-17
𝑆2
𝑅𝑝 = 𝑟𝑝√ .....................................................................................(2.25)
𝑛
Dimana :
Rp = uji rentang darab duncan
𝑆 2 = variansi sampel, merupakan taksiran variansi bersama 𝜎 2 ,
diperoleh dari rataan kuadrat galat
n = jumlah sampel
rp = rentangan distudentkan, berarti yang terkecil tergantung
pada taraf keberartian yang digunakan besarnya derajat
kebebasan rataan kuadrat galat
II-18
BAB III
USULAN PEMECAHAN MASALAH
III-1
3.4 Hipotesis Awal
Sebelum melakukan pengolahan data dan melakukan penganalisaan, di
perlukan hipotesa awal :
1. Ho₁ : tidak ada pengaruh waktu terhadap hasil tes
2. Hi₁ : ada pengaruh waktu terhadap hasil tes
3. Ho₂ : tidak ada pengaruh Lux meter terhadap hasil tes
4. Hi₂ : ada pengaruh Lux meter terhadap tes
5. Ho₃ : tidak ada pengaruh tingkat kebisingan tes terhadap hasil tes
6. Hi₃ : ada pengaruh tingkat kebisingan terhadap hasil tes
7. Ho₄ : tidak pengaruh waktu, tingkat cahaya dan tingkat
kebisingan terhadap hasil tes
8. Hi₄ : ada pengaruh waktu, tingkat cahaya dan tingkat kebisingan
terhadap hasil tes.
III-2
3.5 Flowchart
Tujuan Penelitian :
1. Menentukan kondisi lingkungan kerja yang bisa membuat
nyaman.
2. Menganalisa pengaruh lingkungan kerja terhadap performa
dan produktivitas pekerja
Pengumpulan Data :
Data kesalahan tiga orang praktikan dalam mencocockan 15 pasang
resistor, dengan dipengaruhi tingkat kebisingan, pencahayaan dan
waktu
Pengolahan Data
Uji Keseragaman
Data
Tidak
Data
Seragam?
Ya
Tidak
Data
Cukup ?
Ya
A B
III-3
A B
Data Tidak
Normal ?
Ya
Tidak
Ho
diterima ?
Ya
Gambar 3. 2 Lanjutan
III-4
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Cahaya (cd)
Nama Waktu Kebisingan
Praktikan (detik) (dB)
110 cd 150 cd 250 cd 300 cd
Lutfan 8 10 8 0
Defri 30 60 9 7 12 4
Ardi 10 8 10 5
Lutfan 4 7 8 9
Defri 30 75 10 10 8 9
Ardi 12 8 10 9
Lutfan 3 4 8 4
Defri 60 60 3 3 0 0
Ardi 6 8 0 4
Lutfan 2 5 8 3
Defri 60 75 5 5 1 3
Ardi 4 7 4 4
IV-1
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Uji Statistik
Berikut adalah data kesalahan dalam mencocokan resistor yang dilakukan
oleh praktikan.
sub group.
Contoh Perhitungan Pada Sub Group 1 Tabel 4.3 :
8+10+8+0+9+7
𝑥̅ =
6
𝑥̅ = 7
IV-2
b. Dan langkah ini dilanjutkan pada sub group berikutnya sampai didapat nilai 𝑥̅
masing-masing sub group untuk mendapatkan nilai 𝑥̿ dengan rumus:
𝜎 = 3,29 ≈ 3,3
maka :
𝜎
𝜎𝑥̅ =
√𝑛
= 3,3/√8
= 1,166 ≈ 1,17
Keterangan :
Tingkat ketelitian yang dipakai : 10%
IV-3
BKB = 𝑥̿ - 2 𝜎x
BKB = 6,021 – 2(1,17)
= 3,681≈ 3,68
Control Chart
8.36
BKA
6.02 𝑥̿
3.68 BKB
1 2 3 4 5 6 7 8
Kesimpulan :
Dari hasil plot data dapat dilihat ada beberapa data yang melebihi BKA
maupun BKB maka data dinyatakan tidak seragam.
𝑘/𝑠√𝑁Σxi² − (Σxi)²
𝑁′ = [ ]²
Σ𝑥𝑖
IV-4
c. Mencari nilai k/s dari persamaan di atas, untuk mencari N’ :
Ketelitin : 10% = 0,1
Keyakinan : 90 = 𝜎x
Maka,
0,1x = 𝜎x
1
x= 𝜎x
0,1
x = 10 k/s = 10
𝑘/𝑠√𝑁Σxi² − (Σxi)²
𝑁′ = [ ]²
Σ𝑥𝑖
Maka,
10√48(2249)−(289)²
N’ = [ ]²
289
N’ = 29,2
Kesimpulan :
Karena nilai N'= 29,2 itu tidak lebh dari jumlah data yang ada sebanyak
48 data maka data dinyatakan cukup.
IV-5
b. Mencari data distribusi frekuensi
Rentang Kelas (R)
R = Xmax-Xmin
= 12-0
= 12
Banyak Kelas (K)
K = 1+3,3 log n
= 1+3,3 log 48
= 6,5480 ≈ 7
Panjang Kelas Interval (P)
𝑅
P =
𝐾
12
=
7
= 1,7 ≈ 2
Luas tiap
Kelas Batas Z Z X2
No kelas Ei Oi
Interval Bawah Hitung Tabel Hitung
interval
1 0 - 1,9 -0,1 -1,860 0,031 0,074 3,636 5 0,512
Keterangan tabel :
- Untuk mencari Z hitung :
𝑋𝑖−𝑥̅
Z =
𝑠
IV-6
Keterangan : 𝑥̅ didapat dari rumus :
∑𝑥
𝑥̅ =
𝑛 𝑑𝑎𝑡𝑎
∑(𝑥𝑖−𝑥̿ )2
𝑠=√
𝑛−1
Z = -1,86
- Untuk mencari Ei :
Ei = luas tiap kelas interval x n data
= 0,074 x 48
= 3,636 (dilanjutkan sampai kelas ke-7)
- Untuk mencari Oi :
Oi = frekuensi tiap kelas data
IV-7
c. Mencari Xtabel dan Xhitung
Rumus Xhitung :
= 9,65
Rumus Xtabel :
Ketelitian 10% = 0,1
X² tabel = (1 – α)(k – 3)
= (1 – 0,1)(7 – 3)
= (0,9)(4)
Diketahui n = 4 dengan desimal = 4,9 setelah dicari dari tabel hasilnya adalah
5,369.
Kesimpulan :
Setelah dihitung ternyata X² hitung < X² tabel , maka data dinyatakan tidak
normal.
IV-8
Tabel 4. 6 Data Hasil Praktikum
Tabel 4. 7 Trifaktor
C
60 75
B
A A
110 150 250 300 110 150 250 300
8 10 8 0 4 7 8 9
30 9 7 12 4 10 10 8 9
10 8 10 5 12 8 10 9
3 4 8 4 2 5 8 3
60 3 3 0 0 5 5 1 3
6 8 0 4 4 7 4 4
IV-9
Penyelesaian :
A = 4, B = 2, C = 2, n = 3
2. H1₁ : paling sedikit salah satu ada pengaruh dengan faktor cahaya
H1₂ : paling sedikit salah satu ada pengaruh dengan faktor waktu
H1₃ : paling sedikit salah satu ada pengaruh dengan faktor kebisingan
H1₄ : paling sedikit salah satu ada interaksi antara faktor cahaya dengan
waktu
H1₅ : paling sedikit salah satu ada interaksi antara faktor cahaya dengan
kebisingan
H1₆ : paling sedikit salah satu ada interaksi antara faktor kebisingan
dengan waktu
H1₇ : paling sedikit salah satu ada interaksi antara faktor waktu,
kebisingan dan cahaya
3. α = 0,05
4. nilai kritis dicari dengan :
a. untuk baris (faktor cahaya) :
v₁ = A- 1 dan v₂= A.B.C (n-1)
v₁ = 4-1 , v₂ = 4.2.2 (3-1)
v₁ = 3 , v₂ = 32
maka Ftabel = 2,90
IV-10
b. untuk kolom (faktor waktu) :
v₁ = B-1 dan v₂ = A.B.C (n-1),
v₁ = 2-1 dan v₂ = 4.2.2 (3-1),
v₁ = 1 , v₂ = 32
maka Ftabel = 4,15
c. untuk kolom (faktor kebisingan) :
v₁ = C-1 dan v₂ = A.B.C (n-1),
v₁ = 2-1 dan v₂ = 4.2.2 (3-1),
v₁ = 1 , v₂ = 32
maka Ftabel = 4,15
d. untuk interaksi antara faktor cahaya dengan faktor waktu
v₁ = (A-1)(B-1) dan v₂ = A.B.C (n-1).
v₁ = (4-1)(2-1) , v₂ = 4.2.2 (3-1).
v₁ = 3 , v₂ = 32
maka Ftabel = 2,90
e. untuk interaksi antara faktor cahaya dengan faktor kebisingan
v₁ = (A-1 )(C-1) dan v₂ = A.B.C (n-1).
v₁ = (4-1)(2-1) , v₂ = 4.2.2 (3-1).
v₁ = 3 , v₂ = 32
maka Ftabel = 2,90
f. untuk interaksi antara faktor waktu dengan faktor kebisingan
v₁ = (B-1 )(C-1) dan v₂ = A.B.C (n-1).
v₁ = (2-1)(2-1) , v₂ = 4.2.2 (3-1).
v₁ = 1 , v₂ = 32
maka Ftabel = 4,15
g. untuk interaksi antara faktor waktu, cahaya dan kebisingan
v₁ = (A-1)(B-1 )(C-1) dan v₂ = A.B.C (n-1).
v₁ = (4-1)(2-1)(2-1) , v₂ = 4.2.2 (3-1).
v₁ = 3 , v₂ = 32
maka Ftabel = 2,90
IV-11
5. Kriteria pengujian
Untuk Ho yaitu :
a. Ho₁ : diterima apabila Fhitung ≤ 2,90
Ho₁ : ditolak apabila Fhitung > 2,90
b. Ho₂ : diterima apabila Fhitung ≤ 4,15
Ho₂ : ditolak apabila Fhitung > 4,15
c. Ho₃ : diterima apabila Fhitung ≤ 4,15
Ho₃ : ditolak apabila Fhitung > 4,15
d. Ho₄ : diterima apabila Fhitung ≤ 2,90
Ho₄ : ditolak apabila Fhitung > 2,90
e. Ho₅ : diterima apabila Fhitung ≤ 2,90
Ho₅ : ditolak apabila Fhitung > 2,90
f. Ho₆ : diterima apabila Fhitung ≤ 4,15
Ho₆ : ditolak apabila Fhitung > 4,15
g. Ho₇ : diterima apabila Fhitung ≤ 2,90
Ho₇ : ditolak apabila Fhitung > 2,90
Untuk H1 yaitu :
a. H1₁ : diterima apabila Fhitung ≥ 2,90
H1₁ : ditolak apabila Fhitung < 2,90
b. H1₂ : diterima apabila Fhitung ≥ 4,15
H1₂ : ditolak apabila Fhitung < 4,15
c. H1₃ : diterima apabila Fhitung ≥ 4,15
H1₃ : ditolak apabila Fhitung < 4,15
d. H1₄ : diterima apabila Fhitung < 2,90
H1₄ : ditolak apabila Fhitung < 2,90
e. H1₅ : diterima apabila Fhitung ≥ 2,90
H1₅ : ditolak apabila Fhitung < 2,90
f. H1₆ : diterima apabila Fhitung ≥ 4,15
H1₆ : ditolak apabila Fhitung < 4,15
g. H1₇ : diterima apabila Fhitung ≥ 2,90
H1₇ : ditolak apabila Fhitung < 2,90
IV-12
4.2.3 Uji Faktorial
Langkah-langkahnya :
1. Buat tabel dua arah
B C
60 detik Jumlah
60 dB 75 dB
A
110 cd 12 11 23
150 cd 15 17 32
250 cd 8 13 21
300 cd 8 10 18
Jumlah 43 51 94
C
A Jumlah
60 dB 75 dB
110 cd 39 37 76
150 cd 40 42 82
250 cd 38 39 77
300 cd 17 37 54
Jumlah 134 155 289
IV-13
Tabel 4. 11 Interaksi antara faktor cahaya dengan waktu
B
A Jumlah
30 detik 60 detik
110 cd 53 23 76
150 cd 50 32 82
250 cd 56 21 77
300 cd 36 18 54
B
C Jumlah
30 detik 60 detik
60 dB 91 43 134
75 dB 104 51 155
289²
= 8² + 10² + .... + 4² − = 508,97
48
𝑇12
𝑘=𝑙 𝑇2
JKA = −
𝑏𝑐𝑛 𝑎𝑏𝑐𝑛
76²+82²+77²+54² 289²
= − = 38,73
12 48
IV-14
𝑏
𝑇12
𝑖=𝑙
𝑇2
JKB = −
𝑎𝑐𝑛 𝑎𝑏𝑐𝑛
195²+94² 289²
= − = 212,52
24 48
𝑐
𝑇12
𝑗=𝑙 𝑇2
JKC = −
𝑎𝑏𝑛 𝑎𝑏𝑐𝑛
134²+155² 289²
= − = 9,19
24 48
𝑎 𝑏 𝑎 𝑏
𝑎 𝑐 𝑎 𝑐
2 𝑇2 𝑇2
𝑇𝑖𝑘 1 1
𝑖=𝑙 𝑘=𝑙 𝑖=𝑙 𝑘=𝑙 𝑇2
JK(AC) = +
𝑏𝑛 𝑏𝑐𝑛 𝑎𝑏𝑛 𝑎𝑏𝑐𝑛
IV-15
𝑏 𝑐 𝑏 𝑐
2 𝑇2 𝑇2
𝑇𝑗𝑘 1 1
𝑗=𝑙 𝑘=𝑙 𝑗=𝑙 𝑇2 𝑘=𝑙
JK(BC) = +
𝑎𝑛 𝑎𝑐𝑛 𝑎𝑏𝑛 𝑎𝑏𝑐𝑛
IV-16
9,19
S₃² = = 9,19
1
18,6
S₄² = = 6,2
3
24,9
S₅² = = 8,3
3
0,52
S₆² = = 0,52
1
27,9
S₇² = = 9,3
3
4. Menghitung F hitung
12,91
F₁ = = 2,43
5,33
212,52
F₂ = = 39,8
5,33
9,19
F₃ = = 1,73
5,33
6,2
F₄ = = 1,16
5,33
24,9
F₅ = = 4,67
5,33
0,52
F₆ = = 0,09
5,33
27,9
F₇ = = 5,23
5,33
IV-17
Tabel 4. 10 Hasil Perhitungan
Jumlah Derajat Rataan
Sumber Variansi Fhitung Ftabel
Kuadrat Kebebasan Kuadrat
Pengaruh Utama
Jumlah 508,97 47
Kesimpulan :
Untuk Ho yaitu :
a. Ho₁ : diterima karena Fhitung ≤ 2,90
Tidak ada pengaruh dari faktor cahaya terhadap hasil tes, dikarenakan
F hitung kurang dari F tabel.
b. Ho₂ : ditolak karena Fhitung > 4,15
Ada pengaruh dari faktor waktu terhadap hasil tes, dikarenakan F
hitung lebih dari F tabel.
c. Ho₃ : diterima karena Fhitung ≤ 4,15
Tidak ada pengaruh dari faktor kebisingan terhadap hasil tes,
dikarenakan F hitung kurang dari F tabel.
IV-18
d. Ho₄ : diterima karena Fhitung ≤ 2,90
Tidak ada pengaruh dari interaksi antara faktor cahaya dengan faktor
waktu terhadap hasil tes, dikarenakan F hitung kurang dari F tabel.
e. Ho₅ : ditolak karena Fhitung > 2,90
Ada pengaruh dari interaksi antara faktor cahaya dengan faktor
kebisingan terhadap hasil tes, dikarenakan F hitung lebih dari F tabel.
f. Ho₆ : diterima karena Fhitung ≤ 4,15
Tidak ada pengaruh dari interaksi antara faktor waktu dengan faktor
kebisingan terhadap hasil tes, dikarenakan F hitung kurang dari F
tabel.
g. Ho₇ : ditolak karena Fhitung > 2,90
Ada pengaruh dari interaksi antara faktor cahaya, faktor waktu dan
faktor kebisingan terhadap hasil tes, dikarenakan F hitung lebih dari F
tabel.
30 detik 60 detik
Waktu
x₁ x₂
IV-19
Rumus Uji Rentang :
𝑆²
𝑅𝑝 = 𝑟𝑝 √
𝑛
ɑ = 0,5
v = 32
p=1
Didapat rp (0,05, 5 : 32) setelah dilihat dari tabel 12 (rentangan di studentkan
rp dengan rentangan terkecil) hasilnya adalah 3,199.
Maka :
𝑆²
𝑅𝑝 = 𝑟𝑝 √
𝑛
5,33
𝑅𝑝 = 3,199 √
24
𝑅𝑝 = 3,199 𝑥 0,47
𝑅𝑝 = 1,504
p 1
rp 3,199
Rp 1,504
x₁ - x₂ = 8,13 – 3,92
= 4,21
Sehingga : x₁ - x₂ > Rp
“Berarti x₁ dan x₂ berbeda secara berarti.”
x₁ = 3,92 x₂ = 8,13
IV-20
b. Faktor Cahaya dan Kebisingan
F(AC) hitung > F(AC) tabel
F (4,67) > F (2,90)
- Tolak H0₅ (Cahaya dan Kebisingan)
“Berarti ada pengaruh interaksi faktor cahaya dan faktor kebisingan
terhadap kesalahan hitung”
- Karena H0₅ (Cahaya dan Kebisingan) ditolak maka dilakuka uji rentang
darab duncan untuk melihat bagaimana hubungan antara interaksi faktor
cahaya dan kebisingan 60 dB dan 75 dB.
60 dB 75 dB
Kebisingan
x₁ x₂
𝑆²
𝑅𝑝 = 𝑟𝑝 √
𝑛
ɑ = 0,5
v = 32
p=3
Didapat rp (0,05, 3 : 32) setelah dilihat dari tabel 12 (rentangan di studentkan
rp dengan rentangan terkecil) hasilnya adalah 3,035.
Maka :
𝑆²
𝑅𝑝 = 𝑟𝑝 √
𝑛
IV-21
5,33
𝑅𝑝 = 3,035 √
6
𝑅𝑝 = 3,035 𝑥 0,89
𝑅𝑝 = 2,701
p 1
rp 3,035
Rp 2,701
x₂ - x₁ = 25,8 – 22,3
= 3,5
Sehingga : x₂ - x₁ > Rp
“Berarti x₁ dan x₂ berbeda secara berarti.”
x₁ = 23,2 x₂ = 25,8
IV-22
Tabel 4. 13 Rata-rata Jumlah (Faktor Cahaya, Waktu dan Kebisingan)
60 dB 75 dB 60 dB 75 dB
Kebisingan
x₁ x₂ x₃ x₄
𝑆²
𝑅𝑝 = 𝑟𝑝 √
𝑛
ɑ = 0,5
v = 32
p=3
Didapat rp (0,05, 3 : 32) setelah dilihat dari tabel 12 (rentangan di studentkan
rp dengan rentangan terkecil) hasilnya adalah 3,035.
Maka :
𝑆²
𝑅𝑝 = 𝑟𝑝 √
𝑛
5,33
𝑅𝑝 = 3,035 √
3
𝑅𝑝 = 3,035 𝑥 1,78
𝑅𝑝 = 5,402
IV-23
p 3
Rp 3,035
Rp 5,402
x₂ - x₁ = 34,6 – 30,3
=4
Sehingga : x₂ - x₁ < Rp
“Berarti x₁ dan x₂ berbeda secara tidak berarti.”
x₁ = 30,3 x₂ = 34,6
x₁ - x₃ = 30,3 – 14,3
= 16
Sehingga : x₁ - x₃ > Rp
“Berarti x₁ dan x₃ berbeda secara berarti.”
x₁ = 30,3 x₃ = 14,3
x₁ - x₄ = 30,3 – 17
= 13,3
Sehingga : x₁ - x₃ > Rp
“Berarti x₁ dan x₄ berbeda secara berarti.”
x₁ = 30,3 x₃ = 17
x₂ - x₃ = 34,6 – 14,3
= 20,3
Sehingga : x₂ - x₃ > Rp
“Berarti x₂ dan x₃ berbeda secara berarti.”
x₂ = 34,6 x₃ = 14,3
IV-24
x₂ - x₄ = 34,6 – 17
= 17,6
Sehingga : x₂ - x₄ > Rp
“Berarti x₂ dan x₄ berbeda secara berarti.”
x₂ = 34,6 x₄ = 17
x₄ - x₃ = 17 – 14,3
= 2,7
Sehingga : x₄ - x₃ < Rp
“Berarti x₃ dan x₄ berbeda secara tidak berarti.”
x₃ = 17 x₄ = 14,3
IV-25
BAB V
ANALISIS
N’ = 29,2
Karena nilai N'= 29,2 itu tidak lebh dari jumlah data yang ada sebanyak 48
data maka data dinyatakan cukup.
V-1
5.2 Analisis ANOVA
a. Satu Faktor
Hasil dari pengujian ANOVA terhadap interaksi antara waktu,
intensitas cahaya, dan tingkat kebisingan, setelah dianalisis adalah :
ada pengaruh waktu terhadap hasil pengujian, H0₂ ditolak dan H1₂
diterima.
b. Dwi Faktor
Hasil dari pengujian ANOVA terhadap interaksi antara intensitas
cahaya, tingkat kebisingan, dan waktu setelah dianalisis adalah :
ada interaksi antara faktor cahaya dengan faktor kebisingan yang
berpengaruh terhadap hasil tes, H0₅ ditolak dan H1₅ diterima.
c. Tri Faktor
Hasil dari pengujian ANOVA terhadap interaksi antara intentitas
cahaya, tingkat kebisingan, dan waktu setelah dianalisis adalah :
ada interaksi antara faktor cahaya, faktor waktu dan faktor kebisingan
yang berpengaruh terhadap hasil tes, H0₇ ditolak dan H1₇ diterima.
V-2
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan kebisingan dan insentitas
cahaya di ruang climatic chamber yang terdiri dari peralatan –peralatan seperti
music, suhu ruangan, lampu dan dingding sangat berpengaruh secara signifikan
terhadap konsentrasi pikiran dan kelelahan mata saat memilih sepuluh jenis
resistor. Nilai kebisingannya antara 50dB -70dB dan kebisingan dengan 70dBA.
Peralatan-peralatan sound 50% kebisingannya melebihi 50dBA. Peralatan-
peralatan sound dan sebagainya untuk kegiatan produksi pemilihan spare part
resistor menimbulkan kebisingan. Frakis komulatif bising area ruangan chamber,
maka bekerja di area tersebut dengan waktu tertentu secara administrative dapat di
atasi dengan rotasi karyawan secara berkala, sedangkan fraksi komulatif bising
area di ruangan chamber dapat di atasi dengan menggunakan alat pelindung diri
ear plug. Belum adanya alat pelindung diri (APD) bagi karyawan yang bekerja di
ruang chamber.
6.2 Saran
a. Materi Praktikum
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diajukan adalah
sebaiknya intensitas penerangan dalam ruang kerja harus sesuai dengan standar
intensitas penerangan menurut Kepmenkes No. 1405 tahun 2002, khususnya di
ruang bagian perakitan.
Materi yang di berikan berupa teori sudah bagus, tetapi cara memproses
data yang cepat dan akurat yaitu menggunakan annova mahasiswa kurang
memahaminya sehingga dalam memproses data membutuhkan waktu yang cukup
lama.
1. Sistem pola kerja di atur sedemikian rupa sehingga fraksi kumulatifnya
diusahakan dengan cara melakukan pengisian log sheet bagi operator.
2. Mengadakan alat pelindung diri (APD)
3. Mempermudah sistem birokrasi dalam pengambilan alat pelindung diri
(APD) khususnya ear muff dan ear plug.
VI-1
4. Hasil pengukuran tingkat kebisingan ruang chamber perlu di evaluasi
untuk melihat perkembangan dan perubahan yang terjadi
5. Secara priodik peril di lakukan evaluasi dan sosialisasi alat pelindung diri
seperti ear maff dan ear plug.
6. Pemetaan tingkat kebisingan yang ditandai dengan pewarnaan
(hijau,kuning,merah) agar di jadikan sebagai standar perbaikan rambu
kebisingan di area chamber.
7. Penelitian jangaka panjang mengenai treatment akustik atau
pengembangan seperti noise barrier, enclosure atau membuat mesin agar
tidak bising sebaiknya mulai di persiapkan.
b. Manfaat yang Diperoleh
Manfaat yang kami peroleh, dengan adanya praktikum ini menjadikan
pengetahuan kami bertambah luas khususnya dibidang mata kuliah perancangan
sistem kerja dan Ergonomi,sehingga apa yang kita akanb produksi khususnya
untuk biaya tenaga kerja langsung Maka dengan adanya penelitian ini kita dalam
suatu produksi bisa kompetitif.
VI-2
DAFTAR PUSTAKA
Angga, M., & Acep. (2011). Laporan Analisis Perancangan Sistem Kerja &
Ergonomi. UNLA: Bandung.
Hendarin Indar. (2000). Perancangan dan Evaluasi Aspek Ergonomi dan Desain
Kamar Bicara Umum Penyelengggaraan Jasa Wartel KOPMA UNISBA.
Teknik Industri, UNISBA, Bandung
Modul I Praktikum Perancangan Sistem Kerja. (2014). Perancangan Produk Yang
Ergonomis. Teknik Industri, UNLA : Bandung.
Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmaja. (2006). Teknik Perancangan Sistem
Kerja. ITB : Bandung.
Wignisoeboto, Sritomo. (2000). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Institut
Teknologi Sepuluh November : Surabaya.
http://antropometriindonesia.com/
http://bayusaputra91.wordpress.com/2011/01/12/laporan-akhir-praktikum-apk-2/
http://statistikian.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Ergonomi
http://www.4shared.com/office/gQiRgoNzce/DAFTAR_PUSTAKA_LAPORAN.
https://www.google.co.id/
http://www.imuzcorner.com/2012/11/penulisan-daftar-pustaka-yang-benar.html
http://www.gudangmateri.com